ANALISIS PEMANFAATAN DAERAH RAWA LEBAK (STUDI KASUS KELURAHAN MARIANA ILIR KECAMATAN BANYUASIN I KABUPATEN BANYUASIN)

ANALISIS PEMANFAATAN DAERAH RAWA LEBAK
(STUDI KASUS KELURAHAN MARIANA ILIR
KECAMATAN BANYUASIN I KABUPATEN BANYUASIN)

Oleh : Ishak Yunus
Dosen Universitas Bina Darma Palembang

Abstrak

Darah rawa sebagai salah satu sumber daya air, merupakan karunia Allah SWT dan memberikan manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Rawa mempunyai nilai geostrategis dalam mendukung pengembangan wilayah. Sejalan dengan semakin meningkatnya pemanfaatan rawa dan pemahaman terhadap permasalahan lingkungan, maka perlu dilakukan pengaturan pengembangan rawa yang berwawasan lingkungan hidup agar diperoleh manfaat secara berkelanjutan.
Pengembangan daerah dataran rendah atau sering di sebut sebagai daerah rawa lebak di daerah Sumatera Selatan terus dilaksanakan, khususnya perubahan untuk kegiatan perumahan atau industri, sedangkan daerah rawa lebak untuk dijadikan lahan pertanian nampaknya sangat sulit akibatnya banyak lahan rawa lebak yang belum termanfaatkan untuk dijadikan lahan pertanian, hal ini juga tidak terkecuali di Kabuapten Banyuasin, yang saat ini banyak memiliki lahan rawa lebak yang belum termanfaatkan.
Untuk memanfaatkan rawa lebak “tidur” ini, diperlukan analisis sistem pemanfaatan lahan yang selama ini “tidur” atau tidak termanfaatkan diperlukan kajian tentang besaran lahan rawa lebak, kondisi air tampungan pada daerah rawa lebak termasuk didalamnya kondisi air tanah termasuk kondisi groundwater storage, serta besaran debit banjir pada luasan daerah aliran sungai yang ada, karakteristik jenis tanah yang ada pada lahan rawa lebak tersebut.
Stigma yang muncul dimata masyarakat awam adalah daerah rawa Desa Mariana Ilir Kecamatan Banyuasin I Kabupaten adalah lahan marjinal, lahan terlantar, lahan tak bertuan. Lahan rawa lebak Desa Mariana Ilir tidak layak untuk tanaman padi karena tingkat keasaman air sangat tinggi.
Berdasarkan hasil kajian, luas daerah Kecamatan Banyuasin I Kebupaten Banyuasin seluas 70.380 Ha, luas lahan rawa lebak sebesar lebih kurang 50 Ha, dengan tinggi lahan 5 – 10 m dari permukaan air laut, sedangkan tinggi air rawa lebak yang rata-rata 50 cm pada saat musim hujan, sedangkan pada musin kemarau lahan rawa lebak menjadi kering.. Tinggi lapisan olah tanah setinggi 25 – 50 cm, dengan struktur tanah berupa asosiasi clay humus dan lapisan bawah humus berupa jenis tanah putih kekuningan.

kata kunci: dataran rendah, rawa, tanah, air, pertanian.

abstract

Swamp blood as one of the water resource, be allah favour the almighty and most worthy of praise and give benefit to realize welfare for all Indonesia people. has value geostrategis in support area development. in line with more the increasing of swamp utilization and comprehension towards environment troubleshoot, so necessary done swamp development arrangement with vision of environment so that got benefit on an ongoing basis.
lowland region development or often at conceive of swamp region “lebak” at south Sumatera region then carried out, especially change for housing activity or industrial, while swamp region “lebak” to made agriculture tune apparently very difficult finally many swamp tunes “lebak” not yet exploited to made agriculture tune, this matter also not with the exception of at Kabuapten Banyuasin, in this time many has swamp tune “lebak” not yet exploited.
To make use swamp sleep this, need tune utilization systems analysis which during the time sleep or is not exploited need study about magnitude swamp tune “lebak”, water condition storage in swamp region “lebak” belong depth ground water condition belongs condition groundwater storage, with magnitude flood rate of flow in magnitude existing drainage basin, soil kind characteristics exist in swamp tune “lebak”.
Stigma that appear regulate common society village swamp region Mariana strops district Banyuasin I am regency marginal tune, neglected tune, tune not rock. swamp tune “lebak” village Mariana strop improper for rice plants because water acidity level very tall.
Based on study result, vast district region Banyuasin I am Kebupaten Banyuasin for the width of 70.380 ha, vast swamp tune “lebak” as big as more less 50 ha, tallly tune 5 – 10 m from sea surface, while tall swamp water “lebak” average 50 cm at the (time) of the rains, while in climate swamp tune dry season “lebak” be dry. . tall layer processes soil as high as 25 – 50 cm, with soil structure shaped association clay topsoil and layer under topsoil shaped yellowness white soil kind.

keyword: lowland, swamp, soil, water, agriculture.

1.1. Latar Belakang
Menurut Eddy Harsono, 2011, Daerah rawa di Indonesia sangat potensial dan tersebar di 5 pulau besar Indonesia yaitu di Sumatera , Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Rawa di Indonesia meliputi ± 17% dari luas daratan di Indonesia yaitu ± 33.393.570 ha yang terdiri dari rawa lebak ± 13.296.770 ha dan luas rawa pasang surut ± 20.096.800 ha. Berikut ini peta luasan lahan rawa di Indonesia yang telah direklamasi dan belum direklamasi, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat atau swasta. Daerah rawa sebagai salah satu sumber daya air, merupakan potensi yang harus dikelola dan memberikan manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Rawa mempunyai nilai geostrategis dalam mendukung pengembangan wilayah. Sejalan dengan semakin meningkatnya pemanfaatan rawa dan pemahaman terhadap permasalahan lingkungan, maka perlu dilakukan pengelolaan dan pengembangan rawa yang berwawasan lingkungan hidup agar diperoleh manfaat secara berkelanjutan.
Daerah rawa lebak merupakan daerah yang mempunyai topografi yang relatif datar, terletak dekat dengan permukiman warga dan terbentuk secara alamiah yang hanya dipengaruhi oleh curah hujan atahu musim hujan.
Berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan oleh Direktorat Rawa dan Pantai Ditjen Sumber Daya Air tahun 2006, melalui studi-studi inventarisasi data daerah rawa wilayah barat dan wilayah timur, diperoleh kesimpulan bahwa dari total luasan daerah rawa yang telah direklamasi 1,8 juta ha tersebut terdapat 0,8 juta ha lahan rawa yang terlantar atau lahan tidur. Lahan terlantar tersebut disebabkan oleh berbagai hal antara lain jaringan tata air yang ada kurang optimal dalam memberikan fungsinya dalam pengelolaan air, karena sistem aliran yang ada belum sesuai.
Potensi dan pengembangan daerah rawa di Sumatera Selatan terdiri dari rawa pasang surut seluas 455.949 ha, sudah dikembangkan atau direklamasi seluas 430.121 ha, pemanfaatannya untuk sawah 182.763 ha, kebun 56.934 ha, tambak 7.946 ha, keperluan lainnya 95.504 ha dan yang belum dimanfaatkan 86.974 ha. Sedangkan rawa lebak 157.846 ha, sudah direklamasi 120.685 ha, pemanfaatannya untuk sawah 48.782, kebun 1.500 ha, keperluan lainnya 23.339 ha dan yang belum dimanfaatkan 47.046 ha, menurut Eddy Harsono, 2011.
Berkenaan dengan kondisi diatas, maka perlu adanya pengelolaan sistem penataan air daerah rawa lebak yang berada di Kelurahan Mariana Ilir Kecamatan Banyuasin I Kabupaten Banyuasin, sehingga daerah rawa lebak yang selama ini menjadi lahan tidur dapat memberikan nilai yang dapat dimanfaatkan baik untuk kebutuhan lahan pertanian, perikanan maupun kebutuhan lain.
1.2. Rumusan Masalah
Kecamatan Banyuasin I Kabupaten Banyuasin yang merupakan daerah rendah dan banyak terdapat daerah rawa lebak “tidur” yang belum dimanfaatkan secara maksimun. Oleh sebab itu apakah dengan analisis model pengaturan air rawa lebak ini dapat memberikan solusi yang besar untuk dimanfaat sesuai peruntukannya.
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mencari solusi sistem pemanfaatan rawa lebak yang ada di Kelurahan Mariana Ilir Kecamatan Banyuasin I Kabupaten Banyuasin yang selama ini menjadi lahan “tidur” dapat digunakan sesuai dengan fungsinya. Sedangkan cara umum, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
• Keseimbangan air rawa lebak Kelurahan Mariana Ilir Kecamatan Banyuasin I Kabupaten Banyuasin
• Menganalisis kondisi tampungan air rawa lebak Kelurahan Mariana Ilir Kecamatan Banyuasin I Kabupaten Banyuasin.
• Melakukan analisis struktur tanah pada rawa lebak di lokasi penelitian
1.4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan di atas, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat :
• Bagi peneliti menambah wawasan berfikir tentang teori yang ada dapat di aplikasikan pada sistem pemanfaatan untuk mengembangkan potensi daerah rawa lebak Kelurahan Mariana Ilir Kecamatan Banyuasin I
• Bagi pemerintah, Dapat memberikan masukan bagi pemerintah Kabupaten Banyuasin untuk mengembangkan potensi daerah rawa lebak Kelurahan Mariana Ilir Kecamatan Banyuasin I
• Bagi masyarakat, dapat meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan petani serta lembaga-lembaga yang ada di daerah rawa lebak berupa pedoman teknis di lapangan yang dapat menggambarkan produksi dengan investasi.

2. Landasan Teori
Air rawa atau danau adalah air permukaan yang dimanfaatkan untuk kehidupan, mempunyai sifat fisik seperti berwarna kuning kecoklatan, ini diakibatkan zat organis yang telah membusuk, misalnya asam humus larut dalam air.
Pembusukan zat organik ini, maka kadar zat organis akan tinggi, sehingga kadar Fe dan Mn akan tinggi, karena kelarutan oksigennya kurang, maka unsur–unsur Fe dan Mn ini akan larut pada permukaan air, dan akan tumbuh lumut (algae) akibat adanya sinar matahari dan oksigen. Jadi untuk pengambilan air, sebaiknya pada kedalaman tertentu agar endapan seperti Fe, Mn, dan lumut yang ada pada permukaan rawa atau telaga tidak terbawa.
Hujan merupakan komponen yang sangat penting dalam Analisis Hidrologi, pada perencanaan debit banjir untuk menentukan dimensi saluran drainase. Curah hujan yang dipergunakan untuk penyusunan suatu rancangan dimensi saluran adalah curah hujan harian maksimum yang dapat diketahui pada stasiun pencatat hujan.
Air yang jatuh dari permukaan tanah terpisah menjadi dua bagian, yaitu bagian yang mengalir di permukaan dan selanjutnya menjadi aliran limpasan (Overland Flow) yang selanjutnya menjadi limpasan (Run-Off) yang seterusnya merupakan aliran sungai ke Laut.
Air tanah dangkal berasal dari air hujan yang meresap secara vertikal. Lumpur dan sebagian bakteri (bakteri yang terdapat pada lumpur), tertahan pada permukaan tanah. Air tanah pada lapisan tanah yang jernih masih mengandung garam–garam yang terlarut.

Air tanah dalam adalah air hujan yang meresap kedalam tanah yang menembus lapisan rapat air tanah dangkal. Kedalaman air tanah dalam, biasanya antara ± (100–300) m. Pengambilan air tanah dalam, harus menggunakan bor dan memasukan pipa kedalamnya. Jika tekanan air tanah ini besar, maka air dapat menyembur keluar, sumur air tanah dalam disebut dengan sumur artetis. Jika air tidak dapat keluar dengan sendirinya, maka digunakanlah pompa untuk membantu pengeluaran air tanah dalam.
Tanah mampunyai sifat kimia, karena tanah mengandung bahan mineral batuan yang telah lapuk, bahan organik jasad hidup tanah, udara, dan air. Sifat kimia tanah di lahan rawa lebak umumnya mempunyai pH berkisar 3.5 sampai 4.0. Tingkat kemasaman di lahan rawa lebak umumnya dipengaruhi oleh lingkungan setempat, bahan organik dan perbedaan tingkat oksidasi.
Pada musim kemarau tanah lebih teroksidasi, sehingga kemasaman meningkat dan PH menjadi lebih rendah. Sebaliknya pada musim hujan, kemasaman dapat menurun, karena selain terjadi pengenceran juga terjadi proses reduksi. Apabila terjadi water logged berkepanjangan dan lama, maka terjadi proses perombakan secara anaerob terhadap bahan organik sehingga terjadi pemasaman. Kemasaman merupakan watak bawaan lahan rawa.
Analisa distribus curah hujan, yaitu dengan menghitung besaran nilai hujan rata-rata, standar deviasi, koefisien variasi curah hujan, koefisien skewness dan koefisien kurtosis sebagai berikut :
1. Harga Rata-rata :
2. Standard Deviasi :
3. Koefisien Variasi :
4. Koefisien Skewness :
5. Koefisien Kurtosis :
2.1. Distribusi Normal
Sifat dari sebaran type distribusi normal adalah :Cs = 0 ; Ck = 3, apabila besaran Cs dan Ck dari data curah hujan mendekati nilai tersebut, maka type distribusi ini dapat digunakan. Penggunaan distribusi teoritisnya mengikuti persamaan berikut :

Dimana : = Besarnya variabel dengan jangka waktu ulang T tahun
= Nilai rata-rata curah hujan maksimum
= Standard deviasi
Ktr = Nilai variabel reduksi gauss
2.2. Distribusi Log Normal
Peramalan data dengan menggunakan distribusi log normal juga perlu mengkonversikan data menjadi bentuk logaritma dan parameter statistic yang digunakan juga sama. Untuk distribusi log normal nilai koefisien asimetri Cs = 0. Persamaan peramalan menurut distribusi log normal adalah :

Dimana : = Besarnya variabel dengan jangka waktu ulang T tahun
= Nilai rata-rata curah hujan maksimum
= Standard deviasi
= Nilai interpolasi dari tabel log normal
2.3. Distribusi Pearson Type III
Parameter statistic yang digunakan dalam distribusi Pearson Type III adalah :
XT =
Dimana : = Besarnya variabel dengan jangka waktu ulang T tahun
= Nilai rata-rata curah hujan maksimum
= Standard deviasi
Ktr = Nilai variabel dari interpolasi pada tabel distribusi pearson type III
2.4. Distribusi Log Pearson Type III
Parameter statistic yang digunakan dalam distribusi Log Pearson Type III adalah :
1. Rata-rata Logaritma :
2. Standard Deviasi Logaritma :
3. Koefisian Skewness :
Distribusi Log Pearson Type III adalah :

Dimana : = Logaritma dari variabel dengan jangka waktu ulang T tahun
= Curah hujan rata-rata logaritma data
= Standard deviasi logaritma
= Koefisien skewness
2.5. Distribusi Gumbel
Metode ini sering digunakan untuk meramalkan suatu peristiwa secara statistic yang bernilai ekstrim, baik untuk aliran (debit) maupun untuk hujan atau elevasi muka air. Persamaan peramalannya adalah :

Dimana : = Besarnya variabel dengan jangka waktu ulang T tahun
= Nilai rata-rata curah hujan maksimum
= Standard deviasi
= Reduced mean (tabel 2.5.)
= Reduced standard deviasi (tabel 2.6.)
= Reduced variate
2.6. Uji kecocokan Smirnov – Kolmogorov
Untuk uji kecocokan smirnov – Kolmogorov terhadap kelima distribusi diatas dengan jumlah data (n) adalah 6, diambil derajat kepercayaan (α) adalah 0,05 maka nilai lritis 5% (D0). Demikian juga dengan T=1/p dan p = m / (n+1). Dengan terlebih dulu mengurutkan data dari nilai terbesar ke yang terkecil, selanjutnya dihitung nilai x prediksi dengan rumus :

Dimana : = Nilai curah hujan rata-rata
S = Standar deviasi
Kemudian hitung X(aktual) dan X(prediksi), jumlahkan dan akan diperoleh nilai selisih maksimum (Dmax).
Jika : Dmax < D0 maka hasil uji kecocokan diterima Jika : Dmax > D0 maka hasil uji kecocokan tidak diterima
2.7. Debit banjir rencana
Debit banjir yang terjadi pada suatu area tergantung dari kondisi peruntukan area tersebut. Pada area yang masih alami besarnya debit banjir cenderung lebih kecil dibandingkan area yang sudah dikembangkan pada kondisi kemiringan lahan yang sama. Untuk daerah kawasan meresapnya air seringkali tidak tercapai. Metode yang digunakan adalah metode rasional dengan formula sebagai berikut :
Q = 0,278 C . I . A
Dimana : Q = Debit banjir yang mengalir kedalam saluran (m³/det)
C = Angka Pengaliran (tabel II.1)
I = Intensitas hujan (mm/jam)
A = Luas daerah aliran (km²)
3. Metodelogi
Penelitian pemanfaatan rawa lebak ini dilakukan di Kelurahan Mariana Ilir Kecamatan Banyuasin I Kabupaten Banyuasin. Pengumpulan data primer berupa pengukuran kondisi tinggi air rawa, dan melakukan wawancara dengan masyarakat pemilik lahan rawa, sedangkan data sekunder adalah data curah hujan dan kondisi serta luasan sub daerah rawa lebak sebagai data untuk menganalisis besaran nilai curah hujan dan untuk menghitung besaran debit banjir dan data sekunder dikumpulankan dengan mengethui kondisi struktur tanah.

4. Analisis dan Pembahasan
4.1. Hidrotopografi
Pada tingkat makro, topografi daerah Kelurahan Mariana Ilir Kecamatan Banyuasin I secara umum landai menuju outlet drainase secara alami. Kelandaian Kelurahan Mariana Ilir Kecamatan Banyuasin I pada tingkat mikro, topografi sangat tidak teratur dengan besaran rata-rata 1 %, dan dengan ketinggian 5 -10 dari permukaan air laut.
4.2. Iklim
Iklim di daerah Kelurahan Mariana Ilir Kecamatan Banyuasin I adalah hujan tropis, panas dan lembab sepanjang tahun dengan suhu maksimum antara 29°-32° C, suhu minimum 21°-22° C dan kelembaban antara 84-88%. Bulan-bulan basah curah hujan lebih dari 200 mm per bulan terjadi selama dalam periode November-April dan bulan kering rata-rata Agustus curah hujan kurang dari 100 mm per bulan. Curah hujan tahunan rata-rata sekitar 2.400 mm. Menurut klasifikasi Oldeman, iklim agro-adalah C-1, dengan 5 sampai 6 bulan basah berturut-turut curah hujan lebih dari 200 mm dan 0 – 1 bulan kering curah hujan kurang dari 100 mm.

4.3. Curah Hujan

Daerah Kelurahan Mariana Ilir Kecamatran Banyuasin I Kabupaten Banyuasin ini tidak mempunyai stasiun hujan, oleh sebab itu, oleh sebab itu data curah hujan yang dipakai adalah data curah hujan yang berasal dari Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BKKG) Kenten Palembang yang dianggap paling dekat dengan lokasi penelitian.
Adapun data curah hujan yang diperoleh untuk masa 10 tahun dengan urutan di mulai tahun 2002 sampai dengan tahun 2011. Data curah hujan ini dapat di lihat pada tabel 4.1. diu bawah ini.

Tabel 4.1. Data Curah Hujan

No. Tahun Curah Hujan mm/tahun

1 2002 159,08
2 2003 161,25
3 2004 168,08
4 2005 188,08
5 2006 169,33
6 2007 274,50
7 2008 236,58
8 2009 211,00
9 2010 302,58
10 2011 184,50
Sumber : (BKKG) Kenten Palembang,2011

4.4. Distribusi Curah Hujan
Analisis distribusi curah hujan didapat nilai rata-rata curah hujan sebesar 205,5 mm/tahun, standard deviasi ( S ) sebesar 47,83, koefisien variasi ( Cv ) sebesar 0,23, koefisien skewness ( Cs ) sebesar = 1,23, koefisien kurtosis ( Ck ), sebesar 4,70

4.4.1. Distribusi Normal
Analisis perhitungan distribusi normal menunjukan bahwa kala untuk 2 tahun doperoleh sebesar 205, 50 mm/tahun, untuk kala ulang 10 tahun sebesar 266,722 mm/tahun dan untuk kala unag 100 tahun diperoleh sebesar 316,944 mm/tahun, selanjutnya secara rinci dapat dilihat di tabel 4.2. berikut ini :
Tabel 4.2. Periode Ulang Hujan Distribusi Normal
T (mm/tahun) ktr S
(mm) XT
(mm/tahun)
2 205,5 0,00 47,83 205,500
5 205,5 0,84 47,83 245,677
10 205,5 1,28 47,83 266,722
25 205,5 1,64 47,83 283,941
50 205,5 2,05 47,83 303,552
100 205,5 2,33 47,83 316,944
Sumber : hasil analisis, 2012

4.4.2. Distribusi Log Normal
Analisis perhitungan distribusi log normal menunjukan bahwa kala untuk 2 tahun doperoleh sebesar 199,297 mm/tahun, untuk kala ulang 10 tahun sebesar 269,526 mm/tahun dan untuk kala unag 100 tahun diperoleh sebesar 351,318 mm/tahun, selanjutnya secara rinci dapat dilihat di tabel 4.3. berikut ini :
Tabel 4.3. Periode Ulang Hujan Distribusi Log Normal
T
ktr
Log XT XT (mm/tahun)
2 2,302 -0,0250 0,099 2,300 199,297
5 2,302 0,8334 0,099 2,385 242,493
10 2,302 1,2965 0,099 2,431 269,526
25 2,302 1,7609 0,099 2,477 299,709
50 2,302 2,1341 0,099 2,514 326,362
100 2,302 2,4570 0,099 2,546 351,318
Sumber : Hasil analisis,2012

4.4.3. Distribusi Pearson Type III
Analisis perhitungan distribusi pearson type III menunjukan bahwa kala untuk 2 tahun doperoleh sebesar 195,958 mm/tahun, untuk kala ulang 10 tahun sebesar 268,267 mm/tahun dan untuk kala unag 100 tahun diperoleh sebesar 356,982 mm/tahun, selanjutnya secara rinci dapat dilihat di tabel 4.4. berikut ini :

Tabel 4.4. Periode Ulang Hujan Distribusi Pearson Type III
T
ktr S XT (mm/tahun)
2 205,5 -0,1995 47,83 195,958
5 205,5 0,3694 47,83 223,170
10 205,5 1,3123 47,83 268,267
25 205,5 1,8082 47,83 291,986
50 205,5 2,6347 47,83 331,518
100 205,5 3,1671 47,83 356,982
Sumber : Hasil analisis,2012

4.4.4. Distribusi Log Pearson Type III
Analisis perhitungan distribusi log pearson type III menunjukan bahwa kala untuk 2 tahun doperoleh sebesar 197,834 mm/tahun, untuk kala ulang 10 tahun sebesar 270,520 mm/tahun dan untuk kala unag 100 tahun diperoleh sebesar 360,994 mm/tahun, selanjutnya secara rinci dapat dilihat di tabel 4.5. berikut ini :

Tabel 4.5. Periode Ulang Hujan Distribusi Log Pearson III
T
ktr
Log XT XT (mm/tahun)
2 2,302 -0,0571 0,099 2,296 197,834
5 2,302 0,8204 0,099 2,383 241,769
10 2,302 1,3126 0,099 2,432 270,520
25 2,302 1,8628 0,099 2,487 306,761
50 2,302 2,2333 0,099 2,524 333,811
100 2,302 2,5757 0,099 2,558 360,994
Sumber : Hasil analisis,2012

4.4.5. Distribusi Gumbel
Analisis perhitungan distribusi log pearson type III menunjukan bahwa kala untuk 2 tahun doperoleh sebesar 199,021 mm/tahun, untuk kala ulang 10 tahun sebesar 293,918 mm/tahun dan untuk kala unag 100 tahun diperoleh sebesar 412,301 mm/tahun, selanjutnya secara rinci dapat dilihat di tabel 4.6. berikut ini :
Tabel 4.6. Periode Ulang Hujan Distribusi Gumbel
T α B ktr XT (mm/tahun)
2 0,01985 180,558 0,367 199,021
5 0,01985 180,558 1,500 256,119
10 0,01985 180,558 2,250 293,918
25 0,01985 180,558 3,199 341,691
50 0,01985 180,558 3,902 377,127
100 0,01985 180,558 4,600 412,301
Sumber : Hasil analisis,2012
Rekapitulasi periode ulang hujan kelima distribusi frekuensi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.7. dan gambar 4.1. dibawah ini:
Tabel 4.7. Rekapitulasi Periode Ulang Hujan
Periode ulang (tahun) Analisa Frekuensi Curah Hujan Rencana (mm/tahun)
Normal Log Normal Pearson Type 3 Log Pearson Type 3 Gumbel
2 205,50 199,30 195,96 197,83 199,02
5 245,68 242,49 223,17 241,77 256,12
10 266,72 269,53 268,27 270,52 293,92
25 283,94 299,71 291,99 306,76 341,69
50 303,55 326,36 331,52 333,81 377,13
100 316,94 351,32 356,98 360,99 412,30

Gambar 4.1. Grafik uji sebaran
4.4.6. Analisis Tampungan Rawa Lebak
Analisis debit banjir pada daerah rawa lebak Kelurahan Mariana Ilir Kecamatan Banyuasin I Kabupaten Banyuasin tersebut, dengan memperhatikan luas kawasan yang ada sesuai dengan kondisi saat ini, dimana luas lahan catment area total sebesar 630 Ha, dengan rincian : pekarangan seluas 325 Ha, sawah pasut 105 Ha, sawah lebak seluas 150 Ha, dan rawa yang tidak diusahakan seluas 50 Ha.
Hasil analisis debit banjir pada kala ulang banjir untuk 2 tahun di peroleh sebesar Q banjir sebesar 6,598 m3/det, sedangkan tampungan pada air yang tergenang secara existing saat ini sebesar 1250 m3 sampai dengan 2500 m3.

5. Simpulan
5.1. Kelandaian Kelurahan Mariana Ilir Kecamatan Banyuasin I pada tingkat mikro, topografi sangat tidak teratur dengan besaran rata-rata 1 %, dan dengan ketinggian 5 -10 dari permukaan air laut.
5.2. Kondisi panas dan lembab sepanjang tahun dengan suhu maksimum antara 29°-32° C, suhu minimum 21°-22° C dan kelembaban antara 84-88%.
5.3. Distribusi curah hujan didapat nilai rata-rata curah hujan sebesar 205,5 mm/tahun, standard deviasi ( S ) sebesar 47,83, koefisien variasi ( Cv ) sebesar 0,23, koefisien skewness ( Cs ) sebesar = 1,23, koefisien kurtosis ( Ck ), sebesar 4,70
5.4. Kondisi debit banjir pada kala ulang banjir untuk 2 tahun di peroleh sebesar Q banjir sebesar 6,598 m3/det, sedangkan tampungan pada air yang tergenang secara existing saat ini sebesar 1250 m3 sampai dengan 2500 m3.

Daftar Rujukan

Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Bambang Triatmodjo, 1993, Mekanika Fluida, Pusat Antar Universitas, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Bambang Triatmodjo, 1993, Hidraulika I dan II, Universitas, Universitas Gadjah Mada, Beta Offset, Yogyakarta.

Chow,V.T., 1959, Open Chanel Hydraulic, Mc.Graw-Hill, Kogakusha Ltd, Tokyo.

Dake,J.M.K., 1983, Hidrolika Teknik, Penerbit Erlangga Jakarta.

Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan, 2012, Profil Wilayah Binaan Penyuluh Pertanian (WBPP), Kecamatan Banyuasin I.

Muhammd Ikhsan, 2012, Analisa Sistem Tata Air Rawa Lebak Untuk Pertanian (Studi Kasus Desa Baru Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin.

Soemarto, C. D. 1999. Hidrologi Teknik. Erlangga. Jakarta.

Yamanie, Ir. H. M. A. 2004. Pengembanga Pertanian di Lahan Lebak. From http://www.deptan.go.id/bpsdm/bbpp-binuang/index.php?option=com content&task=view&id=69&Itemid=1, 30 Maret 2012

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *