Pemikiran Stanley Fish

Stanley Fish adalah seorang kritikus sastra dalam bidang bahasa Inggris, kajian sastra, dan media. Ia memiliki sebuah ketertarikan yang kuat dalam sastra, karyanya berpusat pada penafsiran tekstual dan pertanyaan tentang letak makna.

B. READER RESPONSE THEORY ( TOERI RESPONS PEMBACA )

Berbeda dengan Riceour, Fish berpendapat bahwa semua makna terletak dalam naskah. Menurutnya, makna terletak dalam pembaca, yang merujuk pada penyebutan karya Fish yaitu Tori Respon Pembaca. Reader Response Theory yang menyatakan “Apa yang dimaksud dengan Naskah?”, tetapi “Apa yang dilakukan oleh Naskah?”
Naskah yang merangsang pembaca aktif, tetapi pembaca sendiri, bukan naskahnya yang memberikan maknanya. Sebagai contoh adanya sastra Amerika abad ke-19 Moby Dick yang ketika kita membaca mungkin kita akan menghabiskan waktu yang lama untuk mencoba mencari tahu makna sebenarnya dari naskah tersebut dan kita akan menggunakam hermeneutika untuk melakukanya. Fish mengatakan bahwa Moby Dick sebagai sebuah naskah tidak memiliki makna, tetapi pembaca akan menganggapnya memiliki banyak makna.

C. PEMAKNAAN BUKAN MASALAH INDIVIDU

Flish juga menyebutkan bahwa pemaknaan bukanlah masalah individu. Kita tidak memutuskan dengan sewenag-wenangnya makna sebuah naskah, pemaknaan kita juga tidak istimewah. Dengan mengikuti sebuah pendekatan konstuksionis sosial, Fish mengajarkan bahwa pembaca merupakan anggota dari Komunitas Interpretif atau kelompok yang saling berinteraksi, membentuk realitas dan pemaknaan umum, serta menggunakanya dalam pembacaan mereka. Jadi, pemaknaan terletak dalam komunitas interpretif pembaca. Ketika kita menggunakan Teori Fish kita tidak akan mencari pemaknaan tunggal. Tidak ada pembacaan yang benar atau objektif dari sebuah naskah. Masalahnya terggantung pada penafsiran lawan berbicara kita. Tidak usah dikatakan, ini merupakan sebuah gagasan yang controversial dalam kajian-kajian sastra, sepei kritik sastra yang melihat pada maksud penulis menyampaikan maksudnya melalui setiap aspek isi dan bentuk.

Bahasa Dan Gender

Tiga puluh tahun lalu, sebuah karya besar telah dihasilkan dalam komunikasi dan gender. Dalam bagian ini, kita mengkaji teori teori yang berhubungan dengan gender sampai tradisi social budaya. Semua teori ini terkait dengan bagaimana gender mempengaruhi bahasa dan sebaliknya membangun dunia social khusus.

Cheris Kramarae meyakini bahwa fitur utama dari dunia adalah sifat linguistic serta kata kata dan sintaksis dalam struktur pesan dari pemikiran seseorang serta interaksi yang mempengaruhi besar pada bagaimana kita mengarungi dunia. Implikasi yang timbuk dari bahasa adalah perhatianm utama kramarae, sebagimana penelusuran pada bagaimana cara pesan memperlakukan wanita dan pria secara berbeda. Pengalaman seseorang tidak mungkin lepas dari pengaruh bahasa.

Bahkan, kategori laki-laki dan perempuan adalah hasil dari pembentukan secara linguistic, dengan kata lain,kita “dididik untuk melihat dua jenis kelamin. Kemudian kita melakukan banyak kegiatan untuk terus melihat hanya dua jenis kelamin ini.
Kramarae tidak hanya mencatat kepentingan bahasa dalam penafsirannya. Ia juga mengarahkan pada dimensi kekuasaan yang ditambahkan didalamnya. Dan mereka yang menjadi bagian dari system linguistic yang dominan, cenderung memiliki presepsi mereka sendiri, mengalami, dan mode ekspresi yang menyatu dalam bahasa.

Ide bahwa penyusunan kekuasaan social sebagian besar ditanamkan dalam bahasa yang juga berarti bahwa bahsa dan dunia sering meredam wanita dengan berbagai cara. Shirley menambahkan dengan menyarankan bahwa pembungkaman wanita memiliki beberapa manifestasi dan bukti pada wacana public. Wanita kurang dapat merasa Nyman dan kurang ekspresif dimuka umum dari pada pria serta mereka kurang nyaman di muka umum dari pada yang pria lakukan.

Tidak ada yang sederhana tentang pembungkaman. Bukan selalu masalah yang harus “dipecahkan” ada keheningan dalam meitasi. Melepaskan diri dari kehidupan bising urban. Menghrgai diri kita sendiri dan orang lain. Keheningan dapat juga menjadi sebuah perlindungan , yang tidak harus di bicarakan daengan mengharapkan kebaikan orang lain.

Sumber: Teori Komunikasi; Stephen W. Littlejohn

Teori Identifikasi Kenneth Burke

Rangkuman:

Kenneth Burke adalah ahli teori simbol yang terbesar. Ia menulis selama lebih 50 tahun dan teorinya adalah satu dari teori-teori simbol yang paling komprehensif.

Burke memulai dengan perbedaan antara tindakan dan gerakan. Tindakan terdiri atas perilaku sukarela dan bertujuan; gerakan tidak bertujuan dan tidak mengandung makna. Burke memandang individu secara biologis dan neurologis, dibedakan dengan menggunakan simbol perilaku atau kemampuan untuk bertindak . manusia menciptakan simbol untuk menamai benda dan situasi.

Pandangan Burke terhadap simbol sangat luas, termasuk sebuah aturan linguistik dan elemen-elemen non-verbal. Burke menyetujui bahwa bahasa berfungsi sebagai kendaraan untuk tindakan. Bahasa membentuk perilaku karena kebutuhan sosial membutuhkan orang untuk bekerja sama dengan tindakannya. Sejarah sendiri adalah sebuah proses penulisan mengenai apa yang telah dibicarakan dan ditulis orang dalam serangkaian peristiwa, sehingga menambah tingkatan simbol lain terhadap peristiwa sebenarnya.

Pandangan burke terhadap bahasa selalu bermuatan emosional. Tidak ada kata yang dapat menjadi netral. Bahasa bersifat selektif dan abstrak serta fokus pada aspek realitas tertentu dalam keluasan aspek lainnya. Bahasa adalah ekonomis, tetapi juga ambigu. Bahasa dapat menyatukan atau memisahkan kita – dan paradox ini berperan penting dalam teori Burke. Ketika simbol menyatukan manusia ke dalam pemahaman secara lazim, identifikasi telah terjadi. Sebaliknya pembagian atau pemisahan, dapat juga terjadi; bahasa dapat mengangkat identifikasi atau mengangkat pemisahan dan pembagian.

Identifikasi dapat berarti ajakan dan penyampaian yang efektif atau menjadi akhir dari komunikasi itu sendiri. Identifikasi dapat disadari atau tidak disadari, direncanakan atau tidak direncanakan.
Menurut Burke, ada tiga sumber identifikasi yang saling berkaitan, yaitu:
1. Identifikasi Materi (material identification)
Hasil dari kebaikan, kepemilikan dan benda, seperti memiliki mobil yang sama atau bercita rasa busana yang sama.
2. Identifikasi Idelistis (idealistic identification)
Hasil dari ide yang terbagi, sikap, perasaan dan nilai, seperti menjadi anggota dari gereja atau partai politik yang sama.
3. Identifikasi Formal (formal identification)
Hasil dari penyusunan, bentuk atau pengaturan dari peristiwa dimana kedua orang tersebut bertisipasi.

Burke memperkenalkan istilah lain yang dapat membantu menjelaskan bagaimana identifikasi bekerja. Ini merupakan konsep dari guilt atau kesalahan. Istilah ini adalah kata yang penuh arti karena tekanan perasaan di dalam diri seseorang – rasa cemas, malu, benci, sebal dan lainnya. Bagi Burke, kesalahan adalah sebuah keadaan yang disebabkan oleh penggunaan simbol .

Burke mengidentifikasi tiga sumber yang berhubungan dengan kesalahan, yaitu:
1. Negatif. Dengan bahasa, manusia membicarakan moral dengan membangun banyak aturan dan pengasingan, semua aturan ini tidak pernah seluruhnya konsisten dan dalam mengikuti satu aturan, berarti anda menghancurkan yang lainnya, sehingga menciptakan kesalahan.
2. Prinsip Kesempurnaan. Manusia sangat sensitif terhadap kegagalan, manusia dapat membayangkan (melalui bahasa) sebuah pernyataan akan kesempurnaan, kemudian, dengan sifat mereka, mereka menghabiskan hidup mereka dengan berjuang untuk derajat kesempurnaan yang mereka rancang untuk mereka sendiri. Kesalahan mencuat sebagai akibat dari ketidaksesuaian antara realitas dan ideal
3. Prinsip Hierarki. Dalam tatanannya, struktur manusia dalam masyarakat adalah piramida sosial atau hierarki (tingkatan sosial dan tatanan sosial), sebuah proses yang dilakukan dengan simbol. Kompetisi dan pemisahan menghasilkan kelas dan kelompok dalam hierarki serta menghasilkan kesalahan.

Sumber: Teori Komunikasi; Stephen W. Littlejohn

Hans-Georg Gadamer

Rangkuman:

Menyatakan bahwa individu tidak dapat dipisahkan dari proses menganalisis dan menafsirkan suatu objek, bahkan proses penafsiran yang kita lakukan terjadi secara alami dan terus menerus tanpa kita sadari setiap saat. Kita tidak dapat dikatakan manusia tanpa melakukan proses penafsiran, itu berarti bahwa pengalaman dan dunia yang kita tafsirkan sangat erat hubungannya bahkan dapat dikatakan suatu sistem yang utuh.

Prinsip utama dari teori Gadamer adalah seseorang selalu memahami sesuatu pengalaman tidak lepas dari memperkirakan dan berasumsi. Pengalaman, sejarah dan tradisi memberikan kontribusi kepada kita untuk memahami segala sesuatu, serta kita tidak dapat memisahkan diri dari ketiga hal tersebut. Sejarah dan pengalaman kita sangat berpengaruh besar terhadap persepsi dan asumsi kita terhadap realita saat ini dan juga masa depan. Maksudnya cara kita menafsirkan serta memberi makna terhadap suatu objek sangat dipengaruhi oleh sejarah dan pengalaman kita di masa lalu. Namun, meskipun sejarah dan pengalaman masa lalu sangat berpengaruh terhadap cara kita memaknai sesuatu, tidak menutup kemungkinan penafsiran kita terhadap sesuatu juga dipengaruhi oleh realita saat ini.

Dari kedua asumsi tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua artefak ini memiliki pengaruh dan kontribusi masing-masing terhadap penafsiran kita.

Sebagai contoh :
Kebudayaan, kepercayaan, dan agama saya menganggap bahwa hubungan sex itu perbuatan yang tidak baik dan harus dihindari. Namun, realita saat ini seperti kemajuan ilmu pengetahuan mengatakan bahwa hubungan sex merupakan kebutuhan biologis manusia yang harus dipenuhi.

Dari contoh di atas, antara sejarah masa lalu dan realita saat ini sama-sama memberikan kontribusi kepada pandangan kita dalam mengambil tindakan. Tidak hanya itu, fenomena yang kita asumsi juga memberikan kontribusi kepada pandangan kita terhadap fenomena tersebut. Maksudnya, objek yang kita amati juga akan memberikan makna kepada kita dalam mempersespsi objek tersebut. Sehingga proses penafsiran ini mengalami pertentangan, kita membiarkan objek tersebut memberikan pesan kepada kita dan di sisi lain pengalaman, prasangka dan perkiraan kita sebelumnya juga memiliki pesan dan pemaknaan tersendiri terhadap objek itu.

Hal ini terjadi secara alamiah tanpa kita sadari dan pertentangan kedua artefak ini yang dapat menyebabkan kegagalan kita dalam menafsirkan suatu objek. Dalam teori ini juga dikenal hermeneutika, namun dalam hal ini hermeneutika bukan lah sebuah proses mempertanyakan makna objek. Akan tetapi kemungkinan hermeneutika juga sebuah proses dimana objek yang memberikan pertanyaan kepada kita. Sebagai contoh apa yang kita dapat pelajari mengenai diri kita. Akhirnya Gademer yakin bahwa pengalaman sudah menjadi sifat linguistik. Kita tidak dapat memisahkan pengalaman kita dari bahasa. Untuk lebih jelasnya lagi, dunia ini sudah memiliki arti. Namun setiap individu memiliki persepsi dan penafsiran yang berbeda-beda mengenai dunia dan cara manusia memberikan arti ataupun makna terhadap dunia melalui bahasa yang dapat dimengerti dan dipahami oleh individu lain.

Sumber: Teori Komunikasi; Stephen W. Littlejohn

Tradisi Sibernetika (Teori Penggabungan Informasi)

Rangkuman:

Teori sibernetika menekankan hubungan timbal balik diantara semua bagian dari sebuah sistem. Kami akan menyajikan dua genre teori sibernetika. Pertama, satu kelompok teori yang umumnya berasal dari rubrik penggabungan informasi (information- integration). Kedua, satu kelompok teori yang umumnya dikenal sebagai teori konsistensi ( consistency theories ). Karena dampak mereka yang sangat besar pada bidang komunikasi selama bertahun – tahun.

Teori Penggabungan Informasi ( information-integration) bagi pelaku komunikasi berpusat pada cara kita mengakumulasi dan mengatur informasi tentang semua orang, objek, situasi, dan gagasan yang membentuk sikap atau kecenderungan untuk bertindak dengan cara yang positif atau negatif terhadap beberapa objek. Pendekatan penggabungan informasi adalah salah satu model paling populer yang menawarkan untuk menjelaskan pembentukan informasi dan perubahan sikap. Informasi adalah salah satu dari kekuatan tersebut dan berpotensi untuk memengaruhi sebuah sistem kepercayaan atau sikap individu. Sebuah sikap dianggap sebagai sebuah akumulasi dari informasi tentang sebuah objek, seseorang, situasi, atau pengalaman.

Dua variabel nampaknya memiliki peranan penting dalam memengaruhi perubahan sikap. Pertama adalah valance atau arahan. Valance mengacu pada apakah informasi mendukung keyakinan Anda atau menyangkal mereka. Ketika informasi menyokong keyakinan anda, maka informasi tersebut mempunyai valance “positif”. Ketika tidak menyokong, maka valance “negatif”.

Variabel kedua yang memengaruhi dampak dari informasi adalah bobot yang anda berikan terhadap informasi. Bobot adalah sebuah kegunaan dari kredibilitas.

Perubahan sikap terjadi karena informasi baru yang muncul dalam keyakinan adanya perubahan dalam sikap atau karena informasi yang baru mengubah bobot atau valance pada sebentuk informasi. Jadi, valance memengaruhi bagaimana informasi memengaruhi sistem keyakinan anda dan bobot memengaruhi seberapa banyak pengaruh itu bekerja.

Teori Nilai Ekspektasi.

Salah satu dari ahli teori penggabungan informasi yang sangat terkenal dan dihormati adalah Martin Foshbein. Karya Fishbein menyoroti sifat kompleks dari perilaku yang diketahui sebagai teori nilai ekspektasi (expectancy-value theory). Menurut fishbein, ada dua macam keyakinan. Pertama yakin pada suatu hal. Ketika anda meyakini sesuatu, anda akan berkata bahwa hal tersebut ada. Kedua, yakin tentang adalah perasaan Anda pada kemungkinan bahwa hubungan tertentu ada diantara da hal.

Teori Tindakan yang beralasan.

Icek ajzen dan Martin Fishbein memperluas cakupan dari toeri nilai ekspektasi dengan menambahkan faktor intensi dalam rumus. Hal ini sebagai sebuah teori dari tindakan yang beralasan. Secara spesifik, intensi dari perilaku tertentu ditentukan oleh sikap anda terhadap perilaku dan kumpulan keyakinan tentang bagaimana orang lain ingin anda berperilaku. Setiap faktor – sikap anda dan opini orang lain – diberi bobot menurut kepentingannya. Terkadang, sikap anda adalah yang paling penting, terkadang opini orang lain adalah yang terpenting, serta kadang – kadang sikap anda dan orang lain lebih atau kurang setara dalam bobotnya. Formula yang dikembangkan untuk menunjukkan proses ini sebagai berikut :

BI = intensi perilaku
= sikap terhadap perilaku
SN = norma subjektif ( apa pikiran orang lain )
= bobot sikap
= bobot norma subjektif

Formula tadi memprediksikan intensi dari prilaku anda, tetapi tidak secara utuh mempekirakan perilaku sebenarnya. Ini karena kita tidak berperilaku berdasarkan intensi orang lain. Sebagai contoh, para perokok mungkin ingin berhenti merokok, tetapi mereka tiak bisa melakukannya karena sudah ketergantunga.

Teori penggabungan informasi berhubungan dengan sistem faktor. Apa yang anda fikirkan tentang isu dan bagaimana anda berperilaku, dihasilkan dari sebuah interaksi kompleks diantara variabel serta karya dari fishbein dan Ajzen yang membantu kita melihat apakah hubungan mereka. Teori konsisten, topik pada bagian berikutnya, menunjukkan bahwa semua faktor ini mencoba untuk menyeimbangankan atau homeostasis, menambahkan lapisan lain dalam kompleksitas perilaku manusia.

Sumber: Teori Komunikasi; Stephen W. Littlejohn

Teori-teori Sistem non verbal

Rangkuman:

Pengertian
Bahasa non verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam presentasi, dimana penyampaiannya bukan dengan kata-kata ataupun suara tetapi melalui gerakan-gerakan anggota tubuh yang sering dikenal dengan istilah bahasa isyarat atau body language. Selain itu juga, penggunaan bahasa non verbal dapat melalui kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan penggunaan simbol-simbol.

Menurut Drs. Agus M. Hardjana, M.Sc., Ed. menyatakan bahwa: “Komunikasi non verbal yaitu komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk non verbal, tanpa kata-kata”.

Sedangkan menurut Atep Adya Barata mengemukakan bahwa: “Komunikasi non verbal yaitu komunikasi yang diungkapkan melalui pakaian dan setiap kategori benda lainnya (the object language), komunikasi dengan gerak (gesture) sebagai sinyal (sign language), dan komunikasi dengan tindakan atau gerakan tubuh (action language).

Dalam kehidupan sehari-hari penggunaan bahasa non verbal sering digunakan oleh seseorang, seperti:
• Menganggukan kepala yang berarti setuju,
• Menggelengkan kepala yang berarti tidak setuju,
• Melambaikan tangan kepada orang lain, yang berarti seseorang tersebut sedang memanggilnya untuk datang kemari,
• Menunjukkan jari kepada orang lain diikuti dengan warna muka merah, berarti ia sedang marah,
• Gambar pria dan wanita di sebuah toilet, berarti seseorang boleh masuk sesuai dengan jenisnya.

Bentuk Komunikasi Non Verbal

Bentuk-bentuk komunikasi non verbal terdiri dari tujuh macam yaitu:

a. Komunikasi visual
Komunikasi visual merupakan salah satu bentuk komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan berupa gambar-gambar, grafik-grafik, lambang-lambang, atau simbol-simbol.
Dengan menggunakan gambar-gambar yang relevan, dan penggunaan warna yang tepat, serta bentuk yang unik akan membantu mendapat perhatian pendengar. Dibanding dengan hanya mengucapkan kata-kata saja, penggunaan komunikasi visual ini akan lebih cepat dalam pemrosesan informasi kepada para pendengar.

b. Komunikasi sentuhan
Ilmu yang mempelajari tentang sentuhan dalam komunikasi non verbal sering disebut Haptik. Sebagai contoh: bersalaman, pukulan, mengelus-ngelus, sentuhan di punggung dan lain sebagainya merupakan salah satu bentuk komunikasi yang menyampaikan suatu maksud/tujuan tertentu dari orang yang menyentuhnya.

c. Komunikasi gerakan tubuh
Kinesik atau gerakan tubuh merupakan bentuk komunikasi non verbal, seperti, melakukan kontak mata, ekspresi wajah, isyarat dan sikap tubuh. Gerakan tubuh digunakan untuk menggantikan suatu kata yang diucapkan. Dengan gerakan tubuh, seseorang dapat mengetahui informasi yang disampaikan tanpa harus mengucapkan suatu kata. Seperti menganggukan kepala berarti setuju.

d. Komunikasi lingkungan
Lingkungan dapat memiliki pesan tertentu bagi orang yang melihat atau merasakannya. Contoh: jarak, ruang, temperatur dan warna. Ketika seseorang menyebutkan bahwa ”jaraknya sangat jauh”, ”ruangan ini kotor”, ”lingkungannya panas” dan lain-lain, berarti seseorang tersebut menyatakan demikian karena atas dasar penglihatan dan perasaan kepada lingkungan tersebut.

e. Komunikasi penciuman
Komunikasi penciuman merupakan salah satu bentuk komunikasi dimana penyampaian suatu pesan/informasi melalui aroma yang dapat dihirup oleh indera penciuman. Misalnya aroma parfum bulgari, seseorang tidak akan memahami bahwa parfum tersebut termasuk parfum bulgari apabila ia hanya menciumnya sekali.

f. Komunikasi penampilan
Seseorang yang memakai pakaian yang rapi atau dapat dikatakan penampilan yang menarik, sehingga mencerminkan kepribadiannya. Hal ini merupakan bentuk komunikasi yang menyampaikan pesan kepada orang yang melihatnya. Tetapi orang akan menerima pesan berupa tanggapan yang negatif apabila penampilannya buruk (pakaian tidak rapih, kotor dan lain-lain).

g. Komunikasi citrasa
Komunikasi citrasa merupakan salah satu bentuk komunikasi, dimana penyampaian suatu pesan/informasi melalui citrasa dari suatu makanan atau minuman. Seseorang tidak akan mengatakan bahwa suatu makanan/minuman memiliki rasa enak, manis, lezat dan lain-lain, apabila makanan tersebut telah memakan/meminumnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa citrasa dari makanan/minuman tadi menyampaiakan suatu maksud atau makna.

Sumber: Teori Komunikasi; Stephen W. Littlejohn

Teori pengertian secara semantik

Rangkuman:

Charles Osgood, seorang psikolog social terkemuka pada tahun 1960-an, mengembangkan salah satu teori yang paling berpengaruh tentang makna. Teori Osgood berhubungan dengan cara-cara makna dan bagaimana makna tersebut berhubungan dengan bagaimana makna tersebut berhubungan dengan pemikiran dan perilaku. Sekarang dianggap sebagai ebuah karya, teori Osgood adalah sebuah tempat yang berguna untuk mulai berpikir tentang bagaimana lawan bicara memahami pesan.

Asosiasi apa yang anda miliki untuk kata terbang? Mungkin anda melihat terbang sebagai suatu cara bepergian yang menyenangkan dan efesien atau mungkin anda melihatnya sebagai sesuatu yang berat,berbahaya,dan menakutkan. Apapun asosiasi anda itu adalah konotasi anda terhadap istilah tersebut. Teori Osgood mencoba untuk menjelaskan konotasi ini dan darimana konotasi tersebut berasal. Dengan kata lain teori ini membantu kita meihat bagaimana pesan-pesan dipahami.

Teori Osgood memulai dengan bagaimana individu belajar bahwa kita member respons terhadap lingkungan, membentuk sebuah hubungan rangsangan-respons (R-R). Osggod yakin bahwa asosiasi R-R yang dipelajari ini bertanggung jawab dalam pembentukan makna, yang merupakan sebuah respons mental internal terhadap rangsangan.

Rangsangan dari luar menghasilkan sebuah pemaknaan internal yang kan menghasilkan respons keluar. Pemaknaan internal itu sendiri dapat dibagi menjadi dua bagian: respons internal dan rangsanagan internal. Keseluruhan rangkaian terdiri atas: 1. Rangsangan fisik 2. Respons internal 3. Rangsangan internal dan 4. Respons kea rah luar. Sebagai contoh sesorang yang takut terbang memiliki sebuah respons internal (rasa takut) ini memicu kecendrungan penginderaan yang merupakan sebuah rangsangan internal bagi respon keluar, yaitu tidak naik pesawat terbang.

Salah satu kontribusi Osgood adalah karyanya pada pengukuran makna. Ia mengembangkan perbedaan semantik, sebuah alat bantu pengukuran yang beranggapan bahwa pemaknaan seseorang dapat diungkapkan dengan penggunaan kata-kata sifat. Metodenya dimulai dengan mencari seperrangkat kata sifat yang dapat digunakan untuk mengungkapakan konotasi anda bagi setiap rangsangan. Termasuk sebuah tanda. Kata sifat ini dsiususn saling bertentangan seperti baik/buruk, tinggi/rendah, lambat/cepat, anda diberikan sebuah topic, kata, atau tanda lain dan diminta untk menunjukan pada sebuah skala bagaiman anda mengasosiasikan tanda dengan pasangan-pasangan kata sifat.

Osgood selanjutnya menggunakan sebuah teknik statistika yang disebut analisis faktor untuk mengetahui dimensi dasar pemkanaan anda. Penemunanya dalam penelitian ini telah menghasilkan teori ruang semantic. Pemaknaan anda bagi setiap tanda dikatakan terletak dalam sebuah ruang metamorfosi yang terdiri dari tiga dimensi utama: evaluasi, aktivitas, dan potensi. Tanda yang ada mungkin sebuah kata atau konsep menimbulkan sebuah pemahaman tentang evaluasi (baik atau buruk ), aktivitas (aktif non aktif ), dan potensi (kuat atau lemah).

Semua teori dalam bagian ini berorietasi psikologis:semuanya sangan dipengaruhi oleh karya-karya dalam psikologi social, bergantung pada data yang individualitas dan eksperimental.

Sumber: Teori Komunikasi; Stephen W. Littlejohn

Teori pemusatan simbolis (symbolic-convergence theory)

Rangkuman:

Teori pemusatan simbolis juga sering dikenal dengan nama analisis bertemakan fantasi( fantasy theme analysis ) adalah sebuah teori yang dikembangkan dengan sangat baik oleh ernest bormann, john cragan dan donald shield, serta berhubungan dengan pengunaan saya bercerita dalam komunikaasi . titik awal teori ini adalah bahwa gambaran individu tentang realitas di tuntun oleh cerita-cerita yang menggambarkan bagaimana segala sesuatu diyakini ada. Cerita-cerita atau tema-tema fantasi ini di ciptakan dalam nteraksi simbolis dalam kelompok – kelompok kecil serta mereka berpindah dari satu orang ke orang lain dan dari satu kelpmpok ke kelompok yang lain untuk berbagi sebuah pandangan tentang dunia.

Tema- tema fantasi merupakan bagian dari drama- drama yang lebih besar yang merupakan cerita- cerita yang lebih panjang yang lebih rumit yang disebut pandangan rekotika. Pandangan tentang bagaimana sesuatu telah terjadi, sedang tejadi, atau akan terjad. Dalam ukuran yang besar, pandangan ini membentuk anggapan- anggapan.pada dasar pengetahuan sebuah kelompok membentuk pemahan akan reallitas. Tema- tema fantasi dan bahkan pandangan rekotrika yang lebih besar, terdiri dari karakter, alur, tempat, dan perantara yang mendukung. Karakter dapat berupa pahlawan, penjahat , atau pemain pendukung lainnya. Alur adalah pengembangan cerita. Tempat atau latar adalah lokasi , perlengkapan dan lingkungan sosiokultural. Akhinya, perantara yang memdukung adalah sebuah sumber yang mengesahkan cerita tersebut. Sumber ini dapat berupa kuasa yang meminjamkan kredibilasnya pada cerita atau mengesahakan cerita nya. Peranta inidapat berupa keyakinan pada Tuhan, komitmen pada keadilan atau demokrasi, atau bahkan kepercayaan pada lawan.

Bayangkan sebuah kelompok eksekutif berkumpul untuk mengadakan sebuah pertemuan.sebelum, selama, dan setelah pertemuan, para dan para anggota nya akan berbagi pengalaman dan cerita yang menyatukan kelompok tersebu. Beberapa cerita tersebut akan menjadi cerita yang lagi-lagi menceritakan tentang organisasi tersebut dan anggotanya. Setiapcerita akan memiliki karakter, alur, tempat, dan perantara yang mendukungnya. Dalam banyak hal, perantara pendukung dapat barupa perusahaan itu sendiri. Menceritakan cerita ini berulang- ulang akan menciptakan dan mempertahankan kesatuan dalam kelompok tersebut.

Mengenali pandangan rekotika karena pandangan tersebut di ulang terus. Sebenarnya, beberapa tema sering dibicarakan dan sangat di kenal dalam sebuah kelompok atau komunitas bahwa anggota-anggotanya tidak lagi menceritakan keseluruhan cerita, tetapi menyingkatnya dengan hanya memberikan sebuah “pemicu”atau isyarat simbolis. Inilah tepatnya yang muncul dalam sebuah lelucon. Misalnya seorang eksekutif mengatakan , “ ya, itu sama seperti episode frasier”. Dan semuanya akan tertawa, mengetahui apa yang di maksudkan. Ketika kelompok bergaul kita di kampus berkumpul., pandangan rekotika dapat di picu dengan cepat dalam kalimat- kalimat seperti “ french pete” sweet red grape” dan “ fifith floor boynton.” Kalimat – kalimat ini pasti tidal memiliki makna bagi anda., tetapi menacu pada tema- tema fantasi tertentu diantara kelompok mahasiswa tersebut.

Tema- tema fantasi yang berkembang menjadi keakraban tingkat tinggi dikenal dengan jenis- jenis fantasi_ situasi yang selalu di ceritakan dalam sebuah kelompok. Sering kali penceritaan ulang ini berhubungan dengan pencapaian pribadi, kelompok atau komunitas dan mengambil bentuk sebuah hikayat ( saga). Anda mungkin memiliki hikayat dalam keluarga dan organisasi kerja anda tentunya telah mendengar banyak hikayat nasional dan bermasyarakat, seperti george wasington dan pohon cherry, mengapa john hancock menandatangani Declaration of independence dengan tulisan tangan yang besar, dan bahkan cerita tentang naiknya bioll gates.

Teori pemusatan simbolis muncul dari penelitian kelompok kecil saya di university of minnesota.
Pada model teori-teori newton tentang ilmu pengetahuan alam yang di dalamnya teori ini telah terbuktimenjadi kasusnya ketika teori terus berhasil di seluruh dunia selama bertahun tahun dan terus berkembangsebagai sebuah teori penelitian. Ernest g. Bornann.

Ketika manusia dapat berbagi tema-tema fantasi, pandangan retorika menyatukan mereka dan memberika pemahaman tentang identifikasi dengan menggunakan sebuah realitas. Dalam proses ini, manusia bertemu atau memegang sebuah gambaran umum ketika mereka berbagi tema – tema fantasi mereka. Sebenarnya, pandangan rekotika yang di bagi – dan khususnya penggunaan jenis – jenis fantasi- dapat di anggap sebagai bukti bahwa telah terjadi pertemuan .
Ketika pandangan – pandangan retorika dibuat melalui pembagian tema- tema fantasi dalam sebuah kelompok, mereka memenuhi sebuah fungsi penciptaan kesadaran. Mereka membuat orang-prang menyadari cara-cara tertentu dalam memahami segala sesusatu.

Dengan kata lain , mereka membangun atau mempertahan kan kesadaran bersama sebuah kelompok atau komunitas. Sepertinya, ada banyak kritik tentang kesetiaan dimana terjadi penyebaran pandangan memenuhi fungsi pendukung kesadaran (consciousness sustaining ). Disini, tema-tema fantasi hadir untuk mempertahankan komitmen. Dalam sebuah perusahaan, kesadaran bersama atau pandangan retorika yang luas. Setelah hal ini terjadi, pandangan retorika mulai retorika dapat melahirkan kesetiaan, kebanggaan, dan komitmen. Anda menggunakan pandangan rekotika dan ini berarti anda mengambil tema , nilai, serta tujuan yang tersembunyi didalamnya.

Pandangan retorika bukan hanya cerita-cerita naratif,tetapi memiliki susuna yang dalam yang merefleksikan dan mempengaruhi pemahaman kita tentang realitas. Sebagaicontoh, cerita tentang bill gates bergantung pada versi mana yang anda dengar – memiliki susunan yang dalam yang berisi kecerdasan individu, kerja keras , keberhasilan dan kebaikan lainnya.

Ada tiga susunan mendalam yang utama: sebagian besar pandangan retorika dijelaskan oleh salah satu dari tiga sumber yang memotivasi. Tiga sumber tersebut meliputi kesalehan(righteous), yang menjadikan kepekaan normal sebagai dasar bagi bagaimana pandangan retorika; social . yang sangat bergantng pada interaksi sosial untuk keberhasilan pandangan retorika ; dan pragmatis (pragmatic) yang memiliki dasar praktis sebagai sumber yang mendukung pandangan tersebut . dengan kata lain anggota ,masyarakat di pandu oleh sebuah ketertarikan, kebutuhan, atau fokus pada sudut pandang kesalehan , sosial, atau pragmatis.

Tema-tema fantasi merupakan sebuah unsur utama dalam persuasi. Pelaku komunikasi publik dalam pidato, artikel, bukiu, film dan media lain sering kali mengetuk apfa tema tema fantasi utama audiensi. Ketika kami menulis ini film superman returns baru saja di rilis , dengan banyak komentar mengenai apakah film ini merupakan sebuah perbandingan dengan yesus dan kebangkitannya . baik superman dan orang orang kristen dapat di anggap sebagai pandangan retorika yang ada dalm kehidupan kita. Masing-masing terdiri dan di pertahankan oleh cerita-cerita yang berisi karakter , lokasi , dan alur, serta memiliki fungsi masing- masing untuk memandu prilaku pengikut setiap kelompok.

Ketika kumunikasi publik merupakan sebuah cara yang umum untuk menyebarkan tema-tema fantasi , komunikasi publik juga dapat ditambahkan atau mengubah pandangan retorika dengan memperbesar, mengubah atau menambahkan tema-tema fantasi. Pada pemilihN UMUM TAHUN 2004 , sebuah tema fantasi yang biasa nya dinilai di negara kita – dinas militer- benar- benar di balikan kasus john kerryyang jasa nya dipertanyakan di media massa. Ini merupakan sebuah contoh dari komunikasi publik yang menyebabkan pengeseran dalam tema-tema fantai yang sudah ada.Salah satu cara umtuk menilai pengguunaan tema-tema fantasi adalah dengan melihat keefektifannya ketika mereka muncul dalam wacana publik. Jika seorang pembicara masuk ke dalam tema-tema fantasi yang ada audiensi,anda dapat mengatakan bahwa pidato efektif.

Hilter adalah seorang yang ahli dalam memasuki tema-tema fantasi dari keumggulan suku bangsa aria; ia menciptakan sebuah pandangan retorika yang membantunya mendapatkan kekuasaan dan dapat membuat orang lain menerima pandangan nya. Seorang pembicara yang sangat kreatif dapat memberikan tema-tema fantasi sebuah kekuatan baru yang memperkuatnya. Pidato martin luther king jr., yng berjudul”i have a dream” adalah suatu contohnya. Gagasan tentang impian sebagai sebuah metafora tentang harapan di masa depan bukanlah sesuatu yang baru, tetapi king memperkuat pandangan retorika dalam pidatonya. Tema-tema fantasi merupakan salah satu hal yang diciptakan dan dihasilkan kembali dalam percakapan . ketika anda mendengar sebiah percakapan anda akan mapu mendengar tema-tema fantaasi dalam tindakan; tetapi jika anda mendengar dengan lebih seksama. Anda juga akan mendengar banyak tindakan kecilyang terjadi. Banyak penaliti komunikasi tertarik pada tindakan yamg teratur dan terbatas ini yang menyatuka percakapan.

Sumber: Teori Komunikasi; Stephen W. Littlejohn

Teori Negosiasi Rupa (Face-Negotiation Theory)

Dikembangkan oleh Stella Ting –Toomey dan koleganya, teori negosiasi rupa memberikan sebuah dasar untuk memperkirakan bagaimana manusia akan menyelesaikan karya rupa dalam kebudayaan yang berbeda.jadi ini adalah perluasan alami dari teori-teori tentang argumentasi, anda mungkin juga memperhatikan valensi rupa atau apakah tindakan seseorang merupakan sesuatu yang positif (seperti dalam hal menjaga atau menghormati rupa seseorang) atau negatif (seperti menjatuhkan rupa seseorang).

Rupa merupakan sebuah hal yang universal,tetapi bagaimana rupa didefenisikan dan cara-cara karya rupa di capai sangat berbeda dari satu orang ke orang lain dan dari satu kebudayaan ke kebudayaan lain.semua kebudayaan mempunyai cara-cara untuk mencapai karya rupa preventif maupun restoratif.

-Karya Rupa preventif : menggunakan komunikasi yang di rancang untuk melingdungi seseorang dari perasaan-perasaan yang mengancam rupa kelompok atau pribadi.
Contoh : jika anda harus mendiskusikan sebuah masalah dengan atasan anda, anda dapat memulainya dengan mengatakan “saya tahu anda sangat sibuk dan saya minta maaf telah mengganggu tetapi ….”.

-Karya Rupa Restoratif : di rancang untuk membangun kembali rupa seseorang setelah terjadinya kehilangan.
Contoh : jika anda membuat sebuah ejekan kepada teman anda ketika marah, anda mungkin nanti akan meminta maaf dan mengatakan “kamu memang benar-benar teman yang baik dan saya minta maaf telah mengatakan hal itu karna saya tidak bersungguh-sungguh”.

Ada dua variabel kultural yang mempengaruhi karya rupa yaitu :
-Individualisme : banyak kebudayaan yang menghormati individu di atas komunitas atau kelompok, kebudayaan-kebudayaan ini menjunjung tinggi otonomi, tanggung jawab individu, dan pencapaian individu.
-Kolektivisme : kebudayaan-kebudayaan lain cenderung menghormati komunitas atau kebersamaan di atas individu, yang penting dari kebidayaan ini adalah hubungan antar manusia dan menjujung tinggi ketertarikan seseorang pada apa pun yang di rasa aneh atau tidak tepat.

Kita mengharapkan agar anggota kebudayaan individualis melakukan lebih banyak karya rupa yang ditujukan pada atau menghormati orang lain sebagai individu yang mandiri. Namun sebaliknya dalam kebudayaan kolektivis, karya rupa biasanya tidak terorientasi pada diri sendiri, namun seseorang mengakui keberhasilan kelompok atau komunitas.

Kebudayaan tidak selalu seutuhnya individualis dak kolektivis dalam orientasinya, tetapi dalam sebuah kebudayaan, salah satu perasaan ini akan menonjol, kebudayaan-kebudayaan di eropa utara dan eropa barat seperti kebudayaan di amerika utara cenderung individualis, sedangkan kolektivis banyak terdapat di asia, afrika, timur tengah dan amerika latin. Rupa biasanya adalah sebuah masalah dalam situasi konflik, ketika anda memiliki sebuah konflik dengan orang lain, rasa hormat dan kehormatan sering kali dipertaruhkan.

Ancaman rupa dapat terjadi karena sebuah persaingan atau keinginan atau menang yang merupakan hasil dari kemarahan atau perasaan yang kurang kuat, juga du sebabkan oleh nilai-nilai, pendapat, atau sikap yang bertentangan. Dalam setiap kasus, ancaman rupa adalah sesuatu yang umum dalam konflik, sehingga karya rupa adalah sebuah bagian tetap dari konflik dengan menggunakan karya rupa positif untuk mencapai tujuan kita sendiri, sementara membantu orang lain untuk merasa nyaman dalam diri mereka sendiri masih tetap berjalan.

Manusia memiliki gaya yang berbeda dalam konflik karena kebudayaan, individualis misalnya, cenderung menggunakan serangan langsung yang lebih yang lebih pribadi dan mungkin mencoba atau melindungi atau membangun kembali rupa-rupa mereka dan juga orang lain dengan menunjukkan rasa hormat pribadi, individualis dalam konflik cenderung ingin melaluinya dengan dengan memecahkan masalah atau menyelesaikan perselisihan.

Sebaliknya, kaum kolektivis akan menggunakan serangan yang tidak terlalu pribadi dan lebih tidak langsug dalam konflik, mereka dapat menghindari masalah yang ada, membicarakannya, membahas persoalan lain, membutuhkan banyak waktu untuk menuju intinya, dan biasanya berbicara dalam cara-cara yang membangun pemahaman tentang tentang kelompok di atas pemahaman tentang diri mereka, kolektivis lebih tertarik dalam memperkuat hubungan.
Tentu saja, karya rupa dan pengaturan konflik menjadi jauh lebih kompleks ketika kita memasukan faktor jarakkekuasaan. Dalam situasi dengan jarak kekuasaan yang rendah, konsultasi, dan partisipasi adalah kuncinya.

Menurut Ting-toomey, kebudayaan sangat menentukan karya rupa dan konflik yang terjadi, tetapi kebudayaan bukanlah satu-satunya faktor, ada perbedaan individu yang penting yang harus dimasukan ke dalam persamaan tersebut. Karakteristik individu yang penting yang nampaknya sangat berpengaruh adalah self construal atau pemahaman seseorang tentang kemerdekaan atau ketergantungan dengan orang lain, Variabel ini hanyalah bagaimana anda melihat diri anda dalam hubungan dengan orang lain.”orang yang merdeka” cenderung menggunakan komunikasi pemecahan masalah yang lebih langsung sementara “orang yang saling tergantung” lebih berorientasi pada hubungan dalam konflik mereka, orang-orang yang melihat diri mereka sebagai orang yang merdeka atau bergantung cenderung memiliki daftar strategi yang lebih besar untuk karya rupa dan konflik dari pada jenis-jenis yang lain, orang-orang yang memiliki perasaan yang bertentangan dapat menggunakan bantuan pihak ketiga (perantara).

Sementara tradisi sosiopsikologis menjelaskan cara-cara individu saling merespons perilaku, tradisi sosiokultural melampaui pola perilaku untuk melihat pada apa yang di capai atau di raih, pemahaman yang dibuat ,dalam interaksi sebelum dan sesudah. Ingat juga bahwa gerakan dari psikologis ke sosiokultural adalah sebuah pergeseran dalam jenis data yang di anggap penting. Dalam tradisi yang pertama, perilaku individu di anggap sebagai data, tetapi dalam tradisi yang kedua, wacananya adalah pemahaman apa yang di uji.

Teori negosiasi rupa sedikit banyak berangkat dari generalisasi ini, walaupun beorientasi budaya, teori ini menitikberatkan pada penggunaan asumsi dan metode psikologis.karya sosial budaya ini untuk memperluas kajian bahwa karya ini menggolongkan komunitas budaya dan memandang karya rupa ini sebagai sebuah manifestasi dan konsturksi budaya, namun metode dan pendekatan dasar teroretis memiliki sesuatu yang berbau psikologis.

Sekali lagi, kita melihat bahwa kehadiran ilmu pengetahuan dari berbagai tradisi bergantung pada pemahaman kita pada komunikasi, dalam kasus percakapan ini, sehingga semua aspek proses menjadi jelas sampai taraf tertentu bahwa tidak ada tradisi yang sempurna, mari kita tambahkan lagi dengan perspektifnya, sibernetika, yang berhubungan dengan hal ini, kejadian setiap hari di sebut percakapan.

Sumber: Teori Komunikasi; Stephen W. Littlejohn

Teori Konsistensi

Rangkuman:

Teori konsistensi dimulai dengan dasar pikiran yang sama yaitu orang lebih nyaman dengan konsistensi daripada inkonsistensi. Konsistensi adalah prinsip aturan utama dalam proses kognitif dan perubahan sikap yang dapat dihasilkan dari informasi yang mengacaukan keseimbangan ini.

Teori konsistensi kognitif ada 2 yaitu:
1. Teori disonansi kognitif.
2. Teori penggabungan masalah.

Teori Disonansi Kognitif

Teori ini dikemukakan oleh Leon Festinger. Teori disonansi kognitif adalah salah satu teori yang paling penting di dalam sejarah psikologi sosial. Teori disonansi kognitif menghasilkan sebuah kuantitas penelitian yang sangat banyak serta buku kritisisme, interpretasi, dan ekstrapolasi. Selain itu, merupakan salah satu dari berbagai teori yang terkemuka dalam tradisi sosiopsikologi sehingga hal ini ditanamkan dengan sistem pemikiran yang harus disertakan dalam tradisi sibernetika sebagaimana mestinya.

Teori ini dimulai dengan gagasan bahwa pelaku komunikasi memiliki beragam elemen kognitif seperti sikap, persepsi, pengetahuan, dan perilaku. Elemen-elemen tersebut tidak dapat dipisahkan tetapi saling menghubungkan satu sama lain dalam sebuah sistem serta setiap elemen dari sistem tersebut akan memiliki satu dari tiga macam hubungan dengan setiap elemen dari sistem lainnya. Jenis hubungan yang pertama yaitu kosong atau tidak berhubungan. Jenis yang kedua yaitu cocok atau sesuai serta yang ketiga adalah tidak cocok atau disonansi.

Ada 2 dasar pemikiran yang menolak teori disonansi ini, yaitu:
1. Bahwa disonansi menghasilkan ketegangan atau tekanan yang menciptakan keharusan untuk berubah.
2. Secara alami mengikuti dasar pemikiran yang pertama ketika disonansi hadir, individu bukan hanya akan mencoba untuk menguranginya tetapi juga akan menghindari situasi-situasi adanya disonansi lain yang mungkin akan dihasilkan.

Dengan kata lain, semakin besar disonansinya semakin besar pula kebutuhan untuk menguranginya.

Festinger menggambarkan beberapa metode untuk menghadapi disonansi kognitif. yaitu:
1. Anda dapat mengubah salah satu atau beberapa elemen kognitif mungkin sebuah perilaku atau sikap.
2. Elemen-elemen baru dapat ditambahkan pada salah satu sisi tekanan atau pada sisi yang lain.
3. Anda mungkin dapat melihat bahwa elemen-elemen yang tidak sesuai sebenarnya tidak sepenting biasanya.
4. Anda dapat melihat informasi yang sesuai seperti bukti manfaat daging dengan membaca kajian-kajian terbaru mengenai topik tersebut.

Sebagian besar teori dan penelitian mengenai disonansi kognitif telah berpusat pada beragam situasi dimana disonansi mungkin terjadi. Situasi tersebut seperti pengambilan keputusan, keterpaksaan, permulaan, dukungan sosial dan usaha. Jumlah disonansi yang dialami sebagai hasil dari sebuah keputusan bergantung pada 3 variabel, yaitu:
1. Kepentingan keputusan.
2. Ketertarikan pada alternatif yang dipilih.
3. Semakin besar ketertarikan yang dirasakan dari alternatif yang tidak dipilih semakin besar pula disonansi yang akan anda rasakan.

Teori disonansi juga mengatakan bahwa semakin sulit permulaan seseorang masuk ke dalam sebuah kelompok, semakin besar komitmen terhadap kelompok tersebut. Akhirnya, teori disonansi juga menyatakan perilaku berdasarkan kesulitan tugas. Semakin besar jumlah upaya yang dikerahkan seseorang dalam suatu tugas orang tersebut akan semakin merasionalkan nilai tugas tersebut.

Teori Penggabungan Masalah

Teori ini dikemukakan oleh Austin Babrow. Teori penggabungan masalah ini merupakan karya yang paling terkini di dalam bidang komunikasi. Teori ini didasarkan kepada 3 dalil, yaitu:
1. Anda memiliki kecenderungan alami untuk menyejajarkan harapan anda dan penilaian-penilaian anda.
2. Menggabungkan harapan dan penilaian dapat menjadi masalah, tidak selalu mudah untuk menyejajarkan harapan dan penilaian.
3. Penggabungan masalah berakar dari komunikasi dan diatur melalui komunikasi.

Dalil pertama Babrow, kebutuhan yang kita rasakan untuk menyejajarkan harapan dengan nilai dapat menghasilkan tekanan ketika apa yang anda inginkan tidak sejajar dengan apa yang anda harapkan.
Dalil yang kedua adalah bahwa penggabungan harapan dan penilaian sering kali menjadi masalah.
Dalil yang ketiga adalah bahwa penggabungan masalah memerlukan komunikasi karena kita mengalami PM melalui komunikasi.

Sumber: Teori Komunikasi; Stephen W. Littlejohn