selamat datang
RSS icon Email icon
  • JURNAL

    Posted on April 8th, 2011 vivi sahfitri No comments

    PENGARUH FAKTOR PEMICU  TERHADAP PARTISIPASI MAHASISWA  DALAM FORUM   DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN STUDENT CENTERED E-LEARNING (SCeL)

    Vivi Sahfitri dan Jemakmun

    Universitas Bina Darma

    Jln. Ahmad Yani No.12, Plaju, Palembang

    email: vsahvitri@yahoo.com

    Abstrak : Internet merupakan salah satu produk  perkembangan Teknologi Informasi dam Komunikasi.Internet memberikan banyak dampak dalam berbagai bidang kehidupan,  baik dampak yang  menguntungkan maupun damapak yang merugikan. Dalam bidang pendidikan Internet dapat di manfaatkan sebagai fasilitas pendukung dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Salah satunya melalaui pemanfaatan e-learning. Akan tetapi masalah yang sering kali timbul dalam penggunaan e-learning adalah kurangnya motivasi mahasiswa untuk mengakses fasilitas pendukung pendidikan ini. Dalam penelitian ini akan di lakukan analisis terhadap aktivitas penggunaan e-learning oleh mahasiswa dan akan di lakukan perbandingan antara 2 kelas eksperiment yaitu kelas yang menggunakan pemicu dan kelas yang tidak menggunakan pemicu. Pemicu adalah berupa reward terhadap nilai mahasiswa. Dari penenlitian yang di lakukan diperoleh fakta, mahasiswa di kelas yang menggunakan faktor pemicu lebih tinggi aktivktasnya daripada kelas yang tidak menggunakan faktor pemicu.

    Kata kunci : E-learning, Reward, Faktor pemicu

    Abstract: Internet is one of the product development of Information Technology Communication. Internet dams provide much of an impact in various spheres of life, both beneficial effects and adverse effects. In the field of education the Internet can be utilized as support facilities in the implementation of the learning process. One was through the use of e-learning. However, problems often arise in the use of e-learning is the lack of motivation of students to access educational facilities to support this. This research will be done analysis on the use of e-learning activities by students and will be doing the comparison between the 2 classes namely class experiment that uses a trigger and classes that do not use triggers. Trigger is a form of reward to the students’ scores. From doing research on the facts obtained, students in the class using a trigger factor is higher than the class activities that do not use a trigger factor.

    .
    Keywords: E-learning, Reward, trigger factor

    Simak

    Baca secara fonetik


    1. PENDAHULUAN

    Perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang sangat cepat, membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Kecanggihan dan kemampuan Teknologi Informasi  terutama melalui internet sangat mengagumkan dalam melakukan berbagai transaksi bisnis dan menyebar/menerima informasi melalui jaringan maya ke/dari seluruh pelosok negeri bahkan ke seluruh pelosok dunia. Dengan penggunaan Teknologi Informasi di berbagai bidang membuat  dunia  menjadi tanpa batasan ruang dan waktu, merambah dalam segala bidang kehidupan. Kemunculan internet dengan segala kecanggihannya membawa perubahan dalam gaya dan kebiasaan manusia sebagai pengguna alat canggih tersebut. Dengan  internet seorang user  dengan sangat mudah mendapatkan dan memahami informasi yang diberikan  bahkan menjadi pelaku aktif dalam mengolah informasi. Selama ini, pemanfaatan  dan pengembangan internet sebagai penunjang di sektor ekonomi, sosial dan budaya saja. Bagaimana dengan bidang pendidikan khususnya bagi pendidikan di Indonesia ?. Padahal pendidikan juga menaruh peranan penting dalam majunya suatu negara.

    Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual,keagamaan, pengendalian diri, /kepribadian, kecerdasan ,ahklak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.(http://id.wikipedia.org). Dari pengertian tersebut kita dapat mengetahui betapa penting pendidikan itu bagi diri sendiri maupun orang lain. Dari waktu ke waktu timbulah upaya – upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

    Penggunaan internet untuk menunjang kualitas penndidikan sudah banyak digunakan terutama di negeri lain atau di luar negeri. Pengembangan internet untuk pendidikan sudah sampai pada tingkat advance dimana pengaplikasian internet sudah mencakup semua aspek dasar dan aspek pelengkap dalam pendidikan. Internet menjadi semacam pendukung dan tolak ukur kemajuan teknologi pendidikan yang mereka kembangkan. Berbagai bukti menunjukkan bahwa negara yang mampu mengembangkan dan mengaplikasikan internet semaksimal  mungkin bagi dunia pendidikannya maka kualitas pendidikan negara tersebut akan semakin meningkat sejalan dengan semakin majunya pengaplikasian dan pandangan terhadap internet tersebut.

    Keberadaan internet dalam dunia pendidikan memungkinkan proses belajar di lakukan di mana saja dan kapan saja. Secara umum, seharusnya dengan keberadaan internet ini dapat memfasilitasi atau memudahkan dalam peningkatan intensitas kegiatan pendidikan. Keberadaan sistem pembelajaran on line yang lebih di kenal dengan nama Learning Management System (LMS) dapat membantu memfasilitasi interaksi anata pengajar dan peserta didik.  Sebagai besar sistem Learning Management System ini telah memiliki fasilitas forum diskusi. Namun pada kenyataannya penggunaan Forum ini kurang di minati oleh para pengajar. Hampir semua tenaga pengajar hanya berfokus pada materi ajar yang di sampaikan , tugas maupun ujian secara on line, sehingga  forum yang ada dalam fasilitas Learning Management System tersebut hanya  sebagai bagian e-learning yang teronggok rapi di antara materi ajar dan soal-soal yang diberikan dalam perkuliahan. Menurut wahono(2003:2) e-learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media internet, jaringan komputer, maupun komputer standalone. Menurut Allan J. Henderson, e-learning adalah pembelajaran jarak jauh yang menggunakan teknologi komputer, atau biasanya Internet (The e-learning Question and Answer Book, 2003). Henderson menambahkan juga bahwa e-learning memungkinkan pembelajar untuk belajar melalui komputer di tempat mereka masing-masing tanpa harus secara fisik pergi mengikuti pelajaran di kelas. William Horton menjelaskan bahwa e-learning merupakan pembelajaran berbasis web (yang bisa diakses dari Internet). Komponen-komponen yang membentuk e-learning adalah Infrastruktur Internet, System Aplikasi e-learning, dan content e-learning. Penggunaan e-learning dapat membangun Student Centered e-learning. Student Centered Learning memiliki adalah suatu model pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses belajar. Model pembelajaran ini berbeda dari model belajar Instructor-Centered Learning yang menekankan pada transfer pengetahuan dari guru ke murid yang relatif bersikap pasif. Dalam menerapkan konsep Student-Centered Leaning, peserta didik diharapkan sebagai peserta aktif dan mandiri dalam proses belajarnya, yang bertanggung jawab dan berinitiatif untuk mengenali kebutuhan belajarnya, menemukan sumber-sumber informasi untuk dapat menjawab kebutuhannya, membangun serta mempresentasikan pengetahuannya berdasarkan kebutuhan serta sumber-sumber yang ditemukannya. Dalam batas-batas tertentu peserta didik dapat memilih sendiri apa yang akan dipelajarinya. Dalam student Centered Learning peserta didik lebih diarahkan untuk belajar ketrampilan Learn how to learn seperti problem solving, berpikir kritis dan reflektif serta ketrampilan untuk bekerja dalam tim.(Pungtularan, 2007)

    Student Centered E-learning (SCeL) adalah penggabungan Student Centered Teaching dengan e-learning. Jika selama ini implementasi  Student Centered di lakukan di didalam Ruang kelas (Ruang Kuliah) yang lebih dikenal dengan nama (Student Centered Classroom) yang dilaksanakan melalui mekanisme pembentukan kelompok-kelompok kecil (small group) yang akan diberi tanggung jawab materi materi yang sesuai dengan kurikulum. Dalam Konteks ini, biasanya tanggung jawab materi yang diberikan berbeda beda sehingga seorang pendidik atau fasilitator harus mampu mengorganisasi,  berkomunikasi dan memberikan kontribusi yang lebih banyak sehingga waktu yang digunakan untuk pelaksanaan Student centered Classroom ini dapat berjalan efektif dan mencapai target pembelajaran . Untuk Membantu meningkatkan Student Centered e-learning diperlukan  factor pemicu untuk  memberikan  motivasi bagi mahasiswa dalam menggunakan e-learning. Faktor pemicu adalah faktor-  faktor yang dapat digunakan untuk memberikan  motivasi  kepada peserta didik sehingga dapat berperan aktif dalam berdiskusi. Faktor pemicu yang dapat digunakan dalam meningkatkan motivasi mahasiswa untuk berpean aktif dalam berdiskusi diantaranya adalah  penyediaan bahan ajar, pemberian penghargaan (Reward), serta keterlibatan dosen dalam berdiskusi. Faktor – faktor pemicu tersebut sejalan dengan titik fokus sistem pembelajaran berparadigma student Centered yang memiliki karakteristik :

    1. Adanya pemberian tanggung jawab yang lebih pada mahasiswa untuk melakukan perencanaan dalam belajar.
    2. Peserta didik dituntut untuk aktif dalam proses pembelajaran, dimana pengajar berperan sebagai fasilitator bukan sebagai pakar (expert) yang mengetahu segalanya, dan  fasilitator atau dosen merupakan pemandu dalam proses pembelajaran yang terjadi
    3. Interaksi sosial (diskusi) merupakan hal yang sangat penting dalam memperoleh pengetahuan dalam lingkungan pembelajaran student centered. (Cannon,2000)

    2. METODE PENELITIAN

    2.1. Desain Penelitian

    Rancangan atau desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Rancangan Eksperimental-Sungguhan (true—experimental research), dimana tujuan penelitian eksperimental sungguhan adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab-akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental  kondisi perlakuan dan memperbandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan. Dalam penelitian ini, akan terdapat dua kelompok eksperimental, kelompok eksperimental pertama adalah kelompok yang akan dikenai perlakukan, yaitu dengan  memberikan faktor pemicu pada forum diskusi e-learning, sedangkan kelompok eksperimental kedua adalah kelompok yang tidak dikenai perlakuan, di mana penggunaan forum diskusi e-learning tanpa menggunakan faktor pemicu.

    Berdasarkan Perlakuan Yang Diberikan Kepada Dua Kelompok Eksperimetal Tersebut, Peneliti Ingin Mengetahui Pengaruh   Faktor Pemicu  Terhadap Partisipasi  Dalam Forum   Diskusi Untuk Meningkatkan Student Centered E-learning.

    Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa dan mahasiswi Teknik Komputer pada semester dua dan empat. Pengambilan sample dalam usulan penelitian ini adalah dua kelompok eksperimen dibentuk dengan prosedur random, sehingga keduanya dapat dianggap setara. Selanjutnya dua kelompok eksperimen diberikan perlakuan. Setelah perlakuan telah diberikan dalam jangka waktu tertentu, maka setelah itu dilakukan pengukuran variabel terikat pada kedua kelompok tersebut, dan hasilnya dibandingkan.

    2.2. Metode Pengumpulan Data

    Langkah-langkah yang dilakukan utuk memperoleh data dan informasi yang berhubungan dengan penelitian ini adalah:

    Studi Lapangan yaitu dengan teknik-teknik pengumpulan data :

    a.       Wawancara, yaitu penulis bertanya langsung dengan responden untuk mendapatkan data yang akurat dan handal.

    b.       Eksperiment atau percobaan , yaitu  pemberian perlakuan pada kelompok eksperiment sehingga dapat di lakukan analisis untuk setiap kelompok eksperiment.

    c.       Studi Pustaka, yaitu penulis memperoleh data dari sumber-sumber seperti: Buku-buku pelajaran  dan buku-buku lain yang mendukung penelitian, Literatur berupa majalah, surat kabar, artikel, jurnal, buletin, makalah dan sebagainya, Referensi atau rujukan berupa skripsi  atau laporan penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini.

    2.3. Teknik Analisis

    Dalam penelitian ini analisis yang dilakukan adalah dengan melakukan perbandingan terhadap dua kelompok eksperiment sebagai objek dalam penelitian. Teknik Analisis yang di lakukan adalah dengan membagi dua kelompok penelitian yang dibentuk dengan prosedur random, sehingga keduanya dapat dianggap setara. Selanjutnya kelompok eksperimen diberikan perlakuan. Setelah perlakuan telah diberikan dalam jangka waktu tertentu, maka setelah itu dilakukan pengukuran variabel terikat pada kedua kelompok tersebut, dan hasilnya dibandingkan perbedaannya.

    3. HASIL DAN PEMBAHASAN

    3.1. Hasil

    Hasil Penelitian Tentang Pengaruh Faktor Pemicu  Terhadap Partisipasi Mahasiswa  Dalam Forum   Diskusi Untuk Meningkatkan Student Centered e-learning di lakukan melalui Analisis dengan melihat aktivitas yang di lakukan mahasiswa melalui e-learning. Aktivitas yang dilakukan dalam e-learning tersebut berupa forum dan aktivitas online lainnya yang dilakukan melalui media e-learning. Hasil penelitian akan menggambarkan sejauh mana faktor-faktor pemicu yang di berikan dapat mempengaruhi tingkat aktivitas penggunaan e-learning mahasiswa

    3.1.1. Karakteristik responden

    Responden dalam penelitian ini akan di lakukan kepada  dua kelas perkuliahan pada mata kuliah Arsitektur yaitu pada kelas TD3A dan kelas TD31. Jumlah responden  dari dua kelas tersebut adalah 52 orang, dengan komposisi kelas TD3A memiliki jumlah mahasiswa 16 orang dan Kelas TD 31 berjumlah 36 orang. Jenis kelamin responden yang paling banyak adalah laki-laki.

    Dari dua kelas yang digunakan sebagai objek penelitian terdapat 51 mahasiswa laki-laki dan 1 orang mahasiswa perempuan. Namun perbedaan  jumlah responden  ini tidak menjadi masalah karena peneliti tidak membedakan jenis kelamin karena responden dipilih secara acak

    3.1.2. Deskripsi variabel penelitian

    Deskripsi variabel penelitian disini adalah pendeskripsian atau penjelasan dari variable variabel yang ada di dalam penelitian ini. Seperti yang telah di uraikan sebelumnya dalam penelitian ini responden terdiri dari 52 orang mahasiswa Universitas Bina Darma yang merupakan mahasiswa program Studi Teknik Komputer semester 3 yang mengambil mata kuliah Arsitektur Komputer. Responden tersebut akan dibagi menjadi 2 kelas eksperiment yang akan di beri perlakukan berbeda.

    3.1.3. Eksperimnet kelas pertama

    Pada kelas pertama dilakukan eksperiment dengan memberikan pemicu atau pendorong agar mahasiswa dalam kelas pertama ini berkeinginan dan aktif menggunakan e-learning. Pemicu yang diberikan berupa  nilai tambah atau reward yang akan diberikan jika mengerjakan tugas yang ada di dalam e-learning. Rewards merupakan penghargaan yang diberikan dosen untuk meningkatkan motivasi peserta didik sehingga dapat terlibat secara aktif dalam berdiskusi. Motivasi dalam pembelajaran online menjadi sangat penting untuk diperhatikan karena peserta didik dituntut untuk secara aktif dan mandiri melakukan menajemen aktivitas belajarnya (self-regulated learning). Faktor motivasi dapat berasal dari dalam maupun luar diri peserta didik. Agar pengaruh motivasi menjadi optimal, maka tidak cukup hanya mengandalkan motivasi dari dalam. Peserta didik juga perlu mendapatkan motivasi dari luar. Salah satunya adalah pemberian rewards. Rewards yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemberian bonus nilai bagi mahasiswa yang terlibat aktif dalam diskusi. Bonus nilai iniditambahkan ke dalam prosentase nilai akhir peserta didik. Selain itu untuk meningkatkan Student Centered e-learning environment dalam penyampaian materi perkuliahan pada eksperiment kelas pertama ini, di lakukan dengan penyampaian materi perkuliahaan secara umum, yang artinya dalam menyampaikan materi perkuliahan dosen hanya memberikan garis besar pokok bahasan materi yang akan diberikan melalui media pembelajaran e-learning mahasiswa diberikan materi yang dibuat dengan perangkat lunak presentasi power point. Tipe materi dengan power point ini  dapat digunakan untuk mendorong siswa agar lebih aktif mencari atau membaca referensi.

    3.1.4.  Eksperiment kelas kedua

    Perlakukan berbeda di berikan pada kelas eksperiment yang kedua. Penggunaan e-learning untuk kelas kedua ini tidak begitu di haruskan.  Artinya tidak ada faktor pemicu yang diberikan untuk menambah respon mahasiswa dalam menggunakan dan berperan aktif dalam pembelajaran e-learning. Dosen tidak memberikan reward atau bonus nilai bagi  mahasiswa yang menggunkan e-learning, baik untuk mendownload materi, berdiskusi atau hal-lain yang berhubungan dengan penggunaan e-learning.  Perbedaan perlakuan pada dua kelas eksperiment ini akan memperlihatkan secara jelas keaktifan seorang mahasiswa dalam pembelajaran.

    3.2.  Pembahasan

    3.2.1. Student Centered e-learning Environment (SCeLE)

    E-learning merupakan konsep penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam mendukung proses belajar-mengajar. Penggunaannya pun kini sudah meluas, tidak hanya di sektor pendidikan formal, tetap juga telah memasuki wilayah pelatihan sumber daya manusia di perusahaan. Sebagai salah satu institusi pendidikan, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bina Darma telah mengimplementasikan sistem e-learning (LMS) dengan paradigma pembelajaran student-centered, yang dapat membangun  Student Centered E-learning Environment (SCeLE) untuk mendukung perkuliahan regular. LMS dapat didefinisikan sebagai sistem yang mengatur bagaimana proses kegiatan belajar dilakukan dengan berbagai fasilitas yang dapat digunakan baik oleh siswa, pengajar, serta administrator sistem.

    Titik fokus sistem pembelajaran berparadigma student-centered ini terletak pada peserta didik dengan karakteristik sebagai berikut: (1)Adanya pemberian tanggung jawab yang lebih pada mahasiswa untuk melakukan perencanaan dalam belajar. (2)  Peserta didik dituntut untuk dalam proses pembelajaran, dimana pengajar berperan sebagai fasilitator (bukan lagi sebagai ‘expert’ yang dianggap mengetahui segalanya) dalam memandu terjadinya proses pembelajaran. (3)  Interaksi sosial (diskusi) merupakan hal yang sangat penting dalam memperoleh pengetahuan dalam lingkungan pembelajaran student tcentered.

    3.2.2. Peranan Aktivitas  E-learning

    Dalam Pembentukan Knowledge

    Salah satu hal paling jelas yang membedakan kelas e-learning dan kelas regular adalah prosentase tatap muka di kelas. Dalam kelas e-learning prosentase tatap muka tidak harus 100%, namun dapat dikurangi secara proporsional, misalnya 30%:70%, dimana 30% merupakan sesi tatap muka biasa, sedangkan sisanya dilaksanakan secara online, yaitu pembelajaran menggunakan media LMS. Minimnya intensitas pertemuan dengan pengajar, memiliki konsekuensi bahwa aktivitas diskusi dalam pembelajaran online menjadi teramat penting. Peserta didik tidak bisa hanya mengandalkan materi ajar yang ada dalam LMS. Semua peserta didik harus mau secara aktif bertanya, maupun membantu peserta didik lain yang mengalami kesulitan. Lave dan Wenger menekankan pada pentingnya lingkungan, baik fisik dan sosial, dalam proses pembelajaran. Selain itu banyak keuntungan dari pembelajaran secara kolaboratif telah banyak diketahui. Panitz dalam  telah menyampaikan 67 keuntungan yang berbeda – akademik, sosial, dan psikologikal— yang dapat diraih dengan menggunakan kerja kelompok (group work).

    3.2.3. Faktor Pemicu yang digunakan

    Kemampuan setiap siswa tentu tidaklah Sama. Sebagian ada yang baru mengetahui sedikit saja suatu materi tertentu, ada yang belum mengetahui dan ada yang sudah memahami materi tersebut. Untuk mengakomodasi berbagai tipe peserta didik tersebut, perlu diperhatikan penyajian materinya. Sehingga untuk mendukung hal tersebut, pengembangan materi suatu kuliah dapat berupa :

    1.       Materi dalam bentuk file PowerPoint. Tipe materi ini dapat digunakan untuk  mendorong siswa agar lebih aktif mencari atau membaca referensi.

    2.       Materi berbasis multimedia. Materi ini lebii sesuai digunakan bagi siswa yang baru pertama kali mendapatkannya. Untuk lebih memberikan pemahaman kepada siswa ketika mengakses materi ini maka materi disampaikan dalam bentuk PowerPoint dengan ditambahkan narasi. Narasi dapat berupa suara (audio), animasi, grafis, video, ataupun berupa catatan kecil (notes).

    3.       Merupakan materi pengayaan yang berisikan latar belakang pengetahuan tentang suatu materi untuk memberikan tambahan informasi atau pengetahuan kepada siswa yang ingin memperdalam suatu materi.

    Dalam konteks penelitian ini dan sajian materi dalam e-learning Universitas Bina Darma adalah dengan menggunakan materi yang berbentuk power point.   Dalam materi ini ditampilkan secara garis besar pokok pokok bahasan dalam materi belajar. Seorang peserta didik harus aktif dalam pembelajaran dan mencari referensi secara individu untuk mendapatkan pengayaan dalam pembahasan materi.

    Gambar 1. Tampilan Materi Memory System Design.

    Dalam Penelitian ini Faktor pemicu diberikan dosen baik dari dalam maupun dari luar.

    1.       Faktor pemicu dari dalam, yaitu dengan memberikan motivasi dan pemberian reward yang di beritakan atau di postingkan di dalam forum diskusi dalam e-learning mata kuliah tersebut.

    2.       Faktor pemicu dari luar, yaitu dengan memberikan motivasi dan pemberian reward yang diberitakan secara langsung oleh dosen di kelas kepada mahasiswa.

    3.2.4.  Pemberian Reward

    Rewards merupakan penghargaan yang diberikan dosen untuk meningkatkan motivasi peserta didik sehingga dapat terlibat secara aktif dalam berdiskusi. Motivasi dalam pembelajaran online menjadi sangat penting untuk diperhatikan karena peserta didik dituntuk untuk secara aktif dan mandiri melakukan menajemen aktivitas belajarnya (self-regulated learning). Faktor motivasi dapat berasal dari dalam maupun luar diri peserta didik. Agar pengaruh motivasi menjadi optimal, maka tidak cukup hanya mengandalkan motivasi dari dalam. Peserta didik juga perlu mendapatkan motivasi dari luar. Salah satunya adalah pemberian rewards. Rewards yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemberian bonus nilai bagi mahasiswa yang terlibat aktif dalame-learning. Bonus nilai ini ditambahkan ke dalam prosentase nilai akhir peserta didik. Berikut ini adalah beberapa contoh teks narasi pemberian rewards dalam suatu thread diskusi (Forum).

    Gambar 2.  Posting dalam Forum Diskusi

    Dalam Forum ini dosen memposting isi pesan dalam forum bagi mahasiswa untuk aktif dalam materi pada chapter 6. Berikut tugas dan participant yang mengupload tugas tersebut.

    Gambar 3. Tugas Dalam Forum dan peserta yang mengupload

    Pada Gambar diatas dapat terlihat yang mengupload tugas pada chapter 6 adalah 36 mahasiswa  dalam waktu yang ditentukan.  Bentuk lain dari forum diskusi yang merupakan faktor pemicu yang di upload dalam e-learning dapat dilihat pada gambar berikut ini ;

    Gambar 4. Contoh Forum Nilai Keaktifan

    Dalam forum di atas posting dosen di beri nama Nilai keaktifan, dalam forum ini memberitakan bagi mahasiswa untuk aktif menjawab setiap pertanyaan yang diberikan dalam tugas yang menyertai forum tersebut. Berikut ini tugas dalam forum nilai keaktifan yang diberikan serta participant mengupload tugas tersebut.

    3.2.5. Analisis Kelas Eksperiment

    Dalam melakukan analisis,  Dilakukan uji eksperiment terhadap 2 kelas yaitu pada kelas Teknik Komputer  kelas Sore (TD31) dan Kelas teknik Komputer Siang (TD3B). Pada Kelas TD31 digunakan faktor pemicu bagi mahasiswa untuk dapat aktif dalam menggunakan forum di  Mata Kuliah yang di jadikan sampel adalah mata kuliah Arsitektur Komputer. Sedangkan pada kelas TD3B tidak digunakan faktor pemicu dalam memotivasi mahasiswa untuk  menggunakan e-learning. Faktor pemicu  yang dimaksud adalah ajakan dan pemberitahuan yang diberikan dosen  melalui pertemuan di kelas dan melalui pemberitahuan  lewat e-learning dalam forum di dalam mata kuliah yang di maksud.

    a. Kelas yang Menggunakan Faktor

    Pemicu

    Berdasarkan aktivitas e-learning yang diberikan dalam kelas yang menggunakan faktor pemicu dapat di uraikan beberapa hasil sebagai berikut :

    Pada kelas yang menggunakan faktor pemicu  dapat di lihat aktivitas penggunaan e-learning mahasiswa.

    Gambar 5.  Aktivitas e-learning pada kelas yang menggunakan faktor pemicu

    Data yang diperoleh dari E-learning menunjukkan bahwa mahasiswa yang berada pada kelas yang menggunakan faktor pemicu yaitu kelas TD 31 pada matakuliah Arsitektur Komputer  mempunyai aktivitas yang sangat tinggi dalam berinteraksi dengan e-learning. Hal tersebut dapat di lihat jumlah record aktivitas yang terekam yaitu sebanyak 6448 record terekam. Aktivitas mereka dalam e-learning dapat berupa aktivitas view atau melihat  materi, tugas atau forum yang ada dalam e-learning dan aktivitas upload yaitu aktivitas mengupload tugas yang diberikan atau mengupload komentar dalam forum e-learning.

    Keaktifan mahasiswa yang menggunakn faktor pemicu dalam menggunakan e-learning dapat juga di lihat pada gambar di bawah ini.

    Gambar 6. Mahasiswa yang aktif mengupload tugas e-learning pada kelas yang menggunakan pemicu

    Berdasarkan gambar tersebut dapat di jelaskan bahwa dalam kelas yang menggunakan faktor pemicu terdapat 36 mahasiswa yang mengupload tugas, artinya semua mahasiswa dikelas tersebut aktif mengupload tugas di e-learning.

    Tugas-tugas yang diberikan pada mahasiswa  pada kelas yang menggunakan faktor pemicu akan diberikan grade atau nilai. Bagi mereka yang aktif dan mengupload seluruh tugas yang di minta oleh dosen, maka akan memperoleh grade sesuai dengan hasil pekerjaan yang diuploadnya. Sedangkan bagi mereka yang tidak mengerjakan dan mengupload tugas yang diberikan juga akan diberikan grade  dan feedback bahwa mereka tidak mengupload tugas yang di minta. Hasil akhir dari aktivitas e-learning yang dilakukan akan memberikan nilai akhir bagi mahasiswa sesuai dengan jumlah nilai yang diperoleh  yang akan di rata-ratakan dengan banyaknya tugas yang di upload. Dari nilai tersebut dapat di peroleh nilai tugas yang di lakukan mahasiswa dalam forum e-learning.

    Berikut ini tampilan e-learning nilai tugas yang telah diupload mahasiswa pada kelas TD31 yang menggunakan faktor pemicu dari dosen. Gambar tersebut  adalah tampilan grade atau nilai mahasiswa pada kelas yang menggunakan faktor pemicu (TD31) secara keseluruhan.

    Gambar 7. Grader Report mahasiswa kelas yang menggunakan pemicu

    b. Kelas  yang tidak menggunakan

    Faktor Pemicu

    Berbeda dengan kelas yang menggunakan faktor pemicu (TD31) dimana dosen akan memberikan informasi  tantang reward yang akan mereka peroleh jika mereka melakukan aktivitas e-learning dan mengupload tugas di e-learning,   pada kelas yang tidak menggunakan faktor pemicu (TD3B),  dosen memberikan materi dan tugas mayoritas di didalam kelas. Untuk penggunaan e-learning dosen hanya menyampaikan bahwa materi perkuliahan dapat dilihat dan di unduh melalui e-learning dan tugas-tugas yang mungkin ada dalam forum e-learning tersebut. Dosen sama sekali tidak memberikan informasi nilai dan reward yang akan mereka dapatkan jika menggunakan dan mengerjakan tugas yang ada di dalam e-learning. Di bawah ini dapat dilihat aktivitas e-learning yang dilakukan kelas yang tidak menggunakan fakor pemicu dalam penggunaan e-learning yanh dalam hal ini adalah kelas TD3B.

    Gambar 8. Aktivitas kelas tanpa menggunakan faktor pemicu

    Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa tanpa menggunakan faktor pemicu dari dosen, aktivitas e-learning yang dilakukan mahasiswa di kelas tersebut sangan sedikit sekali.  Hanya terekam 2774 record yang melakukan aktivitas e-learning. Jika di bandingkan dengan aktivitas pada kelas yang menggunakan pemicu  yang terekam 6448 record maka jumlah kelas yang menggunakan pemicu memiliki jumlah 3 kali lipat di banding kelas yang tidak menggunakan faktor pemicu. Bahkan untuk melihat atau mengunduh materi perkuliahan hanya beberapa mahasiswa yang melakukannya.

    Sedangkan untuk tugas yang diberikan dalam forum e-learning, hanya sedikit mahasiswa yang melakukan aktivitas tersebut. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

    Gambar 9. Jumlah mahasiswa yang mengupload tugas

    Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa dari 16 orang mahasiswa yang ada dalam kelas tersebut hanya 6 orang yang mengupload tugas yang ada di dalam e-learning. Hal ini membuktikan bahwa tidak banyak mahasiswa di kelas yang tidak menggunakan faktor pemicu mengakses dan beraktivitas menggunakan e-learning.

    Pada kelas yang tidak menggunakan faktor pemicu,  mahasiswa hanya  melakukan sedikit aktivitas e-learning. Untuk satu mahasiswa yang malakukan aktivitas e-learning pada kelas yang tidak menggunakan pemicu dapat terekam 62 record aktivitas sedangkan sebelumnya dikelas yang menggunakan e-learning terdapat 165 record aktivitas yang terekam untuk setiap mahasiswa. Hal ini membuktikan aktivitas yang berbeda untuk dua kelas eksperiment dengan perlakuan yang berbeda. Bahkan pada kelas yang tidak menggunakan faktor pemicu ada mahasiswa yang sama sekali tidak pernah melakukan aktivitas e-learning dalam melaksanakan pembelajaran.

    Berikut ini tampilan e-learning nilai tugas yang telah diupload mahasiswa pada kelas TD3B yang tidak  menggunakan faktor pemicu dari dosen. Gambar tersebut  adalah tampilan grade atau nilai mahasiswa pada kelas yang tidak  menggunakan faktor pemicu (TD3B) secara keseluruhan.

    Gambar 10. Grader Report mahasiswa kelas yang tidak menggunakan pemicu

    Secara lebih ringkas, Fakta-fakta yang diperoleh dari aktivitas e-learning yang telah diuraikan di atas dapat di lihat dalam tabel berikut ini :

    Tabel 1. Indikator Tingkat keberhasilan penggunaan pemicu

    INDIKATOR

    Dengan Faktor Pemicu

    (Pemberian Reward)

    Tanpa Faktor Pemicu

    (Tanpa Pemberian Reward)

    All Activities

    (assignment view, course view, upload, download etc)

    6448 record 2774 record
    Assignment upload 100%

    (seluruh mahasiswa)

    37,5%
    Aktivitas per mahasiswa 165 record 62 record
    Grade report > 85 < 40

    4. SIMPULAN

    Berdasarkan hasil pembahasan dan analisa yang telah dilakukan serta sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian, maka diambil kesimpulan sebagai berikut :

    1.       Perlakuan yang diberikan pada kelas yang diberikan faktor pemicu oleh dosen untuk berperan aktif dalam aktivitas e-learning dapat meningkatkan motivasi mahasiswa dan meningkatkan kemampuan mereka untuk menginisiasi diri dalam proses pembelajaran. Secara umum  Aktivitas e-learning pada kelas yang diberikan factor pemicu baik secara langsung oleh dosen maupun pemicu melalui forum e-learning, di lakukan lebih dari 70% mahasiswa kelas tersebut. Bahkan pada beberapa sesi penggunaan e-learning diikuti oleh 100% mahasiswa yang ada di dalam kelas tersebut.

    2.       Perlakukan yang kedua diberikan pada kelas yang tidak menggunakan factor pemicu oleh dosen baik secara langsung saat tatap muka ataupun pemicu yang diberikan lewat forum di e-learning. Pada kelas ini di dapatkan fakta bahwa hanya  sedikit mahasiswa yang melakukan aktivitas e-learning dalam proses belajar mengajar.  Mahasiswa yang melakukan aktivitas e-learning kurang dari 50 % bahkan ada yang hanya 10 %  pada beberapa sesi penggunaan e-learning dari jumlah mahasiswa di kelas tersebut.

    3.       Fakta dari perlakuan yang berbeda dari dua kelas yang menjadi kelas eksperiment dapat dijelaskan bahwa mahasiswa tidak tertarik bahkan ada yang sama sekali tidak mau untuk melakukan aktivitas di e-learning, baik untuk melihat materi, mengunduh, melakukan aktivitas di forum ataupun mengupload tugas dari dosen. Pemberian factor pemicu atau feedback yang akan mereka terima jika aktif dalam e-learning dalam semua aktivitas di dalamnya  menjadi motivasi mereka  untuk menggunakan e-learning dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Hal ini membuktikan bahwa motivasi mahasiswa dalam menggunakan e-learning sangat kurang sekali terutama mahasiswa dalam kelas yang menjadi sample. Tanpa pemicu dan feedback yang di janjikan mahasiswa tidak termotivasi untuk menggunakan e-learning.

    DAFTAR RUJUKAN

    Meilani,Any., 2008., Aktvitas tutor dan Mahasiswa dalam Tutorial On-line Universitas Terbuka. (Http://www.Docstoc.com/docs/2162008/Potret-Aktivitas-Tutor-dan -mahasiswa-dalam-tutorial-online-/)

    Pitrik.,R.,M., & Derntl.,M., 2008. Student Centered E-learning (SCeL) : Concept and Application in a Student Projection Supporting Learning. University Of Viena.

    Pungtuluran., Aris.2007. Student Centered Learning : The Urgency and Possibilities. Universitas Kristen Petra.

    Wahono,R.,S., 2008.  Meluruskan Salah Kaprah Tentang e-learning. (Http://Romisatriawahono.net/2008/01/23/meluruskan-salah-kaprah-tentang-e-learning/) diakses tanggal  28 Februari 2008

    Http://www.Total.Or.id . diakses tanggal

    5 April 2010

    (http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2002/01/4/man01.html)

    diakses tanggal 29 Februari 2008

    (http://id.wikipedia.org/wiki/pendidikan). Diakses 29 Februari 2008

    Leave a reply