Sebuah Blog dari if002
RSS icon Email icon
  • PEMANFAATAN LIMBAH CRUDE PALM OIL (CPO) UNTUK PROSES PEMBUATAN BIODIESEL

    Posted on August 19th, 2011 admin No comments

    Renilaili 1, Ch. Desi Kusmindari 2
    Dosen Universitas Bina Darma, Palembang
    Jalan Jenderal Ahmad Yani No.12, Palembang
    Pos-el: renilailireni@yahoo.co.id 1, desi_christofora@yahoo.com 2

    Abstrak : Biodiesel pada dasarnya merupakan ester alkil dari asam-asam lemak,bahan tanaman yang banyak digunakan sebagai sumber minyak untuk pembuatan biodiesel adalah minyak sawit, minyak kelapa, minyak jarak pagar, minyak biji bunga matahari, minyak kedele, minyak kanola dan lain-lain. Minyak tersebut dikonversi menjadi (alkil ester) mealaui reaksi esterifikasi ,dengan bantuan katalis. Kualitas biodiesel juga dipengaruhi oleh kualitas minyak , juga komposisi asam –asam lemak didalam minyak tersebut. Indonesia sa’at ini berpeluang besar untuk mengembangkan energi biodiesel dari minyak sawit mentah (CPO) sebagai bahan bakar alternative, terutama untuk mesin diesel. Dalam penelitian ini kami menggunakan limbah CPO yang sudah pekat dengan preaksi menggunakan Ethanol 96% dan katalis H2SO4 pekat (98%).Variasi komposisi yang kami lakukan mulai ( CPO : Ethanol ) (1:1), (1:2), (1:3), (1:4) dan(1:5) juga Variasi temperatur mulai dari 40oC, 50oC, 60oC, 70oC,dan 80oC tanpa diaduk. Hasil penelitian ini mendapatkan konversi maksimum 90% pada temperatur yang optimum 70oC.

    Keyword: Limbah CPO, C2H5OH 96%,H2SO4 98%, 70oC

    Abstract : Biodiesel is basically the alkyl esters of fatty acids. A source of oil for making biodiesel are palm oil, sunflower oil, soybean oil, canola oil and others. That oil converted into biodiesel used esterification or transesterification with the help of katalis. Biodiesel quality is influenced by the quality of oil, as well as the composition of fatty acids in that oil. Indonesia has the great opportunity to develop biodiesel from crude palm oil (CPO) as fuel alternatives, particularly for machine diesel. In this study we use a CPO waste, which is reagent with 96% ethanol and the catalyst concentrated H2SO4 (98%). The variation of composition between CPO and Ethanol that start (1:1), (1:2), (1:3), (1:4) and (1:5) is also temperature variation ranging from 40oC, 50oC, 60oC , 70oC, and 80oC without stirring. The results of this study have a maximum of 90% conversion at an optimum temperature of 70oC.

    Keyword: biodiesel, CPO, ethanol

    1. PENDAHULUAN

    Laju konsumsi bahan bakar minyak (BBM) Nasional menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi (sekitar 6-7% per tahun ) dibandingkan dengan laju konsumsi BBM dunia yang hanya sekitar 2% per tahun. Dengan cadangan BBM nasional yang tidak terlalu besar (hanya sekitar 0,5% cadangan minyak mentah dunia), pemenuhan kebutuhan BBM tidak dapat mengandalkan produksi dalam negeri. Pada akhir tabun 2004, tercatat konsumsi BBM nasional sekitar 1,35 juta barel/hari, sedangkan produksinya hanya sekitar 1,0 juta bare1/hari sehingga terdapat kesenjangan-pasokan BBM sekitar 350 ribu bare1/hari (Warta,2006). Dengan demikian, 40% kebutuhan minyak mentah harus dipenuhi dengan cara mengimpor.Tingginya laju peningkatan konsumsi BBM berbasis fosil tersebut dapat menguras devisa negara untuk mensubsidi harga BBM dalam negeri yang berada di bawah harga pokok BBM dunia. Oleh karena itu, penggunaan BBM yang berasal dari sumber alam terbarukan (renewable resources) produksi dalam negeri menjadi alternatif yang sangat potensial untuk mensubstitusi BBM berbasis fosil dalam pemakaian sehari-hari, terutama sebagai bahan bakar kendaraan bermotor dan rumah tangga. Salah satu altematif yang sangat potensial untuk dikembangkan adalah penggunaan biodiese1 yang diproduksi dari bahan baku hayati. (Tim MAPI,2006)
    Minyak nabati memiliki kekentalan (viskositas) yang jauh lebih besar dari minyak diesel/solar maupun biodiesel, sehingga pompa penginjeksi bahan bakar di dalam mesin diesel tak mampu menghasilkan pengkabutan (atomization) yang baik ketika minyak nabati disemprotkan ke dalam kamar pembakaran. Molekul minyak nabati relatif lebih bercabang dibanding ester metil asam-asam lemak. Akibatnya, angka setana minyak nabati lebih rendah daripada angka setana ester metil. Angka setana adalah tolok ukur kemudahan menyala/terbakar dari suatu bahan bakar di dalam mesin diesel. Banyak keuntungan penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar altematif pengganti minyak bumi. Pertama, biodiesel diproduksi dari sumber hayati yang merupakan sumber energi terbarukan. Kedua, biodiesel bersifat ramah lingkungan karena tanaman penghasil biodiesel banyak menyerap CO2 dari atmosfir untuk fotosintesisnya sehingga tidak memberikan kontribusi yang berarti pada pemanasan global. Selain itu, biodiesel juga tidak mengandung sulfur, mudah terdegradasi dan tidak beracun.. Ketiga, sebagai bahan bakar, biodiesel memiliki angka Cetan yang tinggi, bahkan lebih tinggi daripada solar dan juga memiliki sifat pelumasan yang baik. Keempat, produksi biodiesel akan menciptakan kebutuhan bahan baku hayati sehingga akan memacu budidaya dan produksi pertanian, yang pada gilirannya alan meningkatkan pendapatan petani. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Cadangan minyak bumi semakin menipis sehingga perlu diupayakan energi alternatif sebagai bahan pengganti energi bahan bakar minyak. Jua perlunya metode pengolahan hasil tanaman yang digunakan untuk pembuatan biodiesel dari CPO agar dalam proses pengolahannya dapat efisien.

    2. METODOLOGI PENELITIAN

    Lokasi Penelitian

    Penelitian dilakukan dilaboratorium kimia Politeknik Negeri Sriwijaya dari tanggal 3 sampai 10 Oktober 2010.

    Alat –alat yang dipakai

    – Labu Godok
    – Thermometer (oC )
    – Glass ukur (1000 cc )
    – Cooller
    – selang plastik kecil
    – Corong pemisah
    – Beaker glass.
    – Waterbath
    – Reffreegrant

    Bahan –bahan yang digunakan:

    – Limbah Crude Palm Oil ( CPO )
    – C2H5OH ( Alkohol 96 % )
    – Vaselin (agar uap tidak keluar)
    – H2SO4 (98%) sebagai katalis

    Hal yang diteliti

    Konversi biodiesel yang didapat dari beberapa varibel seperti Variabel temperatur , Variabel Komposisi perbandingan (CPO : Ethanol 96% ) dan juga analisa hasil dari percobaan.

    Tanaman kelapa sawit

    Secara alami kelapa sawit hanya dapat tumbuh didaerah tropis , Tanaman ini dapat tumbuh ditempat berawa disepanjang bantaran sungai dan ditempat yang basah. Sinar matahari harus langsung mengenai daun kelapa sawit , lama penyinaran matahari rata-rata 5-7 jam perhari. Angin tidak mempengaruhi pertumbuhan karena bentuk daun yang sedemikian rupa sehingga tidak mudah dirusak angin . Benih kelapa sawit mengalami dormansi (keadaan sementara tanaman ) yang cukup panjang, Diperlukan aerasi yang baik dan temperatur yang tinggi untuk memutuskan masa dormansi agar bibit dapat berkecambah. Pada proses perkecambahan diperlukan kelembaban 60-80% dengan temperatur 35 oC, curah hujan tahunan antara 1.500-4.000 mm, optimal 2.000 – 3. 000 mm/tahun. (Wirawan, 2005)
    Tanah yang baik untuk budidaya kelapa sawit harus mengandung banyak lempung , beaerasi baik dan subur. Tanah harus berdrainase baik permukaan air tanah cukup dalam, solum cukup dalam, tidak berbatu. Tanah latosol, ultisol dan aluvial yang meliputi tanah gambut, dataran pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit, tanah memiliki derajad keasaman ( pH ) antara 4-6. Ketinggian tempat yang ideal bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit antara 1-400 m, topografi datar dan berombak sampai bergelombang, kelerengan ideal berkisar antara 0-25 %.
    baca selengapnyadownload

    Leave a reply