Monthly Archives: August 2011

Jurnal Psyce 3

18 August 2011

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN BEBAN KERJA DENGAN DISIPLIN KERJA PADA KARYAWAN PT. X PALEMBANG

Dwi  Hurriyati

Dosen Universitas Bina Darma, Palembang

Jalan Jenderal Ahmad Yani No.12, Palembang

Pos-el : dee.psy2009@gmail.com1

Abstract :The objective of research was to find out the correlation between self-concept and work-overload with work-dicipline of the employee at PT. X Palembang. The population of the research was 91 employee at PT. X Palembang. The Scale’s spreading was done through the used simple random sampling technique. The method of the collecting data in this research used the self-concept scale, work-overload scale with NASA TLX, and work-dicipline scale. The data analysis was done through multiple regression analysis techniques. The analysis data was done through statistical packages for social science (SPSS) version 11.00. The conclusion that taken from the research result is there is very significant correlation between self-concept and work-overload with work-dicipline of the employee at PT. X Palembang with correlation value r=0,784; p<0,000 or p<0,01. The effective amount that given by self-concept and work-overload variable with work-dicipline of the employee at PT. X Palembang was 60,3% (Adjusted R Square=0,603).

Key word : Self-Concept, Work-Overload, Work-Dicipline ,

Abstrak :Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara konsep diri dan beban kerja dengan disiplin kerja pada karyawan PT. X Cabang Palembang. Populasi dalam penelitian ini adalah 91 karyawan PT. X Cabang Palembang. Penyebaran skala dilakukan dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling. Metode pengambilan data dalam penelitian ini menggunaka skala konsep diri, alat ukur beban kerja NASA TLX, dan skala disiplin kerja. Analisis data yang dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi ganda (multiple regression). Semua perhitungan dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS (Statistical Packages for Social Science) Versi 11.00. Kesimpulan Yang diambil dari hasil penelitian ini adalah ada hubungan yang sangat signifikan antara konsep diri dan beban kerja dengan disiplin kerja pada karyawan PT. X Cabang Palembang (r=0,784; p<0,000 atau p<0,01). Selanjutnya, besarnya sumbangan efektif yang diberikan oleh variabel konsep diri dan beban kerja terhadap disiplin kerja pada karyawan PT. X Cabang Palembang adalah sebesar 60,3 % (Adjusted R Square=0,603).

Kata Kunci : Konsep diri, Beban Kerja, Disiplin Kerja


1.              PENDAHULUAN

Sumber daya manusia dalam suatu perusahaan, industri dan organisasi mempunyai peranan yang sangat penting, karena tujuan dalam suatu organisasi dapat berhasil atau tidak, tergantung dari faktor manusianya. Manusia di dalam suatu organisasi berperan sebagai  perencanaan, pelaksana, pengendali dan penggerak dari sumber daya yang lain baik itu sumber daya alam maupun teknologi yang digunakan.

Tenaga kerja Indonesia agar mempunyai daya saing yang tinggi dan tidak kalah dibandingkan dengan kualitas tenaga asing, dalam rangka memasuki era pasar bebas, pemerintah mencanangkan Gerakan Disiplin Nasional (GDN). BUMN dan pihak swasta, GDN ini ditindak lanjuti melalui upaya meningkatkan disiplin kerja misalnya dengan melakukan pelatihan-pelatihan untuk menanamkan atau  mensosialisasikan nilai-nilai yang ada dalam kedisiplinan dan melakukan penegakan peraturan untuk lebih meningkatkan disiplin kerja para pegawai dan karyawan.

Peraturan disiplin merupakan peraturan yang mengatur kewajiban, larangan, dan sanksi apabila kewajiban tidak ditaati atau dilanggar oleh karyawan perusahaaan swasta maupun pegawai negeri sipil. Menurut Jackclass (Sudrajat,2008) membedakan disiplin dalan dua kategori, yaitu self dicipline dan social dicipline. Self dicipline merupakan disiplin pribadi karyawan yang tercermin dari pribadinya dalam melakukan tugas kerja rutin yang harus dilaksanakan, sedangkan social dicipline adalah pelaksanaan disiplin dalam organisasi secara keseluruhan.

PT. X  cabang Palembang adalah salah satu yang bergerak di bidang pendistribusian obat-obatan ke apotik-apotik di Indonesia. PT X  dihadapkan pada suatu per-masalahan yaitu penurunan pemesanan obat oleh apotik, sehingga pendapatan PT. X  menurun dalam kurun waktu 3 tahun terakhir. Hal ini terjadi karena suatu permasalahan yang menyangkut bidang kedisiplinan kerja, dikarenakan dalam melaksanakan tugas sehari-hari mengalami kemunduran dalam penegakan disiplin kerja.

Gibson dkk. (1996) mengemukakan beberapa perilaku karyawan tidak disiplin yang dapat dihukum adalah keabsenan, kelambanan, meninggalkan tempat kerja, tidur ketika bekerja, mengulangi prestasi buruk, melanggar aturan dan kebijaksanaan keselamatan kerja, memperlambat pekerjaan, menolak kerja sama dengan rekan, menolak kerja lembur, memiliki dan menggunakan obat-obatan ketika bekerja, merusak peralatan, menggunakan bahasa atau kata-kata kotor, pemogokan secara ilegal serta adanya ketidak jujuran dalam membuat laporan penjualan untuk keuntungan pribadi.

Menurut Schultz & Schultz (2005) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kedisiplinan, yaitu a) Nilai sosial karena pada setiap negara memiliki variasi yang berbeda dalam sebutan disiplin, b) Faktor pribadi, merupakan bagaimana individu tersebut menyikapi pekerjaannya c) Kondisi ekonomi perusahaan, d) Pegawai yang tidak merasa aman, e) Pekerjaan, pekerjaan yang menantang, terlalu sulit ataupun terlalu mudah dapat menyebabkan kebosanan yang mengarah pada kedisiplin para karyawan.

Berdasarkan faktor yang dikemukakan Schultz & Schultz (2005) dan Kartono (2002) tersebut, bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi disiplin kerja adalah faktor pribadi yang diantaranya konsep diri. Menurut Hurlock (2004), konsep diri adalah pemahaman atau gambaran seseorang mengenai dirinya dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek fisik dan aspek psikologis. Gambaran fisik diri terjadi dari konsep yang dimiliki individu tentang penampilannya, kesesuaian dengan seksnya, arti penting tubuhnya dalam hubungan dengan perilakunya, dan gengsi yang diberikan tubuhnya di mata orang lain. Sedangkan gambaran psikis diri atau psikologis terdiri dari konsep individu tentang kemampuan dan ketidakmampuannya, harga dirinya dan hubungannya dengan orang lain.

Menurut Hurlock (2004) konsep diri yang positif akan berkembang jika seseorang mengembangkan sifat-sifat yang berkaitan dengan good self-esteem, good self-confidence, dan kemampuan melihat diri secara realistik. Seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu. Sebaliknya konsep diri yang negatif, akan muncul jika seseorang mengembangkan perasaan rendah diri, merasa ragu, kurang pasti serta kurang percaya diri. Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika karyawan meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan tidak memiliki daya tarik terhadap hidup.

Faktor yang turut mempengaruhi disiplin kerja pada pegawai selain konsep diri seperti yang dikemukakan Schultz & Schultz  (2005) yaitu pekerjaan, baik yang ringan maupun berat yang ditanggung oleh karyawan itu sendiri. Pekerjaan yang terlalu berat atau beban kerja adalah frekuensi kegiatan rata-rata dari masing-masing pekerjaan dalam jangka waktu tertentu (Munandar,2001). Menurut Schultz & Schultz (2005) beban kerja dibedakan menjadi 2 yaitu, beban kerja kuantitatif dan beban kerja kualitatif. Beban kerja kuantitatif menunjukkan adanya jumlah pekerjaan yang besar yang harus dilakukan pada satuan waktu, misalnya jam kerja yang tinggi derajat tanggung jawab yang besar, tekanan kerja sehari-hari dan sebagainya. Sementara beban kerja kualitatif terjadi apabila pekerjaan yang dihadapi terlalu sulit.

Garret (Sudrajat,2008) menyebutkan bahwa bila dalam instruksinya seorang karyawan dari unit kelompok kerja mempunyai pimpinan yang telah mencoba untuk membantu melakukan tugasnya secara baik, dan pimpinan memberikan kebijaksanaan kritikan dalam menjalankan tugasnya, namun seseorang karyawan tersebut masih tetap gagal untuk mencapai standar kriteria tata tertib. Hal ini berarti bahwa disiplin kerja, merupakan sikap dan perilaku untuk mentaati peraturan organisasi muncul dari dalam diri karyawan, tergantung bagaimana karyawan mempersepsikan diri atau konsep diri, lingkungan dan kejelasan tugas serta mendengarkan masalah yang perlu dilakukan dalam tugasnya. Ditambahkan pula oleh Schultz & Schultz (2005) bahwa kedisiplinan dapat dipengaruhi oleh pekerjaan yang terus-menerus dan terlalu sering dilakukan/berulang-ulang yang menimbulkan beban kerja serta adanya pengaruh dari dalam diri karyawan yang diantaranya konsep diri. Hal ini dapat mendorong kegelisahan, ketidakpuasan, kekurangan minat dan energi.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut dan ingin menuangkannya dalam bentuk laporan studi akhir yang berjudul Hubungan antara Konsep Diri dan Beban Kerja terhadap Disiplin Kerja karyawan PT. X .

METODOLOGI    PENELITIAN

Penelitian ini untuk melihat hubungan  antara Konsep Diri Dan Beban Kerja Dengan Disiplin Kerja pada Karyawan PT. X CABANG PALEMBANG. Dasar  teori mengaju pada  pendapat Koentjaraningrat (Kartono,2002) juga menyatakan bahwa disiplin kerja masyarakat Indonesia yang masih rendah disebabkan oleh mentalitas bangsa Indonesia yang berisi kelemahan-kelemahan berupa sifat meremehkan mutu, kurang percaya diri, dan suka mengabaikan tanggung jawab. Disiplin kerja merupakan hasil proses interaktif antara faktor luar dan faktor dari dalam individu. Faktor dari dalam individu tersebut dapat berupa penilaian-penilaian terhadap diri sendiri maupun lingkungan yang disebut dengan konsep diri, sedangkan faktor dari luar individu termasuk adalah pekerjaan yang dilakukan oleh individu tersebut, semakin baik konsep diri karyawan maka akan memudahkan dalam mengatasi masalah yang ada di dalam diri maupun di luar dirinya.

Menurut Yulista (2008), mengenai penelitian disiplin kerja yang meneliti tentang hubungan antara stress kerja dengan disiplin kerja ditinjau dari pembagian waktu kerja pada perawat Instalasi Rawat Inap RSI Siti Khodijah Palembang, dimana hasil yang didapat adalah terdapat hubungan yang negatif sangat signifikan antara stress kerja dengan disiplin kerja ditinjau dari pembagian waktu kerja.

Berdasarkan konsep teori tersebut  maka dapat diajukan  hipotesis sebagai berikut : Ada hubungan antara konsep diri dan beban kerja dengan disiplin kerja pada karyawan PT. X  cabang Palembang.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT. X cabang Palembang sebanyak 91 orang karyawan, kemudian diambil lagi menjadi sampel penelitian.

Jumlah populasi sebanyak 86 karyawan berdasarkan tabel Krecjie dan Morgan (Sugiyono,2005)  didapat sampel penelitian sebanyak 71 orang karyawan dan sisanya sebanyak 15 orang karyawan akan diambil sebagai sampel uji coba (try out) penelitian. Jumlah sampel penelitian dan try out dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini :

Definisi Konsep dan Operasional Variabel

1. Variabel tergantung (dependent variable)                : Disiplin kerja

2. Variabel bebas ( independent variable)                   : konsep diri dan beban kerja

Disiplin Kerja

Disiplin kerja adalah kesadaran dari karyawan PT. X  cabang Palembang untuk menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.

.

Konsep Diri

Konsep diri adalah pandangan diri karyawan PT. X  mengenai diri sendiri, bila karyawan berfikir mampu atau bisa maka yang dilakukan dapat berjalan lancar namun bila karyawan berfikir akan gagal maka sebenarnya karyawan tersebut menyiapkan diri untuk gagal.

Beban Kerja

Beban kerja adalah pekerjaan yang terlalu banyak atau terlalu sulit dan yang  dilakukan secara terus-menerus/berulang-ulang serta dilakukan dalam satuan waktu oleh karyawan PT. X  Cabang Palembang, sehingga menimbulkan beban bagi karyawan untuk segera menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Pengujian Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini dilakukan pengujian instrumen terhadap 47 orang yang digunakan adalah metode skala dengan memberikan daftar pernyataan kepada responden dan wawancara dengan responden terpilih. Adapun tryout instrumen dilakukan terhadap 46 orang.

Berdasarkan judul penelitian di atas maka dapat dijelaskan bahwa terdapat dua instrumen didalamnya yaitu:

1.      Instrumen untuk mengukur variabel disiplin kerja

2.      Instrumen untuk mengukur variabel konsep diri

3.   Instrumen untuk mengukur variabel beban kerja menggunakan pengukuran beban kerja psikologis NASA TLX

HASIL PENELITIAN

Pengolahan data dari hasil penyebaran skala yang dilakukan pada karyawan PT.X cabang Palembang dengan menggunakan teknik uji regresi ganda

Berdasarkan uji regresi ganda untuk menguji hipotesis mayor, diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar r=0,653 dengan taraf signifikansi (p) kurang dari 0,01 yaitu sebesar 0,000. Hal ini berarti bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara konsep diri dan beban kerja dengan disiplin kerja pada karyawan PT. MPI cabang Palembang. Kemudian, nilai sumbangan konsep diri dan beban kerja pada disiplin kerja yaitu sebesar 41%, yang berarti bahwa masih terdapat 59% faktor lain yang mempunyai hubungan dengan disiplin kerja namun tidak diteliti lebih lanjut oleh penulis, antara lain kesadaran dan kesediaan kerja, teladan pemimpin, kesejahteraan, pengawasan melekat, sangsi hokum dan lain-lain.

Schultz & Schultz (2005) mengemukakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kedisiplinan, yaitu a) Nilai sosial karena pada setiap negara memiliki variasi yang berbeda dalam sebutan disiplin, b) Faktor pribadi, merupakan bagaimana individu tersebut menyikapi pekerjaannya c) Kondisi ekonomi perusahaan, d) Pegawai yang tidak merasa aman, e) Pekerjaan, pekerjaan yang menantang, terlalu sulit ataupun terlalu mudah dapat menyebabkan kebosanan yang mengarah pada kedisiplin para karyawan

Pengujian yang dilakukan setelah pengujian hipotesis mayor adalah pengujian pada hipotesis minor yang dilakukan dengan menggunakan uji regresi sederhana. Berdasarkan pengujian tersebut diperoleh hasil pada hipotesis minor a) tentang adanya hubungan antara konsep diri dengan disiplin kerja dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,642 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 pada taraf signifikansi 1% (p=0,01). Hal ini berarti, ada hubungan antara konsep diri dengan disiplin kerja pada karyawan dan jika konsep diri karyawan positiff maka disiplin kerja juga tinggi, namun sebaliknya jika konsep diri negatif maka disiplin kerja juga rendah dengan nilai sumbangan konsep diri pada disiplin kerja yaitu sebesar 41,2%.

Adanya hubungan antara konsep diri dengan disiplin kerja tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kartono (2002) bahwa pendisiplinan dan tanggung jawab itu timbul dari kesadaran yang melibatkan proses kognisi dimana suatu konsep diri tidak akan mungkin ada tanpa kapasitas untuk berfikir, hati nurani serta kelompok itu sendiri. Didukung pula oleh Rakhmat (Rahman,2008), menjelaskan bahwa konsep diri bukan hanya sekedar gambaran deskriptif, tapi juga penilaian diri individu tentang diri individu itu sendiri. Jadi konsep diri meliputi apa yang dipikirkan dan apa yang individu rasakan tentang diri individu itu sendiri. Adanya proses perkembangan konsep diri menunjukan bahwa konsep diri seseorang tidak langsung dan menetap, tetapi merupakan suatu keadaan yang mempunyai proses pembentukan dan masih dapat  berubah.

Uji regresi sederhana kemudian dilakukan pada hipotesis minor b) tentang adanya hubungan antara beban kerja dengan disiplin kerja, hasil yang diperoleh dari pengujian tersebut adalah nilai koefisien korelasi sebesar 0,309 dengan nilai signifikansi sebesar 0,009 pada taraf signifikansi 1% (p=0,01). Hal ini berarti, terdapat hubungan yang sangat signifikan antara beban kerja dengan disiplin kerja, jika beban kerja tinggi maka disiplin kerja akan rendah dan sebaliknya, jika beban kerja rendah maka disiplin kerja akan tinggi. Besaran nilai sumbangan antara beban kerja dengan disiplin kerja adalah sebesar 9,5%.

Hubungan antara beban kerja dan disiplin kerja tersebut didukung oleh Fraser (1992) bahwa bila para karyawan telah merasakan beban kerja maka akan menurunkan disiplin kerja karyawan tersebut, ini dikarenakan para karyawan cenderung untuk beristirahat, menenangkan pikiran, dan pengumpulkan kembali energi. Menurut Schultz & Schultz (2006) beban kerja adalah terlalu banyak pekerjaan yang harus dilakukan dalam satu satuan waktu, atau pekerjaan tersebut terlalu sulit untuk dilakukan oleh karyawan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan diterima, baik hipotesis mayor maupun hipotesis minor. Kesimpulan dari hipotesis mayor tersebut adalah ada hubungan yang sangat signifikan antara konsep diri dan beban kerja dengan disiplin kerja pada karyawan PT. X cabang Palembang. Semakin baik konsep diri dan beban kerja yang rendah pada karyawan maka akan meningkatkan disiplin kerja pada karyawan, hal ini dapat didukung pula oleh nilai sosial, kondisi ekonomi perusahaan yang baik dan karyawan yang merasakan kenyamanan dalam bekerja sehingga disiplin kerja akan meningkat pada karyawan PT. X cabang Palembang.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data dan pembahasan, maka penulis menarik tiga kesimpulan yaitu sebagai berikut :

1.      Ada hubungan yang sangat signifikan antara konsep diri dan beban kerja dengan disiplin kerja pada karyawan PT. X Cabang Palembang.

2.      Ada hubungan yang sangat signifikan antara konsep diri dengan disiplin kerja pada karyawan PT. X Cabang Palembang.

3.      Ada hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan disiplin kerja pada karyawan PT. X Cabang Palembang.

DAFTAR  RUJUKAN

Ansor. 2006. Perilaku Organisasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Edisi Revisi. Cetakan ke enam. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Fraser, T.M. 1992. Stress & Kepuasan Kerja (alih bahasa oleh Ny. L. Mulyana). Jakarta : PT. Sapdodadi.

Gibson,J.L., dkk. 1996. Organization. Jilid II (alih Bahasa oleh Drs Djakarsih, MPA). Jakarta: Erlangga.

Hurlock, Elizabeth. 2004. Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT. Erlangga

Kartono, K. 2002. Psikologi Sosial Untuk Manajemen, Perusahaan, & Indstri. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Malayu, H. H. 2005. Manajemen Sumber Daya Tenaga Manusia. Jakarta : Bumi Aksara.

Munandar, A. S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : UI-Press.

Rahman. 2008. Konsep Diri. Jakarta : Arcan

Schultz, D., & Schultz, W. 2005. Work In Organizational Today nineth edition. New Jersey : Pearson Prentice Hall.

Sudrajat. 2008. Disiplin Kerja. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Sugiyono. 2005. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Widyanti, A., dkk. 2006. Pengukuran Beban Kerja Mental. Jurnal UNDIP. Diunduh pada laman http://eprints.undip.ac.id/12413/1/1.pdf. tanggal 10 April 2010

Yulista. 2008. Hubungan antara stress kerja dengan disiplin kerja ditinjau dari pembagian waktu kerja pada perawat instalasi rawat inap rumah sakit Siti khodijah Palembang. Skripsi (Tidak Diterbitkan) Palembang. Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma.

Jurnal Psyce

18 August 2011

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRATEGY COPING

PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK PENYANDANG

AUTIS DI LEMBAGA TERAPI KOTA PALEMBANG

Dwi Hurriyati

Dosen Universitas Bina Darma Palembang

Jalan Jenderal Ahmad Yani No.12 Palembang

Pos-el : dee.psy2009@gmail.com

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dan strategy coping pada ibu yang memiliki anak autis di Lembaga Terapi Kota Palembang. Hipotesis yang digunakan yaitu ada hubungan antara dukungan sosial dengan strategy coping pada ibu yang memiliki anak penyandang autis di Lembaga Terapi Kota Palembang. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 100 ibu yang memiliki anak autis di Lembaga  Terapi Kota Palembang dengan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 80 ibu yang didapat melalui teknik simpel random sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala dukungan sosial dan skala strategy coping. Teknik analisis menggunakan teknik analisis regresi sederhana.Berdasarkan hasil analisis data penelitian, diperoleh koefisien korelasi r = 0,983 dengan nilai p= 0,000. Hal ini menunjukkan ada hubungan antara dukungan sosial dengan strategy coping pada ibu yang memiliki anak penyandang autis di Lembaga Terapi Kota Palembang.

Kata Kunci : Dukungan Sosial dengan Strategy Coping

ABSTRACT

This research was purposed to know the corelation between social support and coping strategy on mothers of children with autism institutions therapy in  city Palembang. Hypothesis used was the existency of relationship between social support and coping strategy on mothers of children with autism institution therapy in city Palembang.

The Population of samples in this research was 100 subjects, with 80 subjects of them taken from simple random sampling technique.Measurement used in this research was social support scale and coping strategy scale. Data analysis used simple regression analysis

Based on research’s data analysis, correlation coeficiency was r = 0,983 and p = 0,000. It showed that there was a corelation between social support and coping strategy on mothers of children with autism at the of therapy in city Palembang.

Keywords : Social support and  coping strategy


PENDAHULUAN

Anak adalah anugerah yang bisa meneruskan regenerasi dan semangat hidup dalam suatu rumah tangga. Anak yang sehat dan cerdas itu idaman semua orang tua. Orang tua ingin selalu menjaga dan merawat dengan sebaik mungkin bahkan selalu memperhatikan perkembangan anak setiap saat. Tetapi semua itu terkadang orang tua tidak melihat kondisi anak. Kebanyakan orang tua tidak bisa terima kenyataan, dengan anak yang pola perkembangannya berbeda dengan anak-anak yang lain. Anak-anak  inilah yang disebut anak berkebutuhan khusus atau anak penyandang autisme.

Autisme merupakan gangguan perkembangan yang mempengaruhi beberapa aspek, bagaimana anak melihat dunia dan belajar dari pengalamannya. Biasanya anak-anak ini kurang minat untuk melakukan kontak sosial dan tidak ada kontak mata. Selain itu anak-anak autisme memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dan terlambat dalam perkembangan bicaranya. Menurut Hogan (Yuwono, 2009) autisme merupakan gabungan cacat perkembangan terlihat sepanjang tiga tahun pertama, ini dapat berakibat dalam bentuk bahasa, komunikasi, emosi, behavior, baik keahlian motorik kasar dan sosial interaksi.

Adanya hambatan dalam emosi dan perilaku, menyebabkan anak autisme sulit untuk dirangkul secara emosional, sulit berkomunikasi karena tidak adanya kontak mata, membuat ibu berbicara pada anak, namun anak tidak mengerti dan sebaliknya. Perilaku anak autisme yang hiperaktif juga menjadi salah satu sumber masalah bagi ibu, dimana ibu mengalami kesulitan untuk mengendalikan dan mengontrol perilaku anak autisme tersebut (Nurhayati, 2003).

Beberapa keterlambatan perkembangan pada anak autisme bila di bandingkan dengan anak lain yang sebaya, menuntut adanya penanganan yang lebih intensif oleh ibu yang memiliki anak autisme. Munculnya tuntutan tersebut dapat berpotensi menimbulkan stress bagi ibu yang memiliki anak autisme dan membutuhkan adanya penanganan strategy coping.

Menurut lazarus (Davinson dkk, 2006) coping adalah: bagaimana orang berupaya mengatasi masalah atau menangani emosi yang umumnya negatif yang ditimbulkannya. Mu’tadin, (2002) juga menambahkan bahwa strategy coping adalah: segala upaya dan usaha baik mental maupun perilaku untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi, meminimalis situasi atau kejadian yang penuh tekanan.

Mu’tadin, (2002) mengatakan strategy coping dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, sebagai berikut: (a) kesehatan fisik, (b) keyakinan dan pandangan positif, (c) keterampilan memecahkan masalah, (d) keterampilan sosial, (e) social support dan materi.

Sering mengeluh pada pihak–pihak yang terkait yaitu suami, orang tua, sahabat dan tetangga seperti sulitnya punya anak autisme, lebih enak mengurusi anak yang normal. Bersikap menerima, bersabar, dan bertawakal, terkadang tanpa disadari ibu menangis sambil berdo’a saat tengah malam dalam hati, memohon kepada Allah Yang Maha Esa sehingga diberi kekuatan dalam menghadapi anak autisme dan diberi ketenangan dalam menghadapi hidup ini.

Davison dkk, (2006) Penggunaan coping dengan penghindaran meningkatkan kemungkinan efek stress terhadap emosi dan fisik. Faktor penting lain yang dapat mengurangi efek stress adalah dukungan sosial. Mu’tadin, (2002) juga mendukung bahwa strategy coping dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu dukungan sosial yang meliputi dukungan kebutuhan informasi dan emosional.

Dukungan sosial adalah bahwa suatu diantara fungsi pertalian atau ikatan sosial sebagai fungsionalnya mencakup dukungan emosional mendorong adanya ungkapan, perasaan, memberi nasehat atau informasi, pemberian bantuan material Smart (Kurniawati, 2007).

Sumber dukungan sosial bisa berasal dari suami atau istri, teman atau sahabat. Adapun faktor-faktor dukungan sosial menurut Marcer (Purwandari, 2008) membagi empat faktor dukungan sosial yaitu: (a) dukungan emosional: perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya diri dan mengerti, (b) dukungan informasi: membantu individu untuk menolong dirinya sendiri dengan memberi informasi yang berguna dan berhubungan dengan masalah atau situasi,(c) dukungan fisik: pertolongan yang langsung, seperti membantu merawat anak autisme (d) dukungan penilaian informasi yang menjalankan tentang peran pelaksanaan, bagaimana menampilkan perannya, hal ini memungkinkan individu mampu mengevaluasi dirinya sendiri yang barhubungan dengan penampilan peran orang lain.

Dukungan ini yang sangat diperlukan bagi seorang ibu yang memiliki anak autisme dimana dukungan sosial merupakan mediator yang penting dalam menyelesaikan masalah ibu yang memiliki anak autisme. Hal ini ibu sangat memerlukan bantuan dari keluarga, teman, terutama suami yang dapat berperan aktif dalam penanganan anak autisme baik secara langsung atau pun tidak, sehingga peran orang-orang terdekat dapat mempengaruhi ibu dalam mengatasi permasalahan yang ada.

Berdasarkan penelitian Wardani, (2009) yang meneliti tentang strategy coping orang tua menghadapi anak autisme. Adapun tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui orientasi strategy coping yang digunakan oleh orang tua untuk menghadapi anak mereka yang mengalami gangguan autisme, bentuk perilaku coping yang digunakan, dan dampak perilaku coping tersebut bagi orang tua. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategy coping pada orang tua yang mempunyai anak autisme berorientasi pada penyelesaian masalah yang dihadapi fokus pada masalah (problem focused coping), sedangkan bentuk perilaku coping yang muncul yaitu aksi instrumen ( instrumental action) yang termasuk dalam fokus pada masalah (problem focused coping) dan pengendalian diri (self-controlling), penolakan (denial), dan berdoa (seeking meaning) yang termasuk dalam fokus pada emosi (emotion focused coping). Dampak positif dari perilaku coping yang dilakukan oleh orang tua yaitu perhatain (exercised caution) dan berdoa (seeking meaning), sedangkan dampak negatif yang muncul diatasi orang tua dengan intropersitiv (intropersitive), negosiasi (negotiation), dan menerima (accepting responbility)

TINJAUAN PUSTAKA

Strategy Coping

Koping berasal dari kata coping yang bermakna harfiah pengatasan atau  penanggulangan mengatasi, menanggulangi (to cope with) atau dengan kata lain coping adalah: bagaimana reaksi orang ketika menghadapi stres atau tekanan. menurut (Siswanto, 2007). Suls dkk (Carole dkk, 2007) mendefinisikan bahw coping adalah mengatur diri sendiri saat sakit, atau memperbaiki situasi yang penuh stres.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi strategy coping menurut  Susman (Santrock, 2003) yaitu: Faktor fisik,  Faktor lingkungan, Faktor kepribadian,Faktor kognitif, Faktor sosial budaya, Faktor strategi penanganan stres

Adapun faktor yang mempengaruhi  strategy coping menurut Mu’tadin, (2002) yaitu: Kesehatan Fisik, Keyakinan atau pandangan positif, Keterampilan memecahkan masalah, Keterampilan social, Dukungan social, Materi

Bentuk-bentuk Strategy Coping Menurut Lazarus dan Folkman (Rustiana, 2003) coping terdiri atas strategi yang bersifat kognitif dan behavioral.

Dukungan Sosial

Menurut Neale dkk (Fausiah dkk, 2006) dukungan sosial adalah: keberadaan para saudara, teman dan kenalan dalam menghadapi stres dapat membantu seorang berhasil menggunakan pokus masalah( problem focused coping) atau pokus emosi (emotion focused coping).

Smart dkk 1994 (Kurniawati, 2007) dukungan sosial adalah: sebagai suatu diantara fungsi pertalian atau ikatan sosial sebagai fungsionalnya mencakup dukungan emosional mendorong adanya ungkapan, perasan, memberi nasehat atau informasi, pemberian bantuan material. Selain itu menurut Gottlieb dkk 1983 (Kurniawati, 2007) juga berpendapat dukungan sosial terdiri atas informasi atau nasehat verbal atau nonverbal, bantuan nyata atau tindakan karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima

Jocobson (Kurniawati dkk, 2007 ) membagi menjadi tiga faktor dukungan sosial yaitu: Dukungan  emosional (emotional support), Dukungan  kognitif (cognitive support)

Dan Dukungan materi (material support). Menurut Marcer ( Purwandari, 2008) membagi empat faktor dukungan sosial yaitu:  Dukungan emosional, Dukungan informasi, Dukungan fisik dan Dukungan penilain

Neale, Davison & Haag ( Fausiah, 2006) ada dua aspek dukungan sosial yaitu : Dukungan sosial stuktural dan  Dukungan sosial fungsional.  Sedangkan menurut Barrera (Suhita, 2005) terdapat lima aspek dukungan sosial yaitu: Bantuan materi, bantuan fisik, bimbingan, umpan balik, partisipasi social.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara strategy coping dengan dukungan sosial pada ibu yang memiliki anak penyandang autis di Lembaga Terapi Kota Palembang.

METODE PENELITIAN

Identifikasi Variabel Penelitian

Pada penelitian ini variable yang dipergunakan adalah : Variabel Tergantung ( dependent variable ): Strategy coping dan Variabel Bebas ( independent variabel ): Dukungan sosial

Definisi Operasional Variabel Penelitian

Strategy Coping

Strategy coping adalah usaha yang dilakukan ibu yang memiliki anak penyandang autisme di Lembaga Terapi Kota Palembang dalam menghadapi masalah dengan cara mengurangi, meminimalisir, berupa tekanan yang bersumber dari stressor. Variabel Strategy coping dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala model Likert, yang dibuat sendiri oleh penulis dengan mengacu pada bentuk-bentuk Strategy coping yang dikemukakan menurut Lazarus dan Folkman (Rustiana, 2003) yang meliputi: a. fokus pada masalah (problem focused coping) yaitu: kehati-hatian (exercised caution), aksi intrumen (instrumental action), negosiasi (negotiation) b. fokus pada emosi (emotion focused coping), menghindar (escapism), pengabaian (minimization), menyalahkan diri (self blame), berdoa (seeking meaning).

Dukungan Sosial

Dukungan sosial adalah: pertolongan diberikan pada ibu yang memiliki anak autisme di Lembaga Terapi Kota Palembang berupa informasi, nasehat dimana berasal dari orang-orang terdekat seperti suami, tetangga, saudara dan keluarga dekat yang dapat menimbulkan perasaan dihargai, diperhatikan dan dicintai. Dukungan sosial dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala model Likert yang dibuat sendiri oleh penulis dengan mengacu pada aspek yang mempengaruhi dukungan sosial pada teori Barrera (Suhita, 2005) yaitu bantuan materi, bantuan fisik, bimbingan, umpan balik, partisipasi sosial

Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Azwar, (2005) populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian, sedangkan sampel menurut Hadi, (2004) adalah sebagian individu yang diselidiki dan dapat mewakili populasi. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak penyandang autisme di Lembaga Terapi Kota Palembang. Populasi dalam penelitian ini yang akan dijadikan sampel dengan menggunakan teknik random sampling sederhana yaitu, setiap ibu yang memiliki anak penyandang autisme yang memenuhi karakteristik sebagai populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Usman dan Akbar, 2003).

Adapun karakteristik populasi yang dimaksud adalah sebagai berikut: Ibu yang memiliki anak autisme yang di Lembaga Terapi Kota Palembang dan Usia ibu sekitar 25 tahun keatas.

Menentukan ukuran sampel table Krejcie dan Morgan (Sugiono, 2005) sebagai berikut :

Tabel 3.1

Distribusi Populasi Penelitian

No

Lembaga

Jumlah

Penelitian

Uji Coba

1

Bina Autis Mandiri

50

40

10

2

Bina Potensi

30

24

6

3

Pelita Hati

20

16

4

Jumlah

100

80

20

Berdasarkan table for determining sample size researc activities Krijcie, dkk (Sugiyono, 2005) jumlah populasi sebanyak 100 ibu yang memiliki anak penyandang autisme maka dapat di ambil sampel sebanyak 80 ibu yang memiliki anak penyandang autisme dengan uji coba 20 ibu yang memiliki anak penyandang autisme.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang relevan, adekuat, dan reliabel. Prosedur ini sangat penting karena baik buruknya penelitian tergantung pada teknik pengumpulan data ( Hadi, 2004).

Metode pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode skala. Menurut Azwar, (2005) alasan yang digunakan dalam menggunakan metode skala ini yaitu karena subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri. Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku atribut yang bersangkutan.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik penskalaan dengan metode Likert yang telah dimodifikasi dengan menggunakan 4 alternatif jawaban,  yaitu : sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju  (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Alternatif untuk jawaban ragu-ragu sengaja dihilangkan dengan maksud untuk menghindari respon tendensi central effect yaitu jawaban yang cenderung mengumpul di tengah atau kecenderungan pada satu alternatif. Pemberian skor jawaban responden dinyatakan dalam tabel di bawah ini

Skala yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua skala pengukuran yaitu skala strategy coping dan skala dukungan sosial .

1. Skala strategy coping

Skala pertama yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala strategy coping. Skala ini disusun oleh penulis berdasarkan bentuk-bentuk strategy coping yang dikemukakan menurut Lazarus dan Folkman (dalam Rustiana, 2003) yaitu coping yang berfokus pada masalah (problem focused coping) dan coping yang berfokus pada emosi (emotion focused coping)

Skala strategy coping terdiri atas 84 aitem yang terdiri dari 42 aitem Favourable dan 42 aitem Unfavourable yang harus direspon oleh subjek. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin positif strategy coping yang dilakukan subjek dan sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek berarti semakin negatif strategy coping yang dilakukan subjek. Dalam tabel di bawah ini akan terlihat distribusi aitem skala strategy coping sebelum uji coba sebagai berikut :

2. Skala dukungan sosial

Skala kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala dukungan sosial. Skala ini disusun oleh penulis berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan Barrera (Suhita, 2005) terdapat lima aspek dukungan sosial yaitu: materi, fisik, bimbingan, umpan balik, partisipasi sosial.

Skala dukungan sosial terdiri atas 80 aitem yang terdiri dari 40 aitem Favourable dan 40 aitem Unfavourable yang harus direspon oleh subjek. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin positif dukungan sosial yang dilakukan subjek dan sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek berarti semakin negatif dukungan sosial yang dilakukan subjek.

Pengujian Alat Ukur

Menyelesaikan penelitiaan ini, penulis terlebih dahulu melakukan pengujian terhadap alat untuk digunakan dengan melakukan uji validitas dan uji reliabilitas.

Metode Analisis Data

Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik. Terlebih dahulu menguji data melalui uji normalitas dan uji linieritas. Apabila hasil uji diatas menunjukan variabel penelitian memenuhi persyaratan, maka dapat dilanjutkan dengan melakukan uji hipotesis. Untuk menguji hipotesis penelitian, penulis menggunakan teknik analisis regresi sederhana.. Secara keseluruhan analisis dalam penelitian ini menggunakan bantuan program komputer dari Statistical packages for social sciences (SPSS) versi 12.00.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Analisis Data

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov melalui program Statistical packages for social sciences (SPSS) versi 12.00. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui normalitas sebaran data adalah jika p>0,05 sebaran dikatakan normal atau jika p<0,05 maka sebaran dianggap tidak normal.

Berdasarkan analisis normalitas diatas, diperoleh hasil sebaran skor variabel strategy coping adalah KS-Z 0,771dengan p= 0,592 dan dikatakan berdistribusi normal karena p> 0,05. Hasil sebaran skor variabel dukungan sosial adalah KS-Z= 0,812 dengan p= 0,525 dan dikatakan berdistribusi normal karena p>0,05.

2. Uji Linieritas

Melalui uji liniearitas dapat pula diketahui taraf penyimpangan dari linieritas hubungan tersebut. Hubungan antara variabel bebas (Y) dan variabel tergantung (X) dikatakan liniear jika tidak ditemukan penyimpangan dari liniear hubungan tersebut. Uji liniear dilakukan dengan teknik analisis varians. Kaidah uji yang digunakan adalah jika p<0,05 maka hubungan antara variabel bebas (Y) dengan variabel tergantung (X) dinyatakan liniear, atau jika p> 0,05 maka hubungan tidak liniear.

Berdasarkan uji linieritas menunjukkan bahwa hubungan antara variabel strategy coping dan dukungan sosial memiliki F= 2268,094 dengan p=0,000 sehingga hubungan kedua variabel tersebut linier karena p=<0,05.

3. Hasil Uji Hipotesis

Hipotesis penelitian ini diuji dengan analisis regresi sederhana menggunakan bantuan program komputer Statistical packages for social sciences (SPSS) versi 12.00. KKoefisien korelasi antara variabel dukungan sosial dengan strategy coping pada ibu yang memiliki anak autis di Lembaga Terapi Kota Palembang adalah (r=0,983;p=0,000atau p<0,01.Hal tersebut menunjukan bahwa hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah ” ada hubungan antara dukungan sosial dengan strategy coping pada ibu yang memiliki anak penyandang autis di Lembaga Terapi Kota Palembang.

Diketahui R Square R² atau sumbangan efektif yang diberikan oleh variabel dukungan sosial dengan stategy coping pada ibu yang memiliki anak autis di Lembaga Terapi Kota Palembang adalah 96,7% (R²= 0,967). Hal ini berarti 96,7% strategy coping pada ibu di pengaruhi oleh dukungan sosial. Sisanya merupakan pengaruh dari faktor- faktor yang tidak diungkapkan dalam penelitian ini

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis regresi sederhana, diperoleh koefisien korelasi (r) antara dukungan sosial dengan strategy coping pada ibu yang memiliki anak penyandang autis di Lembaga Terapi Kota Palembang yaitu sebesar 0,983 dengan p= 0,000 dimana p< 0,01. Hal tersebut menunjukan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan strategy coping pada ibu yang memiliki anak  penyandang autis di Lembaga Terapi Kota Palembang.

Sumbangan efektif dukungan sosial dengan strategy coping dapat dilihat dari koefisien determinan (R²) yaitu sebesar 0,967. Dukungan sosial dengan strategy coping memberikan sumbangan efektif sebesar 96,7% terhadap strategy coping pada ibu yang memiliki anak  penyandang autis di Lembaga Terapi Kota Palembang, sementara sisanya sebesar 3,3% lagi adalah aspek yang berasal dari luar dukungan sosial.

Kelompokan subjek dikatagorikan mempunyai strategy coping yang rendah jika skor X< 115 dan tinggi jika skor X >115. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada 43 ibu (53,75%) yang memiliki strategy coping yang rendah dan 37 ibu (46,25%) yang memiliki strategy coping yang tinggi. Berdasarkan katagori tersebut maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata ibu yang memiliki  anak autis di Lembaga Trapi Kota Palembang memiliki strategy coping dengan kata gori rendah.

Selanjutnya kelompok subjek dikatagorikan dalam dukungan sosial yang kurang baik jika skor X<108 dan baik dalam mendapatkan dukungan sosial jika skor X>108. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 80 ibu yang dijadikan subjek penelitian, ada 41 ibu (51,25%) dalam dukungan sosial yang kurang baik dalam mendaptkan dukungan sosial dan 39 ibu (48,75%) yang baik dalam mendapatkan dukungan sosial. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata ibu kurang baik dalam mendapatkan dukungan sosial pada keluarga terdekat terutama pada suami terhadap ibu yang memiliki anak autis di Lembaga Terapi Kota Palembang.

Adapun hubungan antara strategy coping dengan dukungan sosial dinyatakan oleh Davison dkk, (2006) penggunaan coping dengan penghindaran meningkatkan kemungkinan efek stress terhadap emosi dan fisik. Faktor penting lain yang dapat mengurangi efek stress adalah dukungan sosial. Dukungan sosial yang dimiliki ibu yang memiliki anak  penyandang autis di Lembaga Terapi Kota Palembang berkorelasi dengan strategy coping pada ibu tersebut. Strategy coping yang dalam penelitian ini tentang dukungan sosial.

Sumbangan setiap aspek dalam dukungan sosial pada  strategy coping ,dimana pada aspek materi memberikan sumbangan sebesar 75.3%, aspek bantuan fisik sebesar 89,5%, aspek bimbingan sebesar 76%, pada aspek umpan balik sebesar 78,8%, dan aspek partisipasi sosial sebesar 78,4%. Sehingga aspek bantuan fisik dalam dukungan sosial yang memberikan sumbangan terbesar pada strategy coping yaitu 89,5%, bahwa bentuk dukungan fisik ini sejalan dengan masalah yang ada pada fenomena.

KESIMPULAN

Berdasarkan urain dan pembahasan pada data terlebih dahulu, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: ada hubungan yang  sangat signifikan antara dukungan sosial dengan strategy coping pada ibu yang memiliki anak penyandang autis di Lembaga Terapi Kota Palembang.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto.S.2006.Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.Jakarta: Rineka  cipta

Azwar. 2005. Penyusunan Skala Psikologi. Jakarta: Pustaka Pelajar.

______2006. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Carole dkk. 2007.  Psikologi Ed ke-9.Jakarta: Erlangga.

Davison dkk. 2006. Psikologi Abnormal. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Fausiah dkk. 2006. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta: Universitas  Indonesia.

Gusmilizar. 2008. Hubungan Antara coping strategy dengan stres pengasuh pada    ibu yang memiliki anak autis: Bina Darma Palembang.

Hadi. 2004. Metodologi Research I. Yogyakarta: Andi Offset.

Kurniawati dkk. 2007. Asuhan keperawatan pada pasien terinfeksi HIV/AIDS Ed pertama. Jakarta: Salemba Madika.

Mitchell. 2006. Peran depresi, social support dan gender keputusan individu atas meninggalkan peran     depresi. Diunduh dalam           laman  http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ pubmed/17076883 diakses pada tanggal 3 juni 2010.

Mu’tadin. 2002. Strategi Koping. Diunduh dalam laman tanggal   http/ www.e-psikologi.com/ 220702. htm. Diakses pada tanggal 16 Desaember 2009.

Nugraha. 2009. Hubungan Antara Social Support dan stres pada Panderita Penyakait Kusta Kediri :Universitas Negri Malang.

Nurhayati. 2003. Dinamika Psikologi Orang Tua Penderita Autis. Tesis. Fakultas Psikologi. Universitas Muhadiah Malang. Tidak dipublikasik.

Purwandari. 2008. Konseb kebidanaan : sajarah & profesionalisme. Jakarta: Kedokteran EGC.

Rustiana. 2003. Gambaran Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) dan Perilaku Coping Anak-Anak Korban Kerusuhan Maluku Utara. Tazkiya.

Santrock. 2003. Adolescence: Perkembngan Remaja Ed. 6. Jakarta: Erlangga.

Simon dkk. 2006. The child with special needs anak berkebutuhan khusus mendorong pertumbuhan intelektual & emosional. Jakarta : Yayasan Ayo Main.

Siregar. 2004. Statistik teparan untuk penelitian. Jakarta: PT Grasindo

Siswanto. 2007. Kesehatan Mental Konsep Cakupan dan Perkembangan Yogjakarta: C.Vandi Offset.

Sugioyono. 2005. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Bandung.

Suhita. 2005.   Apa itu Dukungan Sosial?. Diunduh          dalam laman  (http://www.masbow.com/2009/08/apa-itu-dukungan-sosial.html/. Diakses pada tanggal 18 Mei 2010.

Taylor. 2003. Helth Psychology. 3 th  Edition Boston: Mc.Graw Hill.

Trihendradi.Kornelius.2009. Stab by stab SPSS 16 Analisis data statistik . Jogjakarta: Andi.

Usman dkk. 2003. Metode Penelitian sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Utaminingsih. 2005. Pengaruh Social Support dan Optimisme dengan kecendrungan penggunaan Emotional Focused Coping pada remaja awal (tesis).Diunduh dalam laman

http://www laptunila p-gdl-res-2006-diahutamin-396-2005- lp- pdf- adobe  reader. Lampung: Universitas Lampung. Pada  tanggal 3 juni 2010.

Wardani. 2009. Stratregy Coping orang tua menghadapi anak autis. Tesis. Diunduh          dalam  laman http://etd.eprints.ums.ac.id/6290/Surakarta:Muhammadiyah Surakarta. Diakses pada  tanggal 3 juni 2010.

Willin. 2008,  Strategi, stres, aktivitas fisik dan tidur pada pasien dengan nyeri dada           tak       diterangkan.      Jurnal.        Diunduh          dalam laman.http://www.lib.umd.edu/drum//biststrem/1903/3316/1umi-umd-3153.pdf . Diakses pada tanggal  3 juni 2010.

Winarsunu. 2002. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Yuwono. 2009. Memahami Anaa Autistik (Kajian teori dan empirik). Bandung: Alfabeta, CV.

Zainudin, S.2002. Social Support pada lansia. Di unduh dalam laman. www.e- psikologi.com. Diakses pada tanggal 6 juni 2010 .