Makalah Seminar FRN 2012

KAJIAN SEDIMENT TRANSPORT SUNGAI BANYUASIN SEBAGAI  ALUR RENCANA PELABUHAN SAMUDERA TANJUNG API-API

 

Achmad Syarifudin

Dosen Universitas Bina Darma Palembang

Mahasiswa Program Doktor Universitas Sriwijaya

email: syarifachmad6080@yahoo.co.id

achmad_syarifudin@mail.binadarma.ac.id

 

Abstrak:

Investasi melalui sistem pada pelabuhan yang direncanakan pembangunannya sejak tahun 1975 ini,  dipandang potensial karena Tanjung Api-Api dapat dimanfaatkan sebagai pelabuhan ekspor batu bara oleh PT.Tambang Batu Bara Bukit Asam (PTBA). PTBA saat ini mengeksplorasi batu bara dengan cadangan mencapai 4,8 milyar ton, total cadangan batu bara di daerah ini mencapai 18 milyar ton atau lebih dari 50 persen jumlah potensi batu bara di Indonesia.

Sedimentasi yang terjadi di muara Sungai Banyuasin akibat pengendapan dari suspended load yang dibawa oleh air. Kandungan suspended load rata-rata pada arus keluar pada saat neap tide sebesar 0,0629 g/lt, sedangkan pada arus masuk adalah sebesar 0,0617 g/lt. Pada saat spring tide, kandungan suspended load rata-rata arus keluar adalah 0,1613 g/lt dan pada saat arus masuk adalah 0,3020 g/lt. Tingginya kandungan suspended load pada saat spring tide ini lebih disebabkan oleh adanya pengadukan dasar laut. Besarnya net transport sediment pada saat neap tide adalah 89 ton/tahun ke arah luar, sedangkan pada saat spring tide adalah 10.837 ton/tahun masuk ke sungai. muatan dasar pada band 3-2-1 berkisar antara 98,07 – 116,93 mg/l, dimana nilai konsentrasi terendah terdapat pada stasiun 27 dan yang terbesar pada tiga titik pengambilan sampel, yaitu lokasi 5,6, dan 15.

Dari hasil perhitungan konsentrasi sedimen pada muara sungai Banyuasin, nilai konsentrasi MPT jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nilai konsentrasi muatan dasar. sedimentasi pada daerah muara Sungai Banyuasin lebih dominan disebabkan oleh karena pengaruh debit sungai.

 

 

Kata kunci: sediment transport, bed load, suspended load

 

 

1. LATAR BELAKANG

 

Provinsi Sumatera Selatan dengan luas daerah 87.017 km2 dan berpenduduk 6,7 juta jiwa merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai beragam potensi ekonomi dan sumberdaya lainnya.Salah satu program yang telah diluncurkan oleh pemerintah provinsi Sumatera Selatan  pada tahun 2004 adalah menjadikan Sumatera Selatan sebagai lumbung energi nasional, dimana kebijakan program tersebut telah mendapat dukungan secara nasional pula. Pembangunan infrastruktur di daerah Sumatera Selatan memberi dampak luas pada pertumbuhan perekonomian. Pertumbuhan investasi, peluang lapangan kerja yang menyedot tenaga kerja diharapkan terdorong oleh pembangunan prasarana infrastruktur tersebut. Investasi melalui sistem pada pelabuhan yang direncanakan pembangunannya sejak tahun 1975 ini,  dipandang potensial karena Tanjung Api-Api dapat dimanfaatkan sebagai pelabuhan ekspor batu bara oleh PT.Tambang Batu Bara Bukit Asam (PTBA). PTBA saat ini mengeksplorasi batu bara dengan cadangan mencapai 4,8 milyar ton, total cadangan batu bara di daerah ini mencapai 18 milyar ton atau lebih dari 50 persen jumlah potensi batu bara di Indonesia.

Dari penjelasan di atas, pembangunan Pelabuhan Tanjung Api-Api di Kabupaten Banyuasin cukup menjanjikan. Walaupun demikian ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dan pertimbangan, salah satunya adalah faktor keterkaitan Pelabuhan Tanjung Api-Api dengan lingkungan sekitar, khususnya lingkungan fisik perlu menjadi kajian. Lingkungan fisik tersebut antara lain adalah kondisi debit air Sungai Banyuasin (Lokasi Pelabuhan Tanjung Api-Api) yang akan berfungsi sebagai alur dan kolam pelabuhan serta lalu lintas air (debit rata-rata, debit minimum dan debit andalan dalam konteks ketersediaan air serta debit banjir pada sisi keamanan infrastruktur Pelabuhan Tanjung Api-Api)

Secara lebih jelas letak Pelabuhan Tanjung Api-Api seperti terlihat pada peta orientasi pelabuhan berikut ini :

 

 

 

Gambar 1.1. peta orientasi pelabuhan tanjung api-api, 2006

 

Berdasarkan latar belakang di atas maka Universitas Bina Darma dengan bekerjasama dengan Tim dari LAPI ITB Bandung, untuk ikut berpartisipasi dalam memberikan konstribusi terhadap pembangunan Sumatera Selatan, khususnya rencana pembangunan Pelabuhan Tanjung Api-Api dengan  menyusun Studi Kelayakan Pengembangan Pelabuhan Tanjung Api-Api.

 

2. KONDISI EKSISTING

 

Pokok bahasan yang tercangkup dalam penelitian ini adalah muara sungai banyu asin,  berdasarkan kenampakan warna dan rona dari citra kombinasi Band 3-2-1, terlihat bahwa distribusi sedimen dikontrol oleh arah aliran di dalam muara Sungai Banyuasin, yang bergerak dari arah barat daya ke arah timur laut. Aliran yang berasal dari kedua sungai yaitu Sungai Sebalik dan Sungai Banyuasin yang masuk ke muara sungai terdistribusi menjadi 4 pola aliran. Ketika mendekati muara, 2 pola aliran di sisi tenggara menjadi satu aliran menuju laut dan 2 pola aliran di sisi barat laut menjadi satu aliran menuju laut ( lihat Gambar 2.1).

 

 

Gambar 2.1. Pola aliran dan sedimentasi sungai Banyuasin, 2006

Mengingat bahwa pembangunan pelabuhan tanjung siapi-api sangat penting bagi perkembangan daerah Sumatera Selatan, maka diperlukan kajian lebih lanjut masalah sedimentasi dalam pembangunan Pelabuhan Tanjung Siapi-api.

 

 

3. DISKUSI

 

Proses sedimentasi yang terjadi di muara Sungai Banyuasin adalah akibat pengendapan dari suspended load yang dibawa oleh air. Kandungan suspended load rata-rata pada arus keluar pada saat neap tide sebesar 0,0629 g/lt, sedangkan pada arus masuk adalah sebesar 0,0617 g/lt. Pada saat spring tide kandungan suspended load rata-rata arus keluar adalah 0,1613 g/lt dan pada saat arus masuk adalah 0,3020 g/lt. Tingginya kandungan suspended load pada saat spring tide ini lebih disebabkan oleh adanya pengadukan dasar laut. Besarnya net transport sediment pada saat neap tide adalah 89 ton/tahun ke arah luar, sedangkan pada saat spring tide adalah 10.837 ton/tahun masuk ke sungai. Jadi besanya net transport sediment adalah 10.748 ton/tahun masuk ke sungai. Lokasi perangkap sedimentasi terlihat pada Gambar 3.1 yang digambarkan dari hasil komposit saluran band 3-2-1 dan sebaran sedimentasi permukaan dasar laut disepanjang tepi muara Banyuasin dapat dilihat pada Gambar 3.2. dan Gambar 3.3.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 3.1. Kenampakan material endapan yang dibawa oleh arus di

perairan sungai Banyuasin (Citra Satelit TM+7, 13 Juli 2001)

 

Berdasarkan kenampakan warna dan rona dari citra kombinasi Band 3-2-1, terlihat bahwa distribusi sedimen dikontrol oleh arah aliran di dalam muara Sungai Banyuasin, yang bergerak dari arah barat daya ke arah timur laut. Aliran yang berasal dari kedua sungai yaitu Sungai Chalik dan Sungai Banyuasin yang masuk ke muara sungai terdistribusi menjadi 4 pola aliran. Ketika mendekati muara, 2 pola aliran di sisi tenggara menjadi satu aliran menuju laut dan 2 pola aliran di sisi barat laut menjadi satu aliran menuju laut (lihat Gambar 3.1).

Dua pola aliran muatan sedimen tersebut akan mengendap di dasar sungai jika terjadi penurunan kecepatan aliran secara besar-besaran karena terjadinya gesekan (friction) antara aliran sungai dengan dinding sungai yang dipengaruhi oleh morfologi sungai yang bermeander. Sungai pada bagian hulu Muara Sungai Banyuasin yang memiliki lengkungan yang  cukup besar  menyebabkan kecepatan arus sungai menurun sehingga muatan sedimen yang dibawa oleh arus akan terdeposit. Salah satu variabel yang diduga berpengaruh terhadap hasil sedimen pada muara Sungai Banyuasin yaitu penutup dan penggunaan lahan pada sub DAS Banyuasin. Akan tetapi pengaruhnya tersebut diperkirakan tidak terlalu besar karena menurut kemiringan lokasi hanya sekitar 1-2 % dan lokasi penelitian ini hampir datar. Berdasarkan data yang diperoleh dari Citra satelit diketahui bahwa penutup dan penggunaan lahan pada daerah penelitian yaitu sub DAS Banyuasin, dari 2.284,09 km2 untuk wilayah daratan pada daerah sekitar wilayah pengamatan, penutup lahan (landcover) didominasi oleh semak belukar-rawa sebesar 1.062,12 km2 atau sebesar 46,50 % dari luas wilayah daratan.Jenis tanah yang terdapat pada daerah penelitian ini di dominasi oleh Organosol dan alluvial hidromof, hanya sebagian kecil Podzolik merah kuning. Di sepanjang sub DAS Banyuasin pada wilayah penelitian, kiri-kanan sungai adalah hutan mangrove sehingga kemungkinan sebagai tempat asal sedimen kecil.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 3.2. Penimbunan sedimentasi dari material endapan di Sekitar Muara

Sungai Banyuasin

Dari pengambilan contoh bed load di lokasi didapat bahwa untuk daerah yang masuk ke arah hulu material dasar didominasi oleh material Lumpur, berarti ada pengendapan karena arus relatif lemah. Sedangkan didaerah alur (agak ke tengah dari posisi muara) dengan kedalaman relatif dalam, material utamanya pasir dan pasir kelanauan.

Dengan tipe pasang surut tunggal memungkinkan terjadinya pengendapan dua kali dalam satu hari, yang masing-masing terjadi selama satu jam. Dari kandungan suspended load yang diambil pada neap tide dan spring tide, maka besarnya laju pengendapan sedimen adalah 1,70 s/d 8,92 cm/tahun dengan rata-rata 4,97 cm/tahun.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 3.3. Besar laju pengendapan sedimen di tepi muara Sungai

Banyuasin, 2006

 

 

 

Tabel 3.1.  Pembagian Kelas Konsentrasi sedimen dari citra Komposit Band

3-2-1

 

Klas

Rona dan Warna

Konsentrasi Sedimen (mg/l)

I

Merah < 101,56 (berupa butiran pasir)

II

Merah-Kuning 102,57 – 147,49

III

Kuning-Hijau 747,50 – 1557,06

IV

Hijau – Biru 1557,07 – 3019,40

V

Biru – Ungu 3019,41 – 6793,76

VI

Ungu > 6793,76 (berupa endapan lanau/pasir)

Sumber: LAPI ITB, 2007

Hasil analisis perhitungan untuk muatan dasar pada band 3-2-1 berkisar antara 98,07 – 116,93 mg/l, dimana nilai konsentrasi terendah terdapat pada stasiun 27 dan yang terbesar pada tiga titik pengambilan sampel, yaitu lokasi 5,6, dan 15. Nilai konsentrasi sedimen pada tiap titik sampel dapat di lihat pada Tabel 4.4. Dari hasil perhitungan konsentrasi sedimen pada muara sungai Banyuasin, nilai konsentrasi MPT jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nilai konsentrasi muatan dasar. Dapat disimpulkan, bahwa sedimentasi pada daerah muara Sungai Banyuasin di dominasi oleh karena pengaruh debit sungai.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 3.4. Distribusi Konsentrasi Sedimen (mg/l) komposit band 3-2-1

Gambar 3.4. menunjukkan besarnya konsentrasi sedimen yang ditampilkan dengan color table rainbow reverse. Sebaran butiran pasir dapat dikenali dengan warna merah, warna kuning merupakan respon konsentrasi sedimen (MPT dan muatan dasar), sementara warna ungu (violet) merupakan respon dari endapan lanau. Perbedaan rona dan warna pada tiap pixel (pcture elemen) pada objek yang diindikasikan menunjukkan nilai konsentrasi sedimen yang berbeda. Untuk rona  dan warna pixel yang sama mempunyai nilai konsentrasi sedimen yang sama. Dengan demikian pengenalan arah dan laju sedimentasi akan jauh lebih mudah dilihat dengan memanfaatkan citra dengan mengenali rona dan warna berdasarkan nilai pixel dalam komposit band 3-2-1.

 

4. UCAPAN TERIMA KASIH

Di sampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Prof. Ir. H. Bochari Rachman, MSc, yang telah memberikan izin dan bantuan kepada kami untuk melakukan kajian bersama tim dari LAPI-ITB Bandung dan Dr/ Sunda Ariana, M.Pd yang telah memberikan izin dalam keikutsertaan kami dalam Seminar Nasional dan Simposium ini sehingga tulisan ini dapat disampaikan.

 

5. KESIMPULAN

5.1.  Apabila bila ditilik dari sebab dan sumber sedimentasi yang begitu besar di muara sungai Banyuasin, dapat dikatakan bahwa perairan laut dan perairan sungai-sungai besar di sub DAS Banyuasin,  sangat dipengaruhi oleh kondisi daerah hulu sungai dan masukan air tawar dari muara sungai di sekitarnya. Di sub DAS Banyuasin memiliki beberapa hulu sungai, yang bermuara di beberapa sungai besar yang terletak di muara Sungai Banyuasin.  Aktivitas penduduk di sekitar sungai memberi masukan muatan padatan tersuspensi pada perairan pesisir di Muara Sungai Banyuasin, serta rendahnya kualitas hutan di daerah hulunya.

5.2. Pemanfaatan sungai yang dilakukan oleh penduduk setempat antara lain adalah  sebagai dermaga kapal nelayan dan sebagai sumber mata pencaharian untuk mencari ikan sungai selain pembuatan beberapa keramba ikan dan alat transportasi. Tepi sungai di  sub DAS Banyuasin biasanya ditumbuhi dengan tanaman nipah dan hutan-hutan bakau yang sudah mulai rusak, juga banyak terdapat ilalang. Aktivitas rumah tangga juga banyak memberi masukan berupa muatan padatan tersuspensi ke dalam sungai sehingga di perairan pesisir dekat muara terdapat kandungan mpt yang sangat besar.

5.3.  Berdasarkan tampilan citra, sebaran MPT terlihat bahwa kandungan mpt di sepanjang sungai dan perairan dekat pantai sangat besar, lebih dari 6.230 mg/l yang diwakili oleh warna merah pada citra sebaran MPT.  Sebaran mpt tampak terkonsentrasi pada perairan sepanjang sungai dan mulut muara sungai. Diduga pada saat perekaman citra, pergerakan massa air menuju ke arah utara dan timur.  Terlihat bahwa konsentrasi mpt yang tinggi meluas sampai jauh ke tengah laut pada bagian utara, sedangkan di bagian utara dan barat, konsentrasi mpt yang tinggi hanya berada diperairan dekat pantai.

5.4.  Bagian tengah muara sungai Banyuasin mengandung mpt sebesar 2.300 – 4.056 mg/l, di bagian selatan mpt berkisar antara 4.500 – 6129 mg/l, sedangkan pada bagian utara kandungan mpt berkisar antara 1.700 – 4.800 mg/l. Semakin jauh dari daratan, kandungan mpt semakin berkurang, dikarenakan konsentrasi sedimen mulai menyebar meluas ke arah laut..

 

DAFTAR PUSTAKA

Chow, Ven Te dan E.V. Nens Rosalina. 1997. Open Channel Hydraulics (Hidrolika Saluran Terbuka ). Jakarta : Erlangga

 

Dake. J.M.K, Endang P. Tachyan, dkk. 1985. Hidrolika Teknik Edisi ke-2. Jakarta :Erlangga.

 

Gunn, R dan G.D Kinzer. 1949. The Terminal Velocity of Fall For Water Droplets In Stagnant Air. Amerika : J. Meteorol.

 

Junaidi, Indra. 1994. Skripsi. Palembang

 

Linsley. JR, Max . Kohler, dkk. 1996. Hidrologi Untu Insiyur Edisi Ke-3. Jakarta : Erlangga.

 

Syarifudin, Achmad. 1998. Modul Rangkuman Transport Sedimen. Palembang

 

Soemarto, C.D. 1999. Hidrologi Teknik Edisi Ke-2. Jakarta : Erlangga.

 

Triatmodjo, Bambang. 1996. Soal-soal Penyelesaian Hidroulika II. Yogyakarta : Beta Offset

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *