PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN DRAMA SISWA SEKOLAH DASAR

Abstract : This classroom action research conducted in class V SD Negeri 8 Banyuasin III, consisting of 19 students. Based on the observation found that the students’ speaking skills lacking. The learning method used is the method sociodramas. Data taken the form of the test data and data describing all the activities of the students. This study was conducted during two cycles observed with assessment criteria are accuracy, fluency, intonation, expression, and tema. Acquisition average value of before the cycle, the first cycle and the second cycle is a value of 47.8, 55.15, and 76, while the percentage of completeness study was 5.26%, 36.8% and 89.5%. As for the results of students’ learning activeness described that students become more active and more willing to express opinions and ideas, boost confidence of students, and also attracted the attention of students. Thus, this study was successful because it increases students’ speaking skills and also a change in student behavior became more active during the course.

Keywords: speaking skills, dialogue, sociodramas

Abstrak : Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri 8 Banyuasin III, terdiri dari 19 orang siswa. Berdasarkan kegiatan observasi ditemukan bahwa keterampilan berbicara siswa kurang. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode sosiodrama. Data yang diambil berupa data tes dan data yang menggambarkan segala aktivitas siswa. Penelitian ini dilakukan selama dua siklus dengan kriteria penilaian yang diamati adalah ketepatan, kelancaran, intonasi, ekspresi, dan tema.Perolehan nilai rata-rata dari tahap prasiklus, siklus I dan siklus II adalah nilai 47.8, 55.15, dan 76, sedangkan untuk persentase ketuntasan belajar adalah 5,26%, 36,8%, dan 89,5%. Sementara untuk hasil keaktifan belajar siswa dideskripsikan bahwa siswa menjadi lebih aktif dan lebih berani mengemukakan pendapat dan ide, meningkatkan kepercayaan diri siswa, dan juga menarik perhatian siswa. Dengan demikian, penelitian ini dapat dikatakan berhasil karena keterampilan berbicara siswa meningkat dan juga adanya perubahan tingkah laku siswa menjadi lebih aktif selama mengikuti pelajaran.

Kata kunci: keterampilan berbicara, berdialog, sosiodrama

1. PENDAHULUAN
Dunia pendidikan secara terus menerus mengalami proses perubahan dan perkembangan. Proses perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan saat ini, secara tidak langsung menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dalam masyarakat (Aqib dkk., 2011:161).
Pendidikan merupakan sejumlah pengalaman dari seseorang atau kelompok untuk dapat memahami sesuatu yang sebelumnya tidak mereka pahami. Pendidikan di Indonesia, terbagi menjadi tiga jenis yaitu pendidikan informal, formal, dan nonformal. Pendidikan formal merupakan kegiatan pendidikan secara sistematis, bertingkat, dan berjenjang yang dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi, (Ambarjaya, 2012:6). Pendidikan pada tiap tingkatan tersebut, tentu saja ada perbedaannya karena pengembangan pembelajaran disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku di setiap sekolah masing-masing.
Kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa. Melalui program pendidikan tersebut siswa dapat melakukan kegiatan belajar, sehingga dapat mendorong perkembangan dan pertumbuhan sesuai dengan tujuan pendidikan (Hamalik, 2012:65). Dalam dunia pendidikan tentu saja akan ditemukan suatu kegiatan yang dinamakan sebagai kegiatan belajar dan mengajar. Kedua kegiatan tersebut, merupakan dua elemen yang sangat penting yaitu guru sebagai pengajar dan siswa (peserta didik) sebagai objek atau sasaran guru dalam menyampaikan materi pelajaran.
Belajar adalah kegiatan fisik atau badaniah dan hasil yang dicapai berupa perubahan-perubahan dalam fisik. Pendapat ilmu tradisional dalam Budiningsi (2011:1) , mengatakan bahwa belajar adalah kegiatan rohaniah atau psikis, dan sasaran yang hendak dicapai di sini bukan hanya sekedar perubahan ilmu pengetahuan saja tetapi juga perubahan jiwa atau sikap dan perilaku. Menurut Nasution (2010:1) Belajar adalah mengubah kelakuan, membentuk kepribadian dan hasil-hasil yang diharapkan bukan hanya bersifat pengetahuan akan tetapi juga sikap pemahaman, minat, penghargaan norma-norma, dan juga kecakapan.Sementara mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak, menyampaikan kebudayaan pada anak, dan mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik-sebaiknya sehingga dapat menghubungkannya dengan anak atau peserta didik sehingga terjadisuatu kegiatan yang dinamakan kegiatan belajar mengajar (Nasution, 2010: 4).
Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di sekolah formal dari segala tingkatan pendidikan termasuk SD. Bahasa Indonesia memiliki peran yang sangat penting dan merupakan penunjang untuk mempelajari mata pelajaran pada bidang lain. Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat komponen kemampuan berbahasa yang meliputi empat aspek yaitu keterampilan mendengar, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut saling terkait satu sama lain (Tarigan, 2008: 1). Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada keterampilan kemampuan berbicara.
Tarigan (2008:16) menjelaskan “Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran”. Kemampuan berbicara ini merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, karena melalui keterampilan berbicara segala pesan yang hendak disampaikan akan mudah dicerna sehingga komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2004:24) menjelaskan berbicara adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat.
Penelitian mengenai peningkatan kemampuan berbicara dilakukan di kelas V SD Negeri 08 Banyuasin III dikarenakan, berdasarkan hasil observasi awal yang peneliti lakukan di SD tersebut terungkap bahwa rata-rata siswa belum mampu berbicara (kurang lancar, merasa malu, dan takut) siswa juga terlihat kurang percaya diri dalam mengungkapkan pikiran, gagasan, serta memberi komentar terhadap materi yang sedang dibahas. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru bidang studi Bahasa Indonesia kelas V yaitu Ibu Wasilawati, S.Pd. yang sekaligus menjadi Wali Kelas V. Dari kegiatan wawancara ini, diperoleh informasi bahwa dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya kemampuan berbicara selama ini sistem pembelajaran yang dilakukan hanya sebatas bertanya jawab dan selama kegiatan belajar berlangsung guru lebih mendominasi dengan metode pembelajaran ceramah sehingga tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya. Dengan begitu, kebanyakkan siswa mengalami kebosanan selama kegiatan belajar mengajar di kelas berlangsung. Maka dari itulah tidak heran jika siswa menjadi pasif, tidak kreatif dan tidak mampu berpikir kritis sehingga pada akhirnya motivasi untuk berbicara masuk dalam kategori kurang.
Berdasarkan observasi awal tersebut, dapat disimpulkan bahwa kurangnya kreativitas guru dalam merancang, dan menyajikan pembelajaran kemampuan berbicara membuat siswa menjadi pasif selama kegiatan belajar berlangsung. Sementara, standar kompetensi yang hendak dicapai tidak dijelaskan secara rinci seperti aspek penilaian ketepatan, kelancaran, intonasi, ekspresi dan tema dalan berbicara. Dengan demikian, hal tersebut akan berdampak pada hasil belajar siswa dalam pelajaran bahasa Indonesia, khususnya kemampuan berbicara.
Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas V SD adalah metode sosiodrama. Metode ini digunakan dalam materi pelajaran Bahasa Indonesia, karena menuntut kecakapan berbicara siswa, dan materi yang tepat untuk belajar melalui metode sosiodrama ini adalah materi bermain drama. Berdasarkan pengertiannya sosiodrama adalah metode yang dapat mendramatisasikan tingkah laku, atau ungkapan gerak-gerik seseorang dalam hubungan sosial antar manusia (Roestiyah, 2008:90). Metode ini dapat melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, metode sosiodrama dapat dijadikan alternatif metode pembelajaran yang cocok untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa khususnya dalam pelajaran bahasa Indonesia.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, serta diperkuat oleh data yang didapat melalui tahap observasi awal di SD Negeri 08 Banyuasin III.Penulis merasa perlu mengadakan suatu penelitian guna membantu menyelesaikan masalah yang ada di SD Negeri 08 Banyuasin III tersebut, dengan judul penelitian“Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Sosiodrama dalam Pembelajaran Drama Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 08 Banyuasin III”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbicara siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 08 Banyuasin III melalui metode sosiodrama. Sementara manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini sebagai berikut.
a. Teoretis
Secara teoretis penelitian diharapkan bermanfaat sebagai sumbangan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya peningkatan kemampuan berbicara dengan menggunakan metode sosiodrama.
b. Praktis
Manfaat secara praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai bahan acuan untuk memotivasi siswa dalam belajar, meningkatkan keaktifan siswa, mengembangkan semangat kerja sama saling menguntungkan, menghargai satu sama lain, membangun kepercayaan diri siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi siswa dan sebagainya.

2. METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Pengertian Metode Sosiodrama
Metode Sosiodrama dan role playing dapat dikatakan sama artinya, sebab dalam pemakaiannya sering disilihgantikan. Sosiodrama pada dasarnya adalah suatu metode pembelajaran yang mendramatisirkan tingkah laku seseorang dengan masalah sosial (Djahmarah., dkk, 2010:88). Pada umumnya kebanyakan siswa sekitar usia 9 atau yang lebih tua, menyenangi penggunaan metode ini karena berkenaan dengan isu-isu sosial dan kesempatan komunikasi interpersonal di dalam kelas. Dalam kegiatan bermain sosiodrama, posisi guru adalah menerima peran noniterpersonal di dalam kelas, sedangkan peran siswa menerima karakter, perasaan, dan ide-ide orang lain dalam suatu situasi khusus (Hamalik, 2012:214). Selanjutnya Roestiyah (2008: 90) mengatakan metode sosiodrama adalah metode dimana siswa dapat mendramatisir tingkah laku, ungkapan, gerak-gerik wajah atau ekspresi seseorang dalam hubungan sosial antarmanusia. Dengan sosiodrama, siswa bisa berperan atau memainkan peranan sesuai dengan masalah yang terjadi dalam lingkungan sosial/psikologis mereka.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa metode sosiodrama adalah salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara melalui upaya menciptakan suatu karakter yang akan memerankan suatu pokok permasalahan yang diangkat dari kasus sosial atau kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang kemudian dalam penerapannya membutuhkan kemampuan siswa dalam berbicara.

2.1.1 Langkah-langkah Metode Sosiodrama
Hamalik (2012:215) langkah-langkah atau persiapan metode Sosiodrama adalah sebagai berikut.
a. memilih masalah atau tema haruslah sesuai dengan kejadian atau pengalaman siswa itu sendiri;
b. sebelum memulai bermain sosiodrama, siswa harus latihan terlebih dahulu agar ketika tampil siswa sudah mengetahui atau memahami posisinya masing-masing;
c. guru diharapkan memberi intruksi khusus kepada peserta sosiodrama yang meliputi latar belakang dan karakter yang diperankan melalui tulisan atau penjelasan lisan.
Bahri dan Aswan (2010:89), mengatakan bahwa langkah-langkah atau petunjuk menggunakan metode sosiodrama adalah.
a. menetapkan masalah-masalah sosial yang menarik perhatian siswa untuk dibahas;
b. menjelaskan pada siswa mengenai isi dari permasalahan tersebut;
c. menjelaskan kepada siswa mengenai peranan mereka pada waktu sosiodrama sedang berlangsung;
d. memberi kesempatan kepada siswa untuk berunding beberapa menit sebelum mereka memainkan peranannya;
e. diakhir pembelajaran dilakukan diskusi untuk memecahkan masalah atau persoalan yang ada pada sosiodrama tersebut.;
f. memberi penilaian.
Adapun langkah-langkah metode sosiodrama menurut Roestiyah (2008: 91) sebagai berikut.
a. guru menerangkan kepada siswa tentang metode sosiodrama;
b. guru memilih masalah yang urgen, sehingga menarik minat siswa;
c. guru membantu siswa memahami peranan mereka;
d. jika ada kesediaan sukarela dari siswa untuk berperan, harap ditanggapi tetapi guru harus mempertimbangkan apakah ia tepat untuk peranan itu;
e. siswa yang tidak ikut bermain sosiodrama, tetap berpartisipasi karena nanya akan dimintai kritik dan saran atas penampilan sosiodrama yang mereka lihat/simak;
f. jika sosiodrama dalam situasi klimaks, maka harus dihentikan agar kemungkinan pemecahan masalah dapat didiskusikan secara umum;
g. diakhir pembelajaran perlu dibuka tanya jawab dan diskusi.

2.1.2 Tujuan Metode Sosiodrama
Tujuan yang diharapkan dengan penggunaan Sosiodrama (Bahri dan Aswan, 2010: 88) antara lain.
a. Agar siswa dapat mengerti dan memahami perasaan orang lain;
b. belajar bagaimana membagi tanggung jawab;
c. belajar mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan;
d. meransang siswa untuk berpikir dan kreatif.

2.1.3 Kelebihan dan Kelemahan Metode Sosiodrama
Djamarah dan Aswan (2010:89) metode sosiodrama selain mempunyai kelebihan juga mempunya beberapa kelemahan, sebagai berikut.
A. Kelebihan Metode Sosiodrama
a. dengan metode sosiodrama secara keseluruhan dapat melatih daya ingat siswa;
b. siswa terlatih untuk berpikir kritis dan kreatif dalam bertindak;
c. dapat mengembangkan bakat;
d. memperoleh kebiasan untuk menerima pendapat orang lain serta terbiasa untuk saling menghormati pada saat bekerja sama;
e. siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya;
f. bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain.

B. Kelemahan Metode Sosiodrama
a. sebagian besar anak yang tidak ikut bermain sosiodrama menjadi kurang kreatif;
b. dalam penerapannya memakan cukup banyak waktu, baik waktu persiapan maupun pada pelaksanaan pertunjukan;
c. memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit maka ruang gerak siswa mejadi kurang bebas;
d. seringkali kelas lain terganggu dikarenaka suara pemain dan para penonton yang kadang-kadang bertepuk tangan, dan sebagainya.

2.1.4 Evaluasi Metode Sosiodrama
Evaluasi dalam bermain peran menurut Hamalik (2012: 216) adalah sebagai berikut.
a. Siswa memberi keterangan, secara tertulis maupun lisan dalam kegiatan diskusi dan hasil-hasil yang dicapai dalam bermain sosiodrama;
b. guru memberikan penilaian berdasarkan aspek penilaian dalam keterampilan berbicara yang meliputi penilaian dalam hal ketepatan, kelancaran, intonasi, ekspresi, dan tema.
2.2 Metode Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian yang menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).PTKadalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas.
2.3 Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Teknik Tes
Tes yang digunakan untuk mengukur keterampilan berbicara adalah tes penampilan bisa juga disebut sebagai tes kinerja yaitu tes yang melibatkan aktivitas motorik siswa dalam merespons kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran bahasa, tes kinerja dikaitkan dengan kompetensi berbahasa, salah satunya keterampilan berbicara. Tes kinerja atau tugas-tugas berunjuk kerja bahasa yang memakai saluran lisan misalnya, wawancara, menceritakan kembali, membaca cerpen, dan drama (Nurgiyantoro, 2012: 142). Tes ini digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa kelas V SD Negeri 08 Banyuasin, dalam penguasaan keterampilan berbahasa. Nilai akhir adalah jumlah keseluruhan skor dari masing-masing aspek yang dinilai. Adapun langkah-langkah pengumpulan data dengan menggunakan teknik tes kinerja adalah.
1. guru menjelaskan terlebih dahulu meteri pembelajaran;
2. guru memberikan gambaran mengenai pembelajaran sosiodrama;
3. guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 orang siswa;
4. guru memberikan tes kinerja kepada setiap kelompok untuk berdialog di depan kelas sesuai dengan tema drama yang sudah ditetapkan guru;
5. selama tes bermain peran berlangsung, guru menilai kemampuan berbicara per siswa berdasarkan aspek-aspek penilaian yang sudah ditentukan;
6. setelah semua nilai terkumpul, guru akan mejumlahkan semua skor yang didapatkan siswa dan dimasukkan ke dalam tabel data untuk melihat perolehan skor secara keseluruhan.
b. Teknik Observasi
Observasi juga dilakukan untuk melihat aktivitas atau sikap siswa selama mengikuti proses belajar. Selain observasi siswa, dalam penelitian ini juga dilakukan observasi terhadap guru atau peneliti untuk mengetahui partisipasi peneliti selama proses belajar mengajar belangsung. Kemudian, yang menjadi obsevatornya adalah rekan kerja atau wali kelas V yang bernama Ibu Wasilawati, S.Pd.
Observasi adalah alat penilaian yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi tentang keadaan yang menjadi subjek penelitian. Tujuan adanya observasi ini adalah untuk mendapatkan data tentang situasi kegiatan belajar mengajar di kelas, dan kesulitan-kesulitan siswa dalam keterampilan berbicara.

3. HASIL
Penelitian tindakan dengan menggunakan metode sosiodrama dilaksanakan melalui 2 tahap yaitu siklus I dan siklus II. Pembahasan hasil penelitian tersebut meliputi hasil tes dan hasil observasi aktivitas siswa. Hasil tes keterampilan berbicara mengacu pada perolehan skor yang dicapai siswa dalam kemampuan berbicara bahasa Indonesia yang meliputi empat aspek, yaitu aspek ketepatan, aspek kelancaran, aspek intonasi dan aspek tema. Sementara hasil observasi berpedoman pada instrumen penelitian yaitu lembar observasi/ pengamatan yang dibantu oleh rekan kerja di SD Negeri 08 Banyuasin III.
Kegiatan prasiklus dilakukan sebelum tindakan siklus I. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran kondisi awal keterampilan siswa dalam berbicara bahasa Indonesia melalui kegiatana bermain sosiodrama. Dalam kegiatan pembelajaran drama dengan menggunakan metode sosiodrama dibagi menjadi 3 bagian yaitu, bagian awal pembelajaran, bagian inti dan penutup. Selanjutnya guru melakukan apresiasi dengan menanyakan keadaan siswa dan dilanjutkan dengan tanya jawab tentang praktik drama yang akan diperankan. Setelah siswa benar-benar siap untuk memulai kegiatan pembelajaran, guru mulai menjelaskan segala kegiatan yang akan dilakukan selama 2 jam pembelajaran.
Kegiatan inti dalam pembelajaran berupa kegiatan guru dan siswa dalam keterampilan berbicara bahasa Indonesia untuk melatih kemampuan siswa dalam berbicara.Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, siswa disuruh mengambil lintingan yang berisi topik yang harus dimainkan, siswa diberi tugas untuk melakukan percakapan atau dialog di depan
No Pencapaian Nilai
Rata-rata Nilai Terendah Nilai Tertinggi Tuntas Belajar
1 Prasiklus 42,8 40 68 5,30 %
2 Siklus I 55,15 40 72 36,8 %
3 Siklus II 76 64 92 89,5 %
kelas dengan menggunakan bahasa Indonesia. Pada kegiatan inti siklus II ada sedikit perbedaan karena setiap kelompok mendapatkan tema sosiodrama yang sama dan mereka bermain sosiodrama tanpa membuat naskah terlebih dahulu, atau dengan cara spontanitas. Pada akhir pembelajaran ditutup dengan menyimpulkan dan perbaikan materi yang telah disampaikan.
Berdasarkan hasil penelitian dari prasiklus, siklus I, dan siklus II terdapat peningkatan pada tingkat kemampuan siswa dalam keterampilan berbicara. Pada kondisi awal sebelum peneliti melakukan tindakan dengan menggunakan metode sosiodrama nilai rata-rata keterampilan berbicara siswa hanya mencapai 47,8 dan sikap perilaku siswa selama mengikuti pelajaran drama masih kurang aktif, hal ini diperoleh dari lembar observasi. Namun, ketika menggunakan metode sosiodrama pada tahap siklus I dan tahap siklus II keterampilan berbicara siswa mengalami peningkatan dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 55,15 kemudian meningkat pada siklus II dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 76. Selain itu, pada tahap siklus I dan siklus II ini siswa jauh lebih aktif dan berminat mengikuti pelajaran, dibandingkan dengan tindakan prasiklus. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat rekapitulasi hasil analisis data.
Tabel 1.

Rekapitulasi Hasil Data Penelitian

Dari tindakan prasiklus, siklus I dan siklus II diperoleh gambaran bahwa pada tahap prasiklus diperoleh hasil 94,7 % untuk siswa yang belum mencapai nilai KKM atau tidak tuntas dan hanya 5,30 % untuk siswa yang sudah mencapai nilai KKM atau tuntas. Pada siklus I jumlah siswa yang belum mencapai nilai KKM berkurang menjadi 63,3 % dan 36,8 % yang sudah mencapai nilai KKM atau tuntas. Kemudian , pada siklus II hanya 10,5 % yang nilainya belum mencapai KKM atau tidak tuntas dan 89,5 % yang sudah mencapai KKM atau tuntas.
Dengan demikian, penelitian ini dapat dikatakan berhasil walaupun tidak sepenuhnya mencapai 100 %, karena dari 19 orang siswa masih terdapat 2 orang siswa atau sebesar 10,5% yang tingkat keterampilan berbicara yang belum meningkat dan nilai yang diperoleh oleh kedua siswa tersebut belum mencapai nilai KKM yang sudah ditentukan yaitu sebesar 65.

4. SIMPULAN
Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V SD Negeri 08 Banyuasin III pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Perolehan nilai berdasarkan aspek penilaian ketepatan, kejelasan, intonasi, ekspresi, dan tema pada setiap siklusnya mengalami peningkatan.Selain itu, perilaku siswa selama pembelajaran kemampuan berbicara dari tahap prasiklus, siklus I sampai siklus II mengalami perubahan. Pada tahap prasiklus, tingkah laku siswa terlihat tidak memperhatikan serta terkesan malu saat diminta untuk berbicara di depan kelas. Namun setelah digunakan metode sosiodrama dari siklus I sampai siklus II siswa merasa terlatih, tertarik dan pembelajaran dirasa lebih bervariasi dan tidak monoton. Dengan demikian, terdapat peningkatan yang cukup signifikan untuk hasil keterampilan berbicara siswa setelah menggunakan metode sosiodrama.
Secara umum dapat diketahui bahwa skor rata-rata yang diperoleh pada kegiatan prasiklus sebesar 47,8 dengan rincian bahwa nilai antara 10 – 69 ada 19 orang siswa atau 100% dan termasuk kategori kurang. Pada siklus I siswa yang memperoleh nilai 70 – 79 ada 2 orang siswa (10,5%) termasuk kategori cukup dan yang memperoleh nilai 10-69 ada 17orang siswa (89,5%). Adapun pada siklus II yang memperoleh nilai 90-100 ada 1 orang siswa (5,30%), nilai 80-89 ada 6 orang siswa (31,6%), nilai 70-79 ada 8 orang siswa (42,10%) dan nilai 10-69 ada 4 orang siswa (21,00%). Jadi, yang mendapatkan kategori baik hanya ada 1 orang siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Ambarjaya, Beni S. 2012. Psikologi Pendidikan Pengajaran. Jogjakarta: CAPS.

Aqib, Zainal dan kawan-kawan. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

Budiningsih, Asri. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Djamarah dan Zain, Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2012. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Nasution. 2010. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Penilaian Pembelajaran Bahasa.Yongyakarta: BPFE.

Pusat Bahasa Depdiknas. 2004. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

PENGARUH BUKU PELAJARAN BAHASA INDONESIA KURIKULUM 2013 KELAS XI SMA TERHADAP PSIKOLOGIS SISWA KOTA PALEMBANG

Link

PENGARUH BUKU PELAJARAN BAHASA INDONESIA KURIKULUM 2013 KELAS XI SMA TERHADAP PSIKOLOGIS SISWA
KOTA PALEMBANG

Hastari Mayrita1, Ayu Puspita Indah Sari2
Dosen Universitas Bina Darma
Jalan Jenderal Ahmad Yani No.3 Palembang
Sur-el: hastari_mayrita@binadarma.ac.id1, ayupuspita.indahsari@binadarma.ac.id2

Abstract: This is a qualitative research method, with the type of qualitative descriptive study, utilizing quantitative data. Data collection techniques using a questionnaire with Likert scale calculations, documentation, and interviews. Before the questionnaires were distributed to the study sample groups, first in the trial to determine the level of validity and reliability. The data source is a textbook or textbooks Indonesian XI grade school curriculum in high school in 2013 who used the city of Palembang. While the school population to be helped this research is a high school in Palembang to implement the curriculum in 2013 and used textbooks Indonesian curriculum in 2013, publisher of the Ministry of Education and Kebuadayaan. Questionnaires were distributed to the school students of class XI. Interviews were also conducted to the students and teachers Indonesian XI grade at the school.

Keywords: books, language, curriculum, psychological, students

Abstrak: Metode penelitian ini adalah kualitatif, dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif, dengan memanfaatkan data kuantitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dengan perhitungan skala likert, dokumentasi, dan wawancara. Sebelum angket disebar kepada kelompok sampel penelitian, terlebih dahulu di uji coba untuk mengetahui tingkat validitasnya dan reliabilitasnya. Sumber data adalah buku teks atau buku pelajaran bahasa Indonesia kelas XI SMA kurikulum 2013 yang digunakan di SMA Kota Palembang. Sedangkan populasi sekolah yang akan membantu terlaksananya penelitian ini adalah SMA di kota Palembang yang menerapkan kurikulum 2013 dan menggunakan buku teks bahasa Indonesia kurikulum 2013, penerbit Kementerian Pendidikan dan Kebuadayaan. Angket dibagikan kepada siswa kelas XI sekolah tersebut. Wawancara juga dilakukan kepada siswa dan guru bahasa Indonesia kelas XI di sekolah tersebut.

Kata kunci: buku, bahasa, kurikulum, psikologis, siswa

1. PENDAHULUAN

Di era globalisasi saat ini, pemerintah telah memutuskan untuk menginovasi kurikulum sebelumnya menjadi kurikulum 2013. Jadi setiap sekolah diharapkan dapat menggunakan kurikulum 2013, dengan tujuan menghasilkan lulusan peserta didik yang berkarakter baik. Buku ajar dalam kurikulum 2013 pun dikemas sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan kurikulum 2013. Tetapi terkadang penyusunan buku ajar tersebut tidak melihat unsur ketertarikan siswa untuk belajar dan membaca buku tersebut. Buku itu sendiri adalah sebagai media cetak yang merupakan kunci pembuka gudang ilmu pengetahuan. Seseorang yang ingin maju dan pandai dalam suatu bidang ilmu, maka dia haruslah memanfaatkan buku tersebut, yaitu dengan membaca buku. Apalagi di dunia modern saat ini walaupun kecanggihan teknologi telah menghasilkan bahan-bahan bacaan yang bisa langsung diakses melalui internet yang tidak semua orang bisa memanfaatkannya, buku tetap merupakan salah satu media cetak yang dapat membantu kita memperoleh ilmu pengetahuan.
Melalui penelitian ini, peneliti bermaksud mengkaji kualitas buku teks berdasarkan aspek psikologis siswa, karena hal ini merupakan salah satu aspek kualitas buku ajar yang perlu diperhatikan oleh penulis, maupun penerbit. Aspek kualitas buku teks yang berkaitan dengan bidang ilmu Psikologi yang dibahas di dalam penelitian ini meliputi motivasi, minat, dan stimulus aktivitas siswa. Berdasarkan uraian pada kalimat sebelumnya, seorang penulis buku teks yang baik sedikitnya harus banyak mengetahui psikologi siswa. Pemahaman yang benar terhadap dunia siswa, akan memberi warna yang berbeda terhadap sajian sebuah buku, baik dalam hal pilihan materi, warna, bentuk huruf, ukuran buku, maupun penggunaan ragam bahasanya, sehingga siswa menarik untuk membaca dan mempelajari isi dari buku tersebut.
Penelitian tentang kualitas buku teks pernah dilakukan oleh Septa Olpidiya Siska (2003) dengan penelitian berjudul “Telaah Kualitas Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas Tiga Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Penerbit Mitra Angkasa Panaitan.” Hasil analisisnya menerangkan bahwa buku teks bahasa Indonesia kelas tiga Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama penerbit Mitra Angkasa Panaitan terdapat 90 topik bahasan, 89 topik sesuai dengan kurikulum 1994 dan 1 topiknya lagi tidak sesuai dengan kurikulum 1994. Kesimpulan dari hasil analisisnya adalah buku teks bahasa Indonesia kelas tiga SLTP, penerbit Mitra Angkasa Panaitan tidak memenuhi kriteria kualitas buku teks.
Selain itu, penulis sendiri juga pernah melakukan penelitian tentang telaah kualitas buku teks bahasa Indonesia yang berlabelkan kurikulum 2004 atau berbasis kompetensi di kota Palembang dalam aspek motivasi, minat, dan stimulus siswa. Hasilnya dari 17 buku teks bahasa Indonesia yang digunakan di kota Palembang, hanya ada dua buku yang dapat memotivasi, menstimulus, dan menarik minat siswa (Mayrita, 2007). Pada tahun 2010 juga, peneliti pernah peneliti tentang evaluasi buku teks bahasa Indonesia penerbit Platinum. Yang diteliti adalah isi buku pelajaran bahasa Indonesia tersebut dan ketertarikan siswa terhadap buku itu.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya peneliti secara lebih khusus akan mengkaji kualitas buku pelajaran bahasa Indonesia kurikulum 2013 kelas XI SMA di kota Palembang yang sudah menerapkan kurikulum 2013, berdasarkan aspek perkembangan psikologis siswa yaitu motivasi, penumbuhan minat, dan daya stimulus aktivitas belajar siswa.
Peneliti menganalisis buku teks bahasa Indonesia kurikulum 2013 kelas XI SMA, penerbit Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, untuk melihat dan mendeskripsikan kualitas buku teks tersebut berdasarkan aspek motivasi, minat, dan daya stimulus aktivitas siswa melalui persepsi siswa. Persepsi siswa terhadap buku teks yang telah digunakannya, dapat mengetahui sejauh mana kebutuhan siswa terhadap buku teks itu sendiri, sedangkan kebutuhan siswa harus merupakan prioritas utama. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Kosasih (2003:192) bahwa buku teks haruslah menyenangkan; menjadi teman para siswa dalam memenuhi kehausan mereka akan ilmu pengetahuan.
Dari persepsi siswa inilah, akan diketahui apakah buku teks yang telah digunakan berpengaruh terhadap motivasi, minat, dan daya stiumulus aktivitas siswa dalam membaca dan mempelajari buku tersebut.
Sebagai data pendukung penelitian ini, peneliti tidak hanya menggunakan persepsi siswa, tetapi melakukan wawancara terhadap guru bahasa Indonesia yang membaca dan mengajarkan siswa bahasa Indonesia melalui buku teks bahasa Indonesia kelas XI Kurikulum 2013.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kualitas buku pelajaran bahasa Indonesia kurikulum 2013 kelas XI SMA yang sudah diterapkan di SMA di kota Palembang berdasarkan aspek psikologis siswa yang meliputi; motivasi, minat, dan daya stimulus aktivitas siswa dalam belajar, terutama belajar bahasa Indonesia?
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dan mendeskripsikan kualitas buku pelajaran bahasa Indonesia kurikulum 2013 kelas XI SMA yang sudah diterapkan di SMA di kota Palembang berdasarkan aspek perkembangan psikologis siswa yang meliputi; motivasi, minat, dan daya stimulus aktivitas siswa dalam belajar, terutama belajar bahasa Indonesia.
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu teori untuk menilai kualitas buku pelajaran terutama yang berkaitan dengan motivasi, minat, dan stimulus siswa dalam membaca dan mempelajari buku tersebut. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan pemerintah untuk selalu mengembangkan buku pelajaran bahasa Indonesia yang berkualitas tinggi, terutama yang menarik minat siswa untuk membaca dan memperlajari buku tersebut.

2. METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Buku Teks

Greene dan Petty telah menyusun cara penilaian buku teks dengan sepuluh kriteria. Apabila sesuatu buku teks dapat memenuhi 10 persyaratan yang diajukan, maka dapat dikatakan buku teks tersebut berkualitas. Butir-butir yang harus dipenuhi oleh suatu buku teks, yang tergolong dalam kategori berkualitas tinggi adalah:
1) Buku teks itu haruslah menarik minat anak-anak, yaitu para siswa yang mempergunakannya.
2) Buku teks itu haruslah mampu memberikan motivasi kepada para siswa yang memakainya.
3) Buku teks itu haruslah membuat ilustrasi yang menarik hati para siswa yang memanfaatkannya.
4) Buku teks itu seyogianyalah mempertimbangkan aspek-aspek linguistik sehingga sesuai dengan kemampuan para siswa yang memakainya.
5) Buku teks itu isinya haruslah berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran lainnya; lebih baik lagi kalau dapat menunjang rencana, sehingga semuanya merupakan suatu kebulatan yang utuh dan terpadu.
6) Buku teks itu haruslah dapat menstimulasi, merangsang, aktivitas-aktivitas pribadi para siswa yang mempergunakannya.
7) Buku teks itu haruslah dengan sadar dan tegas menghindari konsep-konsep yang samar-samar dan tidak biasa, agar tidak sempat membingungkan para siswa yang memakainya.
8) Buku teks itu haruslah mempunyai sudut pandangan atau “poin of view” yang jelas dan tegas sehingga pada akhirnya menjadi sudut pandangan para pemakainya yang setia.
9) Buku teks itu haruslah mampu memberi pemantapan, penekanan pada nilai-nilai anak dan orang dewasa.
10) Buku teks itu haruslah dapat menghargai perbedaan-perbedaan pribadi para siswa yang memakainya.
(Greene dan Petty 1971:545-548, dikutip dalam Tarigan, 1986:21).
Dari sebelas aspek tersebut yang menjadi kajian peneliti adalah aspek nomor 4, nomor 5, dan nomor 6. Untuk lebih memahami ketiga aspek tersebut, peneliti akan menguraikan lebih lanjut mengenai teori motivasi, minat, dan stimulus.

2.2 Teori Motivasi

Setiap tindakan motivasi mempunyai tujuan. Makin jelas tujuan yang diharapkan atau yang akan dicapai, makin jelas pula bagaimana tindakan memotivasi itu dilakukan. Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil jika tujuannya jelas dan disadari oleh yang dimotivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang yang dimotivasi. Hal ini sama seperti apa yang telah dikemukakan oleh Stone (2002:221) bahwa orang yang sukses memperoleh motivasi apabila dia telah menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkannya.
Dinyatakan Purwanto (2003:71) bahwa motivasi adalah “pendorongan”; suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah daya pendorong yang berguna untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Berhubungan dengan penelitian ini, motivasi akan dihubungkan dengan adanya dorongan siswa untuk belajar, menentukan arah perbuatan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, dan dapat menentukan perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mancapai tujuan itu, sehingga motivasi dapat dikatakan sebagai salah satu alat yang dapat menentukan kebiasaan dan keberhasilan belajar siswa.
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi belajar adalah daya pendorong yang menciptakan kondisi yang ideal, sehingga seseorang ingin, mau, dan senang untuk melakukan aktivitas belajar. Dengan diartikannya motivasi belajar sebagai penciptaan kondisi yang ideal sehingga seseorang ingin, mau, senang mengerjakan/belajar sesuatu, maka salah satu pendukungnya adalah penggunaan buku teks yang baik.

2.3 Teori Minat

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa minat sebagai kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah; dan keinginan. Sedangkan meminati berarti menaruh minat; memperhatikan; dan menginginkan. (Pusat Bahasa, 2008:744).
Purwanto (2003) mengemukakan bahwa minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Apa yang menarik minat seseorang, mendorongnya untuk berbuat lebih baik dan lebih giat. Perasaan senang dan tidak senang yang dimaksud di sini adalah perasaan senang terhadap buku teks bahasa Indonesia kurikulum 2013 kelas XI SMA yang digunakan di SMA kota Palembang.
Bahan-bahan pelajaran yang disajikan hendaknya disesuaikan dengan minat siswa dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Untuk menarik minat siswa, maka bahan belajar yang ada di dalam buku teks hendaknya dapat berwujud benda dan isi pendidikan. Bahan belajar dapat dijadikan sarana mempergiat belajar. Bahan belajar dapat menarik perhatian/minat siswa. Wujud fisik seperti bentuk buku, ukuran buku, gambar sampul, bentuk huruf dapat dibuat oleh penyusun buku sehingga dapat menarik perhatian pembaca. Isi buku yang terdiri dari informasi pengetahuan dapat dibuat mudah dibaca oleh pengarang. Gambar/foto dapat dibuat berwarna seperti aslinya agar menarik perhatian/minat siswa.

2.4 Teori Stimulus

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa, 2008:1091), Stimulus berarti “perangsang organisme bagian tubuh/reseptor lain untuk menjadi aktif.” Sedangkan stimulasi/menstimulasi berarti “mendorong dan menggiatkan.”
Purwanto (2003:94-95) mengemukakan bahwa stimulus itu adalah perangsang. Pavlov dan Watson, dan Skinner (Dikutip Purwanto, 2003:95) dalam teorinya Operant Conditioning, mengemukakan bahwa tingkah laku itu sebagai hubungan antara perangsang dan respon.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat diartikan bahwa stimulus adalah perangsang yang menimbulkan respon (reaksi) untuk melakukan suatu perbuatan. Stimulus dihubungkan dengan aktivitas belajar siswa dapat diartikan sebagai suatu perangsang, tantangan, dan penggiat aktivitas siswa. Salah satu alat yang dapat menstimulasi atau merangsang aktivitas siswa adalah bahan belajar yang berasal dari buku teks.
Agar bahan pelajaran yang ada di dalam buku teks menantang dan merangsang aktivitas siswa, maka tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar haruslah menantang. Sebagaimana dijelaskan oleh Dimyati dan Mudjiono (2003:48).
Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. Pelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha untuk mencari dan menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi tersebut.

2.5 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian deksriptif kualitatif yang memanfaatkan data kuantitatif.

2.6 Waktu Dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan selama satu tahun mulai dari proses pembuatan proposal sampai proses laporan akhir penelitian yang dimulai dari bulan Desember 2014 dan akan berakhir pada bulan Oktober 2015.
Tempat pelaksanaan penelitian di 3 SMA di Kota Palembang yang menerapkan kurikulum 2013, yaitu SMAN 6, SMAN 19, dan SMA Muhammadiyah V Palembang. Sebelum menyebarkan angket dan wawancara kepada kelompok sampel penelitian, peneliti melakukan uji coba angket terlebih dahulu kepada se-kelompok siswa. Kelompok siswa yang membantu proses uji coba angket adalah seluruh siswa kelas XI SMA NU. Kelompok siswa kelas XI ini pada tahun ajaran 2014/2015 menggunakan buku bahasa Indonesia kurikulum 2013. Siswa kelas XI SMA NU tahun ajaran 2014/2015 berjumlah 3 kelas, yaitu XI IPA 1, XI IPA 2, dan XI IPA 3.

2.7 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang digunakan adalah seluruh siswa kelas XI SMA yang ada di SMA kota Palembang yang sudah menerapkan kurikulum 2013. Populasi ditarik menjadi sampel penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Penarikan sampel dilakukan dengan cara sampling purposive.
Setelah dilakukan sampling purposive, maka diperoleh beberapa sekolah yang dijadikan sebagai tempat penelitian. Sekolah tersebut adalah SMAN 6 Palembang, SMAN 19 Palembang, dan SMA Muhammadiyah V Palembang. Berdasarkan hasil survei tim peneliti dengan bertanya langsung ke beberapa guru dan siswa di sekolah tersebut, penentuan sekolah tersebut berdasarkan alasan, sebagai berikut.
1) Ketiga sekolah pada tahun ajaran 2014-2015 menggunakan kurikulum 2013.
2) Pada tahun ajaran tersebut, untuk mata pelajaran bahasa Indonesia, kelas X, kelas XI, dan kelas XII menggunakan kurikulum 2013.
3) Buku paket bahasa Indonesia yang digunakan siswa dan guru dalam proses pembelajaran pada tahun ajaran tersebut, juga masih menggunakan buku bahasa Indonesia kurikulum 2013.
4) SMAN 6 dipilih karena sekolah tersebut termasuk sekolah unggulan di kota Palembang yang akreditasinya A.
5) SMAN 19 dipilih karena sekolah tersebut akreditasinya B.
6) SMA Muhammadiyah V dipilih karena mewakili sekolah swasta yang ada di kota Palembang.
7) Ketiga sekolah tersebut dipilih dengan alasan mewakili SMAN dan SMA swasta yang ada di kota Palembang, dengan alasan-alasan di atas dan status akreditasinya. Sehingga hasil angket yang disebar ke siswa kelas XI SMAN 6, SMAN 19, dan SMA Muhammadiyah V Palembang dapat mewakili seluruh siswa kelas XI di kota Palembang yang menggunakan buku teks bahasa Indonesia kurikulum 2013.

2.8 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi, angket, dan wawancara.
Teknik dokumentasi ini dilakukan dengan cara mengkaji literatur yang berkaitan dengan aspek pengembangan motivasi, penumbuhan minat, dan daya stimulus aktivitas siswa.
Setelah itu, peneliti memberikan angket kepada siswa yang buku teksnya diteliti. Angket berbentuk angket tertutup dengan 4 pilihan, menggunakan skala Likert. Penggunaan angket bertujuan untuk menjaring aspek pengembangan motivasi, penumbuhan minat, dan daya stimulus aktivitas siswa.
Prosedur yang dilakukan peneliti dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1) Peneliti mengumpulkan item untuk angket, yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Angket berbentuk angket tertutup dengan 4 pilihan, yaitu:
a = sangat setuju c= kurang setuju
b = setuju d= tidak setuju
2) Sebelum angket diberikan kepada kelompok responden sebagai sampel penelitian ini, peneliti melakukan uji coba angket terlebih dahulu kepada kelompok siswa kelas XI yang menggunakan buku teks bahasa Indonesia kurikulum 2013. Uji coba dilakukan untuk melihat validitas dan reliabilitas angket yang akan diberikan kepada kelompok sampel penelitian. Selain uji coba, peneliti juga meminta bantuan tim ahli untuk melihat dan memperbaiki bahasa angket yang akan diberikan kepada kelompok sampel penelitian.
3) Setelah itu, peneliti memberikan angket kepada sekelompok responden yang cukup representatif dari populasi yang ingin diketahui.
Wawancara dilakukan untuk melengkapi data yang sudah diperoleh dari angket. Wawancara dilakukan kepada guru dan siswa yang buku teks di sekolahnya diteliti. Pelaksanaan wawancara menggunakan panduan wawancara dan lembar pencatat, agar mempermudah peneliti dalam memperoleh dan menyerap informasi dari narasumber.

2.9 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari angket dan wawancara dianalisis, dideskripsikan, dan disimpulkan. Data hasil angket terlebih dahulu telah diteliti, dihitung, dan difrekuensi menggunakan perhitungan skala Likert. Jawaban 1 nilai 4, kedua nilai 3, ketiga nilai 2, dan keempat nilai 1, seluruh jawaban dijumlahkan dan dihitung persentasinya. Bila hasil persentasi kurang dari 75 berarti buku tersebut tidak berpengaruh baik terhadap aspek yang dikaji, sehingga kualitas buku yang berhubungan dengan motivasi, minat, dan stimulus siswa untuk membaca atau mempelajari buku tersebut juga tidak baik.
Sebelum memberikan angket kepada sampel penelitian, peneliti melakukan uji reliabilitas dan validitas angket dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi alat ukur dalam penggunaannya dan mengukur sah atau valid tidak suatu angket yang akan diberikan.
Setelah angket dianalisis. Sebagai data pendukung penelitian ini, peneliti akan melakukan wawancara kepada guru dan siswa. Hasil angket dan wawancara dianalisis, dideskripsikan, lalu disimpulkan.
Adapun proses analisis data yang dilakukan peneliti dengan menggunakan perhitungan skala Likert, sebagai berikut:
1) Mengelompokkan hasil angket yang diperoleh.
2) Menentukan skor angket, kriterianya sebagai berikut.
a. Jawaban a (sangat setuju) nilainya 4
b. Jawaban b (setuju) nilainya 3
c. Jawaban c (kurang setuju) nilainya 2
d. Jawaban d (tidak setuju) nilainya 1
3) Menghitung skor angket
00% ……(1)
Keterangan:
N = Angka yang diolah dengan skor mentah.
R = Skor yang diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka dari setiap butir angket.
S = Skor maksimum seluruh soal angket.
4) Mengelompokkan skor angket setiap siswa ke dalam tabel distribusi frekuensi.
Tabel 2. Contoh Distribusi Hipotesis Frekuensi
Kelas Interval Frekuensi
Kelas Frekuensi Persentase
75% – 100%
49%–74%
23%–48%

5) Menentukan skor angket yang memenuhi (dengan hasil persentasi 75 atau lebih dari 75) atau tidak memenuhi (dengan hasil persentasi kurang dari 75) kriteria.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Validitas dan Reliabilitas Angket Uji Coba

Angket uji coba diberikan kepada seluruh siswa kelas XI SMA NU (Nadhatul Ulama). Kelas XI SMA NU berjumlah tiga kelas, yaitu XI IPA, XI IPS 1, dan XI IS 2. Jumlah responden kelas XI di sekolah ini ada 83 siswa yang mengisi angket.
Jumlah butir soal angket uji coba 30 soal. Soal 1-10 indikatornya tentang motivasi siswa, soal 11-20 indikatornya tentang minat siswa, dan soal 21-31 indikatornya tentang stimulus siswa membaca buku bahasa Indonesia kurikulum 2013 dan mempelajari bahasa Indonesia melalui buku tersebut.
Setelah memberikan angket di atas, peneliti memberi nilai para responden perbutir soal secara manual. Dengan sistem penilaian jika memilih: a = 4, b = 3, c = 2, dan d = 1. Kemudian, setelah selesai, penelitii melanjutkan ke uji validitas dan reliabilitas butir soal angket yang telah diberikan. Uji validitas dan reliabilitas menggunakan penghitungan data statistik spss.
Hasil pengolahan data statistik untuk uji validitas dan reliabilitas angket yang telah diujicobakan terlebih dahulu kepada kelompok responden uji coba berjumlah 83 angket yang telah diisi dengan jumlah butir soal 30 soal. Adapun hasil datanya, sebagai berikut.
Tabel 3. Hasil Uji Validitas
N %
Cases Valid 83 100.0
Excludeda 0 .0
Total 83 100.0

Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas
Cronbach’s Alpha Cronbach’s Alpha Based on Standardized Items N of Items
.828 .826 30

Berdasarkan hasil data di atas, maka dapat dideskripsikan bahwa angket uji coba (dengan jumlah butir soal 30 dan responden 83 orang) valid dengan tingkat persentase 100% absah dan reliabel. Oleh karena itu, angket tersebut dapat dijadikan sebagai alat instrumen yang tepat dan dapat dipercaya untuk membantu mengetahui kualitas buku teks bahasa Indonesia berdasarkan aspek motivasi, minat, dan stimulus, khususnya buku ajar bahasa Indonesia kelas XI kurikulum 2013.

3.2 Hasil Data Angket Kualitas Buku Teks Pelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013

Pendapat siswa menggenai kualitas buku teks bahasa Indonesia kelas XI kurikulum 2013 yang berhubungan dengan aspek Psikologis (motivasi, minat, dan stimulus) sangat mempengaruhi hasil penelitian. Pendapat siswa yang tergambar di dalam butir soal pada Angket dihitung dengan skala likert. Butir soal tersebut berjumlah 30 soal. Untuk soal no 1-10 berkenaan dengan motivasi, soal 11-20 untuk soal minat, dan 21-30 soal stimulus. Angket tersebut yang sebelumnya sudah diuji kevalidan dan reliabelnya, disebarkan kepada siswa kelas XI SMAN 6 Palembang, SMAN 19 Palembang, dan SMA Muhammadiyah V Palembang.
Angket yang baru diperoleh peneliti sampai tahap 70% penelitian ini adalah angket yang telah disebar ke siswa kelas XI SMA Muhammadiyah V Palembang. Untuk SMAN 6, angket sudah diproses dan masih akan disebar dan dibantu oleh tim lapangan. Untuk sekolah SMAN 19, penyebaran angket masih pada tahap perjanjian dengan pihak sekolah. Kesepakatan antara tim peneliti dengan pihak sekolah penyebaran angket dan wawancara akan dilakukan pada tanggal 27 Juli 2015. Jadi, sementara jumlah angket yang sudah disebar dan diolah untuk penilaian kualitas buku teks bahasa Indonesia kelas XI kurikulum 2013 di kota Palembang berjumlah 51 angket yang sudah diisi oleh responden. Hasil pengolahan skor angket yang baru diperoleh sementara dapat dilihat pada tabel 5, 6 dan 7.
Tabel 5. Hasil Skor Angket Kualitas Buku Teks Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 Berdasarkan Aspek Motivasi

Skor Angket
Kode Responden Skor
Kode Responden Skor

001 15 37,5% 027 37 92,5%
002 30 75% 028 20 50%
003 27 67,5% 029 30 75%
004 27 67,5% 030 30 75%
005 30 75% 031 24 60%
006 22 55% 032 10 25%
007 24 60% 033 33 82,5%
008 13 32,5% 034 14 35%
009 31 77,5% 035 35 87,5%
010 30 75% 036 36 90%
011 20 50% 037 28 70%
012 30 75% 038 23 57,5%
013 35 87,5% 039 31 77,5%
014 26 65% 040 27 67,5%
015 30 75% 041 29 72,5%
016 28 70% 042 33 82,5%
017 30 75% 043 23 57,7%
018 20 50% 044 32 80%
019 32 80% 045 32 80%
020 17 42,5% 046 32 80%
021 23 57,5% 047 28 70%
022 26 65% 048 27 67,5%
023 21 62,5% 049 30 75%
024 25 62,5% 050 33 82,5%
025 37 92,5% 051 32 80%
026 33 82,5%

Tabel 6. Hasil Skor Angket Kualitas Buku Teks Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 Berdasarkan Aspek Minat

Skor Angket
Kode Responden Skor
Kode Responden Skor

001 19 47,5% 027 38 95%
002 24 60% 028 20 50%
003 24 60% 029 30 75%
004 22 55% 030 30 75%
005 23 57,5% 031 20 50%
006 30 75% 032 16 40%
007 23 57,5% 033 33 82,5%
008 23 57,5% 034 22 55%
009 31 77,5% 035 26 65%
010 24 60% 036 30 75%
011 25 62,5% 037 29 72,5%
012 24 60% 038 26 65%
013 32 80% 039 30 75%
014 22 55% 040 26 65%
015 31 77,5% 041 31 77,5%
016 31 77,5% 042 28 70%
017 27 67,5% 043 22 50%
018 38 95% 044 23 57,5%
019 24 60% 045 29 72,5%
020 18 45% 046 27 67,5%
021 25 62,5% 047 31 77,5%
022 27 67,5% 048 31 77,5%
023 24 60% 049 26 65%
024 28 70% 050 28 70%
025 30 75% 051 23 57,5%
026 40 100%

Tabel 7. Hasil Skor Angket Kualitas Buku Teks Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 Berdasarkan Aspek Stimulus

Skor Angket
Kode Responden Skor
Kode Responden Skor

001 21 52,5% 027 29 72,5%
002 20 50% 028 20 50%
003 23 57,5% 029 30 75%
004 28 70% 030 30 75%
005 25 62,5% 031 20 50%
006 37 67,5% 032 20 50%
007 18 45% 033 30 75%
008 23 57,5% 034 20 50%
009 23 57,5% 035 31 77,5%
010 27 67,5% 036 26 65%
011 28 70% 037 35 87,5%
012 25 62,5% 038 21 52,5%
013 21 52,5% 039 33 82,5%
014 25 62,5% 040 24 60%
015 22 55% 041 22 55%
016 30 75% 042 23 57,5%
017 23 57,,5% 043 27 67,5%
018 17 42,5% 044 27 67,5%
019 29 72,5% 045 25 62,5%
020 28 70% 046 28 70%
021 38 95% 047 25 62,5%
022 26 65% 048 22 55%
023 23 57,5% 049 28 70%
024 20 50% 050 27 67,5%
025 37 92,5% 051 31 77,5%
026 40 100%

Setelah pengolahan data di atas, maka data skor angket di atas disusun ke dalam tabel distribusi hipotesis frekuensi. Hal ini untuk mempermudah peneliti menentukan penilaian persentase angket yang mencapai nilai 75%. Adapun distribusi hipotesis frekuensi yang dimaksud, sebagai berikut.

Tabel 8. Distribusi Hipotesis Frekuensi Relatif dan Persentase Skor Angket
Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas XI Kurikulum 2013 Berdasarkan Aspek Motivasi

No Kelas Interval Frekuensi Jumlah Siswa Frekuensi Relatif Frekuensi Persentase
1 23-48% 5 0.10 10%
2 49-74% 21 0,41 41%
3 75-100% 25 0,49 49%

Berdasarkan tabel buku teks bahasa Indonesia kelas XI, kurikulum 2013 di atas, untuk sementara dapat dideskripsikan bahwa buku teks ini belum dapat memotivasi siswa untuk membaca dan mempelajari buku tersebut. Hal ini terlihat dari hasil penghitungan persentase yang hanya mencapai 49%.
Tabel 9. Distribusi Hipotesis Frekuensi Relatif dan Persentase Skor Angket
Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas XI Kurikulum 2013 Berdasarkan Aspek Minat

No Kelas Interval Frekuensi Jumlah Siswa Frekuensi Relatif Frekuensi Persentase
1 23-48% 3 0.06 6%
2 49-74% 31 0,60 60%
3 75-100% 17 0,33 33%

Berdasarkan tabel buku teks bahasa Indonesia kelas XI, kurikulum 2013 di atas, untuk sementara dapat dideskripsikan bahwa buku teks ini belum dapat menarik minat siswa untuk membaca dan mempelajari buku tersebut. Hal ini terlihat dari hasil penghitungan persentase yang hanya mencapai 33%.
Tabel 10. Distribusi Hipotesis Frekuensi Relatif dan Persentase Skor Angket
Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas XI Kurikulum 2013 Berdasarkan
Aspek Stimulus Aktivitas Siswa

No Kelas Interval Frekuensi Jumlah Siswa Frekuensi Relatif Frekuensi Persentase
1 23-48% 2 0.04 4%
2 49-74% 38 0,75 75%
3 75-100% 11 0,22 22%

Berdasarkan tabel buku teks bahasa Indonesia kelas XI, kurikulum 2013 di atas, untuk sementara dapat dideskripsikan bahwa buku teks ini juga belum dapat menstimulus aktivitas siswa untuk membaca dan mempelajari buku tersebut. Hal ini terlihat dari hasil penghitungan persentase yang hanya mencapai 22%.

4. SIMPULAN

Adapun simpulan dari hasil penelitian ini, sebagai berikut.
1) Angket yang akan diberikan kepada kelompok sampel penelitian untuk mengetahui kualitas buku teks bahasa Indonesia kelas XI kurikulum 2013 dapat disimpulkan valid dan reliabel. Hal ini terbukti dengan uji validitas dan reliabilitas yang sudah dilakukan terhadap angket tersebut.
2) Kualitas buku pelajaran bahasa Indonesia kurikulum 2013, kelas XI , yang telah dinilai berdasarkan persepsi siswa kelas XI SMA Muhammadiyah V Palembang untuk kategori motivasi, minat, dan stimulus siswa belajar tidak mencapai persentase nilai 75%, sehingga buku ini dapat dideskripsikan belum dapat memotivasi siswa belajar, menarik minat siswa, dan menstimulus siswa belajar dan membaca buku tersebut.

DAFTAR RUJUKAN

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Kosasih, E. 2003. Upaya Pembelajaran Bahasa dengan Buku Teks. Artikulasi: Jurnal Kajian Bahasa dan Sastra Indonesia, Oktober 2003, Vol. 2, No. 4, Hlm. 192—196. Bandung: FBPS-UPI.

Mayrita, Hastari. 2007. Analisis Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas VII SMPN Kota Palembang. Universitas Sriwijaya. Indralaya.

______________. 2010. Evaluasi Buku Teks Bahasa Indonesia Penerbit Platinum. Universitas Sriwijaya. Palembang.

Purwanto, Ngalim. 2003. Psikologi Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Balai Pustaka. Jakarta.

Siska, Septa Olpidiya. 2003. Telaah Kualitas Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas Tiga Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Penerbit Mitra Panaitan. Penelitian. FKIP Universitas Sriwijaya. Indralaya.

Stone, Clement. 2002. Keajaiban Motivasi. Restu Agung. Jakarta.

Tarigan, Djago dan H. G. Tarigan. 1986. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Angkasa. Bandung.

Sikap Motivasi dan Prestasi Belajar Bahasa

SIKAP MOTIVASI DAN PRESTASI
BELAJAR BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS
SISWA SMPN DI PALEMBANG

Ayu Puspita Indah Sari
Universitas Bina Darma
Jalan Jenderal Ahmad Yani No.3, Palembang
Sur-el: ayupuspita.indahsari@binadarma.ac.id

Abstract: This study discusses the influence the attitudes and motivation to learn the language to achievement in subjects Indonesian and English Junior High School (SMP) in Palembang. This is motivated by the value of the results of the national exams SMP throughout the city of Palembang from year to years shows that the Indonesian average score lower than the average score of the value of the subjects in English. The method used in this research is descriptive quantitative method. Population in this research is the students of SMP Negeri in the area opposite the Ulu Palembang, totaling 13 SMP, the sampling technique in this study is a simple random sample, so elected SMP 7, SMP 15, and SMPN 16. Based on the results of data analysis, it can be concluded that the attitude and motivation of students to learn the language has no effect on achievement in subjects Indonesian.
Keywords: attitude, motivation, learning, achievement, Indonesian, English

Abstrak: Penelitian ini membahas tentang pengaruh sikap dan motivasi belajar bahasa terhadap prestasi pada mata pelajaran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris siswa SMP Negeri di Palembang. Hal ini dilatarbelakangi oleh nilai hasil ujian nasional SMP se-kota Palembang dari tahun ke-tahun menunjukkan bahwa nilai bahasa Indonesia skor rata-ratanya lebih rendah jika dibandingkan dengan skor rata-rata nilai mata pelajaran bahasa Inggris. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Negeri yang ada di daerah seberang Ulu Palembang, yang berjumlah 13 SMP Negeri, teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah simple random sample, sehingga terpilih SMP Negeri 7, SMP Negeri 15, dan SMP Negeri 16. Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sikap dan motivasi belajar bahasa siswa tidak berpengaruh terhadap prestasi pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

Kata kunci: sikap, motivasi, belajar, prestasi, bahasa Indonesia, bahasa Inggris

1. PENDAHULUAN
Kenyataan menunjukkan bahwa nilai hasil ujian nasional SMP se-kota Palembang dari tahun ke-tahun menunjukkan bahwa nilai bahasa Indonesia skor rata-ratanya lebih rendah jika dibandingkan dengan skor rata-rata nilai mata pelajaran bahasa Inggris. Padahal jika dilihat siswa yang mengikuti ujian tersebut bukanlah siswa asing, melainkan siswa pribumi yang lahir dan dibesarkan di Indonesia. Mereka merupakan penutur asli bahasa Indonesia. Dalam kehidupan sehari-harinya mereka berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia, bahkan rata-rata bahasa ibunya atau bahasa pertama (B1) adalah bahasa Indonesia. Selain itu, karena dibesarkan di Indonesia, mereka mengenal lingkungan dan budaya yang ada di Indonesia. Seharusnya hal tersebut dapat membentuk sebuah pengalaman bahasa karena dalam komunikasi kesehariannya mereka menggunakan bahasa Indonesia. Secara teoritis latar yang telah dimiliki tersebut akan memberikan kemudahan dalam mempelajari bahasa Indonesia, karena pemelajaran menurut Verhouven, (1997:399) merupakan sebuah proses menyatunya informasi baru dengan pengetahuan lama, dengan kata lain, pemelajar menggabungkan informasi baru dengan yang telah diketahui. Dengan mengacu pada pendapat Verhouven tersebut, dalam konteks pemelajaran bahasa formal, pemelajaran bahasa kedua lebih diuntungkan dibandingkan dengan pemelajaran bahasa asing. Pemelajaran bahasa kedua berlangsung pada situasi bahasa itu digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari. Pemelajaran bahasa kedua dikelilingi oleh stimulus audiovisual, sehingga mereka memiliki keuntungan motivasional dan instruksional.
Berdasarkan pada hal di atas, seharusnya hasil yang dicapai oleh siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia lebih baik jika dibandingkan dengan bahasa Inggris karena hubungan antara pengetahuan bahasa dan pengalaman akademis yang dimiliki oleh seseorang, konteks sosial pengajaran dan hasil pengajaran bahasa formal, memiliki hubungan yang kompleks dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Berdasarkan pada fenomena tersebut penulis terdorong untuk mengupas permasalahan tersebut dengan berfokus pada sikap dan motivasi belajar bahasa Indonesia dan bahasa Inggris serta pengaruhnya terhadap prestasi siswa dalam mata pelajaran tersebut. Sikap yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah sikap bahasa; sikap siswa terhadap bahasa Indonesia. Motivasi yang dimaksud adalah motivasi belajar siswa terhadap pelajaran bahasa Indonesia.
Sikap dan motivasi berpengaruh besar terhadap pemelajar (Mc Groarty, 1996:4). Sayangnya hal tersebut sering tidak disadari dan dimengerti sehingga akan sulit untuk diidentifikasi. Sikap dan motivasi memiliki hubungan yang sangat erat. Gardner (1985:10) berpendapat bahwa “Motivation …refers to the combination of efford plus desire to achieve the goal of learning the language plus favorable attitudes towards learning language.” Dengan menempatkan ‘usaha’, ‘hasrat pencapaian’, dan sikap positif secara bersama, Gardner bermaksud menunjukkan bahwa mendeskripsikan motivasi hanya dengan ‘usaha’ saja tidak cukup tetapi harus disertai keinginan mencapai tujuan pemelajaran dan sikap yang positif.
Pandangan McGroarty dan Gardner tersebut menggambarkan betapa pentingnya sikap dan motivasi dalam pemelajaran, yang kemudian menjadi latar dilakukannya penelitian ini. Survei sikap bahasa juga dapat memberikan informasi yang bernilai bagi perencana bahasa ketika mereka membuat kebijakan tentang bahasa atau variasi bahasa yang mana yang biasa digunakan sebagai bahasa resmi atau bahasa pendidikan. Sikap dapat menyimpulkan, menjelaskan, atau bahkan meramalkan perilaku. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa penelitian terhadap sikap bahasa sangat penting untuk dilakukan.
Prestasi atau keberhasilan belajar bahasa akan tercapai jika diimbangi dengan sikap positif terhadap bahasa dan pemelajaran bahasa. Demikian juga motivasi memiliki peran penting dalam mewujudkan suatu kegiatan, karena berhubungan dengan persoalan psikologis, perasaan (afeksi), dan emosi untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu yang didorong adanya tujuan, kebutuhan, dan keinginan. Menurut Tileston (2004:2) motivasi berkaitan dengan keinginan melakukan sesuatu, mempelajari hal baru dan mendorong seseorang untuk mencoba lagi ketika ia gagal. Dalam kaitannya dengan belajar, motivasi lebih dimaknai sebagai energi dalam diri siswa yang mendorong keinginan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah kegiatan belajar. Kondisi hasil ujian akhir nasional di atas merupakan indikator dan sebuah gejala masalah yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian sikap bahasa dan motivasi belajar ini. Oleh karena itu penelitian ini mengkaji sikap bahasa dan motivasi belajar bahasa siswa yang saat ini sedang mengikuti pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP).
Masalah pokok yang akan dibahas dalam penelitian ini mengenai masalah sikap bahasa dan motivasi belajar bahasa yang difokuskan pada sikap dan motivasi belajar bahasa Indonesia pada SMP Negeri di seberang Ulu Palembang. Dari masalah pokok yang telah ada, dapat dimunculkan beberapa masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu.
1) Bagaimanakah pengaruh sikap belajar bahasa siswa terhadap prestasi pada mata pelajaran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris?
2) Bagaimanakah pengaruh motivasi belajar bahasa siswa terhadap prestasi pada mata pelajaran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris?
3) Bagaimanakah pengaruh sikap dan motivasi belajar bahasa siswa terhadap prestasi pada mata pelajaran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris?
Tujuan pokok yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menjawab masalah yang berkaitan dengan sikap bahasa dan motivasi belajar bahasa yang difokuskan pada sikap dan motivasi belajar bahasa Indonesia pada SMP di seberang Ulu Palembang. Adapun tujuan penelitian ini adalah.
1) Untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh sikap belajar bahasa siswa terhadap prestasi pada mata pelajaran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris?
2) Untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh motivasi belajar bahasa siswa terhadap prestasi pada mata pelajaran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris?
3) Untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh sikap dan motivasi belajar bahasa siswa terhadap prestasi pada mata pelajaran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris?

2. METODOLOGI PENELITIAN
Bahasa memiliki fungsi yang sangat hakiki, yaitu sebagai alat untuk berkomunikasi antara satu individu dengan individu yang lainnya, antara individu dengan kelompok individu. Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi akan mampu mengakomodasi berbagai kepentingan masyarakat. Apa yang diinginkan oleh seseorang akan dapat dipahami dengan adanya bahasa. Secara singkat dapat dikatakan bahwa bahasa menjadi sesuatu yang sangat vital untuk memahami dan mengerti apa yang diinginkan oleh manusia. Melihat hal tersebut, bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itulah, manusia baik sebagai anggota masyarakat suatu suku maupun sebagai anggota suatu bangsa, tidak akan dapat meninggalkan bahasa dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

2.1 Teori Tentang Sikap
Ada dua pendekatan yang berbeda terhadap definisi sikap. Kedua pendekatan tersebut adalah pertama, pendekatan yang dikemukakan oleh Rosenberg dan Havland (1960), dan kedua pendekatan yang dikemukakan oleh Petty dan Cacioppo (1981). Berikut ini akan dipaparkan kedua teori tentang sikap dari kedua pendekatan tersebut. Pertama, adalah konsep multidimensional. Pendekatan yang dikemukakan oleh Rosenberg dan Havland yang menyatakan bahwa sikap merupakan gabungan tiga reaksi yang secara konseptual berbeda terhadap suatu objek tertentu. Tiga reaksi tersebut adalah afektif, kognitif, dan konatif. Untuk lebih jelasnya ketiga komponen tersebut dapat digambarkan dalam bagan berikut ini.
Afektif berkaitan dengan emosi, seperti perasaan cinta atau benci, suka atau tidak suka terhadap objek sikap. Kognitif berhubungan dengan kepercayaan, pendapat, dan penilaian terhadap objek sikap objek yang diarahkan sikap. Konatif berkaitan dengan maksud perilaku dan kecenderungan tindakan. Sikap adalah kecenderungan psikologis yang diungkapkan dengan menilai entitas tertentu dengan beberapa tingkat kepuasan dan ketidakpuasan Penilaian mengacu pada semua bentuk tanggapan penilaian, apakah jelas atau samar, kognitif, afektif, atau berkaitan dengan cara berprilaku.

2.2 Sikap Bahasa
Sikap atau attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang atau suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap sesuatu perangsang atau situasi yang dihadapi” (Purwanto, 2002:140). Secara singkat dapat dikatakan bahwa pegertian sikap dalam penelitian ini memiliki tiga unsur penting yang berkaitan antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya. Ketiga unsur tersebut adalah unsur afektif, kognitif, dan konatif. Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap yang dikaitkan dengan bahasa, yaitu sikap peserta didik terhadap bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Penelitian ini mengadopsi pendapat dari Cooper dan Fishman, dan pendapat Holmes tentang sikap bahasa. Menurut Cooper dan Fishman (1973) sikap bahasa berdasarkan pada acuannya meliputi bahasa, perilaku bahasa, dan hal yang berkaitan dengan bahasa atau prilaku bahasa yang menjadi penanda atau lambang. Secara singkat dapat dikatakan bahwa sikap terhadap suatu bahasa (bahasa Indonesia dan bahasa Inggris) atau terhadap ciri suatu bahasa (suatu farina fonologis misalnya), atau terhadap bahasa sebagai penanda suatu kelompok (bahasa Indonesia sebagai bahasa orang Indonesia) adalah contoh sikap bahasa. Akan tetapi, sikap terhadap penutur bahasa Indonesia atau orang Indonesia bukanlah sikap bahasa. Anderson mendefinisikan sikap bahasa secara utuh, yaitu sikap bahasa adalah tata keyakinan atau kognisi yang relatif berjangka panjang, sebagian mengenai bahasa, objek bahasa, yang memberikan kecenderungan kepada seseorang untuk bereaksi dengan cara tertentu yang disenanginya (dalam Chaer dan Agustina, 2004:151). Pendapat lain juga dikemukakan oleh Aslinda dan Syafyahya, yang mengatakan bahwa “sikap bahasa adalah kesopanan bereaksi terhadap suatu keadaan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa sikap bahasa tidak hanya mengacu pada bahasa saja, melainkan kepada sikap penutur bahasa juga. Dalam hal ini sikap dapat dimaknai dari dua sisi, yaitu dalam artian yang sempit dan dalam artian yang luas. Dalam arti sempit, sikap bahasa dapat dimaknai sebagai sikap yang mengacu pada penilaian pribadi individu terhadap suatu bahasa. Sedangkan dalam arti luas, sikap bahasa dapat diartikan sebagai pemilihan atau perencanaan bahasa.
Dalam penelitian ini, sikap bahasa dimaknai dalam artian yang sempit, yaitu perasaan dan penilaian subjek terhadap suatu bahasa. Secara singkat dapat dikatakan bahwa dalam penelitian ini yang dimaksud dengan sikap bahasa adalah sikap peserta didik terhadap bahasa Indonesia dan bahas Inggris.

2.3 Teori Motivasi Belajar Bahasa
Banyak ahli yang merumuskan teori tentang motivasi. Ada juga ahli yang memperluas teori motivasi yang dikaitkan dengan pemelajaran bahasa. Salah satunya adalah Crookes dan Schmidt (1991:4) yang menyatakan bahwa ada dua fitur dalam teori motivasi belajar bahasa, yaiu fitur internal dan fitur eksternal. Ada empat faktor internal dalam motivasi belajar bahasa. Keempat faktor internal tersebut adalah.
1) Ketertarikan terhadap bahasa sasaran yang didasari oleh keberadaan sikap, pengalaman, dan latar belakang peserta didik.
2) Relevansi yang melibatkan persepsi yang dibutuhkan seseorang seperti prestasi, afiliasi, dan kekuatan yang ditemui pada waktu mengikuti proses kegiatan belajar mengajar bahasa sasaran.
3) Harapan akan keberhasilan atau kegagalan.
4) Hasil, berupa imbalan ekstrinsik yang dirasakan peserta didik.
Dari segi eksternal motivasi peserta didik dapat berupa karakteristik perilaku peserta didik yang meliputi tiga faktor. Ketiga faktor tersebut adalah.
1) Peserta didik memutuskan memilih, menaruh perhatian, dan membuat ikatan dengan peserta didik bahasa sasaran.
2) Tekun belajar untuk suatu periode tertentu dan akan kembali belajar setelah terjadinya pemutusan belajar sementara (interupsi).
3) Peserta didik memelihara tingkat aktivitas belajar yang tinggi.
Dalam kaitannya dengan pemelajaran bahasa, Gardner dan lambert (1985: 266–272) mengajukan dua bangun utama motivasi mempelajari bahasa. Kedua bangun utama tersebut adalah motivasi integratif (integrative motivation) dan motivasi instrumental (instrumental motivation). Motivasi integratif adalah keinginan untuk seperti dan berinteraksi dengan penutur bahasa sasaran. Motivasi instrumental adalah keinginan untuk mempelajari sebuah bahasa untuk mencapai tujuan seperti akademik atau keberhasilan di bidang pekerjaan. Sebaliknya, siswa yang memiliki orientasi instrumental mempelajari bahasa asing untuk mencapai tujuan akademis atau tujuan yang berkaitan dengan karir masa depan.
Motivasi belajar merupakan proses internal yang mengaktifkan, membimbing, dan mempertahankan perilaku belajar dalam rentang waktu tertentu. Motivasi belajar adalah kekuatan yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas belajar. Adapun pentingnya motivasi bagi kepentingan belajar adalah (1) motivasi menentukan arah tindakan seseorang dalam belajar; (2) Motivasi menentukan intensitas atau kadar tindakan seseorang dalam belajar (analogi seperti mesin mobil), (Dimyati dan Mudjiono, 2002:80)
Penelitian ini, membahas mengenai dua motivasi belajar bahasa, yaitu motivasi integratif dan motivasi instrumental dikaitkan dengan pemelajaran bahasa kedua, dalam hal ini adalah bahasa Indonesia. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa kedua motivasi tersebut akan digunakan oleh peneliti untuk memberikan penilaian terhadap tujuan siswa dalam mempelajari bahasa, dalam hal ini adalah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris

2.4 Prestasi Belajar
Prestasi adalah sesuatu yang dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah prestasi yang diraih oleh peserta didik berdasarkan pada nilai rapor. Prestasi yang dilihat adalah prestasi peserta didik di mata pelajaran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Nilai yang tercantum dalam buku rapor adalah representasi dari kemampuan, pemahaman, dan tigkat penguasaan peserta didik terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang meliputi bidang-bidang kemampuan afektif, kognitif, dan konatif.
Tolok ukur prestasi belajar peserta didik adalah jika peserta didik mampu meraih nilai di atas nilai standar, maka peserta didik tersebut dapat dikatakan sebagai peserta didik yang berprestasi. Sebaliknya jika peserta didik mendapatkan nilai di bawah nilai standar, maka peserta didik tersebut belum dapat dikatakan sebagai peserta didik yang berprestasi. Jika peserta didik mampu meraih nilai bahasa Indonesia yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan bahasa Inggris, maka peserta didik tersebut memiliki prestasi terhadap bahasa Indoensia. Akan tetapi jika peserta didik memiliki nilai bahasa Inggris lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai bahasa Indonesia, peserta didik tersebut memiliki prestasi terhadap bahasa Inggris. Pengukuran prestasi peserta didik pada nilai bahasa Indonesia dan bahasa Inggris adalah untuk melihat perbandingan nilai peserta didik pada mata pelajaran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Purwanto (2002:103) ada dua variabel besar yang berpengaruh terhadap pencapaian prestasi peserta didik. Kedua faktor tersebut adalah faktor dari dalam diri peserta didik dan faktor dari luar peserta didik. Faktor ekstern meliputi (1) faktor lingkungan dan faktor instrumental. Faktor lingkungan terdiri dari lingkungan alam dan lingkungan sosial (rumah dan sekolah). (2) faktor instrumental yang terdiri atas kurikulum, pengajar, sarana dan prasarana, administrasi dan manajemen. Faktor intern meliputi dua hal yaitu (1) faktor fisiologis, dan (2) faktor psikologis. Faktor fisiologis meliputi kondisi fisik dan kondisi panca indra. Sedangka faktor psikologis terdiri dari bakat, minat, kecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognitif. Lebih lanjut Puwanto (2002:106—107) membuat bagan terhadap dua faktor yang memiliki peranan dalam pencapaian prestasi peserta didik seperti berikut ini.
Kedua faktor tersebut, faktor intern dan faktor ekstern, menjadi satu kesatuan dan saling berhubungan satu sama lainnya dalam pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar di sekolah. Kedua foktor tersebut memiliki peranan yang sangat besar dalam mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam mencapai prestasi belajar di sekolah. Kedua faktor tersebut saling menentukan dan saling melengkapi satu sama yang lainnya. Senada dengan hal tersebut, Purwanto menyatakan bahwa ‘…pengajar hendaknya dapat mengarahkan proses ekstern sedemikian rupa sehingga dapat mempengaruhi proses intern (2002:107).
Slameto (1991:2) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Secara sederhana dari pengertian belajar sebagaimana yang dikemukakan oleh pendapat di atas, dapat diambil suatu pemahaman tentang hakikat dari aktivitas belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri individu. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Menurut Suryabrata (2005:76) “penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian”. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal-hal yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian (Arikunto, 2010:3).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran data tersebut, serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2010:27). Dalam penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, pemahaman akan kesimpulan penelitian akan lebih baik apabila disertai dengan tabel, grafik, bagan, gambar, atau tampilan lain. Menurut Sugiyono (2010:14) metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Negeri yang ada di daerah seberang Ulu Palembang, yang terdiri dari 13 SMP Negeri, yaitu SMP Negeri 7, SMP Negeri 12, SMP Negeri 15, SMP Negeri 16, SMP Negeri 20, SMP Negeri 24, SMP Negeri 25, SMP Negeri 30, SMP Negeri 31, SMP Negeri 35, SMP Negeri 36, SMP Negeri 44, dan SMP Negeri 48.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010: 174). Dalam pengambilan sampel ada teknik-teknik tertentu yang harus digunakan. Teknik penarikan sampel atau teknik sampel adalah suatu cara mengambil sampel yang representatif dari populasi (Akdon, 2007:57), karena populasi dalam penelitian ini bersifat homogen, maka teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah simple random sample, adalah cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut (Akdon, 2007:58). Hal yang menjadi bahan pertimbangan adalah dengan menggunakan teknik ini, semua satuan elementer dari populasi akan memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel penelitian. Setiap nama sekolah menengah pertama negeri yang berada di seberang Ulu ditulis dalam secarik kertas dan digulung, kemudian dimasukkan ke dalam gelas. Selanjutnya gelas tersebut diguncang hingga didapati jumlah sampel sekolah yang telah direncanakan, yaitu 20% dari jumlah populasi. Di antara nama-nama sekolah menengah pertama yang terletak di seberang Ulu, Palembang, keluar nama SMP Negeri 7, SMP Negeri 15, dan SMP Negeri 16 terpilih secara acak sebagai sekolah yang menjadi subjek dalam penelitian ini. Dari ketiga sekolah tersebut terpilih secara acak 89 siswa laki-laki dan perempuan dari kelas VIII, yang merupakan subjek dari penelitian ini.
Dari jumlah sampel yang telah terpilih, tidak semuanya dapat dikategorikan sebagai sampel. Hal yang menjadi pertimbangan adalah karena ada beberapa siswa yang tidak mengisi angket secara benar dan utuh. Ada responden yang mengikuti les bahasa Inggris. Responden yang mengikuti les bahasa Inggris tidak dapat dijadikan sampel karena menurut asumsi peneliti siswa tersebut pasti memiliki pengetahuan kemampuan dalam berbahasa Inggris jika dibandingkan dengan responden yang tidak mengkuti les bahasa Inggris. Kemampuan yang telah mereka miliki secara langsung akan berpengaruh terhadap prestasi yang diraih.
Surakhmad dalam Akdon (2007:65) mengatakan bahwa apabila ukuran populasi sebanyak kurang lebih dari 100, pengambilan sampel sekurang-kurangnya 50% dari populasi. Apabila ukuran populasi sama dengan atau lebih dari 1000, ukuran sampel diharapkan sekurang-kurangnya 15% dari ukuran populasi. Dalam penelitian ini, jumlah anggota populasi sebanyak 800 orang siswa kelas VIII yang terdiri dari 3 sekolah yaitu, SMP Negeri 7, SMP Negeri 15, dan SMP Negeri 16, berdasarkan pengambilan sampel dengan menggunakan rumus dari Taro Yamane dalam Akdon (2007:65).

Tabel 1. Sampel Penelitian

No Nama Sekolah Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 SMP Negeri 7 12 Orang 18 Orang 30 Orang
2 SMP Negeri 15 10 Orang 15 Orang 25 Orang
3 SMP Negeri 16 14 Orang 20 Orang 34 Orang
Jumlah 89 Orang

Untuk mendapatkan data mengenai sikap berbahasa dan motivasi belajar bahasa Indonesia dan Inggris, peneliti menggunakan angket yang disebarkan ke siswa yag menjadi subjek penelitian. Angket yang dibuat dibagi menjadi tiga bagian. Ketiga bagian tersebut dapat dirinci seperti berikut ini
a. Bagian pertama berisi identitas responden.
b. Bagian kedua berisi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan denngan sikap berbahas siswa. Bagian ini dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu
1. Daftar pertanyaan yang berisi tentang sikap berbahasa siswa terhadap bahasa ndonesia.
2. Daftar pertanyaan yang berisi tentang sikap berbahasa siswa terhadap bahasa Inggris.
c. Bagian ketiga berisi pertanyaan-pertanyaan yang dijadikan tolok ukur untuk mengukur motivasi belajar bahasa. Bagian ini dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu (1) Daftar pertanyaan yang berisi tentang motivasi belajar berbahasa siswa terhadap bahasa Indonesia dan (2) Daftar pertanyaan yang berisi tentang motivasi belajar berbahasa siswa terhadap bahasa Inggris.
Angket dibagikan ke setiap sekolah yang menjadi subjek dalam penelitian ini. Setelah angket dibagikan, peneliti menunggu siswa dalam mengisi angket. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi jika ada pertanyaan tentang angket dari subjek penelitian. Selain itu, dengan melakukan hal ini diharapkan angket yang dibagikan dapat terkumpul semua pada hari itu juga.
Untuk melihat apakah sikap berbahasa dan motivasi belajar bahasa Indonesia dan bahas Inggris berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, rumus regresi linier sederhana digunakan dalam penelitian ini.

3. HASIL
Uji validitas dan reliabilitas terhadap instrument kuesioner sikap bahasa terhadap bahasa Indonesia dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 89 kuesioner dari hasil uji dengan menggunakan SPSS versi 20. Berikut adalah hasil uji validitas dan uji reliabilitas.

a. Uji validitas untuk 27 variabel

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach’s Alpha if Item Deleted
X1 70.9600 27.917 .554 .628
X2 70.7000 26.867 .465 .628
X3 71.0200 27.857 .510 .630
X4 70.9600 27.917 .554 .628
X5 70.7000 26.867 .465 .628
X6 71.0200 27.857 .510 .630
X7 69.3400 29.209 .301 .650
X8 69.2600 28.196 .488 .633
X9 69.4200 29.759 .394 .648
X10 69.5800 29.677 .343 .649
X11 70.0000 28.735 .344 .645
X12 69.1600 31.076 .113 .665
X13 69.7000 32.296 -.102 .684
X14 69.5200 31.806 -.022 .675
X15 71.2600 32.523 -.134 .686
X16 71.0000 33.020 -.211 .690
X17 70.8600 32.000 -.071 .687
X18 69.4200 31.187 .042 .674
X19 69.2200 31.196 .077 .668
X20 69.2600 31.053 .101 .667
X21 69.7600 32.227 -.091 .679
X22 69.5800 30.126 .264 .655
X23 69.5600 31.558 .025 .671
X24 69.1200 31.618 -.004 .676
X25 69.1000 31.357 .036 .673
X26 70.7600 28.349 .361 .643
X27 70.4800 28.214 .299 .649

Dari tabel di atas dinyatakan bahwa nilai alfa cronbah = 0.667, artinya hasil uji reliabilitas masih dapat diterima karena α cronbach nilainya > dari 0.6. Untuk melihat validitas dilihat pada kolom corrected Item correlation, jika nilai r pada kolom itu > r tabel maka item atau variabel valid. Dari tabel r product moment dengan α=0,05 dengan df = 50 -2 = 48 adalah 0,279 (lihat tabel r). Nilai x yang valid untuk uji di atas adalah X1 sampai X10, X11, X22, X26 dan X27. Untuk variabel yang lain akan dihapus karena nilainya tidak valid.

b. Uji reliabilitas awal dengan 21 variabel
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach’s Alpha if Item Deleted
X1 66.3200 28.957 .559 .802
X2 66.2400 29.411 .475 .806
X3 66.7000 29.847 .280 .815
X4 66.2400 28.594 .634 .799
X5 66.8200 28.151 .499 .803
X6 66.6800 30.100 .299 .813
X7 66.7400 29.258 .305 .815
X8 66.8200 30.722 .101 .829
X9 66.5000 28.745 .474 .805
X10 66.4600 29.968 .391 .809
X11 66.8200 29.824 .261 .817
X12 66.2200 29.522 .457 .806
X13 65.9800 29.571 .598 .803

X14 66.1000 29.357 .533 .804
X15 66.3600 27.786 .678 .794
X16 67.0200 30.836 .075 .833
X17 66.4000 28.816 .470 .805
X18 66.2000 29.714 .424 .808
X19 66.5200 30.051 .400 .809
X20 66.6800 30.549 .276 .814
X21 66.1800 30.028 .368 .810

Dari tabel di atas dijelaskan bahwa untuk melihat validitas dapat dilihat pada kolom corrected Item correlation, jika nilai r pada kolom itu > r tabel maka item atau variabel valid. Dari tabel r product moment dengan α=0,05 dengan df = 50 -2 = 48 adalah 0,279 (lihat tabel r). Nilai X yang valid untuk uji di atas adalah X1, X2, X4, X5, X6, X7, X9, X10, X12, X13, X14, X15, X17, X18, X19, dan X21.Untuk variabel yang lain akan dihapus karena nilainya tidak valid.

a. Uji reliabilitas awal dengan 25 variabel

Nilai alfa cronbah = 0.7I7, artinya hasil uji reliabilitas dapat diterima karena α cronbach nilainya > dari 0.6

b. Uji validitas untuk 25 variabel

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach’s Alpha if Item Deleted
X1 63.9200 38.769 .405 .699
X2 63.9200 37.953 .436 .695
X3 63.8400 43.239 -.151 .738
X4 63.7400 39.951 .121 .723
X5 64.3400 40.351 .138 .718
X6 64.4600 41.600 .020 .726
X7 64.6000 38.122 .378 .699
X8 64.2400 40.594 .134 .718
X9 64.2600 42.931 -.123 .732
X10 62.7200 40.410 .234 .711
X11 63.0800 42.524 -.082 .737
X12 63.3200 38.304 .473 .695
X13 62.9400 41.649 .023 .725
X14 63.2400 35.778 .675 .675
X15 63.0600 41.772 .038 .721
X16 62.6400 41.256 .131 .716
X17 62.8200 39.947 .240 .710
X18 64.8400 41.933 .002 .725
X19 64.5600 39.762 .217 .712
X20 64.0600 37.200 .377 .698
X21 63.2800 35.838 .591 .679
X22 63.0200 35.693 .606 .678
X23 63.2200 33.563 .737 .660
X24 63.0200 40.387 .180 .714
X25 63.1000 36.990 .558 .686

Kesimpulan dari tabel di atas bahwa bahwa untuk melihat validitas dilihat pada kolom corrected Item correlation, jika nilai r pada kolom itu > r table maka item/variable valid. Dari tabel r product moment dengan α=0,05 dengan df = 50 -2 = 48 adalah 0,279 (lihat tabel r). Nilai x yang valid untuk uji di atas adalah X1, X2, X7,X12,X14, X20, X21, X22, X23, X25. Untuk variabel yang lain akan dihapus karena nilainya tidak valid. Setelah nilai variabel yang tidak valid dihapus maka dilakukan kembali uji reliabilitas dan validitas, maka hasilnya adalah nilai α cronbahnya 0,837, nilai ini sangat baik, sedangkan hasil uji validitasnya adalah.

Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach’s Alpha if Item Deleted
X1 24.5800 24.657 .473 .869
X2 24.5800 23.677 .545 .864
X7 25.2600 26.645 .094 .897
X12 23.9800 23.571 .671 .857
X14 23.9000 22.133 .761 .848
X20 24.7200 23.920 .355 .883
X21 23.9400 21.119 .822 .841
X22 23.6800 21.120 .820 .841
X23 23.8800 20.353 .813 .840
X25 23.7600 22.758 .698 .853

Dari tabel di atas dijelaskan bawa semua nilai r hitung sudah lebih besar dari r tabel (kecuali untuk X7) maka semua varibel yang tersisa diikutkan pada pengolahan data berikutnya.
Uji validitas dan reliabilitas terhadap instrument kuesioner motivasi terhadap bahasa Inggris dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 89 kuesioner dari hasil uji dengan menggunakan SPSS versi 20.
a. Uji reliabilitas awal dengan 22 variabel

Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach’s Alpha if Item Deleted
X1 47.5686 27.610 .337 .823
X2 47.8039 25.281 .623 .806
X4 48.0784 27.234 .420 .819
X5 48.0784 27.474 .340 .822
X7 48.0588 27.016 .355 .822
X8 48.1569 25.375 .587 .808
X9 48.2941 24.212 .658 .801
X10 47.9020 26.690 .473 .816
X11 48.4314 26.930 .319 .825
X12 48.4510 25.093 .421 .821
X14 48.4314 26.930 .319 .825
X17 48.4510 25.093 .421 .821
X18 47.6078 27.283 .357 .822
X19 47.6863 26.060 .661 .807
X20 47.9020 26.690 .473 .816
X21 47.6275 27.558 .333 .823

Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai alfa cronbah = 817, artinya hasil uji reliabilitas masih dapat diterima karena α cronbach nilainya > dari 0.6

b. Uji validitas untuk 22 variabel

Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach’s Alpha if Item Deleted
X1 66.6275 33.998 .297 .792
X2 66.8627 31.481 .579 .776
X3 66.5490 34.693 .225 .794
X4 67.1373 32.921 .496 .783
X5 67.1373 32.761 .482 .783
X6 67.0588 34.256 .231 .795
X7 67.1176 33.026 .368 .788
X8 67.2157 31.853 .507 .780
X9 67.3529 30.593 .581 .773
X10 67.3137 34.580 .138 .801
X11 67.1569 32.775 .275 .795
X12 67.0000 32.600 .512 .781
X13 67.3922 34.043 .199 .798
X14 67.4902 33.815 .218 .797
X15 67.6471 34.353 .152 .800
X16 67.8235 33.988 .205 .797
X17 67.5098 31.295 .391 .788
X18 66.6667 33.187 .392 .787
X19 66.7451 32.434 .588 .779
X20 66.9608 33.078 .419 .786
X21 66.6863 33.620 .348 .789
X22 66.7255 34.323 .228 .795

Dari tabel di atas untuk melihat validitas dilihat pada kolom corrected Item correlation, jika nilai r pada kolom itu > r tabel maka item atau variabel valid. Dari tabel r product moment dengan α=0,05 dengan df = 50 -2 = 48 adalah 0,279 (lihat tabel r). Nilai x yang valid untuk uji di atas adalah X1, X2, X4, X5, X7, X8, X9, X10, X11, X12, X14, X17, X18, X19, X20, X21. Untuk variabel yang lain akan dihapus karena nilainya tidak valid. Setelah nilai variabel yang tidak valid dihapus maka dilakukan kembali uji reliabilitas dan validitas, maka hasilnya adalah nilai α cronbahnya 0,827, nilai ini sangat baik, sedangkan hasil uji validitasnya adalah karena semua nilai r hitung sudah lebih besar dari r tabel maka semua varibel yang tersisa diikutkan pada pengolahan data berikutnya.

4.Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sikap bahasa siswa tidak berpengaruh terhadap nilai bahasa Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data yang menunjukkan bahwa nilai t hitung adalah -1,038 dan signifikansi adalah 0,000, maka H0 diterima. Hasil analisis data motivasi belajar bahasa Indonesia menunjukkan bahwa nilai t hitung adalah 1,243 dan signifikansi adalah 0,000, maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi tidak berpengaruh terhadap nilai bahasa Indonesia
Dari hasil analisis terhadap sikap bahasa Inggris terhadap prestasi belajar bahasa Inggris didapat hasil yang menunjukkan bahwa ternyata sikap siswa terhadap bahasa Inggris tidak berpengaruh terhadap pestasi belajar bahasa Inggris yang diraih oleh siswa. Hal ini tampak dalam hasil analisis data berikut ini: dari output didapat bahwa nilai t hitung adalah 0,381 dan signifikansi adalah 0,704. Maka H0 di diterima. Dari output didapat bahwa nilai t hitung adalah 0,268 dan signifikansi adalah 0,000, maka H0 diditerima sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi tidak berpengaruh terhadap nilai bahasa inggris. Ternyata sikap bahasa dan motivasi belajar tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar yang diraih oleh siswa. Hal ini ditunjukkan dengan hasil anlisis data bahwa nilai F tablel adalah 3.09, sedangkan nilai F hitung adalah 1,686 dan siginifikansi 0,190> 0,05, karena F hitung < dari F tabel maka H0 diterima. DAFTAR PUSTAKA Akdon, Riduwan. 2007. Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika. Bandung: Alfabeta. Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta. Cooper, R. And Joshua A. Fishman. 1973. Dalam Suhardi. “Some Issues in the Theory and Measurement of Language Attitude”. Paper Presented on International Seminar on Language Testing in San Juan. Crookes, G. and Schmidt, R.W. 1991. Motivation: Reopening the Research Agenda. Language Learning 41. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Gardner, Robert C. Dan Wallace, Lambert E. 1985. “Motivational Variables in Second Acquisition”. Canadian Journal of Psychology 13. . McGroarty, Mary. 1996. “Language Attitudes, Motivation, and Standard”. In McKay and Hornberger [ed]. Sociolinguistics and Language Teaching.Cambridge: Cambridge University Press. Petty, R.E. dan Caciopo,J.T. 1981. Attitudes and Persuasion: Classic and Contamporary Approaches. Dubuque, IA: Wm C. Brown. Purwanto, Ngalim. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rosenberg, M.J. dan C.I. Hovland.1960. “An Analysis of Affective-Cognitive Consistency.” In C.I Hovland dan M.J. Rosenberg (ed). Attitude Organization and Change. New Haven: Yale University Press. Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Jakarta: Alfabeta Arikunto, Suharsimi.2010.Prosedur Penelitian:Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta. Suryabrata, Sumadi. 2005. Pengembangan Alat Ukur Psikologi. Yogyakarta: Andi Tileston, D.W. 2004. What Every Teacher Should Know about Student Motivation. California: Corwin Verhouven, Ludo. 1997. “Sociolinguistics and Education”. Dalam Florian Coulmas [ed]. The Handbook of Sociolinguistics. Oxford: Blackwell Publisher.

NILAI MORAL PADA CERPEN HUJAN TERAKHIR MAJALAH BOBO SEBAGAI MEDIA PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR

NILAI MORAL PADA CERPEN HUJAN TERAKHIR MAJALAH BOBO
SEBAGAI MEDIA PEMBENTUKAN KARAKTER
SISWA SEKOLAH DASAR

Ayu Puspita Indah Sari
Dosen Universitas Bina Darma, Palembang
Jalan Jenderal Ahmad Yani No.12, Palembang
ayu_puspita@mail.binadarma.ac.id

Abstract: Education is a series of deliberate effort, conscious and organized by individual or groups of learners in this case, in order to explore and develop the potentials that exist on them in order to understand something before they do not understand either the cognitive, affective, and psychomotor, so it would become a whole person is a man of faith and fear of God Almighty, noble, healthy, knowledgeable, skilled, creative, independent, and become citizens of a democratic and responsible. Literature in elementary school learning is the learning of children’s literature. Learning of children’s literature is literature that specifically can be understood by children. Type of children’s literature includes prose, poetry, and drama. Short story is one example of children’s literature that can be given to students as a learning medium in which was found a lot of values that educate readers character both in terms of theme, mandate, characterizations, and other intrinsic elements. The main focus in this paper is to discuss nilai moral pada cerpen Hujan Terakhir majalah Bobo sebagai media pembentukan karakter siswa sekolah dasar. Descriptive method used in this study to demonstrate and explain any moral value contained in Hujan Terakhir short story magazine Bobo. The conclusion from the results of the analysis appear moral values that is instructive on the short story magazine Bobo Last Rain as assessment contained in the spiritual attitude that religious values and social attitudes that honest appraisal, discipline, responsibility, tolerance, mutual cooperation, courtesy and trust self

Keywords: moral values, short stories, character education

Abstrak: Pendidikan merupakan serangkaian usaha yang dilakukan dengan sengaja, sadar dan tertata oleh individu atau kelompok dalam hal ini peserta didik, dalam rangka menggali dan mengembangkan potensi-potensi yang ada pada mereka agar dapat memahami sesuatu yang sebelumnya tidak mereka pahami baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik, sehingga kelak menjadi manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pembelajaran sastra di sekolah dasar adalah pembelajaran sastra anak. Pembelajaran sastra anak adalah karya sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak. Jenis sastra anak meliputi prosa, puisi, dan drama. Cerpen adalah salah satu contoh sastra anak yang dapat diberikan kepada siswa sebagai media pembelajaran yang di dalamnya banyak sekali dijumpai nilai-nilai yang mencerdaskan karakter pembaca baik dari segi tema, amanat, penokohan, dan unsur intrinsik lainnya. Fokus utama dalam tulisan ini adalah membahas nilai moral pada cerpen Hujan Terakhir majalah Bobo sebagai media pembentukan karakter siswa sekolah dasar. Metode deskriptif digunakan dalam penelitian ini untuk menunjukkan dan memaparkan nilai moral apa saja yang terdapat dalam cerpen Hujan Terakhir majalah Bobo. Kesimpulan yang didapat dari hasil analisis muncul nilai-nilai moral yang bersifat edukatif pada cerpen Hujan Terakhir majalah Bobo seperti penilaian yang terdapat pada sikap spiritual yaitu nilai religius dan penilaian sikap sosial yaitu jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, santun dan percaya diri.

Kata kunci : nilai moral, cerpen, pendidikan karakter

1. PENDAHULUAN

Inti dari proses pendidikan adalah proses pembelajaran. Pembelajaran sebagai sebuah proses harus didesain oleh guru agar penyelenggaraannya dapat mengantarkan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Undang-undang nomor 20 tahun 2013 tentang sistem pendidikan nasional secara jelas menyatakan bahwa komitmen nasional tentang perlunya pendidikan karakter. Pada pasal 3 undang-undang tersebut dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Kurikulum adalah seperangkat pengalaman yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan tertentu , (Dimyati dan Mudjiono, 2006:263). Proses pembelajaran tidak dapat terlepas dari kurikulum khususnya pada pembelajaran formal. Adapun kurikulum yang berlaku saat ini di Indonesia adalah kurikulum 2013 yang lebih menekankan pada kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Kurikulum berakar pada budaya lokal dan bangsa, memiliki arti bahwa kurikulum harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar dari budaya setempat dan nasional tentang berbagai nilai hidup yang penting. Dengan demikian jelas bahwa pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk karakter atau kepribadian siswa.
Suwandi (2011:5) mengatakan bahwa potensi peserta didik yang harus dikembangkan berkaitan erat dengan karakter. Karakter memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari khususnya pada diri siswa, namun sayangnya tak banyak sekolah-sekolah yang pada praktik pendidikan hanya menekankan pada aspek kecerdasan intelektual saja, sementara untuk pembentukan dan pengembangan karakter peserta didik kurang mendapat porsi yang memadai. Saat ini, aspek pengetahuan dan memahami norma atau nilai-nilai saja yang banyak diterapkan di sekolah dan belum pada tingkatan internalisasi serta tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di sekolah formal dari segala tingkatan pendidikan termasuk SD. Bahasa Indonesia memiliki peran yang sangat penting dan merupakan penunjang untuk mempelajari mata pelajaran pada bidang lain. Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat komponen kemampuan berbahasa yang meliputi empat aspek yaitu keterampilan mendengar, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut saling terkait satu sama lain (Tarigan, 2008: 1). Selain empat komponen keterampilan tersebut pembelajaran sastra juga termasuk pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran sastra khususnya cerpen di sekolah, sebenarnya memegang peranan yang sangat penting terutama dalam pembentukan karakter anak didik, mengapa demikian? karena pada cerpen banyak sekali dijumpai nilai-nilai yang mencerdaskan karakter pembaca baik dari segi tema, amanat, penokohan, dan unsur intrinsik lainnya.
Cerpen tidak hanya dapat diterima oleh siswa di sekolah, namun dapat juga diterapkan di rumah yaitu dengan cara menyediakan media pembelajaran seperti buku atau majalah untuk anak yang di dalamnya terdapat cerpen-cerpen yang dapat dibaca oleh anak atau siswa, adapun majalah yang memuat cerpen-cerpen untuk anak tersebut seperti majalah Bobo. Agar penyampaian pesan moral atau amanat dalam cerita tersebut dapat diterima dan tertanam pada diri anak, pendidik harus mengemas cara penyampaian cerita dengan media yang menyenangkan. Dalam konteks implementasi belajar di kelas, maka peranan media pembelajaran menjadi penting dan strategis. Media pembelajaran merupakan salah satu komponen yang menjadi poin di dalam sebuah rencana pelaksanaan pembelajaran yang sepatutnya diindahkan oleh para pendidik dan bukan sekedar formalitas hitam di atas putih tanpa adanya pelaksanaan di lapangan. Munadi (2012:8) menyatakan bahwa media pembelajaran dapat dipahami sebagai “segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efesien dan efektif”.
Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah nilai moral apa saja yang terkandung dalam cerpen Hujan Terakhir majalah Bobo sebagai media pembentuk karakter siswa sekolah dasar? Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai moral apa saja yang terkandung dalam cerpen Hujan Terakhir majalah Bobo sebagai media pembentuk karakter siswa sekolah dasar.
Melalui pembelajaran sastra, nilai moral yang terkandung dalam cerpen dapat dijadikan sebagai pelajaran yang sangat berharga bagi generasi muda sejak dini, khususnya bagi peserta didik untuk menanamkan sikap yang baik di dalam dirinya.

2. TINJAUAN PUSTAKA
A. Nilai Moral
Keberagaman nilai yang ada dalam budaya atau kultur manusia, berdasarkan arah tujuan dan fungsi nilai bagi kehidupan manusia dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu (1) nilai hidup ketuhanan manusia, (2) nilai sosial kehidupan manusia, dan (3) nilai kehidupan pribadi manusia (Amir, dalam Sukatman 1992:15). Lebih lanjut Wellek dan Warren (1989) mengatakan bahwa di dalam sastra terdapat nilai kehidupan yang mencakup: (1) masalah keagamaan, berupa interpretasi tentang Tuhan, dosa dan keselamatan, (2) masalah nasib manusia yang berhubungan dengan kebebasan dan keterpaksaan dan semangat manusia, (3) masalah alam, yang berupa minat terhadap alam, mitos dan ilmu gaib, (4) masalah manusia yang berupa konsep manusia, hubungan manusia dengan konsep kematian dan konsep cinta, dan (5) masalah masyarakat, keluarga dan negara (Wellek dan Warren, 1989:141-142). Sementara pada kurikulum 2013 membagi kompetensi sikap menjadi dua sebagai berikut.
a. Sikap spiritual yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang beriman dan bertakwa.
b. Sikap sosial yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.

Cakupan Penilaian Sikap
Penilaian sikap sipiritual Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianut

Penilaian sikap sosial 1. Jujur
2. Disiplin
3. Tanggung jawab
4. Toleransi
5. Gotong royong
6. Santun
7. Percaya diri
(Kurniasih dan Sani, 2014:66)

B. Cerpen
Pembelajaran sastra sangat meningkatkan keterampilan siswa untuk mengimajinasikan pikiran atau kreativitas baik secara lisan maupun tulisan. Salah satu karya sastra adalah cerpen. Cerpen sebagai karya sastra berguna untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam mengapresiasikan cerpen yang dibaca oleh siswa dan bisa diungkapkan kembali dengan karya mereka sendiri.
Cerpen adalah cerita yang menurut wujud fisiknya berbentuk pendek ukuran panjang pendeknya suatu cerita memang relatif. Namun, pada umumnya cerpen merupakan cerita yang habis dibaca sekitar sepuluh menit atau setengah jam. Jumlah katanya sekitar 500-5000 kata, karena itu cerpen sering diungkapkan dengan cerita yang dapat dibaca dalam sekali duduk, (Kosasih, 2012:34).

C. Pendidikan Berkarakter
Suwandi (2011:6), mengatakan bahwa karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya dan adat istiadat (Suwandi, 2011:21). Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter.
Lickona dalam Haryanto (2012:1) mengatakan bahwa karakter berkaitan dengan konsep moral (moral knonwing), sikap moral (moral felling), dan perilaku moral (moral behavior). Berdasarkan ketiga komponen ini dapat dinyatakanbahwa karakter yang baikdidukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan kebaikan. Bagan dibawah ini merupakan bagan kterkaitan ketiga kerangka pikir ini, (http://belajarpsikologi.com/pengertianpendidikan-karakter/).
Untuk menanamkan sikap yang baik, baik pemerintah maupun pelaksana pendidikan perlu menerapkan dan memperhatikan pendidikan berkarakter bagi peserta didik. Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini tidak terikat tempat penelitian karena objek yang dikaji berupa naskah (teks) sastra, yaitu naskah cerpen Hujan Terakhir karya Nurhasanah yang terdapat di majalah Bobo edisi April 2014. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan sehingga memerlukan bahan pustaka sebagai referensi yang banyak didapatkan baik lewat buku, media massa maupun internet. Penelitian ini bukan penelitian lapangan yang statis melainkan sebuah analisis yang dinamis. Bentuk penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Hal ini disesuaikan dengan rumusan masalah penelitian yang sudah ditetapkan. Dalam penelitian ini informasi yang bersifat kualitatif dideskripsikan secara teliti dan analitis.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah struktural. Pendekatan ini digunakan dalam rangka menafsirkan makna yang mendalam pada karya sastra yang diteliti dalam kaitannya dengan kehidupan masyarakat. Hal ini diambil berdasar asumsi bahwa pada dasarnya karya sastra adalah pengejawantahan kehidupan masyarakat. Dengan demikian penafsiran makna yang ada dalam karya sastra ini merupakan perwujudan dari makna atau nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
Data atau informasi yang dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini berupa data kualitatif. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui membaca naskah cerpen Hujan Terakhir karya Nurhasanah yang terdapat di majalah Bobo edisi April 2014 yang menjadi objek kajian. Dalam objek kajian ini didapatkan dokumen yang meliputi tema, amanat, penokohan dan penerapan ketiganya pada pembelajaran karakter.
Sumber data dalam penelitian ini adalah naskah cerpen Hujan Terakhir karya Nurhasanah yang terdapat di majalah Bobo edisi April 2014 dan tulisan atau buku-buku lain yang terkait. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi beberapa teknik antara lain; analisis langsung, pencatatan dan analisis dokumen.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif (interactive model of analysis) yang digunakan Miles dan Huberman. Model analisis interaktif meliputi tiga komponen-komponen penting yang selalu bergerak, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan penarikan kesimpulan (conclusing drawing). Prosedur penelitian merupakan suatu proses yang menggambarkan tentang kegiatan dan awal persiapan sampai pada penyusunan laporan penelitian. Adapun prosedur penelitian yang dilakukan meliputi tahap-tahap sebagai berikut: 1) tahap persiapan; 2) tahap pengumpulan data; 3) tahap analisis data; 4) tahap akhir.

4. HASIL
A. Sinopsis Cerpen Hujan Terakhir
Cerpen Hujan Terakhir menceritakan tentang seorang gadis kecil bernama Anisa dan ibunya yang setiap hari bekerja sebagai pemungut sampah dengan pendapatan yang sangat kecil. Anisa tinggal bersama ibunya di sebuah rumah yang sangat memprihatinkan, apalagi ketika hujan turun, pasti Anisa dan ibunya sibuk meletakkan ember-ember di dalam rumah karena atap rumah mereka yang sudah banyak bocor, sementara Ayahnya sudah satu tahun bekerja sebagai TKI di Arab Saudi.Suatu hari Anisa yang sedang menuju ke pasar menemukan sebuah tas mewah pada kursi di pinggir taman, di dalam tas itu terdapat sebuah dompet yang berisi banyak uang, lengkap dengan identitas pemiliknya. Anisa pun berniat untuk mengembalikan tas tersebut. Bergegas ia menuju ke kantor polisi terdekat untuk mengembalikan tas tersebut.Akhirnya pihak kepolisian pun berhasil menghubungi pemilik tas mewah tersebut, yang ternyata milik Nyonya Rasti Anggraini, ia merupakan pemilik salah satu perusahaan yang tersohor di Jakarta, Ibu Rasti pun meminta agar pihak kepolisian mempertemukan ia dengan Anisa, ia ingin berterima kasih karena berkat kejujuran Anisa tas yang berisi gaji karyawan dan kartu kreditnya bisa kembali.Mendengar cerita Anisa yang putus sekolah karena tidak adanya biaya, Ibu Rasti yang merasa iba pun akhirnya berniat untuk membiayai sekolah Anisa serta memperbaiki rumah Anisa. Hujan kemarin pun menjadi hujan terakhir yang ia rasakan bersama ibunya di dalam rumah karena sekarang atap rumaah mereka tidak ada yang bocor lagi.Sekarang Anisa bisa melanjutkan sekolah dan menumbuhkan kembali cita-citanya untuk menjadi seorang pramugari agar ia bisa berkeliling dunia dan dapat bertemu kembali dengan Ayahnya.

B. Nilai Moral yang Teradapat dalam Cerpen Hujan Terakhir
Dalam naskah cerpen Hujan Terakhir karya Nurhasanah dalam majalah Bobo terdapat beberapa nilai moral yang sangat menonjol yang dapat membantu membangun karakter pembacanya. Adapun nilai-nilai moral tersebut sebagai berikut.

a. Nilai Spiritual
1) Anisa merupakan seorang anak yang sholehah dan berbakti kepada orang tua, seperti yang tercantum dalam hadist Rasullullah SAW, seorang sahabat nabi mengatakan siapakah orang yang harus kita hormati setelah Allah SWT, kemudian Rasul menjawab, yang pertama Ibu, yang kedua Ibu, yang ketiga Ibu dan yang ke empat barulah Ayah kita.Seperti yang terdapat pada kutipan :
“Ibu, minta ember lagi sebelah ini juga bocor”. Begitulah perkataan yang terdengar dari Anisa dengan halus terhadap ibunya ketika hujan datang pada tengah malam itu.
2) Anisa dan ibunya merupakan orang yang selalu bersyukur, biarpun pendapatan yang mereka terima sebagai pemungut sampah sangatlah kecil, hal ini dapat dilihat dari perkataan ibu Anisa yaitu “Syukurlah nak, upah kita hari ini cukup untuk belanja besok” begitulah ucapan penuh syukur dari ibu Anisa. Seperti yang terkandung dalam Al Quran Allah SWT berfirman barang siapa yang selalu mensyukuri nikmat yang ia berikan maka Allah akan menambah nikmat yang ia berikan kepada umatnya yang selalu bersyukur.
b. Nilai Sosial
a. Jujur
Anisa merupakan anak yang jujur karena ia ingin mengembalikan tas mewah yang berisikan banyak uang kepada pemilik aslinya yaitu Ibu Rasti Anggraini. Kejujuran merupakan mata uang yang berlaku di negara manapun, karena kejujuran merupakan salah satu sikap terpuji yang harus kita miliki.
Seperti yang terdapat pada kutipan :
Ternyata Anisa tak benar-benar ke pasar dia berniat ke kantor polisi terdekat. Sesampainya di kantor poisi Anisa langsung menemui salah satu polisi di sana. “Ada apa gerangan adik ke sini?”. Tanya polisi yang ada di depannya. “ini pak saya menemukan tas ini tergeletak di kursi taman”. Jawab Anisa.

b. Disiplin
Anisa adalah seorang anak yang disiplin karena setiap pagi dia harus pergi ke pembuangan sampah untuk membantu pekerjaan ibunya.

c. Tanggung Jawab
Pak polisi menjalankan tugasnya dengan penuh rasa tanggung jawab.Pak polisi berusaha menghubungi pemilik dari tas mewah yang ditemukan oleh Anisa. Karena setiap pekerjaan yang kita lakukan haruslah dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab.
Seperti yang terdapat pada kutipan :
• “Baiklah akan bapak cari tahu siapa pemilik tas ini”. Pak polisi itu menghubungi pemilik tas dengan meneleponnya dari nomor yang tertera di kartu nama.
• “Halo, selamat pagi bisakah saya bicara dengan ibu Rasti Anggraini”, bapak polisi mulai menelpon pemilik tas.
• “Tas anda ditemukan seorang anak di kursi taman”. Pak polisi menjelaskan.

d. Toleransi
Ibu Rasti Anggraini mempunyai jiwa sosial yang tinggi, ini terbukti ketika ia mendengar cerita Anisa yang tidak dapat melanjutkan sekolah, ia yang merasa iba pun akhirnya membantu Anisa untuk membiayai sekolahnya dan memperbaiki rumah Anisa. Karena kita sebagai manusia adalah mahluk sosial yang membutuhkan satu sama lain dan tidak bisa hidup sendiri serta harus saling membantu satu sama lain.
Seperti yang terdapat pada kutipan :
Mendengar tutur kata Anisa, ibu Rasti merasa iba. Atas rasa terima kasihnya, ia membiayai sekolah Anisa dan membantu memperbaiki rumah Anisa.

e. Gotong Royong
Anisa selalu membantu ibunya untuk bekerja di pembuangan sampah, dari hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk kebutuhan mereka agar dapat bertahan hidup.Anisa merasa takut, mengapa dia dilarang pulang oleh polisi tersebut. Sesampainya Ibu Rasti di kantor polisi “Terima kasih pak atas bantuannya, dimana anak yang menemukan tas saya” kata ibu Rasti dengan senang. Polisi itu mengantarkannya menemui Anisa.
Pada kutipan di atas terlihat jelas bahwa semua pelaku-pelaku yang ada di dalam cerpen memiliki sikap gotong royong.

f. Santun
1) Anisa merupakan anak yang santun kepada orang tua maupun orang yang lebih tua. Sopan santun merupakan sikap terpuji yang harus kita miiki, karena kita harus selalu sopan santun kepada orang tua maupun kepada orang yag lebih tua dari kita, baik tutur kata maupun sikap kita.
Seperti yang terdapat pada kutipan :
• “Ibu, minta ember lagi sebelah ini juga bocor”. Begitulah perkataan yang terdengar dari Anisa dengan halus terhadap ibunya ketika hujan datang pada tengah malam itu.
• “Nama aku Anisa bu, maaf bu saya harus ke pasar sekarang ibu pasti sedang menunggu. Permisi bu”. Jawab Anisa dengan sopan.
2) Ibu Rasti merupakan seseorang yang santun. Karena sopan santun dalam bertutur dan bersikap merupakan cerminan diri kita yang sebenarnya.
• Sesampainya Ibu Rasti di kantor polisi “Terima kasih pak atas bantuannya, dimana anak yang menemukan tas saya”. Kata Ibu Rasti dengan senang.
• “Terima kasih nak atas kejujurannya, tas ini sangat penting bagi ibu karena di dalamnya adalah gaji karyawan dan kartu kredit ibu. Nama kamu siapa nak?” tanya ibu Rasti.
• Ibu Rasti pun mengantarkan Anisa pergi ke pasar.

g. Percaya Diri
Anisa merupakan anak yang percaya diri, karena kesuksesan berawal dari sebuah mimpi dan percaya kepada diri kita sendiri bahwa kita pasti bisa menggapai cita-cita yang kita inginkan.
Seperti yang terdapat pada kutipan :
Anisa sekarang melanjutkkan sekolahnya dan punya harapan untuk menggapai cita-citanya untuk keliling dunia menjadi seorang pramugari serta menemukan ayahnya.

5. SIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan yang didapat bahwa pembelajaran sastra anak adalah karya sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak. Jenis sastra anak meliputi prosa, puisi, dan drama. Cerpen adalah salah satu contoh sastra anak yang dapat diberikan kepada siswa sebagai media pembelajaran yang di dalamnya banyak sekali dijumpai nilai-nilai yang mencerdaskan karakter pembaca baik dari segi tema, amanat, penokohan, dan unsur intrinsik lainnya. Dari analisis yang dilakukan muncul nilai-nilai moral yang bersifat edukatif pada cerpen Hujan Terakhir karya Nurhasanah majalah Bobo seperti penilaian yang terdapat pada nilai spiritual yaitu nilai religius dan penilaian sikap sosial yaitu jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, santun dan percaya diri.

DAFTAR RUJUKAN

Dimyanti dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Haryanto.2012. Pengertian Pendidikan Karakter. (online), (http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-karakter/, diunduh 5 Mei 2014)

Kosasih. 2012. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya.

Kurniasih, Imas dan Sani, Berlian. 2014. Implementasi Kurikulum 2013: Konsep dan Penerapan. Surabaya: Kata Pena.

Munadi, Yudhi. 2012. Media Pembelajara: Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press.

Nurhasanah. 5 April 2014. Hujan Terakhir. Bobo, hlm. 5.

Sarwiji, Suwandi. 2011. Peran Sastra dalam Pendidikan Karakter bagi Peserta Didik.Makalah Seminar Nasional Sastra dalam Rangka Pekan Sastra Himprobsi FKIP UNS Sudiro Satoto. Makalah tidak dipublikasikan. Surakarta: UNS Press.

Sukatman. 1992. Nilai-nilai Kultural Edukatif dalam Peribahasa Indonesia. Tesis tidak dipublikasikan. Malang: IKIP Program Pasca Sarjana.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusasteraan. Jakarta: Gramedia.

PENGARUH SIKAP DAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA TERHADAP PRESTASI PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS SISWA SLTP NEGERI DI SEBERANG ULU PALEMBANG

Abstract: This study describes the effect of attitudes and motivation to learn the language of achievement in subjects Indonesian and English Junior High School students in Seberang Ulu Palembang with descriptive methods based on quantitative approaches. Attitude referred to in this research is the attitude of the language; attitude towards Indonesian students. Motivation question is the motivation to study the language lessons Indonesia.Populasi and the sample was Junior High School eighth grade students in the region Seberang Ulu Palembang were randomly selected. Techniques of data collection using questionnaires. Analysis using a percentage formula. The results showed that in fact the language attitudes and motivation of students not having an effect on student learning prestai. This suggests that there are likely other factors, in this case predicted that the external factors that have an influence on the interpretation of student learning.

Keywords: Attitude, Motivation, Achievement, Indonesian, English

Abstrak: Penelitian ini menjelaskan tentang pengaruh sikap dan motivasi belajar bahasa terhadap prestasi pada mata pelajaran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris siswa SLTP Negeri di Seberang Ulu Palembang dengan metode deskriptif berdasarkan pendekatan kuantitatif. Sikap yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah sikap bahasa; sikap siswa terhadap bahasa Indonesia. Motivasi yang dimaksud adalah motivasi belajar siswa terhadap pelajaran bahasa Indonesia.Populasi dan sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII SLTP Negeri yang ada di wilayah Seberang Ulu Palembang yang dipilih secara acak. Teknik pengumpulan data menggunakan angket. Teknik analisis data menggunakan rumus persentase. Hasil penelitian  menunjukkan bahwa ternyata sikap bahasa dan motivasi belajar siswa tidak berpegaruh terhadap prestai belajar siswa. Hal ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan faktor-faktor lain, dalam hal ini diprediksi bahwa faktor eksternal yang memiliki pengaruh terhadap pretasi belajar siswa.

Kata kunci: Sikap,  Motivasi, Prestasi, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris