Teori Negosiasi Identitas

Identitas atau gambaran refleksi-diri, dibentuk melalui negosiasi ketika kita menyatakan, memodifikasi atau menantang identifikasi-identifikasi diri kita atau orang lain. Hal ini bermula dalam kehidupan keluarga, ketika kita mulai memperoleh berbagai identitas pribadi dan social Misalnya saja, kita memulai hubungan pertama kalinya dengan berbagai identitas social atau afiliasi kelompok seperti budaya, jenis kelamin dan usia. Identitas Pribadi merupakan karakteristik yang lebih unik yang kita hubungkan dengan diri kita masing-masing, yang pada awal mempelajari dalam interaksi keluarga.

Identitas kebudayaan dan etnik sangat penting dan seperti yang lain nya, dipelajari dalam interaksi sosial. Identitas etnik terdiri dari gabungan keturunan atau sejarah kelompok dari satu generasi ke generasi lainnya. Termasuk di dalamnya, Negara asal, ras, agama dan bahasa. Identitas etnik bias menjadi bagian penting dalam menentukan siapa diri anda sebenarnya. Identitas etnik dan kebudayaan ditandai oleh nilai isi (value content) dan cirri khas (salience). Nilai isi terdiri dari macam-macam evalusi yang anda buat berdasarkan pada kepercayaan-kepercayaan budaya.

Ciri khas merupakan kekuatan afiliasi yang kita rasakan. Meskipun identitas dapat didasarkan pada factor apa saja yang terdapat dalam factor social dan pribadi. Ting-Toomey memfokuskan pada identitas etnik dan kebudayaan,terutama negosiasi yang terjadi ketika kita berkomunikasi di dalam dan diantara kelompok-kelompok kebudayaan. Oleh karna itu, Identitas di dalam komunikasi dalam berbagai latar kebudayaan. Manusia di semua budaya mengembangkan identitas pribadi dan social dalam cara ini. Beberapa individu lebih efektif dalam memperoleh keseimbangan yang nyaman. Anda tahu bahwa anda telah melaksanakannya, sehingga ketika anda mempertahankan rasa diri yang kuat, tetapi juga mampu menelusuri dengan fleksibel identitas yang lainnya dan memperbolehkannya untuk memiliki rasa identitas. Ting-Toomey menyebutkan keadaan functional biculturalism atau bikulturalisme fungsional.

Ketika anda mampu berganti dari satu konteks budaya ke budaya lainnya dengan sadar dan mudah, maka anda telah mencapai keadaan pengubah kebudayaan (cultural transformer). Kunci untuk memperoleh keadaan-keadaan tersebut adalah kemampuan lintas budaya (intercultural competence). Kemampuan lintas budaya terdiri atas dari tiga komponen-pengetahuan (knowledge), kesadaran (mindfulness), dan kemampuan (skill).

Definisi pengetahuan adalah pemahaman akan pentingnya identitas etnik/kebudayaan dan kemampuan melihat apa yang penting bagi oranglain. Artinya, mengetahui sesuatu tentang identitas kebudayaan dan mampu melihat segala perbedaan. Misalanya, antara ahli identitas kolektif dan ahli identitas individu. Kesadaran secara sederhana berarti secara biasa dan teliti untuk menyadari. Hal ini berarti kesiapan berganti ke perspektif baru. Terakhir, kemampuan mengacu kepada kemampuan untuk menegosiasi identitas melalui observasi yang teliti, menyimak, empati, kepekaan non-verbal, kesopanan, penyusunan ulang dan kolaborasi.

Anda tahu jika anda telah memperoleh negosiasi identitas yang efektif jika kedua pihak merasa dipahami, dihormati, dan dihargai.

Comments are closed.