PERANAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PADA PERGURUAN TINGGI

Teknologi informasi dan komunikasi (TIK), khususnya internet, memungkinkan pengembangan layanan informasi yang lebih baik pada suatu perguruan tinggi. Peran teknologi, informasi dan komunikasi dalam peningkatan mutu pendidikan di perguruan tinggi semakin menjadi perhatian para pengambil kebijakan , apalagi setelah globalisasi bergulir ke seluruh penjuru dunia. Peran TIK di perguruan tinggi adalah dalam proses belajar mengajar dan riset serta sarana untuk meningkatkan kualitas.

Terkait dengan proses pembelajaran yang terjadi dalam lingkungan kampus pada dasarnya terdapat peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi yaitu :

  1. Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk mendukung aktivitas pembelajaran

Dalam proses belajar mengajar, akan ada interaksi antara dosen dan mahasiswa. Akan tetapi interaksi yang terjadi cenderung monoton dan satu arah, dalam hal ini dosen menjelaskan dan mahasiswa mendengar. Seringkali dalam prosesnya, mahasiswa hanya bisa membayangkan apa yang dikatakan oleh dosennya. Misalnya ketika seorang dosen sejarah menceritakan mengenai tujuh keajaiban dunia, dimana mahasiswa hanya bisa membayangkan apa yang dideskripsikan di muka kelas; atau pada saat seorang dosen fisika sedang menjelaskan proses terjadinya bom atom, sedangkan mahasiswa harus mampu menyerap atau menggambarkan materi tersebut di dalam kalbunya. Tentu saja hal tersebut sangat sulit dilakukan, mengingat keterbatasan mahasiswa sebagai seorang manusia. Dengan dilibatkannya berbagai aplikasi Teknologi Informasi dan Komunikasi, diharapkan apa yang ingin disampaikan dosen dapat diilustrasikan atau disimulasikan dalam bentuk paparan multimedia, sehingga membantu mahasiswa dalam menyerap ilmu pengetahuan yang disampaikan. Bantuan visualisasi yang lengkap dengan teks, audio, dan video ini tidak saja memudahkan mahasiswa dalam menyerap materi yang disajikan, tetapi juga membantu dosen sebagai pengajar dalam menjelaskan hal‐hal yang sulit untuk dideskripsikan. Karena sifatnya yang situasional dan kontekstual, secara tidak langsung dosen sebagai sang pengajar turut serta bersama mahasiswa “belajar” memahami berbagai fenomena yang terjadi, sehingga apa yang sering digembar-gemborkan sebagai perubahan paradigma dari dosen sebagai sumber ilmu menjadi berperan sebagai fasilitator sangat mungkin dan mudah diterapkan dalam lingkungan ini. Jika masing‐masing mahasiswa memiliki notebook dengan aplikasi yang diinstalasi di dalamnya, maka model pembalajaran yang berfokus pada pengajar atau dosen akan langsung beralih kepada masing‐masing individu. Dengan model pembelajaran menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi, dosen hanya bertugas untuk menjadi koordinator dan fasilitator di kelas dengan cara memberikan perintah, tantangan, pertanyaan, dan pernyataan yang dapat secara langsung dijawab oleh mahasiswa melalui interaksinya dengan beragam aplikasi TIK .Disamping mempermudah mahasiswa dalam menyerap ilmu dan mempermudah dosen dalam menjalankan fungsinya sebagai fasilitator, pemanfaatan berbagai aplikasi TIK secara inovatif akan membuat proses belajar menjadi menyenangkan. Maka kerap kali mahasiswa maupun dosen menjadi ketagihan untuk melakukan eksplorasi terhadap materi yang sedang menjadi topik pembelajaran, karena sifatnya yang dinamis dan penuh misteri. Sehingga secara tidak langsung, fenomena “life long learning” sudah mulai tertanam ke dalam diri dosen sebagai manusia pembelajar. Untuk itulah maka Perguruan Tinggi perlu memiliki koleksi aplikasi yang dapat dipergunakan untuk menunjang proses belajar mengajar ini, terutama yang memiliki fitur dan kapabilitas untuk melakukan hal‐hal seperti: simulasi skenario, analisa “what-if”, interaksi sistem pakar, eksplorasi lingkungan, dan lain sebagainya. Dengan adanya kapabilitas ini, maka selain memungkinkan bagi dosen dan mahasiswa untuk belajar sendiri secara mandiri, dan dapat melakukan eksplorasi tanpa batas waktu dan tempat terhadap materi yang dipelajari, karena banyaknya kombinasi konten dan konteks yang dapat disimulasikan maupun diuji cobakan.

  1. Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk dosen dan mahasiswa

Ilmu pengetahuan dan teknologi, memberikan tantangan tersendiri bagi dosen maupun mahasiswa dalam memahami dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Jika dosen maupun mahasiswa tidak tahu cara menghadapi fenomena kecepatan ini, selain akan membuat frustasi, juga akan sulit dapat mempertahankan daya saing yang dimiliki. TIK yang dalam hal ini internet, dapat membantu dosen maupun mahasiswa dalam usahanya untuk selalu “update” dan mempersenjatai dirinya dengan pengetahuan termutakhir secara efektif dan efisien.  Dosen harus mempersiapkan materi ajar yang baik dan berkualitas agar dimengerti oleh mahasiswa. Mahasiswa sebagai pihak pembelajar dapat mempergunakan situs-situs yang sama seperti halnya dosen, sehingga keduanya saat ini memiliki “kesetaraan” dalam hak dan kemampuan melakukan akses terhadap sumber-sumber ilmu pengetahuan dan pembelajaran. Dengan adanya fenomena ini, maka apa yang dituangkan dalam prinsip penerapan  menjadi mudah untuk dilaksanakan, antara lain: bahan referensi ajar sifatnya adalah “multi sourcing” alias dapat berasal dari berbagai sumber, dan guru atau dosen sumber ilmu pengetahuan dapat berasal dari berbagai tempat, lokasi, bahkan negara yang berbeda-beda. Dengan adanya kesetaraan antara dosen dan mahasiswa dalam proses pembelajaran ini, maka peran dosen menjadi seorang fasilitator menjadi suatu hal yang harus dan perlu dilakukan agar proses pembelajaran bagi keduanya menjadi efektif.

  1. Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk mengelola aset intelektual

Pada perguruan tinggi adalah aset intelektual yang secara kolektif dikumpulkan dari masa ke masa melalui proses pengajaran, penelitian, dan pelayanan masyarakat. Selain itu, dokumen diktat yang disusun oleh dosen, jurnal ilmiah yang disusun oleh peneliti, tulisan karya ilmiah yang dikembangkan oleh mahasiswa, paten yang dihasilkan oleh individu maupun kelompok, studi kasus yang dibuat bersama dengan industri, koleksi pustaka dalam berbagai bentuk, hanyalah merupakan sebagian dari begitu banyaknya jenis aset kekayaan intelektual yang dimiliki kampus. Berkaca pada perguruan tinggi yang telah berdiri lebih dari dua abad, aset intelektual inilah yang menjadi tulang punggung keberlangsungan hidup sebuah kampus. Bahkan untuk kampus-kampus tertua di dunia seperti Harvard University, Cambridge University, dan Oxford University, pendapatan terbesar bukanlah dari “tuition fees” mahasiswanya, melainkan dari “penjualan” dan pemanfaatan aset intelektual yang dimilikinya baik yang bersifat “tangible” maupun “intangible”. Aset “tangible” adalah semua barang yang terlihat secara fisik, seperti fasilitas kampus, laboratorium, para dosen, kumpulan peneliti, koleksi pustaka, referensi dan dokumen bahan ajar, uang, dan lain sebagainya. Sedangkan aset “intangible” adalah pengetahuan kolektif yang ada di kepala para profesor dan peneliti (dimana sewaktu-waktu akan dapat menghasilkan atau melahirkan karya-karya intelektual yang bernilai tinggi), jejaring relasi yang dimiliki (baik dengan pemerintah, swasta, maupun perguruan tinggi lain), kerjasama dengan pihak lain (pusat penelitian, laboratorium pengembangan, tempat pelatihan, lembaga sertifikasi, dan lain sebagainya), beberapa temuan serta paten, hak cipta atas merek dan karya, dan lain sebagainya. Untuk mengelola dan menjaga kelestariannya, hampir keseluruhan aset intelektual tersebut dapat dipresentasikan dan disimpan dalam bentuk format digital (file), dimana penggunaannya secara luas seperti yang telah disampaikan pada pembahasan diatas. Hampir semua dokumen dan referensi yang diciptakan oleh dosen, peneliti, dan mahasiswa dewasa ini telah berupa file-file digital berbasis teks, gambar, audio, dan/atau video (multimedia). Fungsi TIK berikutnya dalam konteks ini adalah sebagai sarana untuk mengumpulkan, menyimpan, mengkategorisasikan, mengakses, menduplikasi, mendistribusikan, serta memelihara berbagai aset intelektual yang telah didigitalisasikan. Dengan diinstalasikannya sebuah komputer utama yang dihubungkan ke gudang data berisi kumpulan koleksi aset intelektual tersebut, maka seluruh civitas akademika bahkan publik sekalipun dapat mengakses informasi dan pengetahuan yang dimaksud. Dapatlah dibayangkan bagaimana seandainya berbagai kampus saling sepakat untuk melakukan “knowledge sharing” terhadap data digital yang dimilikinya, tentu saja akan memberikan kontribusi yang sangat luar biasa bagi kemajuan dunia pendidikan dewasa ini. Semakin banyak akses dan jumlah koleksi aset intelektual yang dimiliki dan berada dalam posesi sebuah kampus, semakin kayalah atau bernilai perguruan tinggi tersebut. Perlu diperhatikan bahwa saat ini cara melakukan akses terhadap kumpulan koleksi aset intelektual tersebut sudah dapat dilakukan melalui berbagai cara dan variasi. Seluruh e-book, e-journal, e-library, e-laboratory, dan lainnya tersebut dapat dengan mudah diakses melalui komputer PC, notebook, tablet, blackberry, smartphone, web‐TV, dan beraneka ragam piranti teknologi digital yang lain.

  1. Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk menunjang proses penelitian

Perguruan tinggi selain menyelenggarakan proses mengajar belajar adalah melakukan serangkaian penelitian di berbagai bidang ilmu. Akan tetapi, proses penelitian membutuhkan sumber daya yang tidak sedikit, dan terkadang memerlukan dana yang sangat besar. Namun saat ini, dengan keberadaan beraneka ragam aplikasi dan piranti TIK, beberapa jenis penelitian dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
Pertama, seorang peneliti biasanya membutuhkan sumber daya referensi yang cukup banyak, dan terkadang sangat mahal harganya (seperti jurnal internasional, hasil studi pihak independen, beragam kajian dan penelitian dari lembaga terkemuka, dan lain sebagainya). Namun sekarang dengan adanya e-book, e-journal, dan e-library, sang peneliti tidak harus mengeluarkan biaya transportasi untuk mengunjungi berbagai perpustakaan yang ada di belahan bumi ini karena dapat diakses melalui internet.
Kedua, seorang peneliti sangat perlu untuk berkomunikasi, berinteraksi, bertukarpikiran, dan berkoordinasi dengan peneliti lain dari beragam institusi yang berbeda.

Seorang peneliti perlu menyampaikan hasil penelitiannya dalam bentuk karya tulis atau jurnal akademik ke pihak eksternal. Melalui situs-situs terkemuka di dunia yang menerbitkan e-journal dan e-book, peneliti dapat bekerjasama untuk mempublikasikan hasil temuannya tersebut bahkan tidak jarang yang bersangkutan dapat memperoleh penghasilan dari setiap individu yang mengunduh karyanya.

  1. Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk mengembangkan berbagai produk pendidikan.

Dengan terhubungnya perguruan tinggi ke dunia maya melalui internet, seluruh orang di belahan dunia dapat berinteraksi secara langsung ke dunia kampus. Artinya, banyak sekali terobosan‐terobosan baru yang dapat dilakukan oleh manajemen kampus dalam mengembangkan dunia pendidikan. Salah-satunya yang paling banyak dilakukan oleh perguruan tinggi terkemuka dunia adalah menawarkan program “continuous education” melalui mekanisme e-learning alias melakukan proses mengajar belajar melalui dunia maya. Melalui pemanfaatan berbagai aplikasi TIK, penyelenggaraan serangkaian mata kuliah lanjutan ini sangat diminati oleh kaum praktisi maupun mereka yang sehari-hari telah menempati jabatan manajemen senior di perusahaan. Produk berikutnya yang sekarang marak ditawarkan oleh sejumlah kampus adalah webcast, atau yang kerap dikenal sebagai tele-conference atau tele-seminar. Pada saat sebuah perguruan tinggi sedang menggelar seminar atau konferensi yang diikuti berbagai pembicara terkemuka, melalui aplikasi TIK seperti “video streaming” acara tersebut disiarkan melalui internet. Siapa saja yang tertarik untuk mengikutinya dapat membuka alamat situs tertentu pada waktu yang telah ditentukan tentu saja setelah yang bersangkutan diberi hak akses berdasarkan hak dan kewajibannya. Sehingga mekanisme ini selain akan “mencerdaskan” banyak orang juga akan mengurangi beban panitia penyelenggara yang harus menanggung biaya cukup besar untuk mengundang nara sumber terkemuka tersebut. Dengan adanya masukan dari webcast, maka biaya yang besar tersebut dapat dibagi rata bebannya. Dalam perjalanannya ada sebuah kampus yang cukup kreatif, dimana mereka melakukan kegiatan “lomba akademik” melalui aplikasi simulasi yang dapat diikuti oleh semua orang di internet. Setiap individu atau kelompok dari berbagai kampus dapat turut serta dalam program tantangan ini, atau yang di dunia maya sering diistilahkan sebagai lomba ilmiah. Alhasil, pemenangnya akan mendapatkan penghargaan khusus dari perguruan tinggi penyelenggaranya. Melalui program ini perguruan tinggi penyelenggara tidak sekedar mendapatkan nama atau citra yang baik semata, namun pada saat yang bersamaan kampus yang bersangkutan memperoleh manfaat lain, seperti: diperolehnya sejumlah penyelesaian dari permasalahan yang dihadapi,diperolehnya basis data individu maupun kelompok yang memenangkan lomba (selanjutnya diundang untuk bergabung ke kampus mengikuti program akademik jenjang S1, S2, atau S3), diperolehnya pemasukan tambahan dari sponsor yang berpartisipasi dalam lomba, dan lain sebagainya. Produk-produk dan jasa‐jasa lainnya yang memungkinkan untuk ditawarkan kepada pihak di luar kampus melalui TIK adalah dengan cara memanfaatkan aset fisik maupun aset intelektual yang telah dimiliki kampus.

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *