Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Pupuk Urea dan Keuntungan yang Ingin dicapai dalam Menetapkan Harga Jual di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang

ABSTRAK. Sebagai produsen pupuk dan holding company produsen pupuk yang ada di Indonesia tentunya mempunyai tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan yang diselenggarakan yaitu untuk mendapatkan laba bagi perusahaan dan memberikan kepuasan kepada konsumen. Agar dapat terpenuhi maka perusahaan perlu menetapkan harga pokok penjualan pupuk sebagai dasar penetapan harga jual pupuk agar dapat mencapai laba yang diharapkan perusahaan. Hasil analisis diketahui bahwa harga pokok penjualan untuk tahun 2005 sebesar Rp 1.806,07 / kg, sedang tahun 2006 sebesar Rp 1.969,9 / kg. Terjadinya kenaikan harga pokok produksi pupuk urea yang menyebabkan turunnya laba perusahaan dikarenakan naiknya harga gas alam sebagai bahan baku pembuatan pupuk urea. Banyaknya persediaan akhir pupuk urea digudang mengindikasikan tidak begitu baiknya tata niaga pendistribusian pupuk urea PT Pupuk Sriwidjaja.

Kata Kunci : Biaya Produksi; Harga Pokok Produksi; Harga jual.

ABSTRACT. As producer fertilize and producer company holding fertilize exist in Indonesia it is of course have a purpose which wish to be reached from carried out activity that is to get profit to company and give satisfaction to consumer.So that the target can fufilled hence company re quire to pric sale fundamental fertilize as pricing base sell manure so that can reach expected by profit  is company. studied problems at this research is how fundamental price pixing of production fertilize and urea determination advantage which wish to be reached in pricing to sell in PT Pupuk Sriwidjaja Palembang. Result of analysis known that cost of goods sold for the year of 2005 equal to Rp 1.806,07 / singk, year is 2006 equal to Rp 1.969,9 / singk. The happening of fundamental increase of price of production fertilize urea causing to go down company profit nya because of going up of standard natural gas price upon which making fertilize urea.

Keyword : Production Cost; Cost Of Goods Manufactured; Price sell.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian. Di negara yang memiliki latar belakang seperti Indonesia ini, menjadi pasar yang potensial bagi industri-industri yang memasok sarana produksi pertanian, salah satu sarana produksi pertanian tersebut adalah pupuk. Sebagai perusahaan industri tentunya perhitungan harga pokok produksi menjadi sangat penting. Perhitungan harga pokok produksi selain digunakan sebagai dasar penentuan tingkat laba, penilaian efisiensi usaha, juga pengalokasian harga pokok produksi yang tepat akan membantu perusahaan dalam menetapkan harga pokok penjualan yang tepat pula.

Perhitungan harga pokok penjualan yang tepat sangat penting bagi setiap perusahaan dalam melakukan perencanaan, pengendalian biaya dan pengambilan keputusan serta untuk menentukan perolehan yang wajar. Apabila perusahaan memperhitungkan harga pokoknya terlalu tinggi maka akan mengakibatkan kerugian pada perusahaan karena tidak dapat bersaing dengan hasil produksi yang sejenis lainnya, sehingga produksi perusahaan tidak laku dijual. Namun, apabila perusahaan memperhitungkan harga pokok penjualannya terlalu rendah maka akan mengakibatkan kerugian pada perusahaan itu sendiri karena tidak mencapai laba yang diinginkan. Apabila suatu perusahaan telah menentukan harga pokok penjualan, maka akan ditetapkan pula harga jual yang sesuai dengan semua biaya produksi termasuk biaya-biaya pemasaran dan pencapaian laba yang diinginkan.

Penetapan harga jual sesungguhnya merupakan masalah yang rumit bagi perusahaan yang tidak dapat ditugaskan pada satu orang saja. Dalam prakteknya, penyelesaian masalah penetapan harga jual merupakan hasil penelitian yang memerlukan kerjasama dan koordinasi diantara para ahli keuangan suatu perusahaan. Secara umum, biaya tidak menentukan harga jual produk atau jasa. Harga jual terbentuk di pasar sebagai interaksi antara jumlah permintaan dan penawaran di pasar. Namun manajemen puncak memerlukan informasi biaya penuh untuk memperhitungkan konsekuensi laba dari setiap alternatif harga jual yang terbentuk di pasar. Oleh karena itu, dalam keadaan normal manajemen puncak harus memperoleh jaminan bahwa harga jual produk atau jasa yang dijual dapat menutupi biaya penuh sehingga dapat menghasilkan laba yang wajar.

PT Pupuk Sriwidjaja adalah salah satu produsen pupuk dan menjadi holding company produsen pupuk di Indonesia. Sejak awal berdirinya PT Pupuk Sriwidjaja telah mengemban misi sebagai produsen pupuk yang akan memproduksi dan memasarkan pupuk untuk mendukung ketahanan pangan nasional, produk-produk petrokimia dan jasa-jasa teknik di pasar nasional dan global dengan memperhatikan aspek mutu secara menyeluruh. Sebagai produsen pupuk dan holding company produsen pupuk yang ada di Indonesia tentunya mempunyai tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan yang diselenggarakan yaitu untuk mendapatkan laba bagi perusahaan dan memberikan kepuasan kepada konsumen. Agar tujuan tersebut dapat terpenuhi maka perusahaan perlu menetapkan harga pokok penjualan pupuk sebagai dasar penetapan harga jual pupuk agar dapat mencapai laba yang diharapkan perusahaan.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah yang bahas pada adalah  bagaimana penentuan harga pokok produksi pupuk urea dan penentuan keuntungan yang ingin dicapai dalam menetapkan harga jual di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang.

Ruang Lingkup Pembahasan

Untuk menghindari terlalu luasnya ruang lingkup pembahasan serta tercapainya suatu hasil pembahasan yang lebih rinci dan terarah maka ruang lingkup pembahasan yang penulis lakukan yaitu mengenai “Penentuan harga pokok produksi pupuk urea dan keuntungan yang ingin dicapai dalam menetapkan harga jual di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang untuk tahun 2005 dan 2006.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penentuan harga pokok produksi pupuk urea dan keuntungan yang ingin dicapai dalam menetapkan harga jual di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang untuk tahun 2005 dan 2006.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari adanya penelitian ini adalah :

Bagi Perusahaan

Sebagai masukan bagi perusahaan untuk bahan informasi dalam menentukan harga pokok produksi pupuk urea dan penetapan keuntungan yang ingin dicapai dalam menetapkan harga jual.

Bagi Penulis

Dapat mengetahui bagaimana penentuan harga pokok produksi pupuk urea dan keuntungan yang ingin dicapai dalam menetapkan harga jual di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang untuk tahun 2005 dan 2006.

Bagi Pihak Lain

Sebagai bahan masukan bagi pihak lain dalam melakukan penelitian selanjutnya mengenai penetapan harga pokok produksi pupuk urea.

TINJAUAN PUSTAKA

Biaya Produksi dan Harga Pokok Produksi

Kegiatan produksi merupakan penunjang utama dari penjualan artinya memiliki kewajiban untuk mempertimbangkan penjualan serta pada kebijaksanaan persediaan produk. Menurut Riwayadi (2006:64), biaya produksi adalah biaya yang terjadi pada fungsi produksi, dimana fungsi produksi merupakan fungsi yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi.

Menurut Hanafi (2000:5), biaya produksi adalah biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan produksi dari suatu produk dan akan dipertemukan (di-match-kan ) dengan penghasilan (revenue) diperiode mana  produk itu dijual, biaya produksi diperlakukan sebagai persediaan (inventaris).

Adapun jenis-jenis biaya produksi dapat dikatagorikan sebagai berikut:

1.      Biaya manufaktur langsung (Direct Manufacturing Cost)

Adalah biaya-biaya yang terjadi pada fungsi produksi yang dapat mudah dan akurat ditelusuri ke produk. Fungsi produksi adalah fungsi yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi.

Ada dua jenis biaya manufaktur langsung yaitu:

a.       Bahan baku langsung (direct raw  material cost)

Adalah semua bahan yang membutuhkan bagian-bagian integral dari barang jadi dan dapat dimasukkan langsung dalam kalkulasi produk. Menurut Riwayadi (2006:66) bahan baku langsung adalah bahan yang dapat secara mudah dan akurat ditelusuri ke produk jadi.

b.      Tenaga kerja langsung (direct labor)

Adalah tenaga kerja yang dikerahkan untuk mengubah bahan baku langsung menjadi barang jadi dan diberikan upah atas pekerjaan tersebut. Menurut Riwayadi (2006:45) tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri pada barang atau jasa yang sedang diproduksi.

2. Biaya manufaktur tidak langsung (Indirect manufacturing cost)

Adalah biaya yang terjadi pada fungsi produksi yang tidak dapat secara mudah dan akurat ditelusuri ke objek biaya karena biayanya dikonsumsi secara bersama oleh beberapa objek biaya.  (Riwayadi,2006:65),

Yang terdiri dari:

a.       Overhead variabel, yaitu biaya yang jumlahnya berubah-ubah tergantung pada fluktuasi produksi atau pembelian.

b.      Overhead tetap, yaitu biaya yang jumlahnya tidak berubah

Biaya produksi membentuk harga pokok produksi, yang digunakan untuk menghitung harga pokok produk jadi dan harga pokok produk yang pada akhir periode akuntansi masih dalam proses. Menurut Mulyadi (2000:18) secara garis besar, cara memproduksi produk dapat dibagi menjadi dua macam: produksi atas dasar pesanan, mengumpulkan harga pokok produksinya dengan menggunakan metode harga pokok pesanan (job order cost method) dan produksi massa, mengumpulkan harga pokok produksinya dengan menggunakan metode harga pokok proses (process cost method).

Pengertian Harga Pokok Penjualan

Menurut Zaki Baridwan (2004:120), menyatakan bahwa harga pokok penjualan adalah nilai yang ditetapkan oleh perusahaan terhadap barang dan jasa dalam hubungannya penetapan harga yang didasarkan pada besarnya biaya produksi ditambahkan dengan keuntungan yang diharapkan.

Menurut Carter dan Usry (2004 : 51) harga pokok penjualan adalah pos pada perhitungan rugi laba yang dihitung dengan menggunakan persediaan barang dagang pada akhir tahun dari barang yang tersedia untuk dijual.

Metode Harga Pokok Penjualan

Dalam penentuan harga pokok penjualan (HPP) terdapat dua metode yang umum digunakan, yaitu metode full costing dan variable costing. Hal ini biasanya
ditemukan di berbagai perusahaan yang mengadaptasi sistem pembukuan modern,
baik perusahaan berskala kecil maupun yang besar.

Menurut Mulyadi (2000:18) full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Variable costing, merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.

Pengertian Keuntungan

Menurut Poerwadarminta (2006:643) keuntungan adalah laba yang diperoleh dari penjualan, pembungaan uang dan usaha lainnya. Sedangkan menurut Mulyadi (2001;230) keuntungan atau laba kontribusi merupakan kelebihan pendapatan penjualan diatas biaya variabel. Informasi laba kontribusi memberikan gambaran jumlah yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan untuk menghasilkan laba. Semakin besar keuntungan atau laba kontribusi , semakin besar kesempatan yang diperoleh perusahaan untuk menutup biaya tetap dan untuk menghasilkan keuntungan.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keuntungan merupakan kelebihan pendapatan yang diperoleh dari hasil usaha atau penjualan  yang dikurangi dengan harga pokok penjualan.

Pengertian Harga Jual

Penetapan harga jual merupakan suatu masalah yang rumit dan bukanlah merupakan tugas satu orang atau satu kegiatan. Dalam prakteknya, pemecahan masalah penetapan harga jual merupakan karya penelitian yang memerlukan kerja sama dan koordinasi diantara para ahli ekonomi, ahli statistik, spesialis pemasaran, ahli teknik industri, dan akuntan. Dalam suatu perusahaan manajer senantiasa memerlukan informasi biaya produksi dalam pengambilan keputusan terhadap harga jual.

Menurut Mulyadi (2000:27) pengertian harga jual adalah suatu harga yang memberikan laba pada perusahaan yang menuntut adanya pengertian tentang biaya-biaya produksi dalam hubungannya dengan volume.

Metode Harga Jual

Menurut Baridwan (2004 ; 84) ada tiga bentuk penetapan harga jual, yaitu:

  1. Penetapan harga jual oleh pasar. Harga ini betul-betul ditetapkan oleh mekanisme penawaran dan permintaan, dalam arti penjual tidak bisa menentukan harga.
  2. Penetapan harga jual oleh pemerintah. Pemerintah berwenang untuk menetapkan harga barang atau jasa yang menyangkut kepentingan umum.
  3. Penetapan harga jual yang dapat dikontrol oleh perusahaan. Harga ditetapkan oleh keputusan dan kebijaksanaan yang terdapat dalam suatu perusahaan walaupun faktor-faktor mekanisme penawaran dan permintaan serta ketetapan dari pemerintah tetap diperhatikan.

Proses Produksi

Pupuk urea yang dikenal dengan rumus kimianya NH2CONH2 pertama kali dibuat secara sintesis oleh Frederich Wohler pada tahun 1828 dengan mereaksikan Garam Cyanat dengan Ammonium Hydroxide. Penemuan Wohler ini merupakan pembuktian pertama kali bahwa zat organis dapat diperolah dari zat an-organis. Saat ini pupuk urea merupakan kebutuhan pokok bagi para petani di Indonesia karena dalam senyawa urea terdapat zat Nitrogen (N) yang merupakan makanan bagi tanaman seperti padi, palawija dan sejenisnya.

Pupuk urea yang dibuat di PT Pusri merupakan hasil reaksi kimia antara Karbon Dioksida (CO2) dan Amoniak (NH3), dimana kedua senyawa ini berasal dari dari bahan baku gas bumi, air dan udara.

Oleh sebab itu maka untuk pembuatan pupuk urea diperlukan:

Pabrik Utilitas

a.   Pengolahan Air Sungai menjadi Air Bersih (AB), Air Minum (AM) dan Air Pendingin (AP)

b.  Pengolahan udara menjadi Udara Instrumen (UI), Udara Pabrik (UP) dan Nitrogen (N2)

c.   Pengolahan Gas Bumi dan Air Murni menjadi listrik dan Uap Air.

Pabrik Amoniak

a.   Pemurnian gas bumi dan pembuatan gas sintesa, pembuatan amoniak dan pemurnian amoniak

b.  Pabrik ini menghasilkan Karbon Dioksida (CO2) dan Amoniak (NH3).

Pabrik Urea

Pembuatan urea, dekomposisi, daur ulang, kristalisasi dan pembutiran, pabrik ini menghasilkan urea.

Secara garis besarnya, proses pembuatan urea dapat digambarkan sebagai berikut:

Gas Bumi                    Amoniak (NH3)

Udara                                                                              Urea

Air                               Carbon dioksida (CO2)

Gambar 1 Proses Pembuatan Urea

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Pengumpulan Data

Data-data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah :

1.       Data Primer

Data yang dikumpulkan secara langsung oleh penulis dari objek penelitian berupa data mentah yang masih harus diolah. Adapun data primer yang digunakan oleh penulis adalah :

a.       Observasi

Melakukan pengamatan langsung dan sistematis pada objek penelitian, seperti aktivitas yang dilakukan dan biaya-biaya apa saja yang digunakan dalam menentukan harga pokok produksi.

b.       Interview (wawancara)

Data yang diperoleh dengan wawancara langsung kepada pimpinan dan staf karyawan yang dapat memberikan data dan informasi yang diperlukan. Contohnya dalam penentuan harga pokok produksi dan penentuan harga jual pupuk urea.

2.       Data Sekunder

Pengumpulan data yang mempelajari masalah yang berhubungan dengan objek penelitian atau yang diteliti serta bersumber dari buku-buku pedoman, dan literatur yang berhubungan dengan penelitian. Adapun data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berupa sejarah singkat, struktur organisasi, dan laporan keuangan PT Pupuk Sriwidjaja Palembang tahun 2005 dan 2006.

Teknik Analisis

Teknik analisis yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif yaitu tehnik analisis yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan penelitian lalu menganalisis unsur-unsur yang termasuk dalam komponen biaya produksi serta membandingkan antara harga pokok produksi dan harga jual pupuk urea. Tujuannya untuk mengetahui apakah penggolongan unsur biaya produksi yang terjadi telah sesuai dengan akuntansi yang berlaku umum dan dalam hubungannya dengan penetapan harga jual pupuk urea.

Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah PT Pupuk Sriwidjaja Palembang yang beralamat di Jalan Mayor Zen Palembang 30118.

PEMBAHASAN

Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Pupuk Urea

Untuk menetapkan harga pokok secara akurat, diperlukan klasifikasi biaya yang tepat yang termasuk didalam unsur-unsur harga pokok produksi, sehingga pengalokasian biaya per unit dapat dialokasikan dengan baik terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan.

Klasifikasi biaya yang diterakan pada laporan harga pokok produksi pupuk urea PT. Pusri adalah sebagai berikut:

Biaya Produksi :

Biaya Bahan Baku

Tabel 1 Biaya Bahan Baku

Keterangan

2005

(000)

2006

(000)

Gas Bumi

–          Amoniak

–          Carbon dioksida

1.299.082.929

1.330.287.470

Air Baku

803.126

845.461

Konsumsi Off Gas

33.431.794

48.064.958

Total

1.333.317.849

1.379.197.889

Sumber : Data Diolah, 2007

– Konsumsi Gas Bumi

Adalah biaya yang digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan urea dimana gas bumi ini diubah dahulu menjadi amoniak dan karbon dioksida dibagian amoniak kemudian dikirim ke bagian urea.

– Konsumsi Air Baku

Adalah biaya pemakaian air yang digunakan untuk proses pembuatan urea.

– Konsumsi off gas

Adalah biaya yang dipakai untuk menampung biaya pemakaian off gas dan hasil daur ulang limbah (PET) yang digunakan di pabrik urea.

Biaya Tenaga Kerja Langsung

Tabel 2 Biaya Tenaga Kerja Langsung

Keterangan

2005

(000)

2006

(000)

Gaji dan Kesejahteraan

209.349.808

206.850.135

Sumber : Data Diolah, 2007

– Gaji

Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membayar karyawan setiap bulannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

– Kesejahteraan

Biaya yang dipakai untuk kesejahteraan karyawan, seperti bonus, insentif dan lain-lain.

Biaya Overhead Pabrik

Tabel 3 Biaya Overhead Pabrik

Keterangan

2005

(000)

2006

(000)

Bahan Penolong

28.935.258

32.090.652

Pemeliharaan dan suku cadang

135.955.690

124.883.892

Asuransi

5.870.441

5.628.979

Jasa

3.723.640

13.011.944

Pajak dan Kontribusi

1.196.588

1.342.591

Administrasi dan Umum

16.803.782

15.090.199

Penyusutan dan Amortisasi

46.106.491

42.523.623

Kantong dan Pengantongan

58.020.211

58.484.768

Total

295.612.101

292.786.649

Sumber : Data Diolah, 2007

– Bahan Penolong, yang terdiri dari Kimia dan Katalis, serta Pelumas.

– Kimia dan Katalis

Biaya yang dipakai untuk menampung pemakaian bahan kimia dan katalis yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari satu tahun yang digunakan pada proses produksi maupun yang digunakan sebagai bahan penolong antara lain kaporit, chlorin, nitrogen, gas helium Freon, methane dan urea shoft. Sedangkan untuk pemakaian bahan kimia dan katalis yang masa manfaatnya lebih dari satu tahun ditangguhkan dan dibebankan ke perkiraan amortisasi bahan kimia dan katalis. Tahun 2005 biaya Kimia dan Katlis sebesar Rp 27.897.340.000,00 sedang tahun 2006 sebesar Rp 30.816.014.000,00.

– Minyak Pelumas

Biaya yang dipakai untuk menampung pemakaian minyak pelumas di pabrik  seperti regal oil, kompen oil dan lain-lain. Biaya minyak pelumas untuk tahun 2005 sebesar Rp 1.037.918.000,00 sedang tahun 2006 sebesar Rp 1.274.638.000,00.

– Pemeliharaan Pabrik

Biaya yang juga dikeluarkan perusahaan untuk kelancaran jalannya proses produksi seperti pembersihan pada alat-alat yang dilakukan sesuai dengan ketentuan perusahaan biasanya dilakukan tiap minggu atau tiap bulan.

– Suku cadang Pabrik

Biaya yang digunakan untuk memperlancar proses produksi seperti bila ada kerusakan pada suatu alat maka biaya ini dikeluarkan untuk memperbaiki atau mengganti alat yang rusak tersebut.

–          Asuransi

Biaya yang digunakan untuk asuransi pekerja bagian pabrik dan asuransi pabrik-pabrik yang memproduksi pupuk. Biaya asuransi ini dibebankan untuk jangka waktu satu tahun.

– Biaya Jasa

Biaya penunjang yang dipakai untuk memperlancar proses produksi di pabrik urea, seperti listrik, air demin, air pendingin dan lain-lain.

– Pajak dan Kontribusi

biaya ini dimaksudkan untuk pembayaran pajak bumi dan bangunan pabrik.

– Administrasi dan Umum

Biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan dalam penyusunan kebijaksanaan, pengembangan, mengatur, mengawasi dan pengarahan secara keseluruhan.

– Penyusutan

Biaya yang disusutkan atas pemakaian aktiva tetap, aktiva penyangga, aktiva sewa guna.

– Amortisasi

Biaya yang digunakan untuk menampung pembebanan biaya amortisasi.

–      Kantong dan Pengantongan

Biaya yang dikeluarkan untuk kantong dan pengantongan pupuk urea.

Berikut ini adalah perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan oleh perusahaan:

PT Pupuk Sriwidjaja

Laporan Harga Pokok Produksi

Tahun 2005 (000)

Tonase Produksi (Ton):

–          Urea Larutan                                                                  47.791,35 Ton

–          Urea Curah                                                               1.188.027,44 Ton

–          Urea Kantong                                                            810.041,21 Ton

Jumlah Produksi                                                                   2.045.860,00 Ton

Biaya Produksi:

– Gas Bumi                          Rp1.299.082.929,00

– Air Baku                           Rp          803.126,00

– Off Gas                             Rp 33.431.794,00

– Biaya bahan baku                                                        Rp   1.333.317.849,00

– Biaya tenaga Kerja Langsung                                      Rp      209.349.808,00

– Biaya overhead pabrik                                                 Rp      295.612.101,00

Total Biaya Produksi                                                     Rp    1.838.279.758,00

Persediaan Barang Dalam Proses- Awal                        Rp          8.327.203,00

Biaya Produksi yang diperhitungkan                             Rp    1.846.606.961,00

Persediaan barang dalam proses- akhir                          Rp       (11.187.826,00)

Harga Pokok Produksi                                                Rp    1.835.419.135,00

Persediaan barang jadi- awal                                         Rp       324.281.470,00

Harga pokok barang tersedia dijual                               Rp    2.159.700.605,00

Persediaan barang jadi-akhir                                          Rp      (261.639.385,00)

Harga pokok penjualan                                                  Rp    1.898.061.220,00

Dari jumlah biaya produksi diatas, maka dapat diketahui besarnya harga pokok penjulan pupuk urea per kg tahun 2005 adalah sebagai berikut:

HPP Pupuk Urea Per kg         =  HPP (Rp) / Hasil Produksi (Ton)

=  Rp 1.835.419.135,00 / 2.045.860 Ton

= Rp 879.140,00 / Ton

= Rp 879,14 / kg

PT Pupuk Sriwidjaja

Laporan Harga Pokok Produksi

Tahun 2006 (Rp.000)

Tonase Produksi (Ton):

–  Urea Larutan                                                         51.045,49 Ton

–  Urea Curah                                                       1.191.700,16 Ton

–  Urea Kantong                                                    808.504,35 Ton

Jumlah Produksi                                                       2.051.250,00 Ton

Biaya Produksi:

–          Gas Bumi                    Rp 1.330.287.470,00

–          Air Baku                     Rp           845.461,00

–          Off Gas                       Rp 48.064.958,00

– Biaya bahan baku                                                           Rp 1.379.197.889,00

– Biaya tenaga Kerja Langsung                                         Rp    206.850.135,00

– Biaya overhead pabrik                                                    Rp 292.786.649,00

Total Biaya Produksi                                                        Rp 1.878.834.673,00

Persediaan Barang Dalam Proses- Awal                           Rp 11.187.826,00

Biaya Produksi yang diperhitungkan                                Rp  1.890.022.499,00

Persediaan barang dalam proses- akhir                             Rp (19.288.540,00)

Harga Pokok Produksi                                       Rp 1.870.733.959,00

Persediaan barang jadi- awal                                            Rp 261.639.385,00

Harga pokok barang tersedia dijual                                  Rp 2.132.373.344,00

Persediaan barang jadi-akhir                                             Rp (477.385.382,00)

Harga pokok penjualan                                                     Rp 1.654.987.962,00

Dari jumlah biaya produksi diatas, maka dapat diketahui besarnya harga pokok penjualan pupuk urea per kg tahun 2006 adalah sebagai berikut:

HPP Pupuk Urea Per kg         =  HPP (Rp) / Hasil Produksi (Ton)

=  1.870.733.959 / 2.051.250

= Rp 911.990,00 / Ton

= Rp 911,99 / kg

Dari data diatas, untuk tahun 2005 harga pokok penjualan sebesar Rp Rp 897,14 / kg sedangkan untuk tahun 2006 sebesar Rp Rp 911,99 / kg, berarti ada kenaikan sebesar Rp 14,85 / kg.

Penentuan Keuntungan Pupuk Urea di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang

Bagi perusahaan industri, biaya produksi harus dibuat lebih spesifik yang memisahkan antara biaya produksi dan biaya non produksi sehingga diharapkan unsur-unsur biaya yang membentuk biaya produksi harus benar-benar  menggambarkan unsur-unsur harga pokok produksi. Hal ini dianggap perlu karena penentuan harga pokok produksi merupakan informasi biaya yang benar-benar akurat dalam pengendalian biaya untuk mencapai tujuan perusahaan, selain itu dapat memberikan manfaat yang besar bagi PT Pusri Palembang dalam pengendalian biaya produksi. Perhitungan harga pokok produksi sangat penting bagi pimpinan perusahaan, yaitu sebagai alat informasi di dalam pengambilan keputusan dan menetapkan harga pokok penjualan yang tepat atas produk yang dihasilkan.

Seperti yang kita ketahui, sebagian besar masyarakat Indonesia bekerja di sektor pertanian, maka pupuk merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi mereka. PT Pusri merupakan perusahaan milik pemerintah yang berstatus BUMN, maka PT Pusri berkewajiban memenuhi kebutuhan petani untuk pengadaan pupuk dimana dalam hal penentuan keuntungan yang ingin dicapai dipengaruhi oleh kebijakan yang ditetapkan pemerintah. Kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah sampai dengan saat ini masih memberikan subsidi pupuk kepada para petani. Dalam penjualan pupuk bersubsidi PT Pusri tidak diperkenankan untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan yang diperoleh PT Pusri dalam penjualan pupuk urea hanya di dapat dari penjualan pupuk ke perkebunan dan industri. Namun, besarnya margin atau keuntungan yang diperoleh tidak dapat ditentukan sendiri oleh PT Pusri, karena harga jual berdasarkan pada harga pasar.

Tahun 2005 dan 2006 pemerintah menentukan pupuk bersubsidi yang dijual oleh PT Pusri sebanyak 1.650.000 ton per tahun. Sisa dari produksi pupuk yang ada setelah dikurangi dengan penjualan pupuk bersubsidi di jual untuk perkebunan dan industri berdasarkan harga yang berlaku dipasaran.

Untuk tahun 2005 PT Pusri berhasil menjual pupuk urea sebanyak 2.071.106,3 ton. Perhitungan ini didapat dari :

Tabel 4 Penjualan Pupk Urea Tahun 2005

Jumlah unit (Ton)
Persediaan barang jadi awal 349.531,0
Produksi periode ini 2.045.860,0
Persediaan barang jadi akhir (324.284,7)
Total Penjualan 2.071.106,3

Sumber : Data diolah, 2007

Dari 2.071.106,3 ton penjualan pupuk urea sebanyak 1.650.000 ton untuk penjualan pupuk bersubsidi. Dengan demikian jumlah pupuk urea yang dijual ke perkebunan dan industri atau non subsidi adalah :

Total Penjualan pupuk urea non subsidi =  Total Penjualan – penjualan bersubsidi

= 2.071.106,3 ton – 1.650.000 ton

= 421.106,3 ton

= 421.106.300 kg

Keuntungan yang diperoleh PT Pusri untuk tahun 2005 dari penjualan pupuk urea per kg adalah :

Harga Jual per kg = HPP + Laba yang diharapkan

Rp 2.200,00         = Rp 1.806,07 + Laba yang diharapkan

Laba yang            = Rp 2.200,00 – Rp 1.806,07

Diharapkan

= Rp 393,93/ kg

Jadi total keuntungan yang diperoleh dari penjualan pupuk urea untuk tahun 2005 adalah:

Total keuntungan        = laba per kg x Total penjualan pupuk

= Rp 393,93 x  421.106.300 kg

= Rp 165.886.404.759,00

Sedangkan untuk tahun 2006 PT Pusri berhasil menjual pupuk urea sebanyak 1.783.847,6 ton. Perhitungan ini didapat dari :

Tabel 5 Penjualan Pupuk Urea Tahun 2006
Jumlah unit (Ton)
Persediaan barang jadi awal 324.284,7
Produksi periode ini 2.051.250,0
Persediaan barang jadi akhir (591.687,1)
Total Penjualan 1.783.847,6

Sumber : Data diolah, 2007

Dari 1.783.847,6 ton penjualan pupuk urea sebanyak 1.650.000 ton untuk penjualan pupuk bersubsidi. Dengan demikian jumlah pupuk urea yang dijual ke perkebunan dan industri sebesar 133.847,6 ton.

Total Penjualan pupuk urea     =   Total Penjualan – penjualan bersubsidi

non subsidi

= 1.783.847,6 ton – 1.650.000 ton

= 133.847,6 ton

= 133.847.600 kg

Keuntungan yang diperoleh PT Pusri untuk tahun 2006 dari penjualan pupuk urea per kg adalah :

Harga Jual per kg = HPP + Laba yang diharapkan

Rp 2.200,00         = Rp 1.969,9 + Laba yang diharapkan

Laba yang            = Rp 2.200,00 – Rp 1.969,90

Diharapkan

= Rp 230,1 kg

Jadi total keuntungan yang diperoleh dari penjualan pupuk urea untuk tahun 2006 adalah:

Total keuntungan        = laba per kg x Total penjualan pupuk

= Rp 230,1 x  133.847.600 kg

= Rp 30.798.332.760,00

Penentuan Harga Jual di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang

PT Pusri Palembang dalam hal penentuan harga jual berdasarkan pada harga yang ditetapkan oleh pemerintah dan harga pasar. Dalam hal penetapan harga oleh pemerintah, pemerintah menetapkan harga pupuk bersubsidi. Harga pupuk bersubsidi yang ditetapkan oleh pemerintah didasarkan pada kemampuan daya beli petani. Untuk tahun 2005 dan tahun 2006 harga pupuk bersubsidi yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar Rp 1.200,00 per kilogram. Sedangkan harga yang berlaku dipasaran tanpa subsidi pemerintah sebesar Rp 2.200,00 per kilogram. Dalam hal ini, pemerintah hanya membayar kekurangan harga pupuk berdasarkan pada harga pokok produksi ditambah biaya distribusi pupuk, yang berarti PT Pusri tidak diperkenankan untuk memperoleh keuntungan dari penjualan pupuk bersubsidi.

Biaya                           Harga                          Biaya                           Harga

Produksi                      Pokok                          Distribusi                     Pokok

Produksi                                                          Penjualan

Gambar 2 Proses Cost Accounting

Sumber : PT Pusri Palembang, 2007

Biaya distribusi pupuk terdiri dari Biaya angkutan, sewa gudang, bongkar muat, sewa kapal pupuk kantong, biaya pallet dan terpal, biaya survey.

–          Biaya Angkutan

Biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk proses pengangkutan pupuk urea dari gudang penyimpanan pupuk ke gudang distributor.

–          Sewa Gudang

Biaya ini dikeluarkan untuk sewa gudang penyimpanan pupuk yang tidak dimiliki PT Pusri, terdapat di daerah-daerah penyalur pupuk.

–          Bongkar Muat

Biaya ini dikeluarkan untuk proses bongkar muat pupuk dari kapal ke mobil pengangkutan gudang.

–          Sewa Kapal Pupuk Kantong

Biaya ini dikeluarkan untuk pengangkutan pupuk dengan menggunakan kapal sewa yang tidak dimiliki PT Pusri

–          Biaya Pallet dan Terpal

Biaya ini dikeluarkan untuk pallet (alas bawah pupuk) dan terpal (penutup pupuk) di gudang penyimpanan.

–          Biaya Survey

Biaya ini dikeluarkan untuk survey distribusi pupuk sampai ke konsumen.

Berdasarkan pada data yang ada biaya produksi untuk tahun 2005 sebesar Rp 897,14 / kg, sedang tahun 2006 biaya produksi sebesar Rp 911,99 / kg. Biaya distribusi untuk tahun 2005 sebesar Rp 1.882.491.200.000,00 dan untuk tahun 2006 sebesar Rp 1.887.150.000.000,00. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 6 Biaya Distribusi Pupuk Urea

Jenis Biaya

Tahun 2005

(000)

Tahun 2006

(000)

Biaya Angkutan

204.586.000

205.125.000

Sewa Gudang

306.879.000

307.687.500

Bongkar Muat

562.611.500

564.093.750

Sewa Kapal Pupuk Kantong

358.025.500

358.968.750

Biaya Pallet dan Terpal

173.898.100

174.356.250

Biaya Survey

276.191.100

276.918.750

Total Biaya

1.882.491.200

1.887.150.000

Sumber : Data diolah, 2007

Dari data diatas maka untuk tahun 2005 biaya distribusi per kilogram pupuk urea adalah :

Biaya distribusi           = Total Biaya distribusi

Pupuk urea                         Total penjualan

= Rp 1.882.491.200.000,00

2.071.106,3 ton

= Rp 908.930,00 per ton

= Rp908,93 / kg

Sehingga total harga pokok penjualan adalah :

Harga Pokok Penjualan = Harga pokok Produksi + Biaya distribusi

= Rp 897,14 + Rp 908,93

= Rp 1.806,07 / kg.

Sedangkan untuk tahun 2006, biaya distribusi per kilogram pupuk urea adalah :

Biaya distribusi           = Total Biaya distribusi

Pupuk urea                         Total penjualan

= Rp 1.887.150.000.000,00

1.783.847,6 ton

= Rp 1.057.909,88 per ton

= Rp1.057,91 / kg

Sehingga total harga pokok penjualan adalah :

Harga Pokok Penjualan = Harga pokok Produksi + Biaya distribusi

= Rp 911,99 + Rp 1.057,91

= Rp 1.969,9 / kg.

Kesimpulan

Dari hasil pembahasan yang penulis lakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :

  1. Biaya produksi pupuk urea PT Pupuk Sriwidjaja merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi pupuk urea. Pengklasifikasian terhadap biaya-biaya yang terjadi untuk memproduksi pupuk urea telah dilakukan dengan tepat oleh PT Pupuk Sriwidjaja berdasarkan pada standar akuntansi yang berlaku umum, yang terdiri dari tiga unsur biaya produksi, yaitu biaya bahan baku, biaya upah/tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Pengklasifikasian biaya-biaya ini menghasilkan total biaya produksi pupuk urea untuk masing-masing pabrik. Total biaya produksi untuk masing-masing pabrik diakumulatifkan menjadi harga pokok produksi pupuk urea. Harga pokok produksi pupuk urea untuk tahun 2005 adalah sebesar Rp 879,14 per kg. Sedangkan untuk tahun 2006 sebesar Rp 911,99 per kg.
  2. Keuntungan yang dicapai PT Pupuk Sriwidjaja dari penjualan pupuk urea hanya diperoleh dari penjualan pupuk ke perkebunan dan industri. Sedangkan penjualan pupuk urea bersubsidi kepada petani tidak memperoleh keuntungan karena pemerintah hanya mengganti biaya subsidi pupuk berdasarkan harga pokok penjualan. Keuntungan dari penjualan pupuk ke perkebunan dan industri untuk tahun 2005 adalah sebesar Rp.165.886.404.759,00 sedangkan tahun 2006 turun menjadi Rp 30.798.332.760,00.
  3. PT Pupuk Sriwidjaja dalam hal penentuan harga jual berdasarkan pada harga yang ditetapkan oleh pemerintah dan harga pasar. Dalam hal Penetapan harga oleh pemerintah, pemerintah menetapkan harga pupuk bersubsidi yang khusus dijual untuk petani, sedangkan penjualan ke perkebunan dan industri berdasarkan harga pasar.

Saran

Dari kesimpulan diatas, penulis memiliki saran-saran sebagai berikut :

  1. Terdapat selisih yang cukup signifikan pada biaya produksi pupuk urea untuk tahun 2005 dan 2006. Hal ini disebabkan karena terjadinya kenaikan harga gas alam sebagai bahan baku pembuatan pupuk urea. Disarankan agar PT Pupuk Sriwidjaja dalam membeli gas dari pemasok dengan sistem kontrak harga untuk jangka waktu yang cukup lama. Sehingga perusahaan dapat mengukur dengan lebih baik efisiensi yang telah dilakukan terhadap biaya produksi pupuk urea.
  2. Untuk meningkatkan keuntungan dari penjualan pupuk urea, sebaiknya   PT Pupuk Sriwidjaja meningkatkan produksi agar dapat menjual lebih banyak pupuk ke perkebunan dan industri, terutama untuk ekspor. Tentunya setelah memenuhi kebutuhan pupuk urea dalam negeri, terutama buat petani. Disamping itu, tata niaga pendistribusian pupuk urea lebih ditingkatkan lagi agar persediaan akhir pupuk urea tidak menumpuk digudang. Hal ini terlihat dari besarnya persediaan akhir pupuk urea tahun 2006 dibandingkan tahun 2005.

DAFTAR RUJUKAN

Hanafi, Mahmud M & Halim Abdul. 2003. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: AMP YKPN Yogyakarta.

Kholmi, Masiyah & Yuningsih. 2002. Akuntansi Biaya. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang..

Mulyadi. 2000. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Aditya Media.

Mulyono, Sri. 2003. Statistika untuk Ekonomi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarata.

Poerwadarminta, W.J.S. 2006. Kamus Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Riwayadi. 2006.  Akuntansi Biaya. Andalas University Press. Padang.

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan ke-7. IKAPI Alfabeth. Jakarata.

Usry, Carter. 2004. Akuntansi Biaya.. Jakarta: Salemba Empat.

Usry, Milton F & Lawrence Hammer. 1999. Akuntansi Biaya: Perencanaan dan Pengendalian. Jakarta: Erlangga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *