Home » Uncategorized » Jurnal Psyche

Jurnal Psyche

13 January 2011

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN DISIPLIN KERJA

PADA GURU SMA “XY”

(THE RELATIONSHIP BETWEEN WORK SATISFACTION AND WORK DICIPLINE INSENIOR HIGH SCHOOL TEACHER OF “XY”)

Dwi Hurriyati

Sekolah Tinggi Ilmu Psikologi (STIPSI) Abdi Nusa

Jln. Veteran No.12, Plaju, Palembang

Pos-el: dee.psy2009@gmail.com

Abstracts: This research has aim to detect how far the relationship between work satisfaction with the work discipline at teacher. The hypothesis which propose in this research is there relation which are positive between work satisfaction with the work discipline. This research was conducted in teacher ‘s SMA “XY” with 50 subject. Using research with regression analysis the result points a that there is no significant relation between working satisfaction and the work discipline R = 0,893 with the signicant level of 96%. The effection contribution of working satisfaction to the work discipline is namely 64,5%. [95, sebaiknya 100-150]

Keywords: work satisfaction, work discipline

Abstrak: Penelitian ini dimaksud untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara kepuasan kerja dengan disiplin kerja karyawan. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada hubungan positif antara kepuasan kerja dengan disiplin kerja. Penelitian ini dilakukan pada guru SMA “XY” sebanyak 50 orang guru. Hasil penelitian dengan menggunakan teknik analisis regresi menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja dengan disiplin kerja yang menghasilkan R = 0, 803 dengan taraf signifikan 95%. Sumbangan efektif dari kepuasan kerja terhadap disiplin kerja yaitu 64,5%. [83, sebaiknya 100-150]

Kata-kata Kunci: Kepuasan Kerja, Disiplin Kerja.



1. PENDAHULUAN

Perkembangan  industri dengan segala penemuan teknologi yang demikian canggih dan pesat tidak dapat terlepas dari sumber daya manusianya, dimana manusia merupakan sumber daya yang akan berperan aktif sebagai perencana, pelaksana dan pengendali dalam mewujudkan tujuan dari suatu perusahaan atau organisasi. Manusia dalam mewujudkan tujuan perusahaan mempunyai pikiran, perasaaan dan keinginan yang dapat mempengaruhi kualitas pekerjaannya, sehingga permasalahan yang sering muncul dalam suatu perusahaan atau organisasi tidak terlepas dari pengelolaan sumber daya manusia.

Rasa kecintaan seorang pekerja terhadap pekerjaannya dapat memberikan kepuasan akan hasil yang telah diperolehnya. Kepuasan kerja adalah perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi dirinya (Mangkunegara, 2000). Pada umumnya kepuasan kerja terhadap pekerjaan merupakan hal yang bersifat individual karena setiap pekerja memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya.

Fenomena yang terjadi di SMA “XY”, dimana semua guru dituntut untuk bertanggung jawab mendidik muridnya namun setelah guru tersebut berhasil mendidik anak muridnya, seperti siswa SMA “XY” mendapat nilai paling besar dalam hasil akhir ujian nasional. Mereka tidak mendapatkan penghargaan dari pihak sekolah. Kesulitan untuk mengembangkan diri dikarenakan setiap guru harus mematuhi peraturan bahwa mereka tidak diperbolehkan mengajar disekolah lain, apabila ada guru yang melanggar peraturan tersebut akan dikenakan sangsi pemecatan. Sehingga untuk menambah penghasilan guru tersebut secara diam-diam bekerja tempat lain ketika sedang tidak mengajar atau setelah selesai jam sekolah. Menurut mereka gaji yang selama ini diterima tidak memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kepuasan dalam bekerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya diperoleh melalui pujian akan hasil kerja, penempatan, perlakuan, fasilitas yang diberikan, suasana lingkungan kerja yang baik dan ada sebagian orang yang menganggap bahwa kepuasan kerja itu dapat diperoleh dari pekerjaan itu sendiri daripada insentif yang diterimanya meskipun insentif itu penting tetapi ada sebagian orang lainnya menganggap bahwa kepuasan kerja itu diperoleh melalui insentif yang  diterima daripada pelaksanaan tugasnnya.

Gilmer (1999), mengemukakan faktor-faktor yang dapat menpengaruhi kepuasan kerja antara lain disiplin kerja. Kedisiplinan dalam suatu pekerjaan diperlukan untuk mendukung terciptanya kondisi kerja yang baik dalam melakukan suatu pekerjaan.

Kedisiplinan dalam suatu perusahaan atau organisasi seringkali menimbulkan konotasi yang negatif yang tidak menyenangkan seperti halnya teguran, peringatan hingga hukuman yang lebih berat untuk merubah sikap dan perilaku pekerja tetapi sebenarnya kedisiplinan yang dimaksud di sini merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seorang pekerja atas prakasa sendiri dalam melaksanakan tugas tertentu (Drever dalam Rachmatika, 2000). Wujud dari usaha itu adalah kontrol terhadap perilaku yang berupa ketaatan terhadap peraturan, baik yang ditetapkan sendiri maupun yang ditetapkan oleh pihak lain.

Guru-guru SMA “XY” sering melakukan pelanggaran hal ini terlihat dari hasil wawancara pihak SDM sekolah yang mengatakan setiap tahun terjadi pelanggaran oleh guru, seperti: 1)  sering terlambatnya datang ke sekolah dengan berbagai alasan, 2) meninggalkan tempat kerja sebelum waktunya, 3) tidak menggunakan seragam yang telah ditentukan, dan 4) tidak hadir tanpa keterangan kepada kepala sekolah.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan antara Kepuasan Kerja dengan Disiplin Kerja pada Guru SMA “XY” ”.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepuasan Kerja

Beberapa ahli memberikan defenisi mengenai kepuasan kerja, diantaranya Wexley dan Yulk (1999) mengemukakan  bahwa  kepuasan  kerja adalah perasaaan seseorang terhadap pekerjaannya, di mana kepuasan kerja merupakan sikap seseorang yang menggambarkan pengalaman-pengalaman yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dalam pekerjaan. Menurut Mangkunegara (2000) bahwa kepuasan kerja adalah suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong diri pekerja yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi dirinya. Dan menurut Keith Davis (1998) bahwa kepuasan kerja adalah perasaan menyokong atau tidak menyokong yang dialami pekerja dalam bekerja.

Dari pendapat di atas mengenai kepuasan kerja maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kepuasan kerja adalah “perasaan seseorang terhadap pekerjaan dan kondisi diri seseorang”.

Faktor-faktor yang memberikan kepuasan kerja menurut Herzberg dibagi menjadi dua factor (Schultz, 1994), yaitu 1) Motivator Factor, dan 2) Hygiene Factor.

2.1.1 Motivator Factor

Motivator factor terdiri dari beberapa aspek, yaitu: 1) Keberhasilan menyelesaikan tugas (Achievement). 2) Penghargaan (Recognition). 3) Pekerjaan itu sendiri (Work it self). 4) Tanggung jawab (Responsibility). 5) Kemungkinan untuk mengembangkan diri (Possibility of growth). dan 6) Kemungkinan untuk maju (Advancement).

2.1.2 Hygiene Factor

Hygiene factor terdiri dari beberapa aspek, yaitu: 1) Kondisi kerja (Working condition). 2) Hubungan antar pribadi (Interpersonal relation).

3) Kebijaksanaan perusahaan dan pelaksanaannya (Company policy and administration). 4) Teknik pengawasan (Supervision Technical). dan 5) Perasaaan aman dalam bekerja (Job Security).

2.2 Disiplin Kerja

Ada beberapa pengertian disiplin dari beberapa ahli, diantaranya Keith Davis (1999), yang mengemukakan bahwa disiplin kerja adalah pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman–pedoman organisasi. Sedangkan menurut Nitisemito (1999) mengartikan bahwa disiplin kerja adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan baik yang tertulis maupun tidak.

Disiplin kerja menurut Manullang (2000) adalah kesediaan suatu sikap, perilaku atau perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan perusahaan baik yang tertulis maupun tidak. Dan Hasibuan (2002) mengemukakan bahwa disiplin kerja adalah kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma–norma sosial yang berlaku.

Pada penelitian ini penulis lebih menulis defenisi disiplin kerja menurut Hasibuan (2002) yaitu kesediaan seorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan pekerja suatu organisasi (Hasibuan, 2002): 1) Tujuan dan kemampuan., 2) Teladan pimpinan, 3) Balas jasa., 4) Waskat. Waskat (pengawasan melekat), 5) Sanksi hukuman. dan 6) Hubungan kemanusiaan.

2.3 Hubungan Antara Kepuasan Kerja dengan Disiplin Kerja

Di dunia industri manusia berperan penting sebagai sumber daya untuk menjalankan roda tujuan dari perusahaan. Manusia selain memproduksi barang dan jasa ia juga merupakan manusia yang mempunyai kebutuhan yang hendak dicapai dan diinginkannya.

Kepuasan kerja itu dipengaruhi oleh dua faktor baik dari dalam diri pekerja maupun dari luar diri pekerja, seperti yang dikemukakan oleh Herzberg (Schultz,1994) kepuasan kerja yang berasal dari dalam diri disebut juga motivator factor atau faktor intrinsik,  dan faktor kepuasan kerja yang berasal dari luar diri disebut hygiene factor atau faktor ekstrinsik

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja adalah disiplin kerja (Gilmer, 1999).

Disiplin yang dimaksud di sini adalah suatu sikap atau perilaku yang dilakukan secara sukarela dengan penuh kesadaran dan kesediaan mengikuti peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh organisasi atau perusahaan baik tertulis maupun tidak tertulis.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kepuasan kerja mempengaruhi tingkat kedisiplin karyawan, artinya jika kepuasan diperoleh dari pekerjaan maka kedisiplinan karyawan baik. Sebaliknya jika kepuasan kerja kurang tercapai dari pekerjaan maka kedisiplinan karyawan rendah (Hasibuan, 2002). Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Lawler dan Porter (2001) mengatakan bahwa kepuasan kerja mengakibatkan timbulnya kedisiplinan, terjadi bila para karyawan memandang bahwa ganjaran intrinsik dan ekstrinsik bertautan dengan disiplin kerja, dalam suatu situasi di mana seorang karyawan mendapatkan kepercayaan menyelesaikan tugas–tugas menantang yang menuntut kecakapan–kecakapan penting dengan berhasil. Sepanjang ganjaran-ganjaran  intrinsik dan ekstrinsik ini dianggap adil, maka karyawan yang tinggi kepuasan kerjanya cenderung lebih disiplin.

2.4 Hipotesis

Ada hubungan yang positif antara kepuasan kerja dengan disiplin kerja.

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Identifikasi Variabel Penelitian

Pada penelitian ini variable yang dipergunakan adalah: 1) Variabel bebas: kepuasan kerja, dan 2) Variabel terikat:            disiplin kerja.

3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Ada dua definisi operasional padapenelitin ini, yaitu: 1) Kepuasan kerja adalah perasaan senang atau tidak senang seseorang guru SMA “XY” terhadap pekerjaannya sebagai hasil dari penilaiannya terhadap beberapa aspek dari pekerjaan tersebut. Skala kepuasan kerja yang digunakan mengacu pada teori kepuasan kerja Herzberg yang meliputi indikator keberhasilan menyelesaikan tugas, penghargaan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, kemungkinan untuk mengembangkan diri, kesempatan untuk maju, kondisi kerja, hubungan antar personal, kebijaksanaan perusahan dan pelaksanaannya, teknik pengawasan dan perasaan aman, dan 2) Disiplin Kerja adalah suatu kesediaan seseorang guru SMA “XY” untuk mematuhi peraturan serta melaksanakan tugas–tugasnya, baik secara sukarela maupun terpaksa. Skala disiplin kerja yang digunakan mengacu pada indikator yang dikemukan Hasibuan (2002) yaitu tujuan dan kemampuan, teladan pimpinan, balas jasa, sanksi hukuman, waskat dan hubungan kemanusiaan.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh guru yang ada di SMA “XY” berjumlah 50 orang guru

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan obyek penelitian atau sumber data yang sebenarnya dari suatu penelitian (Poerwanti, 1998). Mengingat jumlah populasi-nya kurang dari 100 orang maka sampel yang digunakan adalah teknik populasi.  Sehingga jumlah sampel yang digunakan sama dengan jumlah populasinya, yaitu berjumlah 50 orang guru.

3.4 Alat Pengumpulan Data

Instrumen penelitian ini menggunakan dua skala, skala pertama adalah skala kepuasan kerja, skala kedua adalah skala disiplin kerja.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistic. Adapun metode analisis datanya menggunakan analisis regresi, diolah dengan program SPSS 12.

4. PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan model analisis statistik regresi sederhana. Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas sebaran dan uji homogenitas varian. Uji asumsi dalam penelitian ini menggunakan fasilitas komputer SPSS 11.0 for windows.

4.2 Uji Normalitas

Uji kenormalan atau kesimetrian bentuk sebaran data dapat dilakukan dengan uji Lilliefors. Dalam program SPSS uji Lilliefors (uji K-S dan uji Shapiro Wikls). Hasil analisis dengan uji Lilliefors dibuat hipotesis statistik mengenai distribusi sebagai berikut: 1) Ho: diterima jika L hitung < L tabel, dan 2) Hi: ditolak jika L hitung > L tabel.

Hasil analisa menunjukkan bahwa besar-nya L hitung = 0,098 dan nilai L dengan  n =  50  dan   alpha   0,05  diperoleh   L tabel =  0,125.  Dengan demikian L hitung < L tabel berarti hipotesis nol (Ho) diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa populasi berdistribusi normal.

4.3 Uji Homogenitas

Uji kesamaan ragam (Homogeneity of variances) dalam program SPSS dilakukan dengan uji Levene.  Hipotesis  statistik dalam penelitian mengenai uji kesamaan ragam sebagai berikut: 1) Ho: diterima jika  F > Fa, dan 2) Hi: ditolak jika F < Fa.

Hasil analisis menunjukkan bahwa  besar-nya  nilai   statistik  Levene = 1.247 dengan probabilitas 0,373. Karena nilai probabilitas ini lebih besar dari taraf nyata a = 0,05, maka hipotesis nol (Ho) diterima artinya yang  ke lima puluh sampel mempunyai ragam yang sama.

4.4 Pengujian Hipotesis

Untuk mengetahui adanya hubungan antara kepuasan kerja dengan disiplin kerja pada guru di SMA YKPP 1 Plaju, maka digunakan regresi sederhana. Dari hasil  regresi yang diperoleh adanya hubungan yang signifikan  antara  kepuasan  kerja  dengan  disiplin  kerja, di mana   harg  F hitung sebesar 87.096 lebih besar daripada Ftabel sebesar 82,32 di mana  probabilitas 0,000 (lebih kecil dari taraf nyata 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel kepuasan kerja (X) dan disiplin kerja (Y) dalam persamaan regresi Y = 0,55 + 20,533 X bersifat nyata.

4.5 Pembahasan

Hipotesis yang dikemukan pada awal penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara kepuasan kerja dengan disiplin kerja telah terbukti. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan teknik regresi linier menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan (F = 87,096: P < 0,05) antara tingkat kepuasan kerja dengan disiplin kerja. Dengan kata lain semakin tinggi kepuasan kerja semakin tinggi disiplin kerja dan semakin rendah kepuasan kerja semakin rendah pula disiplin kerja. Dengan rata-rata empirik untuk kepuasan kerja sebesar 117,04 dan rata-rata empirik untuk disiplin kerja sebesar 81,64. Ini terlihat bahwa seorang pekerja yang mempunyai pekerjaan sesuai dengan keinginan kerjanya cenderung merasa puas akan pekerjaannya dan mempunyai kedisiplinan yang tinggi sehingga dapat meningkatkan kualitas kerjanya. Hal ini sesuai dengan penelitian Lawler (Gilmer, 1999) yang menunjukkan, bahwa pekerja yang mempunyai sikap positif terhadap pekerjaannya memperlihatkan  kepuasan kerja dibandingkan dengan pekerja yang mempunyai sikap negatif terhadap pekerjaannya sehingga akan meningkatkan kedisiplinan dalam melakukan pekerjaannya, dan sebaliknya sikap negatif dapat menimbulkan rasa ketidakpuasan terhadap pekerjaannya sehingga pekerja sering melakukan pelanggaran. Keadaan ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Morse (dalam Gilmer, 1999) bahwa ketidaksesuaian antara keinginan seorang pekerja dengan pekerjaannya akan menimbulkan ketidakpuasan terhadap pekerjaannya. Bila ketidakpuasan kerja terjadi maka akan mengakibatkan dua macam perilaku, yaitu perilaku penarikan diri pekerjaannya, seperti kurang terlibat dalam pekerjaan, tingkat absensi yang tinggi serta perilaku agresif yang bisa bersifat negatif dan merugikan seperti pelanggaran-pelanggaran  terhadap peraturan kerja, aksi mogok kerja, perusakan alat-alat kerja dan sebagainya Perilaku dan tindakan  yang muncul seperti  di atas termasuk pelanggaran disiplin kerja dan menunjukkan bahwa ada disiplin kerja pekerja yang rendah. Terpenuhnya keinginan terhadap pekerjaan yang ditekuninya akan memberikan kepuasan terhadap pekerja sehingga kepuasan yang dirasakan pekerja dapat mendorong munculnya disiplin kerja.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja dapat mempengaruhi disiplin kerja, dimana terdapat koefesien determinannya sebesar 0,645 menunjukkan bahwa kepuasan kerja menyumbang 64,5% terhadap disiplin kerja. Sumbangan kepuasan kerja tersebut sudah baik, namun masih ada 35,5% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak di teliti antara lain jenis kelamin, usia, lama mengajar dan sebagainya.

5. SIMPULAN

Setelah dilakukan penelitian terhadap hipotesa penelitian yang telah dirumuskan, maka dapat di tarik kesimpulan:

1)      Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara kepuasan kerja dengan disiplin kerja pada guru di SMA ”XY”, artinya, semakin tinggi kepuasan kerja maka semakin tinggi pula disiplin kerja. Sebaliknya, semakin rendah kepuasan kerja maka disiplin kerjapun semakin rendah.

2)      Beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai umpan balik:

a) kepuasan kerja dan disiplin kerja guru SMA “XY” yang sudah cukup baik ini hendaknya dipertahankan, memperhati-kan dan berusaha memenuhi kebutuhan dalam bekerja para guru, baik yang berasal dari dalam pekerjaan maupun dari luar pekerjaan seperti diberikannya peng-hargaan pada guru yang berprestasi baik itu berbentuk materi maupun non materi (pujian) sehingga guru tersebut merasa bahwa ia dihargai dalam mengajar dan membuatnya menjadi bersemangat untuk mengajar,

b) untuk penelitian selanjutnya dapat memperhatikan mem-perhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi disiplin kerja, misalnya jenis kelamin, usia, iklim kerja dan sistem kerja, serta bagi peneliti yang tertarik ingin mengadakan penelitian di SMA “XY” pada guru sebaiknya mencari apakah ada hubungan antara kepuasan kerja dengan fasilitas kerja.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suhartini. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Renika Cipta. Jakarta.

Blum, 1997. Organizational  Behavior  and  Personnel  Psychology. McGraw-Hill Book  Company, Inc. New York.

Gilmer, E. H. 1999. Industrial Psychology. McGraw-Hill Book  Company, Inc. New York.

Hasibuan,  Malayu.  2002. Manajemen Sumber  Daya  Manusia.  Bumi Aksara. Jakarta.

Keith, Davis.  1998. Work satisfaction by Industry Psychology. Publication  Team Webmaster, (Online), (diakses http://www.IndustryJournal.or.id, diakses pada Agustus 2001).

Lawler & Porter. 2001. Human Resources Management. Prentice Hall, Inc. New Jersey.

Mangkunegara, Anwar Prabu.  2000. Manajemen  Sumber  Daya  Manusia  Perusahaan.  Remaja Rosdakarya. Bandung.

Manullang. 2000. Manajemen Personalia. Ghalia  Indonesia. Jakarta.

Munandar, A.S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Universitas Indonesia. Jakarta.

Nitisemito, Alex S.  1999.  Manajemen  Personalia. Ghalia  Indonesia. Jakarta.

Poerwanti. 1998. Dimensi-Dimensi Riset Ilniah. UMM  Press. Malang.

Rachmatika, Heny. 1995. Hubungan Tingkat Kesesuaian Aspirasi Kerja Terhadap Pekerjaan yang Ditekuni Dengan Disiplin Kerja. Skripsi. Fakultas Psikologi UGM. Yogyakarta.

Schultz, Duane P. 1994. Psychology and Work Today : An Introduction to Industrial and Organizational Psychology. Macmillan Publishing Company. New York.

Wexley,  K.N. &  Yukl,  G.A.  1999. Organizational  Behavior  and  Personnel  Psychology. Illinois  Richard D. Irwin, Inc.

Wijaya. 2001. Analisis Statistik dengan Program SPSS 11.0. Alfabeta. Bandung.

Uncategorized

No Comments to “Jurnal Psyche”

Leave a Reply

(required)

(required)