-
Jurnal Gender
Posted on September 27th, 2011 No commentsANALISIS SITUASI DAN KONDISI PEREMPUAN DALAM PERSPEKTIF GENDER DI KOTA PALEMBANG
Vivi Sahfitri
Universitas Bina Darma
Jln. Ahmad Yani No.12, Plaju, Palembang
email: vsahvitri@yahoo.com
Abstrak : Penelitian menganalisis tentang situasi dan kondisi perempuan dalam perspektif gender di Kota Palembang. Penelitian ini bersifat deskriptif analisis dengan menggunakan data skunder yang diperoleh dari dokumen Kota Palembang dan dianalisis secara deskriptif dengan perspektif gender. Hasil pengolahan data disajikan sebagai informasi tentang situasi dan kondisi perempuan di Kota Palembang. Berdasarkan analisis data terpilah, di ketahui dari aspek kependudukan, penduduk perempuan di Kota Palembang yang berada pada usia produktif yaitu 15-44 tahun pada tahun 2009 berjumlah 27% lebih banyak dari jumlah penduduk laki-laki di usia sebesar 26% yang merupakan potensi pembangunan. Selain itu sebagai indikator untuk melakukan analisis adalah indikator pendidikan, kesehatan, Ekonomi dan ketenagakerjaan, Politik, dapat disimpulkan bahwa akses dan kontrol perempuan di kota Palembang sudah cukup baik dalam bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi dan ketenaga kerjaan. Namun di bidang Politik di dominasi laki-laki terutama dalam kepemimpinan dan pengambilan keputusan.
Kata kunci : Situasi Kondisi, Perempuan, Gender
Abstract: The study analyzed situation and condition of women in a gender perspective in Palembang city. This research is descriptive analysis using secondary data obtained from the documents of Palembang and analyzed descriptively with a gender perspective. The result of data processing is presented as information about the situation and condition of women. Based on the analysis of disaggregated data, to know of the aspects of population, women in Palembang city located in the productive age of 15-44 years in 2009 amounted to 27% more than the male population in age by 26% which is a development potential. In addition as an indicator for the analysis of education, health, economy and employment, politics, it can be concluded that the access and control women in Palembang city is good in education, health and economy and employment. But in the field of Politics in male dominance, especially in leadership and decision making.
Keywords: situation and condition, women, gender.
Simak
Baca secara fonetik
1. PENDAHULUAN
Salah satu dari lima sasaran pokok dalam rencana pembangunan jangka panjang menengah nasional (2004-2009) adalah mewujudkan indonesia yang adil dan demokratis dengan terjaminnya keadilan dan kesetaraan gender dalam berbagai bidang pembangunan yang tercermin dalam berbagai peraturan perundang-undangan, program pembangunan dan kebijakan publik. (Meneg PP, 2005) Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan yang mempunyai kapasitas fungsi dalam perumusan berbagai kebijakan responsif gender, telah menetapkan prioritas sasaran kepada peningkatan kualitas kehidupan dan peran perempuan serta kesejahteraan dan perlindungan anak (Bappenas,2004). Gender Adalah Sekumpulan nilai atau ketentuan yang membedakan identitas sosial laki-laki dan perempuan serta apa yang harus dilakukan oleh perempuan dan apa yang harus di lakukan oleh laki-laki dalam hal ekonomi, politik, sosial dan budaya baik dalam kehidupan keluarga, mastarakat dan bangsa (Faqih 1996). Nilai-nilai atau ketentuan gender di atas bisa berbeda-beda pada kelas atau kelompok sosial yang berbeda, misalnya ketentuan gender paa kelompok etnis tertentu akan berbeda dengan kelompok etnis lainnya. Ketentuan gender pada kelompok kaya akan berbeda dengan ketentuan gender pada kelompok miskin dan lainnya. Selain berbeda menurut kelompok kelas dan etnis, ketentuan gender juga bia berubah-ubah dari waktu ke waktu tergantung pada perubahan sosial yang terjadi di masyarakat dengan demikian gender bersifat realtif. Berbeda dengan pengertian jenis kelamin (sex) yang adalah merupakan kategori biologis perempuan dan laki-laki dan ini menyangkut sejumlah kromosom, pola genetik dan struktur genital yang unik masing-masing jenis. Jenis kelamin merupakan sesuatu yang di bawa sejak lahir, sering di katakan sebagai ketentuan dari Tuhan atau kodrat, sehingga hal ini tidak bisa di ubah atau dipertukarkan satu dengan yang lainnya (Ihromi 1997).
Tujuan dan prioritas agenda di atas masih sulit diwujudkan , terurtama tatkala adanya kenyataan yang menunjukkan masih banyak permasalahan yang dihadapi perempuan dan anak.
Perempuan adalah salah satu dari dua jenis kelamin manusia; satunya lagi adalah lelaki atau pria. Berbeda dari wanita, istilah “perempuan” dapat merujuk kepada orang yang telah dewasa maupun yang masih anak-anak. Perempuan adalah orang yang paling dekat dengan kaum pria. Perempuan adalah ibu. Perempuan adalah istri. Perempuan adalah sahabat. Namun , mereka kaum yang ikut berjuang untuk melahirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia hingga kini hidup dan kehidupannya masih saja tertinggal dari kaum laki-laki. Di bidang pendidikan, masih banyak perempuan yang tidak bersekolah atau drop-out dari sekolah. Secara umum permasalahan-permasalahan dalam lingkup gender dapat di cermati dari analisis yang dilakukan terhadap kondisi dan posisi perempuan yang relatif tertinggal dari laki-laki dalam berbagai aspek kehidupan. Secara nyata dapat dilihat, semakin tinggi jenjang pendidikan semakin berkurang peserta didik perempuan. Bidang kesehatan adalah bidang yang paling banyak mengedepankan masalah – masalah perempuan , permasalahan yang sering muncul adalah keterkaitan dengan tingginya angka kematian ibu melahirkan (menurut data terakhir Angka kematian Ibu (AKI) diIndonesia adalah tertinggi di ASEAN, 307 per 100.000 kelahiran hidup), rendahnya gizi ibu hamil dan menyusui, rendahnya kontrol perempuan dalam kesehatan reproduksi dan keluarga berencana; serta rendahnya partisipasi dan tanggung jawab laki-laki dalam kesehatan keluarga dan dalam ber-KB.( Longure, S. Clarke., 1991)
Dalam Bidang ekonomi, banyaknya pekerjaan yang di dominasi laki-laki, sebagai contoh di perusahaan – perusahaan yang berbasis ilmu teknik, lebih banyak yang membutuhkan tenaga kerja laki-laki, padahal banyak perempuan yang memiliki ilmu dan gelar yang sama dengan laki-laki yang dapat bekerja di bidang tersebut. Selain itu laki-laki lebih banyak mendapatkan kesempatan dibidang ekonomi produktif termasuk akses untuk mendapatkan modal usaha, pelatihan usaha, program perluasan kesempatan kerja dan informasi pasar yang dapat mendorong kemandirian dalam berwirausaha. Di bidang politik, kesempatan perempuan untuk berpolitik lebih sempit di banding kaum laki-laki. Sebagai contoh, dapat dicermati rendahnya persentase perempuan dalam pemerintahan, seprti sebagai wakil rakyat di DPR, sebagai hakim, Pejabat gubernur, bupati, camat, lurah dan pejabat struktural serta fungsional lainnya. Hal ini sebagai bukti semakin rendahnya partisipasi perempuan di bidang pengambilan keputusan. Sedangkan di bidang hukum masih terdapat undang-undang dan peraturan yang bias gender, sehingga perempuan belum memperoleh perlindungan terhadap hak-haknya secara penuh.
Permasalahan lain yang banyak muncul adalah kekerasan pada anak dan perempuan. Perlakuan kekerasan dalam rumah tangga yang sering di alami wanita adalah salah satu masalah yang banyak di temui saat ini. Kekerasan pada perempuan terjadi pada berbagai kalangan masyarakat dan latar belakang ekonomi serta tingkat pendidikan. Selain itu tak kalah serius adalah perdagangan perempuan yang sangat merendahkan martabat dan hak – hak perempuan. Perlindungan terhadap anak dan perempuan merupakan permasalahan yang perlu mendapat perhatian yang lebih serius di masa yang akan datang. Sebagai mana diketahui bahawa anak adalah aset yang sangat berharga baik bagi kehidupan keluarga maupun kelangsungan suatu bangsa di masa yang akan datang. Munculnya berbagai masalah tentang buruh/pekerja anak, anak-anak yang bermasalah dengan hukum, pelecehan seksual anak, anak jalanan, perdagangan anak, penculikan anak, anak putus sekolah, anak cacat, balita gizi buruk dan kematian bayi. Semua permasalahan anak tersebut memiliki kaitan dengan perempuan dengan perannya sebagai ibu. Selain itu semua persoalan persoalan diatas menjadi persoalan umum yang dihadapi hampir seluruh masyarakat, termasuk masyarakat di kota Palembang. Kota Palembang terkenal sebagai kota industri dan kota perdagangan. Posisi geografis Palembang yang terletak di tepian Sungai Musi dan tidak jauh dari Selat Bangka, sangat menguntungkan. Walaupun tidak berada di tepi laut, Kota Palembang mampu dijangkau oleh kapal-kapal dari luar negeri. Terutama dengan adanya Dermaga Tangga Buntung dan Dermaga Sei Lais. Dan juga ditambah lagi dengan adanya Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II. Selain itu Kota Palembang terkenal sebagai Kota tua, yang pernah menjadi pusat pendidikan agama Budha. Dan banyak terdapat peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang tersebar di seluruh kota dan sekitarnya, dan situs-situs ini masih belum terurus, seperti Benteng Kuto Besak yang bahkan menjadi polemik karena dijadikan tempat perniagaan.
Melalui perspektif gender dapat di lihat dan dipahami bahwa keberadaan masalah tersebut sangat erat kaitannya dengan hubungan yang tidak seimbang atau timpang atau tidak setaranya hubungan antara laki-laki dan perempuan. Hubungan yang timpang ini menimbulkan manivestasi dalam sikap dan prilaku individu yang bias gender dalam kehidupan sehari-hari. Namun yang lebih memprihatinkan ketika sikap dan prilaku tersebut telah menjadi bagian dari budaya masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang situasi dan kondisi perempuan dalam perspektif gender di kota Palembang. Dari penelitian ini diharapkan akan mampu memberikan informasi dan data yang akurat tentang kualitas hidup perempuan di Kota Palembang.
2. METODE PENELITIAN
2.1. Desain Penelitian
Berkaitan dengan upaya untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan tipe penelitian deskriptif analisis. Data – data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder yang diperoleh dari dokuimen-dokumen pada kota Palembang, seperti Kota Palembang dalam angka, Tingkat kesejahteraan Masyarakat Kota Palembang, Tingkat kesehatan masyarakat kota Palembang, dan data – data lain yang mendukung penelitian ini. Data-data skunder tersebut kemudian di olah dan dianalisis secara deskriptif dengan berbasis atau perspektif gender. Selain itu telaah pustaka juga di lakukan untuk memperkaya dan mempertajam analisis data yang di lakukan. Data yang telah diolah dan di analisis ini kemudian akan disajikan sebagai informasi tentang kondisi dan situasi perempuan di Kota Palembang.
2.2. Metode Pengumpulan Data
Adapun teknik yang digunakan untuk mendapatkan data yang akan di olah dalam penelitian ini adalah melalui pengumpulan data skunder yang akan di analisis secara mendalam untuk diuraikan secara deskriptif berdasarkan temuan-temuan dilapangan.
Data Sekunder yang akan di sajikan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang akan di sajikan dalam bentuk peta kependudukan, pendidikan, kesehatan, rumah tangga dan kegiatan ekonomi. Berdasarkan data yang disajikan tersebut akan di lakukan analisis secara deskriptif untuk mengetahui kualitas hidup perempuan di Kota palembang berdasarkan situasi dan kondisi yang telah diteliti
2.3. Sumber (jenis) data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis Data Sekunder. Data skunder Menurut pendapat Umar (2003:83), adalah data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan, baik oleh pengumpul data primer atau pihak lain . Data sekunder merupakan data yang secara tidak langsung berhubungan dengan responden yang diselidiki dan merupakan pendukung bagi penelitian yang dilakukan.
Dalam penelitian ini data sekunder yang digunakan adalah data data yang berupa statistik yang berhubungan dengan kependudukan, Pendidikan, Kesehatan, kegiatan ekonomi dan politik yang diperoleh dari Badan Pusat statistik Provinsi Sumatera Selatan. Selain itu sebagai pendukung dalam pendalaman Tinjauan Pustaka yang digunakan dalam penelitia ini, peneliti juga meggunakan literature dari buku –buku dan sumber – sumber internet yang berhubungan dengan penelitian.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Untuk memperoleh gambaran mengenai situasi dan kondisi perempuan di Kota Palembang, dapat disajikan dalam peta kependudukan, pendidikan, kesehatan, rumah tangga dan kegiatan ekonomi.
3.1.1 Kependudukan
Sumber daya yang paling utama dalam suatu wilayah adalah penduduk yang mendiami wilayah tersebut. Kualitas penduduk dapat memberikan dampak kepada pembangunan dan pengembangan wilayah tersebut Kualitas penduduk yang baik akan berpotensi dalam pembangunan dan pengembangan suatu wilayah namun sebaliknya jika kualitas penduduk yang mendiami suatu wilayah berkualitas buruk maka akan menghambat pembangunan di wilayah tersebut.
Pada tahun 2009 Jumlah penduduk Kota Palembang sebesar 1.438.938 jiwa Bila Distribusi Penduduk dilihat menurut golongan umur maka jumlah penduduk yang terbesar adalah golongan umur 15 – 44 tahun, yaitu laki- laki 367.759 atau 26 % dan perempuan 390.159 orang atau 27 % dari jumlah penduduk. Pada kelompok umur 0 – 4 tahun yang laki – laki 75.549 dan perempuan 72.935 orang, sedangkan kelompok umur 5 – 14 tahun yang laki- laki 123.9250 orang dan perempuan 121.4106 orang. Untuk kelompok umur 45 – 64 tahun jumlah laki- laki adalah 1159.827 orang dan perempuan 116.810 orang dari jumlah penduduk. Sedangkan untuk kelompok umur lebih dari 65 tahun jumlah laki- laki 22.770 orang dan perempuan 28.773 orang dari jumlah seluruh penduduk. Angka Sex Ratio adalah perbandingan antara jumlah penduduk lakilaki dan jumlah penduduk perempuan pada suatu daerah. Untuk Kota Palembang tahun 2009 angka sex ratio adalah 0,97 sama seperti tahun 2008. Komposisi jumlah penduduk di Kota Palembang pada tahun 2009 berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur di tunjukkan pada tabel di bawah ini.
Gambar 1. Grafik jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur
3.1.2. Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu faktor penting dalam pembangunan di suatu wilayah. Analisis terhadap kondisi dan situasi pendidikan sangatlah penting. Hal ini dilakukan untuk dapat melihat dan mencermati kelompok-kelompok yang kurang beruntung dalam mendapatkan pendidikan seperti kelompok – kelompok perempuan yang biasanya dalam mendapatkan pendidikan menjadi prioritas kedua di dalam keluarga. Kaum hawa (perempuan) adalah bagian dari potensi sumber daya manusia yang memiliki peranan penting dan sangat diharapkan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Peningkatan kualitas sumberdaya perempuan dalam pembangunan melalui pendidikan akan memiliki banyak manfaat dalam kemampuan bersaing perempuan – perempuan tersebut di pasar kerja sehingga dapat memberikan posisi yang semakin baik dalam pekerjaan dan mendapatkan upah yang semakin tinggi sehingga dengan peningkatan kuailtas pekerjaan yang ditekuni dan upah yang diperoleh perempuan akan dapat membantu meningkatkan pendapatan keluarga yang berarti dapat meningkatkan konsumsi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan keluarga seperti kebutuhan pokok, pendidikan, kesehatan dan sebaginya. Selain itu dengan peningkatan kualitas perempuan dalam pekerjaan dan upah yang mereka peroleh dapat juga membantu pedapatan daerah serta pendapatan negara.
Sebagai indikator umum dalam melihat kondisi tingkat pendidikan penduduk adalah dengan melihat rata-rata lama sekolah. Selain itu sebagai indikator lain adalah angka melek akasara dan angka buta aksara (tingkat keaksaraa) penduduk. Ketiga indikator tersebut adalah komponen yang dapat menggambarkan secara umum kondisi tingkat pendidikan yang dapat dicapai penduduk.
Berdasarkan data BPS tahun 2009 tingkat pendidikan penduduk laki- laki dan perempuan yang berumur 10 tahun keatas yang ada dikota palembang adalah Penduduk laki-laki yang tidak pernah bersekolah berjumlah 4.737 dan penduduk perempuan 14.639 , penduduk laki-laki yang tidak tamat SD berjumlah 93.855 sedangkan penduduk perempuan 114.956, penduduk laki-laki yang tamat SD/ MI berjumlah 106.771 dan penduduk perempuan berjumlah 118.411, penduduk laki-laki yang tamat SMP/MTs berjumlah 101.172 dan penduduk perempuan 109.349, penduduk laki-laki yang tamat SMA/MA berjumlah 205.358 dan perempuan 183.847, penduduk laki-laki yang memiliki pendidikan diploma atau akademi berjumlah 18.081 dan penduduk perempuan 28.842 dan penduduk perempuan yang memiliki pendidikan sarjana / universitas berjumlah 37.458 sedangkan penduduk perempuan 37.449. Komposisi tersebut dapat di lihat pada grafik berikut ini.
Gambar 2. Grafik perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan berdasarkan pendidikan
3.1.3. Kesehatan
Perempuan memiliki peranan yang sangat penting dalam mendukung kesehatan anak dan balita dan keluarga pada umumnya. Perempuan dalam keluaraga berfungsi sebagai penyedia kesehatan (health provider) bagi anggota keluarga, dan agen sosialisasi nilai-nilai hidup sehat. Kondisi kesehatan reproduksi yang baik pada Perempuan akan berdampak pada kualitas kehamilan dan kelahiran yang baik dan aman serta akan dapat melahirkan seorang bayi yang sehat (tidak cacat). Gambaran umum mengenai tingkat kesehatan penduduk Kota Palembang secara keseluruhan dapat di gunakan indikator-indikator yang berhubungan dengan kesehatan penduduk, antara lain; Umur harapan hidup ,angka kematian bayi, Penggunaaan alat kontrasepsi.
Salah satu indikator kesehatan yang menjadi ukuran derajat kesehatan penduduk adalah data angka kematian bayi. Berdasarkan data Bapenas pada tahun 2000 angka kematian bayi laki-laki di Kota Palembang sebesra 51 % per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi perempuan 40 % per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan pada tahun 2004 angka kematian bayi laki-laki di kota Palembang sebesar 45 % per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi perempuan 33 % per 1000 kelahiran hidup . Pada tahu 2005 berdasarkan Laporan Indikator Database 2005 UNFPA 6th Country Programme, angka kematian bayi sebesar 26,68 % untuk laki-laki dan 20,02% untuk wanita per 1.000 kelahiran hidup. Memperlihatkan persentase angka kematian bayi laki-laki lebih tinggi daripada bayi perempuan pada tahun 2005. Sedangkan data untuk tahun 2007 dan 2008 tidak tersedia, karena belum dilakukan survey.
Sedangkan untuk ukuran derajat kesehatan lainnya yaitu Umur Harapan Hidup (UHH). Umur Harapan Hidup (UHH) digunakan untuk mengukur kemajuan pembangunan kesehatan, fisik, mental, sosial dan ekonomi suatu bangsa, dan juga dapat digunakan untuk melihat tingkat kelangsungan hidup penduduk. Peningkatan umur harapan hidup (UHH) akan meningkatkan kemampuan hidup anak balita dan tumbuh menjadi remaja sehat yang di harapkan dapat memperoduksi generasi baru yang sehat. Pada tahun 1980 umur harapan hidup penduduk sumatera selatan untuk penduduk laki-laki sebesar 52 % dan untuk perempuan 55 %. Pada tahun 2004 umur harapan hidup penduduk Sumatera Selatan sebesar 65,5 % untuk penduduk laki-laki dan 69,5 % untuk perempuan Sedangkan menurut Laporan Indikator Database 2005 UNFPA 6th Country Programme, UHH Sumsel sebesar 65,48 tahun (pria) dan 69,52 tahun (wanita); sedangkan Kota Palembang memiliki UHH sebesar 69,85 tahun (pria) dan 73,47 tahun (wanita). (BPS Sum-Sel, 2010)
Dalam bidang kesehatan indiktor lain yang juga dapat dilihat adalah Angka kematian ibu. Pada tahun 2006 angka kematian ibu di kota Palembang berjumlah 15 orang dengan penyebabnya yaitu Eklamsia, HPP, Ca Pharing, Stroke, Gagal Ginjal, Placenta Acreta, Emboli Air Ketuban, Post SC, Kelainan Jantung dan Lain-lain. (sumber data Subdin Kesehatan Keluarga, 2006). Pada tahun 2007 angka kematian ibu di Kota Palembang berjumlah Jumlah kematian ibu tahun 2007 di Kota palembang sebanyak 11 orang dengan penyebabnya yaitu Eklamsia, HPP, Ca Pharing, Stroke, Gagal Ginjal, Placenta Acreta, Emboli Air Ketuban, Post SC, Kelainan Jantung dan Lain-lain. (sumber data Subdin Kesehatan Keluarga, 2007). Sedangkan pada tahun 2008 Jumlah kematian ibu di Kota palembang sebanyak 15 orang dengan penyebabnya yaitu Eklamsia, HPP, Ca Pharing, Stroke, Gagal Ginjal, Placenta Acreta, Emboli Air Ketuban, Post SC, Kelainan Jantung dan Lain-lain. (sumber data Bidang Pelayanan Kesehatan Kota Palembang, 2008). Sedangkan pada tahun 2009 angka kematian ibu berjumlah 6 orang dengan penyebab yang tidak berbeda dari penyebab kematian ibu pada tahun-tahun sebelumnya. (sumber data Bidang pelayanan kesehatan kota palembang 2009). Pada tahun 2009 pengguna KB laki-laki yang menggunakan MOP berjumlah 4,06 % dan yang menggunakan kondom berjumlah 1,17 %. Sedangkan peserta KB perempuan yang menggunakan IUD berjumlah 4,06%, Implant berjumlah 4,60%, KB Suntik Berjumlah 47,09 % dan pil 40,89 %.(Dinkes Sumsel, 2009)
3.1.4. Kegiatan Ekonomi
Masalah ketenagakerjaan merupakan aspek yang mendasar dalam kehidupan umat manusia karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Masalah ketenagakerjaan tak hanya berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, namun juga berkitan erat dengan tingkat kesejahteraan suatu masyarakat. Dalam hal ketenagakerjaan, menurut perundang-undangan tidak ada lagi diskriminasi antara perempuan dan laki-laki untuk bekerja.
Berdasarkan data yang diperoleh secara umum di provinsi sumatera selatan komposisi tenaga kerja laki-laki tahun 2003 dan 2004 mengalami peningkatan sebesar 8,23 %, sedangkan untuk tenaga kerja perempuan tahun 2003 dan 2004 mengalami peningkatan sebesar 3,37 %. Sedangkan untuk Angkatan kerja komposisi angkatan kerja laki-laki tahun 2003 dan 2004 mengalami pertumbuhan sebesar 9,42 % dan angkatan kerja perempuan pada tahun yang sama mengalami peningkatan sebesar 3,87 %. Sedangkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) penduduk Kota Palembang pada Tahun 2004 berdasarkan Jenis kelamin dapat di kelompokkan penduduk laki-laki sebesar 80,38 % dan penduduk Perempuan sebesar 39,37 %.
Gambar 3. Grafik Perbandingan Tenaga Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan lapangan pekerjaan komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dibedakan sebagai berikut : pada sektor primer yaitu pada bidang pertambangan dan pertanian pada tahun 2003 Jumlah tenaga kerja di bidang pertanian berjumlah 63,22% untuk tenaga kerja laki-laki dan 70,72 % untuk tenaga kerja perempuan. Sedangkan pada tahu 2004 di bidang pertanian tenaga kerja laki-laki sebesar 63,90 % dan tenaga kerja perempuan sebesar 69,16 %. Sedangkan di Bidang pertambangan jumlah tenaga kerja laki-laki berjumlah 1,21 % dan tenaga kerja perempuan berjumlah 0,07 % pada tahun 2003 dan pada gtahun 2004 di bidang pertambangan tenaga kerja laki-laki sebesar 1,23 % dan tenaga kerja perempuan sebesar 0,16 %.
Di sektor Sekunder, jumlah penduduk yang bekerja di bidang industri pada tahun 2003, untuk tenaga kerja laki-laki sebesar 4,85 % dan tenaga kerja perempuan sebesar 4,18 %. Sedangkan pada tahun 2004 tenaga kerja laki-laki di bidang industri sebeasr 4,01 % dan jumlah tenaga kerja perempuan sebesar 6,18 %. Di Bidang Listrik, gas , air jumlah tenaga kerja laki-laki sebesar 0,15 % dan 0% untuk Tenaga kerja perempuan pada tahun 2003 dan pada tahun 2004 jumlah tenaga kerja laki-laki dibidang Listrik, Gas dan air adalah sebesar 0,24 % dan tenaga kerja perempuan sebesar 0,08 %. Di bidang bangunan jumlah tenaga kerja laki-laki di kota Palembang pada tahun 2003 adalah sebesar 6,42 % dan tenaga kerja perempuan berjumlah 0,14 %. Sedangkan di tahun 2004 jumlah tenaga kerja laki-laki di bidang bangunan berjumlah 5,18 % dan tenaga kerja perempuan sebesar 0,08 %.
Pada Sektor tersier, untuk bidang perdagangan pada tahun 2003 jumlah tenaga kerja laki-laki sebesar 10, 6% dan tenaga kerja perempuan sebesar 15,69 % dan pada tahun 2004 pada bidang pekerjaan yang sama jumlah tenaga kerja laki-laki adalah 10,85 % dan tenaga kerja perempuan sebesar 19,92 %. Pada bidang angkutan / komunikasi jumlah tenaga kerja laki-laki sebesar 6, 42 % dan tenaga kerja perempuan 0,14 % pada tahu 2003. Sedangkan pada tahun 2004 jumlah tenaga kerja laki-laki di bidang yang sama sebesar 7,26 % dan tenaga kerja perempuan sebesar 0,33 %. Pada bidang keuangan jumlah tenaga kerja pada tahun 2003 sebesar 0,63% dan tenaga kerja perempuan hanya 0,1% sedangkan pada tahun 2004 jumlah tenaga kerja laki-laki di bidang keuangan adalah sebesar 0,57 % dan perempuan 0,49% . Sedangkan untuk pekerjaan berjenis jasa jumlah tenaga kerja laki-laki pada tahun 2003 sebesar 6,5 % sedangkan perempuan sebesar 8, 62%. Pada tahun 2004 jumlah tenaga kerja laki-laki yang memberikan layanan jasa sebesar 6,76 % dan tenaga kerja perempuan di bidang jasa ini sebesar 6,70%.
3.1.5. Bidang Politik
Keterlibatan perempuan dalam bidang politik dalam kenyataannya belum begitu dominan. Kesenjangan gender di kehidupan publik dan politik merupakan sebuah tantangan global yang terus dihadapi oleh masyarakat dunia pada abad ke 21. Meskipun telah ada berbagai konvensi, kovenan dan komitmen internasional, namun secara rata-rata jumlah perempuan di dalam parlemen di dunia ini hanya 18,4 persen. (UNIFEM 2008/2009). Dari 190 negara, hanya tujuh negara dimana perempuan menjadi presiden atau perdana menteri. Hadirnya perempuan sebagai bagian dari kabinet yang ada di dunia ini atau walikota, jumlahnya tak mencapai 7 dan 8 persen. (UNDP, 2010).
Perempuan Indonesia tertinggal di dalam kehidupan publik. Kesenjangan gender yang senantiasamuncul dalam indikator sektor sosial menjadi sebuah tantangan berskala nasional. Indonesia berada di nomor 80 dari 156 negara yang ada di dalam Indeks Pembangunan Gender atau Gender Development Index (GDI) pada tahun 2007. Pada tahun 2009, angka ini merosot ke urutan 90, artinya perempuan di Indonesia masih belum menikmati hak dan standar yang sama dengan para laki-laki. Di Palembang sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Selatan Keterwakilan perempuan di DPR pada tahun 2009 berjumlah 1 orang saja atau 6,25 % di banding jumlah laki-laki yang duduk di DPR berjumlah 15 Orang. Sedangkan di tingkat DPD tahun 2009 anggota perempuan berjumlah 2 orang atau 50 % yang artinya sama dengan jumlah anggota laki-laki yang berjumlah 2 orang atau 50 %. Sedangkan keterwakilan perempuan di DPRD tingkat Provinsi Sumatera Selatan berjumlah 8 orang atau 10,67 % sedangkan laki-laki berjumlah 67 orang atau 89,33%. Pada tingkat kabupaten dan Kota terpilih pada tahun 2009 keterwakilan perempuan yang duduk sebagai anggota berjumlah 10 orang atau 20 % dari jumlah laki-laki sebesar 40 orang atau 80 %. Di Komisi Pemilihan Umum anggota perempuan berjumlah 2 orang atau 40 % dan anggota laki-laki berjumlah 3 orang atau 60 %. Sedangkan di tingkat provinsi sumatera selatan tidak ada anggota perempuan yang bekerja di kantor kejaksaan agung atau 0 % sedangkan laki-laki berjumlah 9 Orang. (Arivia, 1999)
3.2.PEMBAHASAN
3.2.1. Analisis Situasi dan Kondisi Perempuan Di Kota Palembang
Berdasarkan data statistik mengenai situasi dan kondisi perempuan di Kota Palembang , maka dapat di ketahu tingkat aksess, kontrol dan partisipasi perempuan dalam berbagai bidang. Akses, Kontrol dan partisipasi tersebut merupakn indikator pemberdayaan perempuan khususnya di Kota Palembang. Indikator tersebut dapat dirinci dalam bidang kependudukan, Pendidikan, Kesehatan, ekonomi-ketenagakerjaan dan politik.
Dari aspek kependudukan, jumlah penduduk perempuan di Kota Palembang yang merupakan penduduk Produktif dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 berada pada interval 27 % sampai dengan 35 %. Komposisi tersebut tidak jauh berbeda dengan penduduk laki-laki yang merupakan penduduk produktif dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 yang berada pada interval 25 % sampai dengan 34 %. Hal ini menjadi dasar bahwa penduduk perempuan yang produktif di kota Palembang merupakan aset yang sangat berharga untuk ikut serta dalam pembangunan dalam usaha memajukan daerah. Upaya pengembangan potensi penduduk perempuan haruslah didasarkan pada pengetahuan tentang kondisi mereka, termasuk analisis tentang keahlian dan kemampuan dalam pembangunan di bandingkan dengan laki-laki.
Di Bidang pendidikan, kuantitas dan kualitas perempuan di kota Palembang sudah sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan tingkat pendidikan penduduk laki-laki dan perempuan yang ada di kota Palembang tahu 2009. Berdasarkan data tersebut yang memberi fakta bahwa jumlah penduduk perempuan yang menempuh pendidikan diploma dan Tingkat Universitas lebih banya dari penduduk laki-laki. Fakta ini dapat membuktikan bahwa tingkat pendidikan penduduk perempuan di Kota Palembang sudah sangat baik. Akses dan kontrol perempuan dalam pendidikan sudah dapat dilihat berdasarkan data jumlah penduduk yang mendapatkan pendidikan yang tersaji sebelumnya. Selain itu Kualitas penduduk perempuan berdasarkan pendidikan dapat juga dilihat melalui indikator melek huruf bagi penduduk perempuan. 97,59 % penduduk perempuan dari total jumlah penduduk perempuan berusia 10 tahun ketas sudah melek huruf. Hal ini berarti perbandingan kualitas pendidikan penduduk perempuan yang melek huruf tidak terlalu berbeda secara signifikan dengan penduduk laki-laki yang melek huruf yaitu 99,09 % dari jumlah penduduk laki-laki yang berusia 10 tahun keatas. Kesamaan hak dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan untuk menempuh pendidikan baik formal maupun informal tidak ada perbedaan. Peluang ini adalah jalan terbuka bagi perempuan untuk dapat maju sehingga tidak tertinggal dengan laki-laki. Di samping itu, berdasarkan fakta yang ada bahwa jumlah perempuan yang memiliki jenjang pendidikan diploma dan Universitas lebih banyak dari laki-laki dapat disimpulkan bahwa partisipasi perempuan dalam pendidikan di Kota Palembang memperlihatkan gejala yang semakin baik. Tidak ada lagi kesenjangan yang begitu significant dalam memperoleh pendidikan antara laki-laki dan perempuan di Kota Palembang. Permasalah penddidikan seperti rendahnya kontrol perempuan dalam bidang pendidikan, saat ini sudah tidak ada lagi. Saat ini kesetaraan gender dalam pendidikan sudah berjalan dengan baik sehingga semua penduduk perempuan memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan dengan Penduduk Laki-laki.
Dalam bidang kesehatan, Kualitas perempuan juga menuntut untuk ditingkatkan Indikator yang digunakan Angka kematian bayi, angka kematian ibu, Umur Harapan Hidup dan penggunaan alat Kontrasepsi.Hal ini dapat di cemati dari fakta bahwa dari 1000 kelahiran hidup, terdapat 26,68 % bayi laki-laki yang meninggal dan 20,02% bayi Perempuan. Data ini dapat menjelaskan bahwa kematian bayi yang terjadi baik bayi laki-laki maupun perempuan dapat menjadi indikator bahwa ancaman bagi nyawa ibu dalam persalinan sangatlah besar. Selain itu dapat pula di lihat dari Angka kematian ibu yang dari tahun ketahun mengalami turun naik. Pada tahun 2006 angka kematian Ibu berjumlah 15 orang per 1000 kelahiran. Pada tahun 2007 angka kematian bayi mengalami penurunan dengan jumlah kematian 11 orang per 1000 kelahiran. Tahun 2008 Angka kematian bayi adalah 15 orang per 1000 kelahiran dan pada tahun 2009 angka kematian ibu mengalami penurunan menjadi 6 orang per 1000 kelahiran. Berdasarkan data tersebut dapat dianalisi bahwa ibu meninggal dalam 4 tahun terakhir mengalami turun naik. Pada tahun 2009 angka kematian ibu hanya berjumlah 6 orang saja dari 1000 kelahiran. Hal ini membuktikan bahwa kematian perempuan dalam hal ini kematian ibu semakin menurun sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kesehatan perempuan di Kota Palembang sudah semakin baik. Indikator lain adalah alat kontrasepsi yang digunakan. Penggunaan alat Kontrasepsi yang terbanyak adalah penggunaan KB suntik dan Pil. Alat kontrasepsi tersebut adalah alat kontrasepsi yang digunakan perempuan. Sedangkan penggunaan alat kontrasepsi bagi laki-laki berupa kondom dan MOP / vasektomi masih sangat sedikit sekali dari data yang ada mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 dapat di lihat bahwa penggunaan alat kontrasepsi laki-laki hanya mencapai 5 % saja. Sedangkan sisanya yang menggunakan alat kontrasepsi KB adalah perempuan. Kesenjangan ini terjadi karena masih adanya pandangan di masyarakat bahwa masalah keluarga khususnya mengenai anak adalah tugas seorang permpuan. Sehingga masalah menggunakan kontrasepsi KB merupakan tanggung jawab seorang perempuan untuk melakukannya.
Di bidang Ekonomi dan Ketenagakerjaan, kualitas dan keahlian perempuan masih perlu dt tingkatkan. Berdasarkan Tingkat Partisiasi angkatan Kerja (TPAK) di kota palembang, penduduk laki-laki memiliki tingkat partisipasi lebih tinggi di banding penduduk perempuan. Hal ini mungkin terjadi karena peluang kerja yang ada hanya memprioritskan penduduk perempuan. Sehingga walaupun pendidikan yang dibutuhkan oleh suatu lapangan pekerjaan juga dimiliki oleh perempuan, namun peluang yang diberikan hanya untuk laki-laki saja. Hal ini mempengaruhi akses perempuan untuk masuk kedalam pekerjaan tertentu. Di sektor primer, tenaga kerja perempuan lebih terserap di bidang pertanian hampir 80 %. Sedangkan di bidang pertambangan sebagai salah satu sektor primer tenaga kerja perempuan hanya terserap kurang dari 1 %.
Penyerapan tenaga kerja laki-laki di sektor sekunder lebih banyak di banding tenaga kerja perempuan. Hal ini membuktikan akses perempuan di sektor sekunder sangat kecil sekali. Lapangan pekerjaan bagi perempuan sangat terbatas. Bidang-bidang pekerjaan tertentu yang biasa di lakukan oleh laki-laki dianggap perempuan tidak dapat mengerjakannya. Pada dasarnya anggapan ini timbul karena perempuan dianggap tidak bisa melakukan hal-hal tertentu dalam bidang pekerjaan tersebut.
Disektor tersier komposisi tenaga kerja laki-laki dan perempuan dapat di katakan seimbang. Bidang-bidang pekerjaan di sektor tersier terbagi seimbang bagi tenaga kerja laki-laki dan tenaga kerja perempuan. Berdasarkan hal tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa secara umum penyerapan tenaga kerja baik laki-laki maupun perempuan di Kota Palembang sangat baik. Laki-laki dan perempuan yang terserap lapangan kerja secara umum telah terpilah-pilah sendiri sehingga penyerapan tenaga kerja di Kota Palembang khususnya tena kerja perempuan memiliki porsi yang sama dengan tenaga kerja laki-laki. Kesenjangan dalam bidang ekonomi dan ketenaga kerjaan serta akses dan kontrol perempuan di Kota Palembang merupakan permasalah yang secara umum sudah dapat di atasi di Kota Palembang. Data tingkat pendidikan dan tenaga kerja yang tersaji sudah dapat digambarkan bahwa perempuan di Kota Palembang memiliki potensi dan akses yang besar dalam bidang-bidang pembangunan di Kota Palembang.
Di Bidang politik, Keikut sertaan perempuan sebagai anggota dewan baik di tingkat Privinsi maupu kabupaten/kota Di Sumatera Selatan Umumnya dan Kota Palembang Khususnya masih di dominasi oleh laki-laki. Walaupun Keikutsertaan perempuan dalam politik ini sudah terlihat cukup baik dengan adanya perempuan yang duduk di keanggotaan legislatif. Namun tak dapat dipungkiri bahwa dalam kegiatan politik laki-laki masih mendominasi. Hal ini terjadi karena dalam daerah yang mayorits penduduknya beragama islam, berpedoman bahwa yang menjadi seorang pemimpin adalah laki-laki. Anggota dewan di legislatif adalah orang-orang yang memimpin sehingga kaum laki-laki masih sangat di percaya untuk menduduki jabatan-jabatan di legislatif tersebut. Selain itu sediktinya perempuan yang berada di sektor politik juga dapat di sebabkan oleh tugas seorang perempuan sebagai Istri dan Ibu dalam keluarga. Sehingga membatasi akses mereka dalam bidang politik. Dalam politik, walupun perempuan ikut serta di dalamnya, namun kedudukan perempuan bukan sebagai pengambil keputusan. Budaya, dan interprestasi agama telah terkontribusi terhadap munculnya anggapan perempuan tidak pantas berpolitik, memimpin dan mengambil keputusan. Anggapan membuat peran serta perempuan dalam politik menjadi terhambat. Karena jumlah perempuan yang terlibat dalam posisi dan peran sebagai pengambil keputusan masih sedikit sehingga banyak keputusan yang di ambil belum memihak kepada perempuan. Hal ini juga akibat dari partisipasi perempuan sebagian besar masih dalam tahap partisipasi pasif dan bahkan cenderung menjadi objek politik.
4. SIMPULAN
Dari uraian dan analisis penelitian di atas, dapat disimpulkan di Kota Palembang saat ini perempuan dalam konteks pembangunan sudah dalam kondisi yang cukup baik. Dalam beberapa bidang antara lain pendidikan perempuan di Kota Palembang sudah mendapatkan pendidikan yang tinggi. Bahkan pada tahun 2009 perempuan yang mendapatkan pendidikan sampai tingkat diploma ataupun perguruan tinggi sudah lebih banyak dari pada laki-laki. Namun untuk beberapa bidang lain, Kontrol dan akses perempuan dalam pembangunan masih rendah. Dalam bidang kesehatan misalnya, kesenjangan dalam penggunaan alat kontrasepsi antara laki-laki dan perempuan masih sangat besar. Begitu juga dengan bidang ekonomi, kegiatan ekonomi terutama ketenaga kerjaan di beberapa sector masih di dominasi laki-laki. Walaupun secara umum sudah banyak perempuan yang bekerja di bidang –bidang tertentu, namun ada beberapa sector pekerjaan yang lebih banyak di dominasi laki-laki. Berdasarkan data tersebut di atas, komposisi laki-laki dan perempuan yang bekerja di kota Palembang sudah cukup baik. Hanya pada bidang pertambangan dan bangunan tenaga kerja masih didominasi laki-laki.
Di bidang Politik Akses dan Kontrol perempuan di kota palembang belum begitu signifikan. Hampir semua level di lembaga legislative laki-laki masih menjadi pemimpin. Walapun sudah ada perempuan yang duduk di lembaga –lembaga legislatif tersebut, namun fungsi mereka bukan sebagai pimpinan atau pengambil keputusan dalam lembaga tersebut. Jumlah perempuan yang duduk di legislatif juga tidak sebanyak jumlah laki-laki yang duduk di lembaga tersebut. Secara umum akses dan kontrol perempuan di Kota Palembang dapat disimpulkan sudah cukup baik dalam beberapa bidang. Tingkat pendidikan dan penduduk perempuan yang bekerja dapatt dijadikan bukti bahwa perempuan di kota Palembang sudah mampu untuk masuk kedalam bidang-bidang pembangunan untuk ikut serta dalam melaksanakan pembangunan daerahnya.
DAFTAR RUJUKAN
Arivia, Gadis, 1999, ” Perempuan di Parlemen: Bukan Sekedar Jumlah, Bukan Sekedar Hiasan” dalam Aspirasi Perempuan Anggota Parlemen Terhadap Pemberdayaan Politik Perempuan, Yayasan Jurnal Perempuan dan International Institute for Democracy and Electoral Assistnce.
Bappenas, UNDP dan BPS. 2004. “Indonesia Human Development Report 2004“.
BPS Provinsi Sumatera Selatan (BPS SUMSEL), tahun 2010.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, Profil Kesehatan SUMSEL tahun 2009.
Departemen kesehatan Sumatera Selatan, Bidang Pelayanan Kesehatan Kota Palembang, 2008.
Faqih, M., 1996., Menggeser konsep gender dan transformasi sosial, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Ihromi, T., 1997, Wanita dan Perubahan Kebudayaan Isu-isu wanita dalam pengkajian antropologi Budaya (makalah dalam widyakarya Nasional antropologi dan pembangunan), Jakarta.
Longure, S. Clarke., 1991., UNICEF Policies on Gender and Development For Programme Goals & Strategies.
Meneg PP, 2005, Rencana Stretegi Kementerian Pemberdayaan Perempuan 2005-2009.
Umar, Husein.,2003. Metode Riset Bisnis. Gramedia. Jakarta.
UNDP Indonesia , 2010. Women’s Participation in Politics and Government.
Leave a reply