selamat datang
RSS icon Email icon
  • JURNAL LPPM

    Posted on September 28th, 2011 vivi sahfitri No comments

    Pemanfaatan E-Learning  Dalam Meningkatkan Kemampuan Belajar Mandiri Menggunakan Metode  SDLRS (Self-Directed Learning Readiness Scale)

    Vivi Sahfitri

    Universitas Bina Darma

    Jln. Ahmad Yani No.12, Plaju, Palembang

    email: vsahvitri@yahoo.com

    Abstrak : Konsep belajar mandiri merupakan konsep yang berkembang pada bidang pendidikan orang dewasa, baik pendidikan informal maupun formal. Konsep belajar mandiri seringkali dianggap identik dengan konsep belajar jarak jauh. Pembelajaran elektronik atau lebih Dikenal dengan nama Electronic Learning (e-learning) di bangun dan diimplementasikan dengan konsep yang  sama dengan konsep belajar mandiri tersebut. Penelitian ini mengkombinasikan konsep belajar mandiri dengan pemanfaatan e-learning yang akan di analisis dengan menggunakan metode SDLRS (Self-Directed Learning Readiness Scale). Instrumen dalam SDLRS akan digunakan sebagai  alat diagnostik untuk mengetahui tingkat kesiapan belajar mandiri mahasiswa yang nantinya akan di hubungkan dengan penggunaan e-learning sebagai media pembelajaran. Dari uji F yang dilakukan diperoleh nilai 619,839 yang artinya lebih besar dari f tabel. Uji t yang dilakukan juga menghasilkan angka lebih besar dari   t  tabel  sebesar 2,02. Berdasarkan kedua uji  yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa secara serentak maupun sendiri-sendiri terdapat hubungan anatar variabel SDLRS dengan variabel belajar mandiri.

    Kata Kunci : Self Directed Learning Readiness Scale (SDLRS), Belajar Mandiri, E-Learning

    Abstract : The concept of independent learning is an evolving in the field of adult education, both informal and formal education. The concept of independent learning is considered synonymous with the concept of distance learning. Electronic learning or better known as the e-learning is built with the same concept with the concept of independent learning. This study combines the concept of independent learning with the use of e-learning in the analysis using method SDLRS. Instruments in SDLRS will be used as a diagnostic tool to determine the readiness level of independent learning in students that will be connected with the use of e-learning. Value  F test is 619.839, which means the value obtained is greater than f table. T test  result in greater numbers than t table for 2.02. Based on the two tests can be concluded  there is a relationship between SDLRS variable and independent learning variable..

    Keywords: Self  Directed Learning Readiness Scale (SDLRS), Self-Study, E-Learning


    1. PENDAHULUAN

    Konsep belajar mandiri merupakan konsep yang berkembang pada bidang pendidikan orang dewasa, baik pendidikan informal maupun formal. Selain di bidang pendidikan orang dewasa  atau pada tingkat pendidikan tinggi.  Konsep belajar mandiri seringkali dianggap identik dengan konsep belajar jarak jauh. Pembelajaran elektronik atau lebih Dikenal dengan nama Electronic Learning (e-learning) di bangun dan diimplementasikan dengan konsep yang  sama dengan konsep belajar mandiri tersebut. Menurut Wahono (2008: 2)  e-learning memiliki  definisi yang lebih luas, yaitu “e-learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media internet, jaringan komputer, maupun komputer standalone.

    Dengan menerapkan penggunaan e-learning dalam pembelajaran di tingkat pendidikan tinggi akan lebih memberikan kontribusi yang baik untuk membangun kemampuan belajar mandiri bagi peserta didik.  Selain itu, dalam beberapa literature para ahli di bidang pendidikan mengemukakan bahwa Konsep belajar mandiri pada peserta didik akan dapat mengembangkan kemampuan dan keahlian mereka sehingga mereka akan cenderung sukses di dunia kerja karena membawa kebiasaan belajar mandiri tersebut dalam dunia kera terutama dalam pekerjaanya. (Paul, 1990; Candy, 1991).

    Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual,keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan ,ahklak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. (http://id.wikipedia.org/wiki/pendidikan). Dari pengertian tersebut kita dapat mengetahui betapa penting pendidikan itu bagi diri sendiri maupun orang lain. Dari waktu ke waktu timbulah upaya – upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

    Penggunaan internet untuk menunjang kualitas penndidikan sudah banyak digunakan terutama di negeri lain atau di luar negeri. Pengembangan internet untuk pendidikan sudah sampai pada tingkat advance dimana pengaplikasian internet sudah mencakup semua aspek dasar dan aspek pelengkap dalam pendidikan. Internet menjadi semacam pendukung dan tolak ukur kemajuan teknologi pendidikan yang mereka kembangkan. Berbagai bukti menunjukkan bahwa negara yang mampu mengembangkan dan mengaplikasikan internet semaksimal  mungkin bagi dunia pendidikannya maka kualitas pendidikan negara tersebut akan semakin meningkat sejalan dengan semakin majunya pengaplikasian dan pandangan terhadap internet tersebut.  Salah satu aplikasi yang harus menggunakan teknologi jaringan terutama internet ini adalah penggunaan e-learning dalam proses belajar mengajar khususnya pada tingkat pendidikan tinggi.  Penggunaan e-learning dapat memfasilitasi interaksi antara dosen dan mahasiswa. Weller (2002) menyatakan bahwa interaksi antara dosen dan mahasiswa dalam pembelajaran online memungkinkan dosen untuk menyesuaikan materi pelajaran dan memberikan dorongan kepada mahasiswa selama pembelajaran berlangsung. Hal ini dapat dilakukan karena dalam pembelajaran online dosen dapat menerapkan pendekatan konstruktivistik, belajar berdasarkan aneka sumber, belajar kolaborasi, belajar bedasarkan masalah, belajar berdasarkan kasus, dan belajar secara kontekstual.

    Konsep Belajar mandiri dan pemanfaatan e-learning adalah  dua hal yang memiliki beberpa kesamaan. Seperti yang diuraikan sebelumnya bahwa belajar mandiri adalah belajar mandiri adalah suatu proses dimana seseorang mengambil inisiatif, baik dengan atau tanpa bantuan orang lain, dalam melakukan diagnosa kebutuhan-kebutuhan belajar mereka, merumuskan tujuan-tujuan belajar, mengidentifikasi sumber-sumber belajar, memilih dan melaksanakan strategi belajar yang sesuai, dan mengevaluasi hasil belajar mereka sendiri. Sedangkan e-learning adalah pembelajaran elektronik yang dapat di lakukan dalam jarak jauh dengan berbagai fasilitas yang dapat digunakan untuk melakukan proses belajar mandiri. Dengan menggunakan e-leraning interaksi antara dosen dan mahasiswa  masih tetap dapat dilakukan secara rutin walaupun tanpa tatap muka dikelas.

    Instrumen penelitian Self-Directed Learning Readiness Scale (SDLRS) dikembangkan oleh Guglielmino pada tahun 1978 melalui disertasinya yang berjudul “Development of the self-directed learning readiness scale“. (Guglielmino,1978) Instrumen SDLRS dikembangkan melalui tiga-putaran survei Delphi yang terdiri dari 14 orang yang dianggap ahli di bidang belajar mandiri. Para ahli tersebut adalah Herbert A. Alf, B. Frank Brown, Edward G. Buffie, Arthur W. Chickering, Patricia M. Coolican, Gerald T. Gleason, Winslow R. Hatch, Cyril O. Houle, Malcolm S. Knowles, Wilbert J. McKeachie, Barry R. Morstain, Mary M. Thompson, Allen M. Tough dan Morris Weitman (Candy, 1991). Instrumen tersebut kemudian diuji coba. Dari hasil uji coba dilakukan analisis variabel dan pada akhirnya diperoleh delapan variable , yaitu: openness to learning opportunities, self-concept as an effective learner, initiative and independence in learning, informed acceptance of responsibility for one’s own learning, love of learning, creativity, future orientation, and ability to use basic study and problem -solving skills. Sampai saat ini SDLRS tetap diminati untuk digunakan sebagai instrumen penelitian oleh para peneliti yang berminat pada penelitian belajar mandiri.

    Konsep belajar mandiri merupakan konsep yang berkembang pada bidang pendidikan orang dewasa, baik pendidikan informal maupun formal. Selain di bidang pendidikan orang dewasa, konsep “belajar mandiri” atau self-directed learning berkembang pesat pada bidang pendidikan jarak jauh. (Paul, 1990; Candy, 1991). Untuk menerapkan belajar mandiri secara maksimal, diperlukan kemampuan dalam mengimplementasikannya.  Kemampuan atau ability adalah atribut-atribut yang mempengaruhi kinerja seseorang. Dalam konteks mahasiswa kemampuan atau ability mahasiswa dalam proses pembelajaran adalah  sejauh mana mahasiswa tersebut dapat mengerti dan  memahami materi ajar yang disampaikan oleh dosen.  Banyak hal yang dapat di jadikan tolak ukur dalam melihat kemampuan mahasiswa dalam memahami materi ajar.Faktor kemampuan mahasiswa dalam memahami materi ajar di bagi menjadi 3 aspek pokok  yang di kemukakan oleh  Blooms yaitu kemampuan pemahaman  kognitif yaitu  menekankan pada aspek intelektual dan memiliki jenjang dari yang rendah sampai yang tinggi. Pemahaman secara kognitif ini meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Aspek kemampuan pemahaman yang kedua adalah afektif yaitu sikap, perasaan emosi dan karakteristik moral yang diperlukan untuk kehidupan di masyarakat. Pemahaman secara afektif ini meliputi  (1) Penerimaan / Receiving (2) Sambutan / Response (3) Menilai / valuing (4) Organisasi  (5) Karakterisasi dengan suatu kompleks nilai. Dimensi ketiga dari aspek pemahaman ini adalah pemahaman secara psikomotorik yaitu  pemahaman yang menekankan pada gerakan-gerakan jasmaniah dan kontrol fisik. Kecakapan-kecakapan fisik ini dapat berupa pola-pola gerakan  atau keterampilan fisik, baik keterampilan fisik halus maupun kasar.( Cepi Riyana, 2007)

    2. METODE PENELITIAN

    Penelitian akan di bagi menjadi 2 bagian. Yang pertama adalah pemanfaatan e-learning  untuk melihat kemampuan belajar mandiri mahasiswa. Eksperiment yang dilakukan untuk mengetahui hal tersebut adalah dengan memberikan tugas individu kepada mahasiswa melalui e-learning pada pokook bahasan atau materi yang belum di ajarkan. Sehingga dapat diketahui sejauh mana kemampuan belajar mandiri mereka untuk mencari materi tersebut agar dapat memenuhi tugas yang di minta.

    Yang kedua adalah melihat atau mengetahui variabel-variabel dominan yang mempengaruhi belajar mandiri mahasiswa melalui metode SDLRS (Self-Directed Learning Readiness Scale). Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengetahui hal tersebut adalah dalam bentuk Kuisioner atau angket penelitian dengan menggunakan skala Likert. Pada skala Likert yang didesain untuk mengetahui tingkat dimana individu melihat dirinya sendiri memiliki kemampuan dan sikap yang diasosiasikan dengan belajar mandiri.

    Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa dan mahasiswi Teknik Komputer pada semester dua. Untuk sampel mahasiswa akan ditentukan dengan teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Sedangkan untuk melihat pemnfaatan e-learning terhadap kemampuan belajar mandiri, akan di lakukan eksperiment pada kelas tertentu untuk diberi perlakuan khusus dalam penggunaan e-learning. Menurut Pendapat Champion dan AA.K. Baila menyatakan bahwa sampel cukup valid untuk di analisis secara statistic sedikitnya diperlukan  30 sampai 100 responden (Manase malo, 1985). Maka berdasarkan pendapat ini, sampel yang di ambil dalam penelitian ini adalah berjumlah  40 mahasiswa .

    Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara (metode) kuisioner yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel dalam  penelitian. Kuisioner adalah suatu daftar yang berisi  sejumlah pertanyaan yang diberikan kepada subyek penelitian dengan maksud agar dari jawaban yang diberikan subyek, maka kondisi subyek yang akan diteliti dapat terungkap. Metode kuisioner ialah suatu metode pengumpulan data yang menggunakan kuisioner sebagai alatnya.

    Metode kuisioner adalah salah satu metode pengumpulan data yang sering dipergunakan. Pada kuisioner diberikan petunjuk-petunjuk agar pelaksanaan pengisian kuisioner berjalan dengan baik sesuai dengan yang di harapkan. Pertanyaan  dalam kuisioner di usahakan sesedikit mungkin, hal ini desebabkan tingkat keberagaman sampel dalam penilitian yang memiliki kemampuan dan pemahaman yang berbeda. Selain itu sebagai pertimbangan, pertanyaan yang dimuat dalam kuisioner di usahakan sesedikit mungkin agar waktu yang digunakan untuk mengisi kuisioner tidak terlalu lama yang bisa mengakibatkan responden tersebut tidak berkeinginan menjawab kuisioner dan atau menjawab kuisioner secara sembarang.

    Pertanyaan – pertanyaan dalam kuisioner biasanya dikelompokkan berdasarkan variabel variabel penelitian yang kemudian di pecah menjadi Dimensi dan faktor. Kemudian kuisioner di uji dengan realibilitas menggunakan cronbach alpha untuk menunjukan sejauh mana suatu alat dapat dipercaya  untuk mengukur suatu objek, koefisien alpha yang semakin mendekati 1 berarti pertanyaan dalam kuisioner semakin reliable. Sebuah faktor dinyatakan reliabel jika koefisien alpha lebih besar dari 0,6 (Malhotra 2002). Indikator variabel dinyatakan reliabel jika nilai signifikansi alpha lebih kecil dari 0,05.

    Metode yang digunakan untuk menganalisis data primer yang bersifat kuantitatif yang berasal dari responden adalah metode perhitungan statistik. Berdasarkan hasil perhitungan statistik tesebut akan dapat diketahui  variabel-variabel yang mempengaruhi  belajar mandiri berdasarkan metode SDLRS (Self-Directed Learning Readiness Scale). Dari pengukuran variabel-variabel tersebut akan dapat diperoleh bukti secara empiris variabel  dominan  dalam membangun belajar mandiri. Pengujian  statistik yang dilakukan adalah uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas ditujukan untuk menguji sejauh mana alat ukur dalam hal ini dapat mengukur apa yang hendak di ukur. Jika peneliti menggunakan kuisioner dalam pengumpulan data , kuisioner yang disusun harus mengukur apa yang ingin di ukur. Setelah kuisioner tersebut disusun, dalam praktek belum tentu data  yang terkumpul adalah data yang valid.

    Uji reliability adalah uji yang menyangkut ketepatan (acuraccy) alat ukur (daftar pertanyaan kuisioner ). Ketepatan ini dapat di nilai dengan analisa statistik untuk mengetahui measurement error alat ukur, dan jika alat ukur telah di nyatakan valid, selanjutnya reliabilitas alat ukur tersebut di uji. Makin kecil kesalahan pengukuran , makin reliable alat pengukur dan sebaliknya, makin besar kesalahan pengukuran makin tidak realible alat pengukur tersebut. Besar kecil kesalahan pengukuran  dapat diketahui antara lain dari nilai korelasi antara hasil pengukuran pertama dan kedua. Apabila nilai korelasi (r) di kuadratkan maka hasilnya disebut koefisien determinasi (coefficient of determinasi) yang merupakan petunjuk besar kecil hasil pengukuran yang sebenarnya, makin tinggi angka korelasi maka makin besar nilai koefisien determinasi dan makin rendah kesalahan pengukuran. Selanjutnya  untuk melihat tinggi rendahnya korelasi di gunakan Pearson Product Moment (PPM) (Ridwan 2005:138)

    3. HASIL DAN PEMBAHASAN

    3.1. HASIL

    Hasil Penelitian Tentang pemanfaatan e-learning dalam meningkatkan kemampuan belajar mandiri mahasiswa dan melihat variable-variabel dominan yang ada dalam metode SDLRS (Self-Directed Learning Readiness Scale) yang dikembangkan sebagai instrumen belajar  mandiri. Analisis yang di lakukan dalam penelitian ini di lakukan dengan melihat aktivitas yang di lakukan mahasiswa melalui e-learning. Aktivitas yang dilakukan dalam e-learning tersebut berupa materi perkuliahan yang secara mandiri harus mereka cari dan upload ke dalam e-learning. Selain itu akan di lakukan analisis statistik terhadap variable – variable dominan yang mempengaruhi belajar mandiri dengan menggunakan variable-variabel yang ada di dalam metode SDLRS.

    3.1.1 Karakteristik Responden

    Jumlah responden  dari dua kelas tersebut adalah 40 orang.  Kelas perkuliahan di gunakan untuk melihat aktivitas e-learning mahasiswa  dalam mengupload materi  yang harus mereka cari dan jelaskan. Sedangkan untuk melihat variabel-variabel dominan yang dapat mempengaruhi pembelajaran mandiri dengan metode SDLRS akan di lakukan melalui penyebaran kuisioner terhadap 40 responden tersebut.

    Tabel 1 Tabel Distribusi Jenis Kelamin

    Sumber : Data Primer yang diolah dengan komputer (program SPSS ver15)

    3.1.2.  Aktivitas E-learning .

    Untuk melihat aktivitas e-learning dalam menentukan keaktifan belajar mandiri  akan di lakukan  tindakan atau action di kelas objek penelitian. Dari aktivitas e-learning tersebut akan dapat di lihat aktivitas belajar mandiri mahasiswa dalam memberikan materi yang di minta dan menguploadnya tepat waktu sesuai dengan aturan yang diberikan.

    3.1.3. Pengukuran SDLRS

    Untuk mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi kegatan belajar mandiri mahasiswa, akan di lakukan pengukuran dengan menggunakan metode SDLRS. Metode SDLRS akan memuat variabel-variabel yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan  belajar mandiri mahasiswa yang di bagi menjadi  beberapa item pertanyaan.  Untuk mengetahui pengaruh variabel tersebut dalam  membentuk kemampuan belajar mandiri mahasiswa  akan di berikan kuisioner kepada responden yang sama dalam ektivitas e-learning dengan tujuan  untuk mengetahui variabel mana yang mempengaruhi kemampuan belajar mandiri mereka yang dilakukan lewat aktivitas e-learning. Data primer yang diperoleh dari jawaban kusisioner yang di berikan oleh responden akan di olah secara statistik untuk dapat melihat  variabel   yang paling mempengaruhi pembentukan belajar mandiri yang mereka lakukan di e-learning dan  pengaruh variabel-variabel lain yang ada dalam metode SDLRS.

    3.2. PEMBAHASAN

    3.2.1. Aktivitas E-learning

    E-Learning merupakan konsep penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam mendukung proses belajar-mengajar. Penggunaannya pun kini sudah meluas, tidak hanya di sektor pendidikan formal, tetap juga telah memasuki wilayah pelatihan sumber daya manusia di perusahaan. E-learning merupakan aplikasi yang dapat membantu dalam proses pembelajaran. Selain itu dengan adanya e-learning dapat membantu meningkatkan kemampuan belajar mandiri mahasiswa.  Gambar  berikut ini merupakan halaman utama dari aplikasi e-learning yang di miliki oleh Universitas Bina Darma yang dapat digunakan dosen dan mahasiswa dalam melakukan interaksi dalam proses belajar mengajar.

    Gambar 1. Tampilan e-learning

    Titik fokus sistem pembelajaran e-learning  adalah peningkatan kemampuan belajar mandiri yang bisa di lakukan mahasiswa melalui fasilitas tersebut.  Aktivitas e-learning yang di lakukan mahasiswa  di harapkan dapat membantu membentuk karakter belajar mandiri yang memiliki karakteristik sebagai berikut : (1) Adanya pemberian tanggung jawab yang lebih pada mahasiswa untuk melakukan perencanaan dalam belajar,  (2)  Peserta didik dituntut untuk dalam proses pembelajaran, dimana pengajar berperan sebagai fasilitator (bukan lagi sebagai ‘expert’ yang dianggap mengetahui segalanya) dalam memandu terjadinya proses pembelajaran. (3)  Interaksi sosial (diskusi) merupakan hal yang sangat penting dalam memperoleh pengetahuan dalam lingkungan pembelajaran.  Ketiga hal tersebut merupakan ciri atau karakteristik dalam pembelajaran e-learning. Kemandirian dalam belajar  dari mulai perencanaan sampai dengan pelaksanaan  akan membentuk kemampuan mahasiswa dalam pemahaman materi secara mandiri.

    Untuk melihat aktivitas e-learning yang dilakukan mahasiswa dalam belajar mandiri,  kegiatan yang dilakukan adalah dengan memberikan pokok bahasan materi  untuk 2 kali pertemuan yang nantinya harus diupload mahasiswa dari dua  kelas eksperiment.

    Pada pertemuan pertama  mahasiswa mengupload  materi yang pokok bahasannya di berikan oleh dosen. Secara umum mahasiswa akan diberikan pokok bahasan dan sub-sub pokok  bahasan yang materinya harus mereka upload lewat e-leraning.  Gambar di bawah ini aktivitas e-learning pada tahap pertama  bagi mahasiswa dalam mengupload materi perkuliahan.

    3.2.2. Peranan SDLRS (Self-Directed Learning Readiness Scale) dalam Belajar Mandiri

    Self Directed Learning Readiness Scale (SDLRS) adalah salah satu metode yang dapat digunakan sebagai instrument dalam melakukan penelitian tentang belajar mandiri. Melalui variable-variabel yang terdapat dalam metode SDLRS dapat di ketahui varaibel dominan yang dapat mempengaruhi pembelajaran mandiri. Variabel  dalam metode SDLRS terbagi menjadi 8 variabel  yaitu openness to learning opportunities, self-concept as an effective learner, initiative and independence in learning, informed acceptance of responsibility for one’s own learning, love of learning, creativity, future orientation, and ability to use basic study and problem -solving skills. Ke delapan variable  tersebut akan digunakan untuk mengetahui variable mana yang memiliki pengaruh tersebut dalam proses belajar mandiri.

    3.2.3.  Uji Realibilitas

    Koefisien alpha atau cronbach apha yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur tingkat reliabilitas  dan konsistensi internal diantara butir butir pertanyaan  dalam suatu instrumen. Item pengukuran dikatakan reliabel jika memiliki nilai koefisien alpha lebih besar dari 0,6 (> 0,6).(Malhotra,2002). Nilai reliabilitas konsistensi internal  masing masing variabel ditunjukkan pada tabel dibawah ini..

    Tabel 2. Rekapitulasi Uji Reliabilitas

    Variabel

    Cronbach alpha

    Keterangan

    Variable Metode SDLRS

    .990

    reliable

    Belajar Mandiri

    .998

    reliable

    Berdasarkan  tabel diatas,  koefisien alpha untuk Variable Faktor SDLRS dan Variabel Belajar Mandiri dapat dinyatakan reliabel, karena lebih besar dari 0,6.  Dengan demikian item pengukuran  pada masing-masing variable dinyatakan reliable dan selanjutnya dapat digunakan dalam penelitian.

    3.2.4. Uji Validitas

    Secara manual validitas alat ukur diketahui dengan cara mengkorelasikan skor masing-masing item. Validitas atau correlation di nyatakan valid apabila mempunyai nilai corelation r hitung lebih besar dari r standar. Skor r dilihat dari r table yang ada pada tabel statistik. Nilai r akan bergantung pada jumlah responden yang ada. Dalam penelitian ini jumlah responden adalah 40 responden, sehingga  tingkat korelasi nilai r pada interval kepercayaan 5 % harus lebih besar dari 0,312.  Jika r korelasi di atas 0,312. maka alat ukur bisa dinyatakan valid dan sebaliknya jika di bawah 0,312.berarti alat ukur dinyatakan tidak valid. Dari uji realibilitas yang di lakukan maka dapat disimpulkan nilai corrected item total correlation untuk variable SDLRS dan variable Belajar Mandiri > 0,312 berarti semua kuisioner dinyatakan valid.

    3.2.5. Analisis Regresi Linier Berganda

    Analisis regresi yang di lakukan untuk melihat pengaruh faktor –faktor yang ada dalam SDLRS terhadap kemampuan belajar mandiri yang dilakukan oleh mahasiswa.  Hasil pengolahan data primer yang diperoleh memperlihatkan hasil  sebagai berikut :

    Tabel 3. Uji autokeralasi pada Regresi

    Dari hasil model summary di atas, dapat diperoleh nilai durbin watson sebesar 1,547 dimana nilai durbin watson di antar -2 samapi +2, maka dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi. Dari tabel di atas dapat pula dijelaskan  besarnya multiple R atau korelasi R, koefisien determinasi (R2),koefisien determinasi yang disesuaikan (adjusted  R2) dan standar error.  Koefisien korelasi sebesar  0,996 menunjukkan pengaruh yang cukup kuat  antara variable-variabel terdapat dalam metode SDLR terhadap variabel Belajar Mandiri. Koefisien determinasi  (R2) sebesar 0,993 memberi makna bahwa 99,3 %  yang berarti variable – variabel  metode SDLRS dapat mempengaruhi Variabel belajar mandiri sedangkan sisanya 27,2 % dijelaskan oleh faktor lain antara lain sebagai contoh adalah motivasi, lingkungan dan kemampuan yang tidak di teliti didalam penelitian ini.

    Dari tabel diatas nilai F hitung sebesar 619,839.  Nilai F tabel dilihat pada α 0,05 atau tingkat kepercayaan 5 % adalah lebih kecil dari F hitung yaitu berada pada nilai 2,29 – 2,33. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel  SDLRS  dapat berpengaruh secara signifikan  terhadap variable belajar mandiri. Untuk menguji  signifikan konstanta dari setiap  variabel,  dapat dilihat dari koefisien regresi  yang disajikan pada tabel berikut:

    Tabel 4. Koefisien Regresi

    Berdasarkan hasil analisis regresi diatas maka dapat di buat suatu model persamaan linier berganda dalam bentuk :

    Y = 0,157 +(0,342X1)  + (0,310X2) + (0,042X3) + (0,085X4) + (0,269X5) + (0,257X6) + (0,951X7)

    Dari  persamaan regresi di atas diketahui besarnya pengaruh perubahan yang terjadi antara variable-variabek dalan SDLRS terhadap Variabel Prestasi Belajar.  Sedangkan nilai konstantas sebesar 0,157  menjelaskan bahwa jika variabel  SDLRS yaitu variabel keterbukaan, variabel konsep diri, variabel inisiatif, variabel tanggung jawab, variabel kecintaan belajar, variabel kreativitas dan vaiabel kemampuan tetap atau tidak mengalami perubahan maka variabel Prestasi belajar sebesar nilai konstantanya yaitu 0,157.

    3.2.6. Pembuktian Hipotesis

    Pembuktian Hipótesis menggunakan 2 (dua) uji, yaitu : Uji t (Parsial) untuk melihat pengaruh  parsial dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat, dan Uji F (Simultan)  untuk melihat pengaruh simultan dari kedua variabel bebas terhadap variabel terikat.

    1. Uji F (Simultan)

    Uji F – hitung (Fh) atau (p<0,05) ini bertujuan untuk menguji apakah  variabel keterbukaan, konsep diri, inisiatif, tanggung jawab, kecintaan belajar, kreativitas dan kemampuan  memiliki pengaruh yang signifikan secara bersama-sama  terhadap variabel belajar mandiri. Untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut  dilakukan uji F yaitu dengan membandingkan  F hitung  dengan F tabel. Jika F hitung > F tabel  maka persamaan regresi dan koefisien korelasinya  signifikan sehingga  H0 ditolak dan Ha diterima. Atau dapat pula di lihat dari level of significant alpha (α) = 0,05. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.

    Hipotesis

    1. H0 :  F hitung  < F tabel , maka H0 diterima  H1 ditolak. Berarti tidak ada pengaruh  yang signifikan antara variabel keterbukaan , variabel konsep diri, variabel inisiatif, variabel tanggung jawab, variabel kecintaan belajar, variabel kreativitas dan variabel kemampuan terhadap variabel belajar mandiri   yang dilakukan secara bersama-sama.
    2. H1 :  F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel keterbukaan, variabel konsep diri, variabel inisiatif, varaibel tanggung jawab, variabel kecintaan belajar, variabel kreativitas dan variabel kemampuan terhadap variabel belajar mandiri. yang dilakukan secara bersama-sama.

    Dari analisis data di atas dapat diperoleh hasil analisa sebagai berikut : dengan mengambil taraf signifikan sebesar  0,000 (p<0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima. Pada  hasil analisis varian dapat di lihat bahwa F hitung dari hasil analisis data primer adalah  619,839.  yang artinya lebih besar dari nilai F tabel  yang berada pada nilai 2,29 – 2,33. Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan untuk Uji F  pada penelitian ini  diperoleh hasil H0 di tolak dan H1 diterima yang artinya  ada pengaruh yang signifikan antara variabel keterbukaan, varaibel konsep diri, variabel inisiatif, variabel tanggung jawab, variabel kecintaan belajar, variabel kreativitas dan variabel kemampuan terhadap variabel belajar mandiri yang dilakukan secara bersama-sama.

    1. Uji t (Parsial)

    a. Dari analisis data yang sudah dilakukan maka dapat di buktikan hipotesis yang ada bahwa dilihat dari,  t hitung untuk variabel keterbukaan (X1) adalah 4,220  > t tabel   sebesar 2,02 dan tingkat signifikan 0,000 (p<0,05)  maka H0 di tolak dan H1 diterima, artinya  ada pengaruh yang signifikan antara variabel keterbukaan terhadap variabel belajar mandiri.

    b. Dari analisis data yang sudah dilakukan maka dapat di buktikan hipotesis yang ada bahwa dilihat dari,  t hitung untuk variabel  konsep diri (X2)  adalah 3,263  > t  tabel sebesar 2,02  dan tingkat signifikan 0,003 (p< 0,05)  maka H0 di tolak  dan H1 diterima , artinya  ada pengaruh yang signifikan antara variabel konsep diri terhadap variabel belajar madiri.

    c. Dari analisis data yang sudah dilakukan maka dapat di buktikan hipotesis yang ada bahwa dilihat dari  t hitung untuk variabel inisiatif (X3) adalah 0,823  < t tabel   sebesar 2,02 dan tingkat signifikan 0,416  (p>0,05)  maka H0 di terima dan H1 ditolak , artinya  tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel inisiatif terhadap variabel belajar mandiri.

    d. Dari analisis data yang sudah dilakukan maka dapat di buktikan hipotesis yang ada bahwa dilihat dari tabel  4.10 ,  t hitung untuk variabel tanggung jawab (X4)  adalah 1,476   < t  tabel sebesar 2,02  dan tingkat signifikan 0,150 (p< 0,05)  maka H0 di terima   dan H1 ditolak  , artinya tidak   ada pengaruh yang signifikan antara variabel tanggung jawab terhadap variabel belajar madiri

    e. Dari analisis data yang sudah dilakukan maka dapat di buktikan hipotesis yang ada bahwa dilihat dari  t hitung untuk variabel kecintaan belajar (X5) adalah 3,436  > t tabel   sebesar 2,02 dan tingkat signifikan 0,002 (p<0,05) maka H0 di tolak dan H1 diterima, artinya  ada pengaruh yang signifikan antara variabel  kecintaan belajar terhadap variabel belajar mandiri.

    f. Dari analisis data yang sudah dilakukan maka dapat di buktikan hipotesis yang ada bahwa dilihat, t hitung untuk variabel kreativitas (X6)  adalah 2,172  > t  tabel sebesar 2,02  dan tingkat signifikan 0,037 (p< 0,05)  maka H0 di tolak  dan H1 diterima , artinya  ada pengaruh yang signifikan antara variabel kreativitas terhadap variabel belajar madiri

    g. Dari analisis data yang sudah dilakukan maka dapat di buktikan hipotesis yang ada bahwa dilihat dari  t hitung untuk variabel kemampuan   (X7) adalah 9,711  > t tabel   sebesar 2,02 dan tingkat signifikan 0,000 (p<0,05)  maka H0 di tolak dan H1 diterima, artinya  ada pengaruh yang signifikan antara variabel kemampuan terhadap variabel belajar mandiri.

    4. SIMPULAN

    Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis yang telah dilakukan serta sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian, maka diambil kesimpulan bahwa Jumlah aktivitas belajar mandiri yang dilakukan oleh dua kelas tersebut melalui fasilitas e-learning sudah cukup baik.  Hasil analisis varian menunjukkan bahwa F hitung dari hasil analisis data primer adalah  619,839.  yang artinya lebih besar dari nilai F tabel  yang berada pada nilai 2,29 – 2,33. Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan untuk Uji F  pada penelitian ini  diperoleh hasil H0 di tolak dan H1 diterima yang artinya  ada pengaruh yang signifikan antara variabel keterbukaan, variabel  konsep diri, variabel inisiatif, variabel tanggung jawab, variabel kecintaan belajar, variabel kreativitas dan variabel kemampuan terhadap variabel belajar mandiri yang dilakukan secara bersama-sama. Secara parsial juga terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara variable  Keterbukaan (X1), Variabel Konsep diri (X2), Variabel Kecintaan belajar (X5), variabel Kreativitas (X6) dan Variabel Kemampuan (X7) terhadap Peranan variable belajar mandiri (Y). Namun Secara parsial  pada variabel  Inisiatif (X3) dan variabel Tanggung Jawab (X4) tidak terdapat pengaruh secara signifikan  terhadap variabel belajar mandiri (Y).

    Hasil pengujian statistik menunjukkan besarnya R2 = 0,993 atau 99,3%. Hal ini juga menggambarkan bahwa 99,3 % variasi perubahan belajar mandiri  dapat  dijelaskan oleh variasi variabel keterbukaan, variabel  konsep diri,  variabel inisiatif, variabel tanggung jawab, variabel kecintaan belajar, variabe kreativitas dan variabel kemampuan sedangkan sisanya 0,7 % dijelaskan oleh variabel lainnya diluar penelitian ini. Sedangkan Koefisien korelasi berganda (R)=  0,996 menunjukan adanya hubungan secara bersama-sama antara satu variabel belajar mandiri terhadap variabel keterbukaan, variabel konsep diri, variabel inisiatif, variabel tanggung jawab, variabel kecintaan belajar, variabel kreativitas dan variabel kemampuan.

    DAFTAR RUJUKAN

    Candy, P. C. (1991). Self-direction for lifelong learning: A comprehensive guide to theory and practice. San Francisco: Jossey-Bass Publishers.

    Cepi Riyana,  2007., Komponen-komponen pembelajaran.,http://kurtek.upi.edu/kurpem/3-komponen.htm diakses tangal 20 Juni 2008

    Guglielmino, L. M. (1978). Development of the self-directed learning readiness scale (Doctoral dissertation University of Georgia, 1977). Dissertation Abstracts International, 38, 6467-A. (http://www.guglielmino734.com/)

    Malhotra , Naresh. K.MArkeing Research. An Applied Orientation. New Jersey : Prentice Hall, 2002.

    Manase, M. 1985. Metode Penelitian Sosial. Karunika Jakarta. Universitas Terbuka.

    Paul, R. (1990). Towards a new measurre of success: Developing independent learners. Open Learning, 5 (1), 31-38.

    Ridwan, 2005. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru Karyawan dan Peneliti  Muda. Alfabeta Bandung.

    Wahono,R.,S., 2008.  Meluruskan Salah Kaprah Tentang e-Learning. (Http://Romisatriawahono.net/2008/01/23/meluruskan-salah-kaprah-tentang-e-learning/) diakses tanggal  28 Februari 2008

    Weller, M. (2002). Delivering learning on the net. The why, what, & how of online education. London: UK: Kogan Page.

    (http://id.wikipedia.org/wiki/pendidikan). Diakses 29 Februari 2008


    Leave a reply