PEMETAAN SUPPLY CHAIN USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) DI PALEMBANG (Studi Kasus: Kain Songket Tradisional)

 

PEMETAAN SUPPLY CHAIN

USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) DI PALEMBANG

(Studi Kasus: Kain Songket Tradisional)

 

M. Amirudin Syarif

Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi

Universitas Bina Darma

Palembang, Indonesia

e-mail: amirudinsyarif@mail.binadarma.ac.id, amirudinsyarif@gmail.com

Abstrak

Pemerintah kota Palembang telah mencanangkan kota Palembang sebagai kota wirausaha, (sumber: http://www.palembang.go.id/?nmodul=berita&bhsnyo=id&bid=183). Sebagai kota yang telah memproklamirkan diri maka setiap kegiatan pembangunan diupayakan untuk mengembangkan UKM.

Kota Palembang menganggap bahwa UKM merupakan potensi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat kota Palembang. Potensi ini berhubungan dengan ketersediaan bahan baku, dan pasar yang sangat besar. Sebagai kota dengan pengelolaan manajemen modern maka ketersediaan bahan baku, akses kepada informasi, dan integrasi bisnis sangat diperlukan. Pemanfaatan Teknologi Informasi melalui aplikasi dibidang Supply Chain Management (SCM) dalam hal ketersediaan bahan baku, proses produksi di pabrikasi untuk ketersediaan produk dalam memenuhi permintaan konsumen dan kemampuan distribusi menjadi sangat penting.

Secara definisi, menurut Caccetta dan Syarif (2008), Supply Chain (SC) adalah jejaring yang mempunyai fungsi sebagai pengatur supply bahan baku dari supplier ke pusat produksi; mengubah bahan baku menjadi produk, mengatur produk tersebut pada pergudangan, yang kemudian akan di distribusikan ke konsumen oleh pusat pusat distribusi. Berdasarkan kepada definisi tersebut maka dilakukan upaya pemetaan SC dari UKM kain songket yang merupakan salah satu industri kecil tradisional andalan kota Palembang. Paper ini membahas pemetaan SC UKM Songket berdasarkan pada proses dan referensi operational SC (SCOR ver 10: Supply Chain Operation Reference) yang dikeluarkan Council of Supply chain.

Kata kunci: Supply Chain Management (SCM), Songket, Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Pemetaan

Abstract

The government city of Palembang has launched Palembang as an entrepreneur city (source: http://www.palembang.go.id/?nmodul=berita&bhsnyo=id&bid=183).  As a city that has proclaimed itself as an entrepreneurial city, every activity, and the attempted must refer to SMEs development effort.

SMEs in the city of Palembang has considerable potential to improve economic. This potential is related to availability of raw materials, and a viable market. As a city that running a modern management then continuity of raw materials, access to information, and business integration still required. According to implementation of  Information Technology (IT) in supply chain management (SCM) through the readiness of supply of raw materials, then processed or manufactured into a product or service, and thereafter distributed to consumers that also still at the level of discourse.

By defintion of Caccetta and Syarif (2008), Supply Chain (SC) is a network that has the function as a regulator of supply of raw materials from suppliers to production centers; transform raw materials into products, regulate products at the warehouse, which will then be distributed to consumer by a central distribution center. Based on the definition then the mapping of SC has been made. This paper discusses the mapping of SC SMEs of Songket Palembang which is one of the traditional fabrics. It is based on process and operational SC operation (SCOR ver 10: Supply Chain Operations Reference) issued by the Council of Supply chain.

Key words: Supply Chain Management (SCM), Songket, SMEs, Mapping

 

  1. PENDAHULUAN

Kota Palembang telah mencanangkan diri sebagai kota wirausaha (entrepreneur city) sebagaimana dalam: http://www.palembang.go.id/?nmodul=berita&bhsnyo=id&bid=183). Konsekuensi dari pencanangan ini adalah setiap program pembangunan yang dilaksanakan harus mengacu pada upaya membangun dan mengembangkan kewirausahaan di masyarakat. Salah satu UKM yang telah ada sejak lama adalah usaha tenun songket Palembang. Industri tenun songket adalah salah satu industri kecil. Industri ini bersifat personal karena ke khas an dalam proses pembuatan kain songket.  Dari bahan, proses pemintalan, design, sampai dengan proses finishing yang bersifat pekerjaan tangan (handmade). Sebagai contoh, untuk alat tenun yang digunakan sampai saat ini adalah alat tenun bukan mesin (atbm). Karakteristik yang spesial ini menyebabkan industri ini perkembangannya masih berskala kecil. Untuk menjadi industri yang kuat pada era sekarang adalah dengan cara mengikuti trend teknologi dan manajemen.  Hal ini diperlukan untuk mencapai efisiensi dan efektifitas kerja yang merupakan syarat utama dalam keberhasilan bisnis.  Supply Chain (SC) adalah jejaring yang mempunyai fungsi sebagai pengatur supply bahan baku dari supplier ke pusat produksi; mengubah bahan baku menjadi produk, mengatur produk tersebut pada pergudangan, yang kemudian akan di distribusikan ke konsumen oleh pusat-pusat distribusi (Caccetta dan Syarif, 2008). Sedangkan peta SC adalah suatu bentuk matrik yang secara vertikal merupakan area dari Supply, produk dan permintaan dan secara horizontal menunjukkan hubungan proses yang bersilangan sebagaimana desain produk dan peramalan permintaan (Lepercq, 2007)

Sebagai salah satu UKM industri kecil maka usaha untuk menerapkan Supply Chain Management (SCM) perlu dilakukan bagi industri songket. Berdasarkan kepada definisi SC tersebut di atas maka dilakukan upaya pemetaan SC dari UKM kain songket yang merupakan salah satu industri kecil tradisional andalan kota Palembang. Paper ini membahas pemetaan SC UKM Songket berdasarkan pada proses dan referensi operational SC (SCOR ver 8.0 : Supply Chain Operation Reference) yang dikeluarkan Council of Supply chain.

  1. Metodologi Penelitian

            Penelitian ini dilaksanakan melalui serangkaian proses dan metodologi untuk memetakan  SC songket pada UKM di kota Palembang. Industri songket adalah industri kecil yang telah ada sejak berpuluh tahun yang lalu. Industri ini bersifat sangat personal dikarenakan karakteristik pembuatan songket yang sangat spesifik, dari bahan baku, proses desain, pemintalan benang, dan proses akhir yang dikerjakan seluruhnya dengan kerajinan dan keahlian pribadi si pembuat songket. Sebagai contoh mesin tenun yang digunakan saat ini masih sangat sederhana dan hanya dapat digunakan oleh si perajin dan tidak dapat digunakan oleh perajin lain. Dikarenakan sifat atau karakteristik yang sangat khusus ini maka metodologi yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan in depth study untuk mendapatkan data dan informasi yang spesifik. Pengumpulan data dengan cara mendatangi secara langsung ke kampung songket yang merupakan sentra kerajinan songket Palembang. Serangkaian interview kepada para perajin dilakukan dengan cara interview terbuka (wawancara). Hal ini dilakukan agar bisa mendapatkan data dan informasi yang utuh dan lengkap mengenai informasi bahan baku yang diperlukan dan digunakan dalam berproduksi, kontinuitas pasokan, asal supplier, jumlah bahan baku yang dibutuhkan, tipe tipe songket yang diproduksi,  mutu dari bahan baku dan produk, jalur distribusi yang digunakan, dan pelanggan.

Data yang telah didapatkan ini lalu diolah untuk ditabulasikan dan dibuatkan diagram alir proses produksi. Diagram alir (flow diagram) ini kemudian dijadikan sebagai dasar dalam pemetaan SC songket dengan mengacu pada SCOR. Langkah berikut ini digunakan sebagai referensi pemetaan SC:

  1. Desain Peta. Mengacu pada Gardner dan Cooper (2003). Desain peta adalah memetakan SC secara visual dengan membuat representasi dari arus informasi, proses produksi, dan uang yang merupakan arus utama dari SC. Pemetaan ini harus dapat menunjukkan arus hulu maupun hilir dari SC.
  2. Pemusatan atau fokus pada tujuan dan strategi dari industri. Fokus tersebut adalah pada keuntungan yang dapat diperoleh pada masa pendek maupun panjang.
  3. Pemetaan SC banyak menggunakan simbol simbol, oleh karena itu pertimbangan dalam penggunaan simbol dan konsistensi penggunaan simbol adalah menjadi perhatian yang sangat penting. Simbol juga harus memperhatikan kemudahan interpretasi dari simbol simbol tersebut.

UKM songket adalah salah satu dari banyak UKM yang menjadi penyokong bergeraknya perekonomian di kota Palembang. Tidak hanya dari sisi jumlah secara statistik tetapi juga secara per satuan dari UKM songket adalah pengerak ekonomi. Hal ini dikarenakan para perajin songket adalah individu sosial yang khusus dan specifik dalam produksi songket. Kemampuan skill individu yang secara kerajinan tangan tidak dapat digantikan dengan mudah oleh orang yang baru menjadi perajin ataupun mesin tenun. Karena sifat khusus ini maka dipandang perlu menjaga kualitas mutu dan ketersediaan kain songket Palembang. Hal penting yang juga menjadi perhatian adalah yang berkaitan dengan kualitas yang lebih baik, inovasi, dan penyiapan infrastruktur berupa alat tenun dan alat alat lainnya. Di dalam penelitian ini dicoba untuk memetakan SC dan penyiapan infrastruktur SC untuk UKM agar dapat lebih kompetitif. Hal ini menjadi bagian penting karena beberapa hal: a) adanya ketidakpastian yang makin tinggi dalam sisi penawaran maupun permintaan, adanya pasar yang semakin mengglobal, semakin cepatnya siklus hidup produk dalam hal desain maupun penggunaan, adanya potensi untuk bekerjasama secara bilateral maupun multinasional melalui e-bisnis. Proses pemetaan menggunakan framework dari SCOR Model yang merupakan konsep model dengan struktur generik. Gambar.1 adalah framework untuk proses pemetaan berdasarkan SCOR ver. 8.0.

Gambar. 1. Proses Pemetaan  SCOR ver 8.0

 

  1. PEMBAHASAN
  1. A.    Proses Produksi dan Pemetaan

       Proses pemetaan dimulai dari melihat daftar materi penyusun produk (bill of material). Pada proses produksi songket Palembang dapat dilihat bahwa materi yang menyusun adalah terdiri dari benang, zat pewarna yang berasal dari beragam sumber. Secara detil proses produksi so

ngket adalah rumit. Songket adalah kain dengan tingkat artistik tinggi dan bernilai jual ekonomis yang juga tinggi. Membutuhkan keuletan dan kesabaran yang cukup besar.

Proses produksi pembuatan songket menggunakan Lungsi yaitu benang sutra yang kemudian akan menjadi kain tempat dimana benang emas menjadi pemberi corak dari kain songket. Benang yang digunakan juga dapat berupa benang kapas. Negara asal benang yang digunakan adalah dari Cina, India dan Thailand. Untuk zat pewarna yang digunakan berasal dari warna alami tanaman, walaupun pada saat ini para perajin ada juga yang menggunakan bahan pewarna sintetis. Adapun warna dominan yang digunakan adalah warna merah yang berasal dari hasil pengolahan kayu. Warna lain seperti warna kuning diperoleh dari kunyit sedangkan biru dari indigo.

Proses produksi dimulai dengan design songket (pola kain yang ditenun). Pola ini dibuat sedemikian rupa oleh perajin dengan melakukan proses cukit, yaitu melakukan pembuatan pola dengan menggunakan alat semacam jarum yang sangat besar yang dilalukan melalui benang benang Lungsi sebagai benang pakan. Pola ini yang akan menentukan motif dari songket yang diproduksi. Ada beberapa motif yang populer antara lain adalah songket Limar atau songket Lepus, untuk motif lain adalah: motif bunga intan, motif tretes, motif janda beraes, bunga china, bunga paciek.

Songket Palembang menggunakan benang emas. Ada tiga jenis benang emas yang digunakan yaitu: benang emas Cabutan, benang emas Sartibi, dan benang emas Bangkok. Benang emas Cabutan; sesuai dengan sebutannya adalah benang emas yang berasal dari kain-kain songket yang kainnya sudah rusak. Benang emas dari songket yang rusak ini lah yang kemudian dicabuti untuk dipakai lagi. Benang emas cabutan biasanya adalah benang yang sangat baik karena mengandung lapisan emas 24 karat. Jadi makin tua benang emas cabutan ini akan makin mahal harganya. Untuk benang Sartibi adalah benang sintetis yang berasal dari pabrik benang di Jepang, sedangkan benang emas Bangkok adalah berasal dari Thailand.

Secara ringkas alat dan bahan bahan yang digunakan untuk membuat songket Palembang adalah: alat tenun, rungsen, benang emas, benang merah, baliro, lidi, buluh, pleting. Untuk proses pembuatan sebuah songket membutuhkan paling cepat 15 hari sampai 30 hari. Tahapan proses pembuatan adalah sebagai berikut:

  1. Pencelupan; pada proses ini dilakukan pencelupan benang untuk diwarnai sesuai dengan rencana warna songket. Biasanya songket dominan warna merah, tetapi ada juga yang bewarna hijau, kuning, bahkan biru. Warna ini dapt juga sesuai dengan pesanan. Pewarnaan benang sutera dilakukan dengan cara pencelupan yang kemudian dikeringkan dengan cara penjemuran dengan bambu panjang ke terik matahari.
  2. Benang sutera yang sudah dikeringkan digunakan untuk membuat kain songket. Ukuran lebar kain 90 cm, untuk selendang ukurannya adalah 60 cm dengan panjang 165 cm sampai dengan 170 cm. Benang yang sudah kering ini kemudian dilakukan proses pendesainan yang disebut dengan istilah pencukitan dengan menggunakan lidi sesuai dengan motif yang diinginkan.
  3. Proses penenunan dilakukan setelah desain motif selesai dilakukan. Penenunan menggunakan alat tenun yang dibantu baliro yang fungsinya untuk menyentak benang, dan pelenting yang fungsinya untuk memasukkan benang pakan.

Alir proses produksi kain songket ini kemudian dipetakan dengan mengikuti frameworks dari SCOR ver.8 yang di publish oleh Supply chain Council.  SCOR adalah singkatan dari The Supply-Chain Operation Reference Model. Merupakan standar global untuk alat manajemen dalam mengelola efisiensi supply chain. Oleh sebab itu peneliti menggunakan SCOR ver 8.0 untuk mencoba membuat peta proses produksi songket Palembang. Peta proses ini kemudian akan dijadikan acuan untuk membuat peta SC songket. Berikut pada gambar 2 adalah peta proses dari produk songket.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 2. Alur proses produksi

Dari alur proses ini kemudian diupayakan untuk melengkapi peta SC songket.

 

 

 

 

 

  1. B.     Peta Supply Chain Songket

           Pemetaan SC dapat dilakukan melalui dua metoda, metode pertama adalah fokus pada SC struktur dan relasionship antara antar anggota SC. Metoda kedua menggunakan fokus pada waktu yang tersedia. Gambar. 3 menunjukkan pemetaan dengan menggunakan metoda pertama (Lambert and Cooper, 2000)

 

Gambar 3. Simbol yang digunakan dalam pemetaan.

Pada gambar 4 adalah peta SC Songket:

 

 

SS

 

 

Gambar 4. SC songket

Keterangan gambar:

S : Supplier

  1. benang sutera dan benang emas. Negara: Thailand, China, dan Jepang
  2. Bahan pewarna : warna merah (dari kayu sepang dan mengkudu), warna biru (dari indigo), warna kuning (dari kunyit), hijau orange dan ungu (dari campuran warna merah, biru, dan kuning). Negara: Indonesia
  3. Anti luntur warna adalah tawas. Negara Indonesia

P: Produsen

  1. Alat tenun: benang vertikal (lungsi), benang horizontal (pakan). Negara : Indonesia
  2. Rungsen, Baliro, lidi, buluh, pleting. Negara Indonesia

I: Inventory; D: Distributor; C: Customer

  1. KESIMPULAN

Dari hasil pemetaan SC songket, dapat disimpulkan bahwa industri kecil ini cukup rentan dari sisi bahan baku. Walaupun sebagian besar bahan baku berasal dari dalam negeri, tetapi bahan pokok yaitu benang emas dan sutera masih di impor dari negara lain. Pemetaan SC songket ini masih dalam taraf studi awal, masih diperlukan riset yang lebih banyak lagi agar SC songket ini bisa terkoneksi dengan usaha industri kecil lain yang bersinggungan, seperti peralatan yang digunakan dan bahan baku pewarna.

 

DAFTAR PUSTAKA

Caccetta, L., and Syarif, A. (2008), IMPROVING THE PERFORMANCES OF SUPPLY CHAIN NETWORKS. Round table discussion at Curtin University of Technology. Western Australia.

Erlend Y. Haartveit, Robert A. Kozak, and Thomas C. (2005). Supply Chain Management Mapping for the Forest Products Industry: Journal of Forest Products Business Research Volume No. 1, Article No. 5 Maness from Western Canada.

Gardner, J. T. and Cooper, M. C. (2003), STRATEGIC SUPPLY CHAIN MAPPING APPROACHES. JOURNAL OF BUSINESS LOGISTICS, 24: 37–64. doi: 10.1002/j.2158-1592.2003.tb00045.x”

Lambert, D.M. and M.C. Cooper. (2000). Issues in supply chain management. Industrial Marketing Management. 29(1): 65-83.

Lepercq, P. (2007), MAPPING INTEGRATED SUPPLY CHAIN SYSTEMS AND PROCESSES. White paper “Delivering business solution through innovative IT consulting”. Oracular Denver Colorado

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *