Uhang Dihi
Anak Rantau

Archive for March, 2015

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah

Tue ,31/03/2015

A Yani Ranius
Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bina Darma Palembang
ay_ranius@yahoo.com

Abstrak
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah sistem yang dapat membantu seseorang dalam mengambil keputusan juga merupakan suatu pendekatan untuk mendukung pengambilan keputusan pada sebuah masalah tertentu. Pengambilan keputusan adalah sebuah pemilihan dari beberapa alternatif pilihan dengan harapan akan menghasilkan sebuah keputusan yang baik. Sistem pendukung keputusan menggunakan data, memberikan antarmuka pengguna (user interface) yang mudah digunakan, dan dapat menggabungkan pemikiran pengambil keputusan. Metode dalam sistem pendukung keputusan yaitu metode Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan metode untuk melakukan pengambilan keputusan secara ilmiah dan rasional untuk memberikan solusi terhadap masalah multi kriteria dan kompleks dengan berbagai alternatif. SPK dapat dipakai untuk memilih perguruan tinggi swasta dengan menggunakan metode AHP dengan kriteria kualitas, fasilitas, dan biaya.

Keywords : AHP, Biaya, Fasilitas, Kriteria, SPK

1. PENDAHULUAN
Metode komputasi yang berkembang saat ini adalah metode sistem pengambilan keputusan (Decisions Support System). Sistem pendukung keputusan memiliki banyak sekali metode-metode yang digunakan diantaranya adalah metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Merupakan metode untuk melakukan pengambilan keputusan secara ilmiah dan rasional untuk memberikan solusi terhadap masalah kriteria yang kompleks dari berbagai alternatif.
Saat ini tekonologi informasi (IT) bukanlah hal yang tabu atau baru bagi para lulusan SMA/SMK. Oleh karenanya pengetahuan dibidang IT dapat membantu dalam menentukan pilihan perguruan tinggi swasta yang tepat dijadikan sebagai tempat kuliah. Akan tetapi banyak calon mahasiswa merasa kesulitan untuk menentukan perguruan tinggi mana yang akan dipilih khususnya perguruan tinggi swasta di Palembang.
Metode yang pilih dalam penelitian ini adalah metode AHP yang dapat memberikan alternatif dari beberapa pilihan perguruan tinggi yang akan menjadi pilihan tempat kuliah. Pertimbangan lain dari permasalahannya adalah alternatif dan kriteria. Dengan menggunakan metode AHP masalah-masalah tersebut dapat memberikan pilihan sehingga didapatkan alternatif untuk menetapkan pilihan perguruan tinggi yang dipilih. Penelitian ini mencari alternatif pemecahan masalah dalam pemilihan perguruan tinggi swasta yang ada di Palembang dengan mempertimbangkan fasilitas, biaya dan kualitas.

2. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan sangatlah penting dalam suatu melakukan penetitian, oleh karenanya penelitian tersebut menentukan suatu keputusan atau kesimpulan akan ditentukan. Penelitian tindakan (action research) yaitu penelitian terhadap sebuah kasus dan akan diselesaikan menggunakan metode AHP dengan membuat sebuah rancangan aplikasi.

3. HASIL PENELITIAN
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan suatu sistem yang mendukung manajer dalam pengambilan keputusan untuk permasalahan semi terstruktur. Sistem Pendukung Keputusan juga digunakan sebagai alat bantu bagi para manajer untuk memperluas kapabilitas mereka dalam pengambilan keputusan dan bukan untuk menggantikan manajer . (6)
Dalam SPK ada beberapa bagian yaitu: (3)
1. Data internal dan eksternal.
Data internal yaitu data yang sudah ada dalam suatu organisasi dan dapat dikendalikan oleh organisasi tersebut, yaitu data mengenai orang, produk, layanan dan proses-proses.
Data eksternal yaitu data yang tidak dapat diambil dari organisasi, dan data tersebut berasal dari luar sistem.
2. Manajemen data sub sistem.
Manajemen data digunakan untuk menyimpan data yang dihasilkan oleh internal dan eksternal serta dapat diinterkoneksikan dengan data warehouse perusahaan untuk data perusahaan yang relevan untuk pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pimpinan.
3. Manajemen model.
Manajemen model adalah paket perangkat lunak yang memasukkan model keuangan, statistik, ilmu manajemen, atau model kuantitatif lainnya yang memberikan kapabilitas analitik dan manajemen perangkat lunak yang tepat dan digunakan untuk menyederhanakan permasalahan sehingga masalah lebih mudah dipahami, meminimalkan biaya dan meminimalkan resiko agar lebih efektif.
4. Manajemen Pengetahuan.
Subsistem ini mendukung semua subsistem lain atau bertindak langsung sebagai suatu komponen independen dan sifatnya optional. Dapat memberikan intelegensi untuk memperbesar pengetahuan bagi pengambil keputusan. Bagian dari sistem ini dapat diinterkoneksikan dengan repositori pengetahuan perusahaan (bagian dari sistem manajemen pengetahuan), umumnya yang disebut basis pengetahuan organisasional, pengetahuan ini bersifat opsional artinya bisa digunakan bisa juga tidak digunakan. Manajemen pengetahuan biasa digunakan jika modelnya berbasis kecerdasan buatan.
5. Antar Muka Pemakai.
Pengguna berkomunikasi dengan dan memerintahkan DSS melalui subsistem ini, pengunanya adalah merupakan bagian yang dipertimbangkan dari sistem. Antarmuka pemakai sistem ini sebagai perantara atau yang menghubungkan antara user dan programmer, user yang bertindak sebagai manajer.
3.1. Analytical Hierarchy Process (AHP)
Menurut Supriyono dkk, metode AHP merupakan salah satu model untuk pengambilan keputusan yang dapat membantu kerangka berfikir manusia. Metode ini dikembangkan oleh Thomas L Saaty pada tahun 1970an. Dasar berfikirnya metode AHP ini adalah proses membentuk skor secara numerik untuk menyusun rangking setiap alternatif keputusan berbasis pada bagaimana sebaiknya alternatif itu dicocokkan dengan kriteria pembuat keputusan.(5)
Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode merupakan penggabungan antara kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat. Struktur AHP yaitu: (4)

Gambar 1 Struktur AHP (4)
Dengan demikian AHP digunakan manakala keputusan yang diambil melibatkan banyak faktor, saat pengambil keputusan mengalami kesulitan dalam menentukan bobot setiap faktor tersebut. AHP akan memecahkan suatu situasi yang kompleks, tidak terstruktur ke dalam beberapa komponen dalam susunan yang hirarki. Dengan memberi nilai subjektif tentang pentingnya setiap variable secara relative, dan menetapkan variable mana yang memiliki prioritas yang paling tinggi bertujuan untuk mempengaruhi hasil pada situasi saat keputusan akan diambil.
3.2. Prinsip dasar AHP
Untuk menyelesaikan permasalahan menggunakan metode AHP ada beberapa prinsip yang harus dipahami yaitu (2) :
1. Membuat hierarki.
Hierarki digunakan untuk mempermudah pemahaman yaitu dengan cara memecahnya menjadi elemen-elemen pendukung, penyusunan elemen dilakukan secara hierarki dan menggabungkannya.
2. Pemilihan kriteria dan alternatif kriteria dan alternatif dilakukan dengan melakukan perbandingan berpasangan. Menurut Saaty dalam bukunya untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik untuk mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan dapat diukur dengan tabel analisis berikut :

Tabel 1 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan (4)
Tingkat Kepentingan Definisi
1 Kedua elemen sangat penting
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dibanding elemen yang lain
5 Elemen yang satu esensial atau sangat penting dibanding elemen yang lainnya
7 Elemen yang satu benar-benar lebih penting dari yang lain
9 Elemen yang satu mutlak lebih penting dibanding elemen yang lain
2,4,6,8 Nilai tengah diantara dua penilaian berurutan
Kebalikan Jika aktifitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktifitas j, maka j akan memiliki nilai dibandingkan dengan nilai i

3. Menentukan prioritas (Synthesis of priority). Setiap kriteria dan alternatif perlu dilakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif dari seluruh alternatif kriteria bisa disesuiakan dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot dan prioritas dihitung dengan memanipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematika.
4. Konsistensi logis (Logical Consistency) Arti konsistensi yaitu:
a. Objek-objek yang serupa bisa dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi.
b. Menyangkut tingkat hubungan antar objek yang didasarkan pada kriteria tertentu.

4. PEMBAHASAN
Metode AHP adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan mengurai persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya. Metode AHP membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan didasari dari berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan kriteria yang ditentukan dan logika sesuai aturan dari berbagai persoalan, selanjutnya dengan menyeimbangkan dari berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok untuk diterapkan (4).
Proses hierarki adalah suatu model yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun kebijakan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat perkiraan agar masing-masing dapat memperoleh pemecahan dari persoalan yang ada sesuai dengan yang diinginkan Ada dua alasan untuk menyatakan suatu tindakan akan lebih baik dibanding tindakan lain. Pertama adalah pengaruh tindakan tersebut kadang-kadang tidak dapat dibandingkan karena sutu ukuran atau bidang yang berbeda. Kedua adalah menyatakan bahwa pengaruh tindakan tersebut kadang-kadang saling bentrok, yang berarti perbaikan pengaruh tindakan tersebut yang satu dapat dicapai dan yang lainnya tidak. Dari alasan tersebut akan menyulitkan dalam membuat ekuivalensi antar pengaruh sehingga diperlukan suatu skala luwes yang disebut prioritas.
Prinsip Dasar dan Aksioma AHP
AHP berdasarkan atas 3 prinsip dasar yaitu : (1)
1. Dekomposisi, dengan prinsip ini struktur masalah yang kompleks dibagi menjadi bagian-bagian secara hierarki. Tujuannya untuk mendefinisikan dari yang umum sampai khusus. Bentuk yang paling sederhana struktur akan dibandingkan dengan tujuan, kriteria dan level alternatif. Himpunan alternatif dapat dibagi dengan lebih banyak menjadi tingkatan yang lebih detail, mencakup lebih banyak kriteria yang lain. Level paling atas dari hirarki tersebut merupakan tujuan yang terdiri atas satu elemen. Level berikutnya mungkin memiliki beberapa elemen, dari elemen-elemen tersebut bisa dibandingkan apakah memiliki kepentingan yang hampir sama dan tidak memiliki perbedaan yang terlalu mencolok. Bila perbedaan tersebut terlalu besar harus dibuatkan level yang baru.
2. Perbandingan penilaian/pertimbangan (comparative judgments), menggunakan prinsip ini akan dibangun perbandingan berpasangan dari semua elemen yang ada dengan tujuan menghasilkan skala kepentingan relatif dari elemen yang ada. Penilaian dapat menghasilkan skala penilaian yang berupa angka. Perbandingan seacara berpasangan dalam bentuk matriks bila dikombinasikan akan menghasilkan prioritas.
3. Sintesa prioritas, dilakukan dengan mengalikan prioritas lokal dengan prioritas dari kriteria bersangkutan di level atasnya dan menambahkannya ke tiap elemen dalam level yang dipengaruhi oleh kriteria. Hasil yang diperoleh berupa gabungan atau dikenal dengan prioritas global yang kemudian digunakan untuk memboboti prioritas lokal dari elemen di level terendah sesuai dengan kriterianya.
4.1. Prosedur AHP
Langkah-langkah atau prosedur pada metode AHP adalah (2):
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, selanjutnya menentukan hierarki dari permasalahan yang dihadapi. Penyusunan hierarki dilakukan dengan cara menetapkan tujuan yang merupakan sasaran system pada level teratas.
2. Menentukan prioritas elemen.
a. Membuat perbandingan yang berpasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang diberikan.
b. Matrik perbandingan berpasangan diisi menggunakan bilangan untuk mempresentasikan kepentingan relatif dari suatu elemen terhadap elemen yang lainnya.
3. Sintesis Pertimbangan – pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas. Hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah :
a. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom matrik.
b. Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matrik.
c. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapat nilai rata-rata.
4. Mengukur konsistensi.
Dalam pembuatan keputusan perlu diketahui seberapa baik konsistensi yang akan ada, karena jika tidak menginginkan keputusan berdasarkan kepentingan dengan konsistensi yang rendah. Hal yang harus dilakukan dalam langkah ini yaitu :
a. Kalikan nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen pertama, lalu nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatif elemen yang kedua, dan seterusnya.
b. Jumlahkan setiap baris.
c. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan banyaknya elemen yang ada, dan hasilnya disebut lamda maks (λ maks).
5. Hitung Consistency Index (CI) dengan rumus : CI = (λ maks-n) / n dimana n = banyaknya elemen.
6. Hitung Rasio Konsistensi (consistency ratio) / CR dengan rumus : CR = CI / IR dimana CR = Consistency Ratio, CI = Consistency Index, IR = Indeks Random Consistency.
7. Memeriksa konsistensi hierarki.
Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data judgement harus diperbaiki. Namun jika rasio konsistensi (CI / IR) ≤ 0,1 maka hasil perhitungan bisa dinyatakan benar. Daftar indeks random konsistensi (IR) yaitu :

Tabel 2 Daftar Indeks Random Konsistensi (4)
Ukuran Matrik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nilai IR 0 0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49

Gambar 2 Flowchart prosedur metode AHP
8. Langkah – langkah dan proses Analisis Hierarki Proses (AHP) sebagai berikut :
a. Mendefinisikan permasalahan dan menentukan tujuan. Jika AHP digunakan untuk memilih dari alternatif yang ada atau menyusun prioriras alternatif, tahapan ini dilakukan untuk pengembangan alternatif.
b. Menyusun masalah kedalam hierarki sehingga permasalahan yang kompleks dapat ditinjau dari sisi yang detail dan terukur.
c. Penyusunan prioritas untuk tiap elemen masalah pada hierarki. Proses tersebut menghasilkan bobot atau kontribusi elemen terhadap pencapaian tujuan sehingga elemen dengan bobot tertinggi memiliki prioritas penanganan. Prioritas yang dihasilkan dari suatu matriks perbandingan berpasangan antara seluruh elemen pada tingkat hierarki yang sama.
d. Melakukan pengujian konsitensi terhadap perbandingan antar elemen yang didapatkan pada tiap tingkat hierarki.
4.2. Pengolahan Data
Untuk menganalisa sistem ini maka penulis gunakan sebuah kasus sebagai berikut : calon mahasiswa akan memilih perguruan tinggi sebagai tempat kuliahnya, diantara perguruan tinggi yang akan dijadikan sebagai referensi yaitu perguruan tinggi swasta A, B dan C. Calon mahasiswa akan memilih peguruan tinggi berdasarkan tiga pilihan kriteria, yaitu :
1. Perguruan tinggi yang berkualitas, parameternya adalah :
a. Baik, jika terakreditasi B atau A.
b. Cukup, jika terakreditasi C.
c. Buruk, jika tanpa akreditas atau masih ijin dikti2.
2. Perguruan tinggi yang memiliki fasilitas dengan parameter :
a. Memadai
1. Mempunyai laboraturium komputer dan jumlah komputer sesuai jumlah mahasiswa dalam 1 kelas.
2. Gedung milik sendiri.
3. Mempunyai area parkir yang luas.
4. Mempunyai perpustakaan.
b. Kurang memadai
1. Mempunyai laboraturium komputer dan jumlah komputer kurang dari jumlah mahasiswa dalam 1 kelas.
2. Gedung milik sendiri
3. Mempunyai area parkir yang luas.
4. Mempunyai perpustakaan.
c. Tidak memadai
1. Mempunyai laboraturium komputer dan jumlah komputer kurang dari jumlah mahasiswa dalam 1 kelas
2. Gedung bukan milik sendiri
3. Tidak mempunyai area parkir yang luas
4. Mempunyai perpustakaan.
3. Perguruan tinggi yang biaya perkuliahannya terjangkau, parameternya adalah :
a. Mahal jika biaya masuk dan biaya persemesternnya ≥ 10.000.000
b. Sedang jika biaya masuk dan biaya persemesternnya < 10.000.000 - ≥ 7.500.000 c. Murah jika biaya masuknya dan biaya persemesternnya < 7.500.000 Langkah penyelesaian dari kasus tersebut yaitu : Menentukan prioritas kriteria. a. Membuat matrik perbandingan berpasangan. Tabel ini berisi perbandingan nilai antara kualitas dengan kualitas, kualitas dengan fasilitas, kualitas dengan biaya, kualitas dengan kualitas, biaya dengan biaya, dan fasilitas dengan biaya. Tabel 3 Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria Kualitas Fasilitas Biaya Fasilitas 3,000 1,000 2,000 Biaya 4,000 0,500 1,000 Kualitas 1,000 0,333 0,250 Jumlah 8,000 1,833 3,250 b. Membuat matrik nilai kriteria Tabel ini untuk menjumlahkan nilai dan untuk menentukan prioritas dari masing kriteria. Tabel 4 Matrik Nilai Kriteria Kriteria Kualitas Fasilitas Biaya Jumlah Prioritas Fasilitas 0,375 0,545 0,615 1,536 0,512 Biaya 0,500 0,273 0,308 1,080 0,360 Kualitas 0,125 0,182 0,077 0,384 0,128 c. Membuat matrik penjumlahan setiap baris Pada tabel ini untuk menjumlahkan dari masing-masing kriteria. Tabel 5 Matrik Penjumlahan Setiap Baris KRITERIA Kualitas Fasilitas Biaya Jumlah Fasilitas 1,536 0,512 1,024 3,072 Biaya 2,048 0,256 0,512 2,816 Kualitas 0,512 0,171 0,128 0,811 d. Penghitungan rasio konsistensi Pada tabel ini untuk menentukan konsistensi hierarki. Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data judgement harus diperbaiki. Namun jika rasio konsistensi (CI/CR) ≤ 0,1 maka hasil perhitungan bisa dinyatakan benar. Tabel 6 Matrik Rasio Konsistensi Jml/baris Prioritas Hasil Kualitas 0,811 0,128 0,938 Fasilitas 3,072 0,512 3,584 Biaya 2,816 0,360 3,176 Jumlah 7,698 Dari tabel perhitungan rasio konsistensi diperoleh : n (jumlah kriteria) : 3 λ maks (jumlah/n) : 2,566 CI ((λ maks-n)/n) : -0,145CR (CI/IR) : -0,249 Perhitungan dari poin a sampai poin d juga dilakukan pada kriteria fasilitas, biaya dan kualitas, sehingga menghasilkan nilai seperti yang ada pada tabel 7. 4. Menghitung hasil. Pada tabel ini sudah diperoleh nilai hasil akhir dari perhitungan AHP, sehingga nilainya akan dijadikan untuk acuan untuk pemilihan perguruan tinggi swasta. Tabel 7 Matrik Hasil KUALITAS 0,128 FASILITAS 0,512 BIAYA 0,360 Baik 1,000 Memadai 1,000 Mahal 1,000 Cukup 0,581 Kurang Memadai 0,384 Sedang 0,806 Buruk 0,329 Tidak Memadai 0,439 Murah 0,335 Seandainya diberikan data nilai dari 3 lokasi usaha, maka hasil akhirnya sebagai berikut : Tabel 8 Matrik Contoh Perguruan Tinggi Yang Akan Dipilih PTS Kualitas Fasilitas Biaya A Baik Memadai Mahal B Baik Kurang Memadai Sedang C Cukup Tidak Memadai Murah Dari tabel 8 dapat menggunakan nilai dengan memadukan tabel 7 sehingga mendapatkan hasil seperti yang ada pada tabel 9. Tabel 9 Matrik Pemilihan Perguruan Tinggi Komputer PTS Kualitas Fasilitas Biaya Total A 0,128 0,512 0,360 1,000 B 0,128 0,197 0,290 0,615 C 0,074 0,225 0,121 0,420 Dengan demikian total nilai yang paling besar dapat ditentukan nilai sebagai hasil akhirnya dengan kata lain dapat menentukan pilihan perguruan tinggi swasta yang menjadi rekomendasi pilihan. Tabel 10 Hasil Akhir Alternatif A. Perguruan Tinggi A B. Perguruan Tinggi B C. Perguruan Tinggi C Dari hasil perhitungan diatas maka disimpulkan bahwa perguruan tinggi A yang layak untuk dipilih berdasarkan metode AHP dengan penilaian fasilitas yang memadai, biaya mahal dan fasilitas baik. 5. KESIMPULAN Dalam sistem pendukung keputusan ini dapat diambil kesimpulan : 1. Sistem pendukung keputusan menggunakan metode AHP dapat digunakan untuk memilih perguruan tinggi swasta sebagai tempat kuliah. 2. Hasil perhitungan yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai rekomendasi yang dapat digunakan calon mahasiswa untuk menentukan pilihan perguruan tinggi swasta. 3. Penentuan pilihan perguruan tinggi sangatlah berpengaruh dari pilihan secara individu karena jika terdapat kekeliruan pada perguruan tinggi yang dipilih maka akan sangat mempengaruhi hasilnya dan juga keluaran yang berbeda pula. DAFTAR PUSTAKA [1] Astuti, Yuli, Seniwati, Erni, 2011; Sistem Pendukung Keputusan Untuk Pemilihan Lokasi Usaha Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP), Prosiding Seminar Nasional Teknoin, ISSN : 0583-8697. [2] Kusrini, 2007, Konsep dan aplikasi sistem pendukung keputusan, Andi Offset, Yogyakarta. [3] _______, Sulistyawati, Ester, 2006; Pemanfaatan analytical hierarchy process (AHP) sebagai model sistem pendukung keputusan seleksi penerimaan karyawan. Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana VI 2006, Program Pascasarjana Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. [4] Saaty, T.L., 2004. Decision making-the analytic hierarichal process and theanalytic network process. Journal of Systems Science and Systems Engineering. Vol 13 (1) : 35. [5] Supriyono, dkk., 2007. Sistem Pemilihan Pejabat Struktural dengan Metode AHP, Prosiding Seminar Nasional III SDM Teknologi Nuklir, Yogyakarta. 21-22 Nopember 2007. ISSN 1978-0176 [6] Turban, 2005, Decision Support Systems and Intelligent Systems (Sistem pendukung keputusan dan system cerdas) Jilid 1, Andi Offset, Yogyakarta.

HUBUNGAN PEMASARAN SECARA ONLINE TERHADAP KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN

Tue ,31/03/2015

A. Yani Ranius
Manajemen Informatika, Jl. A. Yani No 12 Palembang
email: ay_ranius@yahoo.com

Abstrak – Perubahan perilaku konsumen dalam membeli produk menuntut layanan pemasaran saat memasarkan produk secara online melalui internet. Dalam melakukan pembelian pada dasarnya konsumen menginginkan kemudahan pada saat membeli suatu produk. Keinginan tersebut diantaranya mendapatkan informasi produk yang diiklankan. Pemasaran melalui media internet yang dapat diakses menyesuaikan kebutuhan mereka terhadap suatu produk. Guna memenuhi kebutuhan konsumen akan infomasi suatu produk maka para pengusaha khususnya bagian pemasaran menyadari bahwa mereka segera menyesuaikan cara tidak hanya pemasaran secara konvensional tetapi juga melakukan cara pemasaran berbasis internet atau secara online. Dengan menerapkan cara pemasaran seperti ini diharapkan mampu meningkatkan omset yang akan meningkatkan penjualan. Tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui apakah pemasaran produk secara online dapat mempengaruhi keputusan konsumen untuk pembelian suatu produk.

Kata Kunci: Pemasaran, Online, Pembelian.

I. PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi yang semakin maju terutama dibidang Internet, menciptakan cara baru untuk menawarkan produk. Saat ini pemasaran dapat dapat dilakukan melalui teknologi internet yang cepat dan mampu menjangkau konsumen secara global dalam waktu singkat. Ditinjau dari sisi biaya operasional tidak terlalu besar. Metode pemasaran dengan menggunakan media elektronik ini dapat menekan biaya operasional pemasaran serta dapat meningkatkan omset penjualan. Melalui metode pemasaran ini maka dapat menciptakan hubungan antara konsumen dan produsen.
Pemasaran secara online dapat mempengaruhi proses periklanan yang dapat mempengaruhi tingkat pembelian oleh para pengguna internet. Dari informasi iklan tersebut dapat mempengaruhi keputusan para pengguna internet untuk melakukan pembelian. Cara pemasaran melalui internet dan periklanan dilakukan terus-menerus juga dapat berpengaruh secara langsung terhadap keputusan pembelian. Cara seperti ini dapat mengukur tingkat pelaksanaan program pada pemasaran, periklanan, pemasaran, serta keputusan konsumen untuk melakukan pembelian melalui Internet. Cara penilaian ini dilakukan berdasarkan tanggapan dan asumsi konsumen.

II. LANDASAN TEORI
2.1. Transaksi Elektronik.
Pemasaran dan pembelian secrara online merupakan bentuk transaksi elektronik yang dilakukan oleh penjual dan pembeli. Dalam melakukan transaksi elektronik dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer, jaringan internet, dan media elektronik pendukung lainnya. Penyelenggaraan transaksi elektronik adalah rangkaian transaksi adalah rangkaian transaksi elektronik yang dilakukan oleh pengirim dan penerima dengan menggunakan sistem elektronik.[6]

2.2. Pemasaran.
Hukum pemasaran berasumsi bahwa dengan menganggap hal lainnya tetap, kuantitas barang yang ditawarkan akan meningkat ketika harga barang tersebut terus meningkat [5]. Hubungan antara harga produk dengan kuantitas yang ditawarkan dapat dilihat dalam skedul pemasaran (supply schedule)[5]. Dapat dikatakan bahwa pemasaran adalah sejumlah barang atau jasa yang tersedia dapat dijual oleh penjual pada berbagai tingkat harga dalam waktu tertentu.

2.3. Online
Secara umum sesuatu yang dikatakan online adalah bila ia terkoneksi atau terhubung dalam suatu jaringan ataupun sistem yang lebih besar. Arti kata online lainnya yang lebih spesifik yaitu dalam percakapan secara umum pada, jaringan atau network. Dalam konteks ini biasanya lebih mengarah pada fasilitas internet sehingga online lebih pada menjelaskan status bahwa ia dapat mengdiakses melalui internet. Dapat dikatakan online adalah terhubung, terkoneksi, aktif yang siap untuk komunikasi dan dikontrol oleh komputer. Online juga bisa diartikan sebagai suatu keadaan dimana sebuah device (komputer) terhubung dengan device lain melalui perangkat modem. Online adalah sedang menggunakan jaringan yang terhubung dalam jaringan, satu perangkat dengan perangkat lainnya yang terhubung sehingga bisa saling berkomunikasi.

2.4. Pembelian
Proses pengambilan keputusan pembelian dimana konsumen melakukan pemembelian. Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan [4]. Dapat dikatakan bahwa pembelian merupakan keputusan konsumen dalam kegiatan untuk mendapatkan barang atau jasa yang ditawarkan.
Pemasaran melalui internet umumnya berkisar pada hal-hal yang berhubungan dengan produk periklanan, pencarian prospek atau pembeli serta penulisan kalimat pemasaran. Pemasaran internet secara umum meliputi kegiatan pembuatan desain web (web design), periklanan dengan menggunakan gambar tampilan, mempromosikan perusahaan melalui mesin pencari informasi (search engine), surat elektronik (e-mail), periklanan lewat e-mail (email advertising), advertensi interaktif (interactive advertising) dan lain-lain.
Ada dua jenis cara pemasaran online, yaitu :
a. Layanan online komersial yaitu layanan lewat internet yang memberikan informasi dan layanan kepada pelanggan yang akan melakukan pembayaran, misalnya Artajasa sebagai penyedia fasilitas pembayaran online bagi perusahaan penyedia tagihan (billing provider). [2]
b. Internet, yaitu web global jaringan komputer yang berkembang pesat dan tidak mempunyai struktur manajemen secara pisik dan dapat juga tidak mempunyai kepemilikan sentral.

Gambar 1. Contoh Layanan Online [2]

Gambar 2. Contoh Pemasaran Online [3]

2.5. Keputusan Konsumen Pembelian
Pemasaran harus mempunyai pengetahuan yang cermat terhadap prilaku konsumen agar dapat memberikan keinginan pasar yang sesuai terhadap perubahan perilaku konsumen dan berupaya terus menerus merancang bauran perkembangan pasar.
Perilaku konsumen menggambarkan bagaimana konsumen dapat memutuskan untuk membeli dan bagaimana mereka dapat melakukan dan mengatur pembelien barang atau jasa. Proses pengambilan keputusan pembelian terdiri dari lima tahap: pengenalan masalah, pencarian informasi, dan evaluasi alternatif, keputusan pembelian, serta perilaku pasca pembelian. Lima tahap pada tiap pembelian, yaitu :

Gambar 3. Model lima tahap proses pembelian [4]

5.1. Pengenalan Masalah.
Proses pembelian dimulai dari pengenalan masalah sesuai dengan kebutuhan (need recognition) pembeli akan mengenali permasalahan atau kebutuhannya. Adanya perbedaan antara keadaan aktual dengan keadaan yang diinginkan. Kebutuhan dapat dipengaruhi oleh stimulus internal ketika muncul kebutuhan normal meningkat cukup tinggi sehingga menjadi pendorong keinginan. Saat kondisi ini, pemasaran harus membaca peluang untuk mengetahui kebutuhan apa yang muncul, dan bagaimana cara menawarkan produk ke konsumen agar membeli produk tersebut.
5.2. Pencarian Informasi.
Ketika konsumen sudah berkeinginan mencari informasi tentang produk yang ia butuhkan dan kemungkinan muncul dorongan kuat ia cenderung akan membelinya. Namun jika tidak, konsumen akan menyimpan rencananya itu kedalam ingatan untuk melakukannya dikemudian hari mengerjakan pencarian kembali tentang informasi yang berhubungan dengan kebutuhannya itu. Konsumen dapat memperoleh informasi dari sumber pribadi (dintaranya dari keluarga, teman, tetangga, rekan kerja), sumber penawarna komersial (seperti iklan, penjual, pengecer, situs Web), sumber publik (seperti koran, televisi, radio), atau sumber lain dari pengalaman (seperti pengguna atau pemakai produk). Diantara sumber informasi yang berbeda-beda tersebut relatif berpengaruh terhadap keputusan pembeli.
5.3. Penilaian Alternatif.
Cara konsumen mencari informasi yang menghasilkan sekumpulan beberapa produk yang akhirnya diantaranya akan ia pilih. Dari informasi produk yang telah diperoleh konsumen akan memilih alternatif produk yang dicari, untuk menjadi pertimbangan agar konsumen melakukan evaluasi secara tunggal dan sederhana untuk melakukan beberapa proses evaluasi. Cara konsumen mengevaluasi alternatif pembelian tergantung pada konsumen secara individual dan situasi pada saat melakukan pembelian. Pemasaran produk harus mempelajari pembeli agar dapat memberikan alternatif produk secara aktual. Jika pemasaran dapat mengetahui proses evaluasi konsumen maka pemasaran harus menentukan langkah agar dapat mempengaruhi keputusan konsumen.
5.4. Keputusan Pembeli.
Hasil evaluasi konsumen akan menghasilkan peringkat produk yang akan ia beli dan membentuk kecenderuangan (niat) untuk membeli. Keputusan pembelian konsumen yang akan membeli produk dapat berdasarkan merek yang paling disukai. Diantara kecenderungan pembelian dan keputusan pembelian dapat dipengaruhi oleh faktor sikap konsumen lain terhadap produk yang ia beli dan faktor situasi tak terduga.
5.5. Perilaku Setelah Pembelian.
Setelah membeli produk, konsumen akan merasa puas ataupun tidak puas, dan ini akan masuk ke perilaku konsumen setelah pembelian. Jika produk yang dibeli jauh dari harapan konsumen maka konsumen kecewa, dan jika produk yang dibeli telah memenuhi harapannya maka konsumen akan merasa terpuaskan. Akan tetapi jika produk tersebut melebihi harapannya, maka konsumen akan sangat senang. Penilaian konsumen terhadap produk yang dibeli merupakan kunci keberlangsungan hubungan jangka panjang dengan konsumen. Untuk mempertahankan dan menumbuhkan kepuasan konsumen serta untuk memetik hasilnya berupa konsumen akan kembali membeli dan akan menyampaikan ke orang lain tentang produk tersebut.
Saat konsumen melakukan pengambilan keputusan menjadi suatu keseluruhan melalu tiga komponen berikut : [7]
1. Masukan (Input)
Pengaruh dari luar akan berlaku sebagai sumber informasi tentang produk tertentu yang akan mempengaruhi nilai, sikap dan prilaku konsumen terhadap produk yang akan dibeli. Masukan ini terdiri dari dua yaitu pertama masukan pemasaran dilakukan secara langsung untuk memberikan informasi dan mempengaruhi konsumen untuk membeli dan menggunakannya. Kedua dari sisi sosial budaya yang akan mempengaruhi, yang bersumber dari komentar dan pendapat teman, pemakaian anggota keluarga, atau pendapat kelompok diskusi.
2. Proses (Process)
Proses merupakan model yang berhubungan dengan cara konsumen saat mengambil keputusan, terdapat tiga tahap yaitu :
a. Pengenalan kebutuhan terjadi saat konsumen dihadapkan dengan suatu masalah. Persoalan ini akan muncul dikalangan konsumen dengan dua kondisi pengenalan kebutuhan atau masalah yang berbeda.
b. Pembelian dimulai ketika konsumen merasa adanya kebutuhan yang harus dipenuhi dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk. Informasi pengalaman masa lalu dapat memepengaruhi konsumen untuk melakukan pilihan saat ini. Jika konsumen belum mempunyai pengalaman sebelumnya maka konsumen dapat melakukan pencarian informasi yang berguna sebagai dasar pemilihan untuk mencapai keputusan.
c. Penilaian alternative dilakukan para konsumen dengan menggunakan dua macam pencarian informasi diantaranya membuat daftar berdasarkan merek dan kriteria produk yang akan dipergunakan. Melakukan penilaian dari semua merek yang didata dan memilih berdasarkan kriteria si pemakai sehingga membantu proses pengambilan keputusan.
3. Keluaran (Output)
Pengambilan keputusan konsumen menjadi pertimbangan ada dua kegiatan setelah melakukan proses pembelian yakni perilaku pembelian dan penilaian setelah pembelian. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan kepuasaan konsumen terhadap pembelian produk tersebut. Pembelian yang bersifat penjajakan, konsumen akan berusaha menilai suatu produk dengan pemakaian langsung. Ada tiga hasil penilaian yang akan muncul yaitu kinerja yang sesungguhnya sesuai dengan harapan, kinerja melebihi harapan, dan ketidakpuasan konsumen. Penilaian ini mempunyai hubungan yang erat saat konsumen cenderung menilai pengalaman mereka ketika melakukan penilaian produk setelah melakukan pembelian

Gambar 4 Model Pengambilan Keputusan Konsumen[7]

III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Mencari Calon Pelanggan Secara Online
Memiliki produk yang baik dan berkualitas sebagai produk andalan tidak cukup untuk menarik minat calon pelanggan untuk membeli produk tersebut, ketatnya persaingan sekarang harus diikuti strategi jitu dalam menarik pelanggan. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain :
a. Product Knowledge, harus mengetahui produk yang dijual, spesifikasi dan manfaat produk, serta cara penggunaan atau perawatan produknya.
b. Target Konsumen, Sebaiknya menetapkan pasar calon pelanggan yang akan membeli produknya. Dengan demikian dapat lebih mendalami karakter pelanggan dan dapat mengetahui keinginkan pasar terhadap produknya.
c. Gaya bahasa yang memikat, harus dapat merangkai kata dalam iklan yang sesuai bagi mereka sesuai dengan target konsumen. Misalnya target pasar adalah kalangan pelajar, maka pemasaran seharusnya bisa memberi kesan pendidikan yang menarik dan semangat belajar yang disusun dalam iklan.
d. Tulis deskripsi lengkap keunggulan dan manfaat produk perusahaan ketika konsumen membeli produknya, spesifikasi produk, saran dan penilaian dari konsumen terhadap membeli produk tersebut.
e. Tampilan gambar atau visual produk, menawarkan produk dengan gambar atau dengan visualisasi produk akan lebih membuat konsumen tertarik melihat produk yang ditawarkan. Keinginan konsumen rasa ingin tahu dan penasaran terhadap produk tersebut akan mempengaruhi keputusan untuk membeli.
f. Promosi yang gencar, menawarkan produk promosi gencar terhadap produk yang dijual. Contoh membuat tulisan Potongan harga hingga 50%, Beli 2 Gratis 1, atau kata-kata lainnya.
g. Layanan penjualan, setelah melaksanakan transaksi pembelian produk tidak lupa juga untuk mencantumkan nama pelanggan agar dapat dihubungi bagian penjual perusahaan pembeli dapat sebanyak mungkin melakukan pembeliannya serta dapat memberikan rasa aman bagi pelanggan.
h. Cepat memberikan tanggapan, calon pelanggan ingin cepat dilayani dan begitu juga dalam melakukan transaksi jual beli online. Ketika pelanggan mengirim tanggapan terhadap produk yang ditawarkan, maka sebaiknya harus secepat mungkin menanggapinya. Hal ini akan berpengaruh dan berpeluang bagi pesaing untuk untuk berubah pikiran dan berpaling ke produk lain.

3.2. Pemasaran Online.
Pemasaran Online dilakukan dengan system komputer online secara interaktif, yang menghubungkan antara pembeli dan penjual menggunakan mendia elektronik.
Dua jenis pemasaran online :
a. Layanan Online Komersial, layanan yang menawarkan informasi dan pelayanan pemasaran secara online kepada pelanggan dan membayar biaya bulanan, seperti artajasa.co.id.
b. Internet, Web global jaringan komputer yang luas dan berkembang dan tidak memiliki manajemen dan kepemilikan terpusat.
Perdagangan elektronik (e-commerce) adalah istilah yang lazim pada proses pembelian dan penjualan menggunakan sarana elektronik. Proses tersebut dilakukan oleh konsumen online adalah penguna internet. Cara melakukan pemasaran online adalah dengan menciptakan kehadiran konsumen secara online. Cara seperti ini dilakukan dengan dua cara yaitu memberi ruang pada layanan online komersial dan membentuk situs internet tersendiri seperti situs web perusahaan.

3.3. Membuat Iklan Online
Merupakan layanan iklan yang akan muncul ketika para pencari layanan secrara online. Misalnya pada situs internet yang menyiapkan layanan iklan, tampilan jendela yang timbul dan tengelam, ticker, roadblock dan lain-lain. Cara lain misalnya mengikuti dan berperan aktif dalam subuah forum, group tertentu, dan diantara kelompok masyarakat internet. Kesempatan ini akan memungkinkan untuk menampilkan atau menyisipkan iklan.
Media e-mail atau webcasting, dimaksudkan melalui webcasting proses download yang dilakukan secara otomatis. Informasi yang disampaikan dapat dikirimkan ke media komputer si penerima dan dapat membuat saluran yang menarik serta mampu mengirimkan pemasangan iklan internet.

3.4. Pembelian Secara Online.
Belanja secara online sebetulnya sudah terjadi beberapa tahun sebelumnya. Media yang digunakan bukan dengan layanan internet tetapi dilakukan dengan memakai media televisi dan atau telepon. Produsen dapat mengiklankan produknya melalui media televisi dan pembeli dapat membelinya secara online dengan menelepon. Cara seperti ini sama saja dengan belanja secara online seperti layanan pada internet. Cara ini tidak jauh berbeda, pembeli tinggal menghubungi penjual serta melakukan pembayaran, kemudian penjual mengirimkan barang Sesuai dengan alamat yang ditunjuk. Dari proses tersebut sudah terjadi transaksi jual beli secara online. Saat ini dinilai sudah biasa ketika seseorang menginginkan sesuatu untuk mendapatkannya dengan mudah dan dilakukan secara sederhana. Diantaranya dalam hal berbelanja. Pembelian tidak perlu harus datang ke toko yang menjual produk yang dicari. Pembeli dapat mengakses melalui internet kemudian memilih barang dari website toko online. Setelah memilih barang sesuai keinginan berikut spesifikasinya, selanjutnya melakukan pembayaran dengan kartu kredit atau pembayaran dengan cara mentransfer bank atau dapat juga dengan phone banking atau juga melalui internet banking. Selanjutnya pembeli akan menunggu barang yang telah dipesan akan dikirim alamat yang ditentukan.

3.5. Keunggulan Belanja Secara Online.
Keunggulan berbelanja secara online antara lain :
a. Pembeli tidak terhambat antara jarak dan waktu. Misalnya pembelinya dari Palembang yang membeli suatu produk yang dijual di Jakarta. Sebelum membeli akan melakukan survei yang tidak perlu harus datang ke Jakarta. Begitu juga pada saat melakukan transaksi dilakukan tidak harus pembayaran dengan uang tunai dan tidak perlu datang langsung.
b. Dari dana yang tersedia dapat membeli barang yang sesuai dan diinginkan secara online. Pembeli hanya memilih barang yang dipesan lalu melakukan pembayaran melalui transfer uang. Proses ini dapat dilakukan dengan cukup kontak lewat telepon atau kontak lewat web, selanjutnya barang akan diantar langsung ke alamat yang ditunjuk. Car seperti ini akan lebih mudah, cepat, dan hemat biaya serta waktu. Calon pembeli tidak harus keluar rumah atau mengeluarkan biaya perjalanan.
c. Belanja secara online sangat menghemat waktu dan tenaga. Bagi pekerja yang selalu disibukan dengan pekerjaannya pemanfaatan waktu dan energi adalah hal yang sangat berharga. Dengan adanya pembelian secara online, tidak perlu lagi khawatir karena berbelanja dapat dilakukan tanpa menyita waktu dan tenaga. Toko online akan buka selama 24 jam dan selalu siap melayani saat transaksi dan selalu memberikan informasi tentang produk yang ditawarkan.

3.6. Kelemahan Belanja Online.
Beberapa kelemahan berbelanja secara online antara lain :
a. Produk yang dipajang di internet bisa saja berbeda dengan yang dikirimkan sesuai dengan keinginan pembeli. Jika hal ini tidak sesuai dengan yang dicantumkan di toko online, pembeli berhak mendapatkan penggantian atau uang kembali. Ketika akan melakukan komplain terhadap barang yang dibeli bila tidak sesuai dengan yang tercantum di internet. Pemberian garansi adalah hal yang lumrah pada proses jual beli. Adanya garansi justru akan memberikan keyakinan pembeli dan dapat menaikan reputasi toko online.
b. Jika barang yang dikirim tidak sesuai yang paling repot adalah melakukan klaim. Prosesnya akan lebih lama dibandingkan dengan proses membelinya. Proses klaim ini menunjukan tingkat kualitas dari toko online tersebut. Cara mengantisipasinya adalah dengan melihat testimoni dari toko online tersebut. Pengelolaan testimoni sebuah toko online akan mempengaruhi reputasi toko online di mata calon pembeli. Pembeli akan menjadi pelanggan tetap jika ia merasa puas dengan layanan ang baik.
c. Toko online juga bergantung pada kurir atau jasa pengiriman barang. Toko online harus teliti menentukan kurir rekanan toko online tersebut. Proses pengiriman barang bisa saja lebih lama dari waktu yang dijanjikan terutama pada libur hari besar nasional. Sebaliknya durasi pengiriman dengan cepat dapat meningkatkan reputasi toko online. Sebaiknya pembeli juga memahami mana perusahaan jasa pengiriman yang menjadi rekanan toko online yang melayani pengiriman barang yang dipesan.
Untuk mengatasi kelemahan tersebut dapat dilakukan dengan cara milihat testimoni dan reputasi toko online tersebut. Jadilah pembeli yang cerdas dimulai dari memilih toko online yang memang sudah memiliki reputasi baik. Agar terhindar dari penipuan dan cybercrime lainnya, pembeli juga harus teliti terhadap barang yang ditawarkan. Gunakan istilah pembeli adalah raja, jadi jangan malu bertanya kepada customer service bila perlu sedikit cerewet untuk memastikan bahwa barang yang akan dipesan sesuai dengan keinginan. Dengan menggunakan fasilitas contact person atau telepon atau e_mail dan lainnya dapat ditanyakan langsung tentang kejelasan barang yang akan dibeli.

3.7. Keunggulan dan Kelemahan Pemasaran Online.
Saat ini pemasaran online memiliki beberapa keunggulan diantaranya biaya yang lebih murah dalam artian pemasaran online tidak perlu membangun atau menyewa tempat.selain itu tidak terikat oleh waktu dan jarak dalam artian pemasaran online dapat memasarkan produk kapan saja dan dimana saja di seluruh wilayah. Dilakukan tanpa berpengaruh kapan dan dimana pembeli bekerja, bahkan tidak harus dilakukan pada waktu yang sama saat melakukan pekerjaan. Keunggulan yang lain yaitu dalam bisnis online penjual dapat sebagai manager dan pemiliknya karena dalam bisnis online tidak terikat oleh orang lain yang dapat mengatur jadwal pekerjaan dan dalam menjalankan bisnisnya. Keunggulan lainnya adalah dapat menghemat waktu dan biaya opersional dalam artian melalui situs pemasaran online dapat mengirimkan daftar produk yanhg dapat dilihat oleh para pelanggan. Dengan sendirinya pelanggan akan melihat produknya dan tidak perlu membutuhkan karyawan menjelaskan produk yang ditawarkan. Bila pelanggan akan membeli produk tersebut tidak perlu membutuhkan karyawan untuk melayani proses pembelian.
4. Beberapa kelemahan yang membuat orang masih lebih memilih cara pemasaran secara konvensional. Kelemahan pemasaran online diantaranya kepercayaan masyarakat masih kecil, dalam artian kepercayaan para pelanggan masih kecil karena kehati-hatian dan takut ditipu. Kelemahan berikutnya adalah pada pemasaran online produk yang ditawarkan kurang nyata, dalam artian hanya menampilkan produk dengan gambar dan dilihat melalui jaringan internet sehingga pelanggan tidak bisa merasakan produk tersebut secara keseluruhan. Kelemahan yang lain adalah terhadap kredibilitas bisnis yang ditawarkan, dalam artian pelanggan akan berpikir apakah situs tersebut benar-benar ada atau berupa penipuan.
3.8. Perlindungan Transaksi Elektronik
Pada dasarnya pemerintah Indonesia telah menuangkan aturan pada pelaksanaan transaksi elektronik yang berkaitan dengan pemasaran secara online. Peraturan tersebut untuk menghindari proses penjualan dan pembelian dari unsur penipuan. Diantara aturan tersebut tertuang pada pasal 43 ayat 1 yaitu Penyelenggaraan transaksi elektronik di wilayah Negara Republik Indonesia harus : [6]
a. Memperhatikan aspek keamanan, keandalan, dan efisiensi.
b. Melakukan penyimpanan data transaksi di dalam negeri.
c. Memanfaatkan gerbang nasional, jika dalam penyelenggaraannya melibatkan lebih dari satu Penyelenggara Sistem Elektronik, dan
d. Memanfaatkan jaringan Sistem Elektronk dalam negeri.
Diantara hal lain yang mewajibkan kepada penjual maupun pembeli dalam melaksanakan transaksi elektronik juga telah diatur pada pasal 46 ayat 2 yaitu penyelenggaraan transaksi elektronik yang dilakukan para pihak wajib memperhatikan itikad baik, prinsip kehati-hatian, transparansi, akuntabilitas, dan kewajaran. [6]

IV. KESIMPULAN
Kesimpulan pada hasil pembahasan tentang hubungan pemasaran secara online terhadap keputusan konsumen dalam pembelian yaitu:
1. Kemungkinan barang yang tidak sesuai dengan keinginan menyebabkan konsumen lebih suka melakukan belanja secara konvensional.
2. Adanya program pemasaran dengan menggunakan internet dapat meningkatkan tingkat penjualan karena dengan adanya program pemasaran melalui internet dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
3. Bagi perusahaan yang belum menerapkan pemasaran melalui internet dapat melakukan cara periklanan seperti ini karena cara seperti ini lebih murah dan dapat meningkatkan tingkat penjualan yeng dapat meningkatkan laba perusahaan.
4. Pengetahuan perilaku konsumen harus dipahami agar dapat mengikuti perubahan terus menerus serta untuk menyesuaikan bauran pemasaran yang tepat.
5. Pemasaran secara online memiliki banyak keunggulan dan kemudahan dibandingkan dengan transaksi secrara konvensional, terutama untuk pengusaha mikro, kecil dan menengah.
6. Untuk mengatasi unsur penipuan transaksi online telah diatur dalam peraturan pemerintah diantaranya tertuang pada pasal 49 ayat 2 yaitu pelaku usaha wajib memberikan kejelasan informasi tentang penawaran kontran atau iklan, dan ayat 4 yaitu pelaku usaha wajib menyampaikan informasi mengenai barang yang telah dikirim. [6]

DAFTAR REFERENSI

[1] Destianty Citra, Pengembangan Rooster dalam Menunjang Sistem Pelayanan Iduhelp!, 2013,http://widuri.raharja.info/index.php
[2] http://www.artajasa.co.id/id/online-payment.html. diakses 28 Nop. 2013.
[3] http://www.lazada.co.id/ diakses 28 Nop. 2013.
[4] Kloter, Philip, Strategi Pemasaran Untuk Organisasi Nirlaba, Edisi ketiga, Universitas Gajah Mada Press, 2002.
[5] Mankiw Gregory, Pengantar Ekonomi Makro, Edisi kelima, Erlangga, Jakarta, 2003
[6] PP RI no. 82 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik, Dirjen Aplikasi Informatika, Kementrian Kominfo.
[7] Schiffman, Kanuk (2008;p.493),
http://library.binus.ac.id/Bab2001.pdf diakses 28 Nop. 2013.
Biodata Penulis
A Yani Ranius, memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom), Jurusan Manajemen Informatika STMIK Bina Darma Palembang, lulus tahun 1998. Memperoleh gelar Magister Manajemen (M.M) Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Bina Darma Palembang, lulus tahun 2006. Saat ini menjadi Dosen di Universitas Bina Darma Palembang.

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP

Tue ,31/03/2015

A Yani Ranius
Universitas Bina Darama, Jl. A. Yani No 12 Palembang, ay_ranius@yahoo.com
ABSTRAK
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah sistem yang dapat membantu seseorang dalam mengambil keputusan yang akurat dan tepat sasaran. Diantara permasalahan yang dapat diselesaikan dengan menggunakan SPK adalah penentuan dosen pembimbing dan penguji skripsi. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam membangun suatu SPK diantaranya analytical hierarchy process (AHP). AHP merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam memecahkan permasalahan yang bersifat multikriteria. Penelitian ini menggunakan metode AHP dalam menentukan dosen pembimbing dan penguji skripsi. Kriteria dosen yang menjadi dasar pengambilan keputusan dalam menentukan dosen pembimbing dan penguji skripsi antara lain dosen yang memiliki jenjang akademik, kualifikasi pendidikan, dan golongan jabatan dosen. Adapun hasil akhir dalam penelitian ini adalah hasil prioritas kriteria dosen sebagai pembimbing dan penguji, yang diurutkan dari yang tertinggi hingga terendah, sehingga penentuan dosen pembimbing dan penguji dapat dengan mudah ditentukan.
Kata kunci: Dosen, Pembimbing, Penguji, AHP

1. Pendahuluan
Perkembangan teknologi informasi saat ini sudah sedemikian pesat. Perkembangan yang pesat tersebut tidak hanya dari sisi teknologi perangkat keras dan perangkat lunak saja, akan tetapi juga termasuk metode komputasinya ikut berkembang. Metode komputasi yang cukup berkembang saat ini adalah metode sistem pengambilan keputusan (Decisions Support System). Pada teknologi informasi, sistem pengambilan keputusan merupakan cabang ilmu yang letaknya diantara system informasi dan sistem cerdas.
Sistem pengambilan keputusan juga membutuhkan teknologi informasi karena di era globalisasi, suatu instansi dituntut untuk bergerak cepat saat mengambil suatu keputusan dan tindakan diantaranya adalah penetapan dosen pembimbing dan penguji skripsi. Mengacu kepada solusi yang ada pada metode AHP (Analytical Hierarcy Process) untuk membantu membuat keputusan, seorang decision maker dapat menentukan keputusan tentang penetapan dosen pembimbing dan penguji secara objektif berdasarkan multi kriteria yang ditentukan.
Pengambilan keputusan menetapkan dosen pembimbing dan penguji juga mengandalkan kriteria-kriteria sesuai dengan metode AHP yaitu metode pengambilan keputusan yang multi kriteria. Kriteria menetapkan dosen pembimbing dan penguji yang dipergunakan untuk mengambil keputusan akan sangat baik menggunakan metode AHP dengan multi kriteria.

2. Pembahasan
Metode AHP adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan mengurai persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya. Metode AHP membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan didasari dari berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan kriteria yang ditentukan dan logika sesuai aturan dari berbagai persoalan, selanjutnya dengan menyeimbangkan dari berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok untuk diterapkan (Saaty, 1993).
Proses hierarki adalah suatu model yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun kebijakan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat perkiraan agar masing-masing dapat memperoleh pemecahan dari persoalan yang ada sesuai dengan yang diinginkan Ada dua alasan untuk menyatakan suatu tindakan akan lebih baik dibanding tindakan lain. Pertama adalah pengaruh tindakan tersebut kadang-kadang tidak dapat dibandingkan karena sutu ukuran atau bidang yang berbeda. Kedua adalah menyatakan bahwa pengaruh tindakan tersebut kadang-kadang saling bentrok, yang berarti perbaikan pengaruh tindakan tersebut yang satu dapat dicapai dan yang lainnya tidak. Dari alasan tersebut akan menyulitkan dalam membuat ekuivalensi antar pengaruh sehingga diperlukan suatu skala luwes yang disebut prioritas.
Prinsip Dasar dan Aksioma AHP
AHP berdasarkan atas 3 prinsip dasar yaitu:
1. Dekomposisi, dengan prinsip ini struktur masalah yang kompleks dibagi menjadi bagian-bagian secara hierarki. Tujuannya untuk mendefinisikan dari yang umum sampai khusus. Bentuk yang paling sederhana struktur akan dibandingkan dengan tujuan, kriteria dan level alternatif. Himpunan alternatif dapat dibagi dengan lebih banyak menjadi tingkatan yang lebih detail, mencakup lebih banyak kriteria yang lain. Level paling atas dari hirarki tersebut merupakan tujuan yang terdiri atas satu elemen. Level berikutnya mungkin memiliki beberapa elemen, dari elemen-elemen tersebut bisa dibandingkan apakah memiliki kepentingan yang hampir sama dan tidak memiliki perbedaan yang terlalu mencolok. Bila perbedaan tersebut terlalu besar harus dibuatkan level yang baru.
2. Perbandingan penilaian/pertimbangan (comparative judgments), menggunakan prinsip ini akan dibangun perbandingan berpasangan dari semua elemen yang ada dengan tujuan menghasilkan skala kepentingan relatif dari elemen yang ada. Penilaian dapat menghasilkan skala penilaian yang berupa angka. Perbandingan seacara berpasangan dalam bentuk matriks bila dikombinasikan akan menghasilkan prioritas.
3. Sintesa prioritas, dilakukan dengan mengalikan prioritas lokal dengan prioritas dari kriteria bersangkutan di level atasnya dan menambahkannya ke tiap elemen dalam level yang dipengaruhi oleh kriteria. Hasil yang diperoleh berupa gabungan atau dikenal dengan prioritas global yang kemudian digunakan untuk memboboti prioritas lokal dari elemen di level terendah sesuai dengan kriterianya.
AHP didasarkan atas 3 aksioma utama yaitu :
1. Aksioma resiprokal, menyatakan jika PC (EA,EB) adalah sebuah perbandingan berpasangan antara elemen A dan elemen B, yang memperhitungkan C sebagai elemen parent, hal ini menunjukan berapa kali lebih banyak properti yang dimiliki elemen A terhadap B, maka PC (EB,EA)= 1/ PC (EA,EB). Misalnya jika A 5 kali lebih besar dari B, maka B=1/5 A.
2. Aksioma homogenitas, menyatakan bahwa elemen yang dibandingkan tidak berbeda terlalu jauh. Bila perbedaan terlalu besar, hasil yang didapatkan mempunyai nilai kesalahan yang tinggi. Saat hirarki dibangun harus berusaha mengatur elemen-elemen agar elemen tersebut tidak menghasilkan hasil dengan akurasi rendah dan inkonsistensi tinggi.
3. Aksioma ketergantungan, menyatakan bahwa prioritas elemen dalam hirarki tidak bergantung pada elemen level di bawahnya. Aksioma ini bisa menerapkan prinsip komposisi hirarki.
Metode “pairwise comparison” AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang diteliti multi obyek dan multi kriteria yang berdasar pada perbandingan preferensi dari tiap elemen dalam hierarki. Model ini merupakan model yang komperehensif yang dapat membuat keputusan untuk menetukan pilihan atas pasangan perbandingan yang sederhana, dapat membangun semua prioritas untuk urutan alternatif. Pairwaise comparison AHP menggunakan data yang ada bersifat kualitatif berdasarkan pada pendapat, pengalaman, intuisi sehingga dirasakan dan diamati, namun kelengkapan data numerik tidak dapat menunjang untuk memodelkan secara kuantitatif.
Langkah – langkah dan proses Analisis Hierarki Proses (AHP) adalah sebagai berikut :
1. Mendefinisikan permasalahan dan menentukan tujuan. Jika AHP digunakan untuk memilih dari alternatif yang ada atau menyusun prioriras alternatif, tahapan ini dilakukan untuk pengembangan alternatif.
2. Menyusun masalah kedalam hierarki sehingga permasalahan yang kompleks dapat ditinjau dari sisi yang detail dan terukur.
3. Penyusunan prioritas untuk tiap elemen masalah pada hierarki. Proses tersebut menghasilkan bobot atau kontribusi elemen terhadap pencapaian tujuan sehingga elemen dengan bobot tertinggi memiliki prioritas penanganan. Prioritas yang dihasilkan dari suatu matriks perbandinagan berpasangan antara seluruh elemen pada tingkat hierarki yang sama.
4. Melakukan pengujian konsitensi terhadap perbandingan antar elemen yang didapatkan pada tiap tingkat hierarki.
Sedangkan langkah-langkah “pairwise comparison” AHP adalah
1. Pengambilan data dari obyek yang diteliti.
2. Menghitung data dari bobot perbandingan berpasangan responden dengan metode “pairwise comparison” AHP berdasar hasil kuisioner.
3. Menghitung rata-rata rasio konsistensi dari masing-masing responden.
4. Pengolahan dengan metode “pairwise comparison” AHP.
5. Setelah dilakukan pengolahan tersebut, maka disimpulkan adanya konsitensi atau tidak, bila data tidak konsisten maka diulangi lagi dengan pengambilan data seperti semula, namun sebaliknya maka akan digolongkan data terbobot yang selanjutnya dapat dicari nilai beta (b).
Menentukan Pembimbing dan Penguji
Saat menentukan siapa dosen pembimbing dan penguji seorang mahasiswa dalam membuat dan melaksanakan ujian skripsi ditententukan oleh dosen yang memiliki jenjang akademik, urutan dosen yang memiliki kualifikasi pendidikan, dan golongan. Jumlah yang dibimbing ataupun yang diuji dosen juga menjadi pertimbangan secara logis dapat dijalankan atau tidak. Pertimbangan lain adalah dilihat dari jumlah mahasiswa yang mengajukan skripsi, jumlah dosen yang akan ditetapkan sebagai pembimbing atau penguji, dan dari jawdal ujian yang ditetapkan dalam satu semester.
Penyelesaian
Langkah pertama, menentukan botot dari masing – masing kriteria.
Jenjang akademik lebih penting 2 kali dari pada kualifikasi pendidikan.
Jenjang akademik lebih penting 3 kali dari pada golongan.
Kualifikasi pendidikan lebih penting 1.5 kali dari pada golongan.
Pair Comparation Matrix
Kriteria Jenjang akademik Kualifikasi pendidikan Golongan Priority Vector
Jenjang akademik 1 2 3 0,5455
Kualifikasi pendidikan 0,5 1 1,5 0,2727
Golongan 0,333 0,667 1 0,1818
Jumlah 1,833 3,667 5,5 1,0000
Pricipal Eigen Value (lmax) 3,00
Consistency Index (CI) 0
Consistency Ratio (CR) 0,0%
Dari gambar diatas, Prioity Vector (kolom paling kanan) menunjukan bobot dari masing-masing kriteria, jadi dalam hal ini Jenjang akademik merupakan bobot tertinggi/terpenting, disusul kualifikasi pendidikan dan yang terakhir adalah golongan.
Cara menentukan tabel tersebut :
1. Untuk perbandingan antara masing–masing kriteria berasal dari bobot yang telah ditetapkan pertama kali.
2. Sedangkan untuk baris jumlah, merupakan hasil proses penjumlahan vertikal dari masing–masing kriteria.
3. Untuk Priority Vector didapat dari hasil penjumlahan dari semua sel disebelah kirinya (pada baris yang sama) setelah terlebih dahulu dibagi dengan jumlah yang ada dibawahnya, selanjutnya hasil penjumlahan tersebut dibagi dengan angka 3.
4. Untuk mencari Principal Eigen Value (lmax) rumusnya adalah menjumlahkan hasil perkalian antara sel pada baris jumlah dan sel pada kolom Priority Vector
5. Menghitung Consistency Index (CI) dengan rumus CI = (lmax-n)/(n-1)
6. Sedangkan untuk menghitung nilai CR
Menggunakan rumuas CR = CI/RI , nilai RI didapat dari :
N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RI 0 0 5,8 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49
Jadi untuk n=3, RI=0.58. Jika hasil perhitungan CR lebih kecil atau sama dengan 10%, ketidak konsistenan masih bisa diterima, sebaliknya jika lebih besar dari 10%, tidak bisa diterima.
Langkah Kedua, berdasarkan penetapan pembimbing dan penguji semester sebelumnya telah ditentukan jumlah dosen pembimbing dan penguji dengan memperhatikan jumlah mahasiswa yang dapat menyelesikan skripsinya ( disebut sebagai pair-wire comparation).
Jenjang akademik lebih penting 2 kali dari pada kualifikasi pendidikan.
Jenjang akademik lebih penting 3 kali dari pada golongan.
Kualifikasi pendidikan lebih penting 1.5 kali dari pada golongan.
Pembimbing I 4 kali Jenjangnya lebih tinggi daripada Pembimbing II
Pembimbing I 3 kali Jenjangnya lebih tinggi dari pada Penguji I
Pembimbing II 1/2 kali Jenjangnya lebih tinggi dari pada Penguji I
Pembimbing I 1/3 kali kualifikasi pendidikan daripada Pembimbing II
Pembimbing I 1/4 kali kualifikasi pendidikan dari pada Penguji I
Pembimbing II 1/2 kali kualifikasi pendidikan dari pada Penguji I
Dari hasil penilaian tersebut dapat dibuat table (disebut Pair-wire comparation matrix)
Jenjang akademik Pemb. I Pemb. II Penguji I Priority Vector
Pemb. I 1 4 3 0,6233
Pemb. II 0,25 1 0,5 0,1373
Penguji I 0,333 2 1 0,2394
Pricipal Eigen Value (lmax) 3,025
Consistency Index (CI) 0,01
Consistency Ratio (CR) 2,2%

Kualifikasi pendidikan Pemb. I Pemb. II Penguji I Priority Vector
Pemb. I 1 0,333 0,25 0,1226
Pemb. II 3 1 0,5 0,3202
Penguji I 4 2 1 0,5572
Jumlah 8 3,333 1,75 1,0000
Pricipal Eigen Value (lmax) 3,023
Consistency Index (CI) 0,01
Consistency Ratio (CR) 2,0%

Kualifikasi pendidikan Pemb. I Pemb. II Penguji I Priority Vector
Pemb. I 1,00 0,010 0,10 0,0090
Pemb. II 100,00 1,00 10,0 0,9009
Penguji I 10,00 0,100 1,0 0,0901
Jumlah 111,00 1,11 11,10 1,0000
Pricipal Eigen Value (lmax) 3
Consistency Index (CI) 0
Consistency Ratio (CR) 0,0%
Langkah ketiga, setelah mendapatkan bobot untuk ketiga kriteria dan skor untuk masing-masing kriteria bagi ketiga pilihan, maka langkah terakhir adalah menghitung total skor untuk ketiga kriteria tersebut. Dapat dirangkum semua hasil penilaiannya tersebut dalam bentuk tabel yang disebut Overall composite weight, seperti berikut :
Overall composit weight Pemb. I Pemb. II Penguji I Penguji II
Jenjang akademik 0,5455 0,6233 0,1373 0,2394
Kualifikasi pendidikan 0,2727 0,1226 0,3202 0,5572
Golongan 0,1818 0,0090 0,9009 0,0901
Composit Weight 0,3751 0,3260 0,2989

3. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1. Memakai metode ini dapat memberikan pertimbangan untuk menentukan pembimbing dan penguji skipsi berdasarkan kriteria yang ditetapkan.
2. Keputusan dapat membantu dan menghindari kesalahan dalam penentuan perimbangan siapa dapat membimbing dan menguji skipsi dapat berkurang.

Daftar Pustaka
1. Dewayana, A Budi. 2009, Pemilihan Pemasok Cooper Rod menggunakan Metode ANP (Studi Kasus: PT. Olex Cables Indonesia (OLEXINDO)), Jurnal. UNDIP
2. Erika Susilo. 2011. Sistem Pendukung Keputusan Perizinan dan Penempatan Kolam Jaring Terapung Menggunakan Metode AHP Studi Kasus PT. PJB Cirata Badan Pengelolaan Waduk Cirata, Jurnal. Universitas Komputer Indonesia
3. http://haniif.wordpress.com/23-tinjauan-pustaka-sistem-pendukung-keputusan-spk/
4. http://blog.uad.ac.id/sulisworo/2009/04/16/analisis-hierarki-proses/
5. Permenpan no 12 tahun 2013 tentang Jabatan fungsional dosen dan angka kreditnya.
6. Saaty, TL. 1993. The Analytical Hierarchy Process : Planning, Priority, Setting, Resources Allocation. The Wharton Scholl. University of Pennsylvania

AUDIT TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PADA UNIVERSITAS BINA DARMA MENGGUNAKAN COBIT 5.0

Tue ,31/03/2015

A Yani Ranius
Universitas Bina Darama, Jl. A. Yani No 12 Palembang, ay_ranius@yahoo.com
ABSTRAK
COBIT 5 merupakan sarana yang dapat membantu perusahaan menciptakan nilai yang optimal dari penggunaan Teknologi Informasi dan dapat mengetahui untuk menjaga keseimbangan antara manfaat dan mengoptimalkan tingkat risiko maupun tingkat kegunaan sumber daya. Kerangka kerja yang dapat membahas teknologi informasi (IT) bidang fungsional di suatu instansi dan mempertimbangkan kepentingan yang berkaitan terhadap IT baik untuk kepentingan internal maupun eksternal. Audit Tata Kelola Teknologi Informasi telah menjadi kebutuhan untuk mengetahui dan pengembangan investasi dalam menerapkan teknologi informasi secara maksimal. Tujuan jangka panjang audit tersebut untuk mencapai agar tata kelola teknologi informasi dapat diketahui tingkat kegunaannya. Dari penelitian ini akan memberikan ruang untuk menentukan model tata kelola teknologi informasi pada Universitas Bina Darma. Metode penelitian yang dipakai yaitu mengaudit tata kelola teknologi informasi menggunakan kerangka kerja COBIT 5.0. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui bagaimana akan mengetahui tata kelola teknologi informasi dengan kerangka kerja COBIT 5.0 serta dapat memberikan masukan terhadap langkah-langkah untuk meningkatkan kinerja serta rekomendasi perencanaan tata kelola tersebut di masa yang akan datang.
Keywords: tata kelola, teknologi informasi, cobit 5.0.

1. Pendahuluan
Penggunaan dan fungsi teknologi informasi saat ini sudah menjadi bagian yang sangat penting dihampir semua sektor pemerintahan maupun bisnis. Agar teknologi informasi menjadi nilai tambah dalam sebuah instansi, maka perlu adanya audit tata kelola teknologi informasi agar faktor dimensi yang berhubungan dengan penggunaan teknologi informasi akan bersinergi dan dapat bisa memberikan nilai tambah guna meningkatkan usaha pengembalian investasi sesuai yang diharapkan. Peningkatan pelayanan dan kepuasan para pengguna dan stakeholder dapat terjaga serta dapat terus ditingkatkan. Penerapan tata kelola teknologi informasi tepat sasaran akan memberikan nilai tambah tersendiri bagi Universitas Bina Darma.
Tata kelola teknologi informasi yang dibutuhkan suatu instansi yaitu agar tercipta proses penyebaran informasi yang lebih interaktif dan dinamis, transparansi tata kelola operasional institusi, serta peningkatan kinerja berbasis evaluasi dengan penilaian yang transparan, keamanan data serta informasi yang berhubungan dengan hak intelektual. Tata kelola teknologi informasi akan menjawab apa yang telah dilakukankan pada teknologi informasi yang dapat memberikan hasil maksimal dan berguna terhadap institusi.
Penelitian dengan menggunakan cara observasi dan dilakukan dengan analisis statistik untuk menyatakan bagaimana kondisi awal, kemudian melakukan mengimplementasikannya mulai dari cara kerja yang diperlukan menyesuaikan kerangka kerja COBIT 5.0. Agar dapat meningkatkan penilaian tata kelola teknologi informasi dan dapat memberikan rekomendasi yang akan dilakukan tahap berikutnya untuk perbaikan diwaktu kemudian.

2. Hasil
Hasil dari pembahasan penerapan framework cobit 5 pada audit tata kelola teknologi informasi di Universitas Bina Darma pada domain Monitor, Evaluate, and Access (MEA) terhadap keadaan tata kelola teknologi informasi di Universitas Bina Darma. Dengan menggunakan capability model yang tergambarkan ke dalam bentuk angka dan grafik, sehingga hal ini dapat memudahkan dalam menganalisa dan memperkirakan kebutuhan teknologi informasi dimasa yang akan datang.
Dalam penelitian ini menggunakan model kapabilitas sebagai alat ukur terhadap jawaban responden dari kuesioner yang dibuat berdasarkan framework cobit 5 yang berisi tentang pertanyaan-pertanyaan dari domain Monitor, Evaluate, and Access (MEA), yaitu:
1. Monitor, Evaluate, and Access (MEA01)
Pengawasan, evaluasi penilaian kinerja proses teknologi informasi pada Universitas Bina Darma terhadap kebijakan yang telah ditetapkan dan memberikan laporan yang sistematis dan tepat waktu.
2. Monitor, Evaluate, and Access (MEA02)
Pengawasan, evaluasi dan penilaian sistem pengendalian internal, termasuk dalam merencanakan, mengatur dan menjaga standarisasi untuk penilaian pengendalian internal dan jaminan proses kegiatan.
3. Monitor, Evaluate, and Access (MEA03)
Pengawasan, evaluasi dan penilaian sistem pengendalian ekternal yaitu mengidentifikasi dan memonitor perubahan dalam kebijakan, peraturan dan ketetapan lainnya yang harus dipenuhi dari teknologi informasi secara terus menerus.
Berdasarkan rekapitulasi jawaban dari para responden, maka didapatkan nilai tingkat kapabilitas saat ini sebesar 3,54 pada rentang 0-5. Nilai kapabilitas tertinggi terdapat pada MEA01 yaitu sebesar 3, sedangkan nilai terendah terdapat pada MEA03 sebesar 3,34. Rekapitulasi ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1 Rekapitulasi model capability

3. Pembahasan
Pada hasil observasi dan survey, Universitas Bina Darma hampir semuanya sudah melaksanakan secara komputerisasi. Data/informasi mengenai sumber daya aset (komputer, server, jaringan, proyektor) ataupun sumber daya manusia sudah dilakukan dan sudah mendekati ke titik nilai .
Model capability merupakan alat ukur untuk mengetahui kondisi proses TI pada universitas Bina Darma. Kegiatan pengukuran ini akan menghasilkan penilaian tentang kondisi sekarang dari proses monitor, evaluate dan assess (MEA), terdiri dari monitor, evaluate, and access (MEA01), monitor, evaluate, and access (MEA02), Monitor, Evaluate, and Access (MEA03).
Pada pengukuran Capability model ini digunakan pengambilan data melalui kuisioner. Sampel responden yang dilibatkan untuk pengisian kuisioner terutama adalah pada unit kerja TI yang kesehariannya mengoprasikan secara langsung dan mengetahui masalah yang berkaitan dengan proses terpilih, responden berasal dari unit kerja lain yang terkait.
Untuk mendukung audit tata kelola teknologi informasi ini diperoleh dari kuisioner akan diolah dan dilakukan :
a. Perhitungan rata-rata terhadap masing-masing attribut jawaban dari semua responden.
b. Penilaian tingkat model capability proses tersebut diperoleh dengan melakukan perhitungan rata-rata semua atribut atau proses .
c. Representasi kondisi Teknologi Informasi yang ada.
Ukuran dalam model ini meliputi ukuran ordinal dan ukuran nominal. Ukuran ordinal merupakan angka-angka yang diberikan dimana angka tersebut mengandung pengartian tingkatan. Ukuran nominal digunakan untuk mengurutkan obyek dari tingkatan terendah sampai tertinggi. Ukuran tersebut tidak memberikan nilai absolut terhadap obyek, akan tetapi hanya memberikan urutan tingkatan dari tingkat terendah sampai dengan tingkat tertinggi.
Selanjutnya merelasikan antara nilai tingkatan dan nilai absolut yang dilakukan dengan perhitungan dalam bentuk indeks menggunakan formula matematik. Dengan menggunakan model capability yang digambarkan ke dalam bentuk angka dan grafik, sehingga hal ini dapat memudahkan dalam hasil penelitian. Persamaan untuk menentukan nilai indeks ini adalah sebagai berikut:

Σ Jawaban Kuesioner
Indeks =
Σ Pertanyaan Kuesioner

Σ MEA01+ Σ MEA02+ Σ MEA03
Indeks =
Σ Domain Proses

3,75 + 3,53 + 3,34
Indeks = = 3,54
3
Pada skala pembuatan indeks bagi pemetaan ketingkat model capability terdapat pada tabel berikut ini.

Tabel 2 Skala Pembulatan Indeks
Tingkat Model Capability
5 – Optimising Process
4 – Predictable Process
3 – Established Process
2 – Managed Process
1- Performed Process
0 – Incomplete Process

Table 5.3 Hasil Pengukuran Tingkat Kapabilitas Proses TI
Control Proses TI Kondisi TI Saat ini Tingkat Model
Capability
Rata-Rata Per Proses TI
Evaluasi dan penilaian kinerja dan kesesuai (MEA01) 3,75 Established Process
Pengawasan, evaluasi dan penilaian sistem pengendalian internal (MEA02) 3,53 Established Process
Memastikan pemenuhan terhadap kebutuhan eksternal (MEA03) 3,34 Managed Process
Total Nilai Tingkat Capability 3,54 Established Process

Dari hasil perhitungan diperoleh gambaran tentang pelaksanaan tata kelola teknologi informasi yang telah dilakukan. Pencapaian saat ini sudah tidak terlalu jauh dari harapan yang akan dicapai, hal tersebut dapat dilihat pada tabel pencapaian berdasarkan domain. Grafik hasil pengukuran tingkat kematangan proses audit tata kelola Teknologi Informasi menggunakan framework cobit 5 pada Universitas Bina Darma, dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 1. Grafik Penilaian Kuesioner

Gambar 2. Grafik Hasil Penilaian Domain MEA01

Gambar 3. Grafik Hasil Penilaian Domain MEA02

Gambar 4. Grafik Hasil Penilaian Domain MEA03

4. Kesimpulan
1. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perbaikan kinerja tata kelola dapat ditingkatkan menggunakan kerangka kerja COBIT 5 terutama dalam menetapkan langkah-langkah perbaikan aktivitas yang dapat dikerjakan dalam tata kelola teknologi informasi di Universitas Bina Darma. Dalam beberapa langkah aktivitas perbaikan yang telah dilakukan, perlu ditingkatkan pelaksanaannya dengan menambahkan penggunaan perangkat lunak/sistem informasi yang berfungsi untuk melakukan pencatatan aset dan sarana komputer beserta sparepart-nya.
2. Untuk pengelolaan sumber daya manusia dibuat sistem informasi pelaksanaan aktivitas pembelajaran (elearning) disertai dengan manajemen pengelolaan komputer yang terhubung dengan server, sehingga terdapat tata kelola akses komputer yang lebih tersistematis dan terkontrol dapat tetap tersimpan di media penyimpanan yang ada di server.

Daftar Pustaka
1. ITGI. 2012. Cobit 5 : Enabling Process. United States America.
2. Van Grembergen, Wim; Steven De Haes. 2009. Enterprise Governance of IT: Achieving StrategicAlignment and Value, Springer.
3. Van Grembergen, Wim; Steven De Haes. 2009. Moving From IT Governance to Enterprise Governance of IT, ISACA Jurnal.
4. Wibowo, Arianto Mukti. 2008. IT Governance Patterns in Indonesian Organization. IT Governance Lab UI.
5. www.isaca.org/cobit

MENINGKATKAN MOTIVASI TECHNOPRENEURSHIP SEBAGAI POTENSI INOVASI MAHASISWA UNTUK BERBISNIS

Tue ,17/03/2015

Paper senasti