Home » Uncategorized » Proposal penelitian

Proposal penelitian

HUBUNGAN ANTARA GAYA PENGASUHAN CONSTRAINING DENGAN KOMITMEN DALAM BIDANG PENDIDIKAN PADA MAHASISWA PSIKOLOGI ANGKATAN 2010 UNIVERSITAS BINA DARMA PALEMBANG

DWI  HURRIYATI, S.Psi.,M.Si.

081509262

A. Latar Belakang Masalah

Remaja merupakan generasi penerus bangsa memegang peranan penting dalam pembangunan bangsa Indonesia karena di tangan remaja terletak masa depan bangsa dan negara. Remaja sebagai generasi penerus dituntut memiliki kualitas sebagai sumber daya manusia sehingga kelak mampu menjalankan fungsinya sebagai motor penggerak dan pelaku utama pembangunan bangsa serta mampu bersaing dengan Negara-negara lain.

Mencermati kecenderungan perkembangan masyarakat masa kini, maka tantangan utama bangsa Indonesia sebagai bagian yang tidak terpisahkab dari bangsa-bangsa  lain adalah menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Dalam konteks peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas ini, pendidikan dipandang memainkan peran yang sangat penting dan strategis. Begitu pentingnya peran pendidikan dalam upaya peningkatan sumber daya manusia, maka banyak kalangan yang mengatakan bahwa kualitas sumber daya manusia sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan. Artinya, sumber daya manusia yang berkualitas hanya akan lahir dari pendidikan yang berkualita pula. (Kompas, 7 Mei 2005)

Pemerintah telah menempatkan pembangunan bidang pendidikan sebagai salah satu pilat pengembangan sumber daya manusia dalam sector pembangunan nasional yang sama pentingnya dengan sektor-sektor  pentingnya dengan sektor-sektor lainnya. Dalam konteks pembangunan di bidang pendidikan ini, salah satu jenjang pendidikan adalah perguruan tinggi. Di perguruan tinggi memiliki strategi untuk mempersiapkan calon tenaga kerja yang akan memasuki lapangan pekerjaan. Dengan perkataan lain, remaja dipandang sebagai generasi penerus yang akan menentukan kualitas kehidupan bangsa di masa depan. Menciptakan remaja manusia  yang berkualitas ini, jelas dibutuhkan pendidikan yang berkualitas pula. Oleh karena itu, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional, sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam masalah pendidikan, telah merancang berbagai strategi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Ditinjau dari perspektif psikologi perkembangan, mahasiswa pada jenjang perguruan tinggi merupakan individu yang tengah berada dalam tahap perkembangan masa remaja. Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan dari kanak-kanak menuju kedewasaan, yang ditandai dengan perkembangan pesat, tidak saja dalam aspek biologis atau fisik, melainkan juga dalam aspek kognitif dan sosial emosional. Pada masa ini juga remaja dihadapkan pada tugas perkembangan yaitu dapat merencanakan apa yang harus dilakukan setamat sekolah dan dapat memilih pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan (Hurlock,2006)

Marcia (Bosma, 2003) menegaskan bahwa idealnya remaja telah mencapai identitas diri di bidang pendidikan. Lebih lanjut Marcia (2005) mengemukakan, bahwa individu yang dikatakan telah mencapai identitas bidang pendidikan adalah individu yang telah (1) mampu menilai kemampuan serta minatnya, (2) mampu melihat peluang yang dapat mereka raih, (3) mampu bereksplorasi, serta (4) dapat membuat komitmen terhadap pilihan pendidikan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.

Keyakinan dan kemantapan dalam memilih pendidikan sejak SMU hingga perguruan tinggi dan memiliki kemampuan merencanakan bidang pendidikan yang akan ditekuni merupakan hal yang penting bagi individu remaja. Bila pemilihan pendidikan sesuai dengan minat dan kemampuannya, kemungkinan besar mereka akan mencapai keberhasilan dalam mengikuti pendidikan. Keadaan ini akan menumbuhkan kepuasan pribadi serta akan mendorong mereka dalam mengatasi masalah penyesuaian diri yang harus mereka jalani saat menginjak “dunia” kerja.

Kemampuan remaja untuk menentukan pilihan jurusan di perguruan tinggi dan merencanakan bidang pendidikan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya ditentukan oleh sejauhmana informasi yang mereka miliki tentang minat dan kemampuan akademis serta ruang lingkup berbagai jurusan di perguruan tinggi. Selanjutnya, untuk dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, remaja diharapkan sedini mungkin telah membuat komitmen yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya.

Komitmen remaja dalam bidang pendidikan diartikan sebagai kemantapan remaja untuk membuat pilihan yang relatif menetap tentang satu bidang pendidikan yang akan ditekunin. Archer (2004) mengemukakan bahwa komitmen merupakan titik akhir dari proses eksplorasi sebagai usaha pembentukan identitas. Komitmen merupakan aktifitas yang relatif tegas dan menarik tentang elemen-elemen identitas remaja, berperan sebagai pengarah menuju tindakan penuh arti pada sesuatu, yang dipilih dengan disertai keyakinan, kesetiaan, dan sulit untuk digoyang atau dipengaruhi.

Adapun tingkat komitmen remaja dalam bidang pendidikan sejauhmana keteguhan pendirian remaja tersebut terhadap bidang yang dipilihnya, dan sebagaimana digambarkan intensitas aspek-aspek yang dikemukakan Marcia (2005), yaitu : a) kemampuan mengetahui, b). aktivitas yang diarahkan untuk mengimplementasikan apa yang menjadi pilihannya, c). keadaan emosi , d). identifikasi dengan orang lain yang signifikan, e). proyeksi ke masa depan, f). daya tahan terhadap goncangan.

Permasalahan yang terjadi pada remaja madya saat ini masih banyak remaja yang merasa tidak yakin akan pilihannya dalam menekuni suatu bidang pendidikan. Terutama setelah mereka telah memasuki tahap awal menduduki perguruan tinggi, dimana mereka ragu apakah mereka bisa menyelesaikan pendidikannya atau berhenti sebelum menyelesaikannya. Bahkan ada remaja yang mengambil keputusan untuk pindah jurusan lain dalam satu universitas atau universitas lainnya.

Mahasiswa sebagai remaja diberi kesempatan menetapkan komitmennya pada satu jurusan atau bidang pendidikan tanpa takut dikritik karena kebebasan menetapkan komitmen disertai adanya empati dari orang tua serta sikap penerimaan dari orang tua terhadap alasan-alasan atau pendapat yang dikemukakan sehubungan dengan pilihan yang telah ditentukan. Dengan situasi seperti itu remaja akan menampilkan dirinya sebagai individu yang percaya diri, stabil dan optimis terhadap masa depannya sehubungan dengan pilihannya terhadap jurusan yang telah ditekuninya.

Marcia (2005) menyatakan bahwa faktor gaya pengasuhan orang tua, yang berperan terhadap pembentukan identitas dalam berkomitmen, sebagaimana menurut Grotevant dan Cooper (Archer, 2004) bahwa keluarga memegang peranan penting dalam pembentukan identitas, yaitu melalui gaya pengasuhan orang tua. Gaya pengasuhan orang tua adalah kecenderungan orang tua bertingkah laku dalam berinteraksi dengan anak-anaknya, baik yang bersifat memberi dukungan atau yang menghambat komitmen anak dalam pencapaian status identitasnya.

Adapun gaya pengasuhan yang akan digunakan dalam konteks pencapaian status identitas dalam penelitian ini adalah salah satu gaya pengasuhan orang tua yang dikemukakan oleh Hauser (Archer,2004) yaitu gaya pengasuhan constraining. Gaya pengasuhan orang tua constraining adalah gaya pengasuhan yang bercirikan orang tua yang menghambat remaja melakukan aktivitas komitmen dalam tercapainya status identitas bidang pendidikan.

Menurut Grotevant, dkk (Archer,2004) menginformasikan bahwa perkembangan identitas remaja dipengaruhi oleh interaksi antara orang tua dengan remaja, dimana identitas remaja akan terhambat  apabila pola interaksi orang tua mencerminkan hubungan yang constraining.

Orang tua yang menerapkan gaya pengasuhan constraining, cenderung menghambat keinginan remaja dalam membuat komitmen yang berhubungan dengan bidang pendidikan dan tidak adanya pengakuan orang tua terhadap adanya perbedaan individual dalam diri remaja. Hal ini tercermin dari sikap orang tua yang tidak bersedia menerima idea atau pendapat yang dikemukakan oleh remaja sehubungan dengan pilihannya terhadap jurusan diperguruan tinggi yang dihadapi remaja. Dalam situasi seperti ini, maka remaja kurang memiliki kesempatan yang memadai untuk membuat komitmen pada bidang pendidikan yang ditekuninya. Dengan tidak terjadinya proses pertukaran informasi antara orang tua dan remaja, maka dalam keluarga tersebut tidak tersedia  sumber informasi tentang bidang pendidikan yang diperlukan remaja sehubungan dengan komitmen yang mereka lakukan.

Gaya pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua tersebut akan selalu diamati, dinilai, dan dimaknakan oleh remaja. Remaja menilai pengasuhan orang tuanya sebagai pengasuhan yang dapat mempermudah proses dalam menetapkan komitmen atau akan menghambat proses dalam menetapkan komitmen  terhadap pendidikan yang ditekuninya. Gaya pengasuhan orang tua sangat mewarnai aktifitas komitmen dalam pencapaian status pendidikan remaja.

Bentuk gaya pengasuhan berperan dalam dunia pendidikan yang berkaitan dengan upaya individu dalam memutuskan sendiri (komitmen) hal yang berkaitan dengan pendidikan yang dijalaninya.  Marcia (2005). Maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul HUBUNGAN ANTARA GAYA PENGASUHAN CONSTRAINING DENGAN KOMITMEN DALAM BIDANG PENDIDIKAN PADA MAHASISWA PSIKOLOGI TAHUN AKADEMIK 2010-2011

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan pada pendahuluan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara gaya pengasuhan constraining dengan komitmen bidang pendidikan pada mahasiswa psikologi angkatan 2010 Universitas Bina Darma Palembang

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara gaya pengasuhan constraining dengan komitmen bidang pendidikan pada mahasiswa psikologi angkatan 2010 Universitas Bina Darma Palembang

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dalam bidang psikologi pendidikan  yang dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya

1. Manfaat Teoritis :

Memberikan informasi, gambaran, kontribusi ilmiah sehingga peneliti selanjutnya dapat menggali dalam pengembangan ilmu psikologi khususnya perkembangan psikososial yang berkaitan dengan gaya pengasuhan dan komitmen dalam bidang pendidikan

2. Manfaat Praktis :

Bahan informasi yang dapat memberikan implementatif bagi orang tua, tenaga pendidik dalam rangka menciptakan kondisi pola asuh untuk menstimulir kearah komitmen remaja dalam dunia pendidikan.

E. Tinjauan Pustaka

Masa remaja mempunyai arti khusus dalam perkembangan seseorang. Menurut Marcia (2005) mengklasifikasikan usia remaja dalam tiga kelompok, yaitu : remaja awal antara usia 12 – 15 tahun (usia sekolah menengah pertama), remaja pertengahan antara usia 15 – 18 tahun (usia sekolah menengah atas), dan remaja akhir antara usia 18 – 22 tahun (usia perguruan tinggi).

Masa remaja atau adolescence ini merupakan masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah adolescence mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Individu dianggap telah matang secara pribadi karena menunjukkan ciri-ciri kematangan mental, yaitu remaja telah mampu berpikir secara abstrak, mampu menganalisis suatu masalah kemudian menarik kesimpulan bagi pemecahan masalah dengan tetap memperhatikan realitas. Remaja juga menunjukkan kematangan emosi, yaitu dapat mengendalikan reaksi emosinya sesuai dengan situasi dan norma sosial yang berlaku. Usia remaja dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dalam situasi sosial serta bertanggung jawab dan mandiri (Hurlock, 2006)

Gaya pengasuhan orang tua adalah kecenderungan orang tua bertingkah laku dalam berinteraksi dengan anak-anaknya, baik yang bersifat member dukungan atau menghambat eksplorasi dan komitmen anak. (Archer, 2004). Menurut Hauser, dkk (Archer, 2004) gaya pengasuhan constraining adalah gaya pengashan yang bersifat menghambat perkembangan psikososial sehingga menghambat aktivitas komitmen remaja. Aspek-aspek gaya pengasuhan orang tua constraining, yaitu : aspek kognitif dan aspek afektif.

Marcia (2005) menyatakan bahwa komitmen adalah investasi yang stabil terhadap satu tujuan, nilai dan kepercayaan yang dibuktikan dengan aktivitas yang mendukung.  Aspek-aspek komitmen yang dikemukakan Marcia (2005), yaitu : 1). Kemampuan mengetahui, 2). Aktivitas yang diarahkan untuk mengimplementasikan apa yang menjadi pilihannya, 3) Keadaan emosi, 4). Identifikasi 5).Proyeksi, 6). Daya tahan.

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan antara gaya pengasuhan constraining dengan komitmen bidang pendidikan pada mahasiswa psikologi angkatan 2011 Universitas Bina Darma Palembang.

G. Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara gaya pengasuhan constraining dengan komitmen bidang pendidikan pada mahasiswa psikologi angkatan 2010 Universitas Bina Darma Palembang. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel tergantung (dependent variabel) yaitu komitmen  dan variabel bebas (independent variabel) yaitu Gaya Pengasuhan Constraining. Definisi operasional variabel penelitian ini yaitu Komitmen adalah kemantapan mahasiswa psikologi untuk membuat pilihan yang relative menetap tentang satu bidang pendidikan yang ditekuninya Sedangkan Gaya Pengasuhan constraining adalah interaksi orang tua cenderung menghambat dan mengahalangi anak untuk melakukan aktivitas komitmen dalan bidang pendidikan. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa psikologi angkatan 2010 yang memiliki pola pengasuhan constraining sebanyak 50 orang.  Mengingat jumlah populasi yang terbatas menurut Arikunto (2006) jika total populasi dibawah 100 maka total populasi dijadikan sampel penelitian yang disebut sampel total. Data penelitian ini diambil dengan menggunakan metode observasi, interview, serta  metode skala untuk komitmen dan skala gaya pengasuhan constraining yang dibuat sendiri oleh peneliti dengan metode skala likert. Tehnik analisis statistik yang digunakan adalahanalisis jalur  untuk menguji hubungan antara gaya pengasuhan constraining dengan komitmen bidang pendidikan.

H. Jadwal Pelaksanaan

Adapun jadwal pelaksanaan penelitian  dapat dilihat pada tabel berikut  ini :

Tabel 1.  Jadwal Kegiatan Penelitian

No.

Kegiatan

Waktu (Bulan )

1 2 3 4 5
1. TAHAP  PERSIAPAN
Menentukan Populasi dan Sampel
Membuat kuisioner
2. TAHAP PELAKSANAAN
Penyebaran kuisioner
Analisis data
Interpretasi hasil analisis data
3. TAHAP PENYUSUNAN LAPORAN
Membuat draft laporan
Seminar hasil
Membuat laporan akhir
Publikasi

Uncategorized

No Comments to “Proposal penelitian”

Leave a Reply

(required)

(required)