Peran Pemimpin Redaksi Surat Kabar Mingguan Jurnal Sumatra Terhadap Berita Yang Dipilih Menjadi Headline News

By Rahma Santhi. Filed in jurnal inovasi  |  
TOP del.icio.us digg

Rahma santhi dan Rangga Suluh

Abstrak : Hadirnya TV lokal di kota Palembang yaitu Palembang TV dan Sriwijaya TV membuktikan perkembangan industri media. KPI adalah lembaga independen yang melakukan pengawasan terhadap lembaga penyiaran termasuk TV lokal. Sebagai lembaga yang bebas dari campur tangan kepentingan tertentu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pengawasan KPI terhadap TV lokal di Palembang. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan studi pustaka yang disajikan secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran pengawasan KPI terhadap TV lokal Palembang telah berjalan sesuai dengan UU No. 32 tahun 2002 tentang penyiaran serta Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran. Namun, masih terdapat beberapa penghambat yaitu minimnya alat rekam.

Kata Kunci: KPI, Pengawasan, TV Swasta Lokal.


  1. 1. PENDAHULUAN

Tanpa disadari kebutuhan masyarakat terhadap informasi yang aktual dari media massa membuat pers sebagai lembaga pemberitaan terus berusaha menyajikan berita – berita yang terbaik. Pers adalah lembaga atau badan organisasi yang menyebarkan berita sebagai karya jurnalistik kepada khalayak. Pers dan jurnalistik dapat diibaratkan raga dan jiwa. Pers adalah raga, karena ia berwujud, konkret dan nyata melembaga. Oleh karena itu pers dapat diberi nama, sedangkan jurnalistik adalah aspek jiwa karena ia abstrak serta merupakan kegiatan, daya hidup yang menghidupi pers itu sendiri. Dengan demikian pers dan jurnalistik adalah dwitunggal, pers tidak mungkin beroperasi tanpa jurnalis sebaliknya jurnalis tidak akan mungkin mewujudkan suatu karya berita tanpa adanya pers.

Lahirnya Undang – Undang Pokok Pers no. 40 tahun 1999, membuat dunia jurnalistik semakin berwarna serta mampu berkembang dalam menyuguhkan kebutuhan masyarakat akan pemberitaan dari media massa. Yang sedikit lebih pesat dalam perkembangannya adalah surat kabar, di mana ia lebih mudah untuk didirikan bila dibandingkan dengan mendirikan sebuah radio atau televisi. Dalam kurun waktu yang terbilang singkat, dimulai dari meyakinkannya kebebasan pers yang benar – benar utuh di Indonesia khususnya kota Palembang, banyak surat kabar yang tumbuh dan berkembang di tengah – tengah masyarakat sehingga mampu memberikan karakter yang berbeda – beda dari setiap surat kabar yang ada.

Menyikapi pesatnya pertumbuhan surat kabar di kota Palembang dalam kurun reformasi, membuat penulis tertarik untuk menjadikannya suatu bentuk penelitian. Dalam hal ini, penulis terinspirasi tentang bagaimana seorang pemimpin redaksi yang bertugas mengarahkan liputan dan memilih berita – berita yang nantinya dijadikan hedline news (berita halaman utama) dengan segala pertimbangan baik tentang nilai berita (penting, menarik, baru, berkelanjutan, menyangkut orang terkenal dsb) atau tentang nilai rupiah yang ditawarkan.

Di sini muncul sebuah pertanyaan besar setelah terungkap dalam sebuah buku yang berjudul Perspektif Pers Indonesia di mana terdapat kutipan pernyataan dari pemimpin redaksi surat kabar mingguan berita Tempo dalam surat kabar Kompas, edisi Minggu 7 Februari 1986 dalam buku ini. “Betul, bahwa pers sudah berkembang kearah suatu bisnis dan itu memang suatu perubahan yang tidak sepenuhnya dipahami oleh khalayak maupun oleh kalangan pers sendiri, juga oleh pemerintah” (Oetama, 1989: 25).

Lahirnya kebijakan editorial menjadi tempat sekaligus pemupuk timbulnya surat kabar – surat kabar yang semakin cenderung untuk mengambil distansi dari organisasi politik sebagai berita titipan (Oetama, 1989: 27). Komersialitas sebagai bagian dari pers diperkuat dalam buku ini di mana ilmuan komunikasi Prof. Dr. Prakke dan Prof. Rooij yang lebih dulu disebut telah menempatkan “komersialitas” sebagai segi yang melekat pada hakikat pers sebagai lembaga, sama halnya dengan segi – segi lain seperti universalitas, aktualitas, periodisitas, publisitas.

Salah satu surat kabar yang lahir di kota Palembang adalah Jurnal Sumatra. Selain telah terdaftar sebagai media massa yang dilindungi serta dibina oleh Dewan Pers, Jurnal Sumatra juga telah mampu bertahan selama lebih dari dua tahun dan rutin terbit setiap minggunya. Dengan memuat sebanyak duabelas halaman, surat kabar mingguan ini beredar di Palembang dan juga tersebar dihampir setiap Kabupaten/Kota yang ada di Sumatera Selatan. Pendiri sekaligus pemimpin redaksi surat kabar mingguan Jurnal Sumatra jelas menyimpan banyak cerita tentang setiap berita – berita yang telah terbit pada media yang dipimpinnya terutama berita yang dipilihnya menjadi headline news.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk lebih mengetahui bagaimana cara pemilihan serta pertimbangan dan kebijakan yang diambil oleh pemimpin redaksi surat kabar mingguan Jurnal Sumatra untuk mengarahkan wartawan dalam meliput dan menggalih data lebih dalam tentang sebuah kejadian serta dijadikan headline news. Dengan demikian, judul dalam skripsi ini adalah “Peran Pemimpin Redaksi Surat Kabar Mingguan Jurnal Sumatra Terhadap Berita Yang Dipilih Menjadi Headline News“.

HASIL

Pemimpin redaksi memiliki wewenang penuh dalam mengambil kebijakan untuk menentukan kelayakan berita yang akan menempati posisi pada headline. Pemimpin redaksi (Pemred) memilih headline dengan mengacu pada prinsip sangat menarik, sangat penting, tidak mudah “basi” dan sangat eksklusif.

Baik dan buruk isi pemberitaan pada penerbitan sebuah surat kabar itu tergantung dari ketajaman dan kejelian seorang pemimpin redaksi dalam mencari dan memilih materi pemberitaan. Itu sebabnya pemimpin redaksi harus memiliki wawasan yang luas terhadap perkembangan situasi sosial baik politik, budaya, seni, ekonomi, alam maupun olahraga. Sama halnya dengan surat kabar mingguan Jurnal Sumatra, kepekaan dari seorang pemimpin redaksi dapat mencerminkan pencitraan di mata masyarakat atau pembacanya. Untuk surat kabar yang terbit mingguan, informasi yang tidak mudah “basi” adalah hal yang harus dipikirkan oleh pemimpin redaksi yang pada akhirnya mendapatkan feedback dari pembaca itu sendiri.

Dalam mendapatkan berita yang diinginkan, pemimpin redaksi dibantu oleh koordinator liputan serta wartawan. Berita yang dihasilkan nantinya akan dipilih menjadi headline harus memiliki nilai jual yang tinggi untuk diketahui oleh masyarakat atau pembaca. Mengulang tugas dari seorang pemimpin redaksi salah satunya adalah menentukan topik pemberitaan. Penentuan topik pemberitaan ini tidak semata – mata diputuskan oleh pemimpin redaksi saja namun di komunikasikan dengan staf redaksi atau yang dikenal dengan istilah rapat redaksi.

Pada surat kabar mingguan Jurnal Sumatra, rapat redaksi untuk penentuan topik pemberitaan dilakukan seminggu sebelum surat kabar itu terbit, pada saat rapat redaksi setiap elemen dilibatkan. Disinilah para wartawan mengemukakan issue yang beredar di permukaan yang kemudian ditentukan oleh pemimpin redaksi selaku pemimpin rapat untuk menentukan issue mana yang layak untuk menjadi fokus pemberitaan pada pekan tersebut. Dari hari Senin hingga Jumat setiap wartawan wajib mengumpulkan berita sekaligus hadir pada rapat penentuan headline di kantor redaksi Jurnal Sumatra. Untuk wartawan yang berstatus biro, rapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi yang berkembang melalui media online seperti Yahoo Messenger.

Dari berita – berita yang telah terbit sebagai headline sudah bisa dilihat ideologi dari sebuah media massa. Isi pemberitaan yang tidak berpihak atau mengarah pada pengaburan fakta di lapangan dapat dirasa setelah membaca isi dari berita headline. Melihat dari ke empat edisi yang peneliti pelajari, surat kabar mingguan Jurnal Sumatra masih mampu memegang prinsip pers sebagai penyampai informasi yang independen yang tidak diarah – arahkan oleh suatu kekuasaan politik. Ini dikarenakan Jurnal Sumatra masih berdiri sebagai media independen tanpa adanya campur tangan dari grup – grup yang merajai media cetak (surat kabar) yang ada di kota palembang saat ini yang memiliki keseragaman headline news.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, wawancara lima orang informan serta memperhatikan dokumen Jurnal Sumatra maka peneliti melihat bahwa surat kabar mingguan Jurnal Sumatra masih mampu berpegang pada prinsip ketidakberpihakan pers terhadap suatu kepentingan tertentu yang dapat mengaburkan fakta yang terjadi serta peran Pemred dalam memilih headline news adalah fungsi yang berjalan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab seorang pemimpin redaksi.

  1. 1. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan masalah yang berkaitan dengan Peran Pemimpin Redaksi Surat Kabar Mingguan Jurnal Sumatra Terhadap Berita Yang Dipilih Menjadi Headline News, maka dapat diambil satu kesimpulan bahwa, peran dan tugas pemimpin redaksi surat kabar mingguan Jurnal Sumatra telah berjalan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya dalam menentukan headline news serta dapat berjalan sesuai dengan ideologi dari pemimpin redaksi itu sendiri. Apabila sebuah surat kabar masih berdiri sendiri maka peran Pemred masih dapat berjalan sesuai ideologinya.

Pemimpin redaksi adalah orang yang memiliki wewenang dalam mengambil setiap kebijakan tentang seluruh pemberitaan dalam surat kabar yang didudukinya. Namun hal tersebut dapat terlihat “mandul” apabila terdapat sebuah standar yang dibangun oleh pihak yang lebih kuat kedudukannya di dalam surat kabar tersebut yang membuat pers menjadi berubah fungsi serta tujuan sebagai media yang bebas menyampaikan sebuah informasi berdasarkan fakta.

Jika seandainya sebuah surat kabar besar telah tergabung dalam satu kesatuan yang telah distandarisasi serta telah diatur dalam membentuk karakternya yang berpihak oleh sebuah grup penguasa media, maka Pemred media tersebut tidak akan memiliki jawaban berdasarkan ideologi kebebasan pers yang seutuhnya bila mendapat pertanyaan “apa pertimbangan anda serta kebijakan anda terhadap berita yang terbit pada headline surat kabar yang anda duduki sekarang ini?”. Mungkin ada satu ideologi yang mereka pakai yaitu, media ini harus tetap besar berkembang dalam satu keseragaman pemberitaan yang lari dari fungsi – fungsi pers serta setiap hari melakukan “pembodohan” publik dengan informasi arahan.

Unsur dari prinsip ketidakberpihakan pers terhadap suatu kepentingan tertentu adalah kemandirian dari lembaga pers itu sendiri. Surat kabar mingguan Jurnal Sumatra adalah sebuah surat kabar kecil yang terus bertahan untuk memegang prinsip pers sebagai lembaga independen. Kecil tapi memiliki Pemred yang tidak kerdil dalam menentukan berita yang dijadikan headline. Ini dapat dibuktikan dari dokumen – dokumen yang peneliti pelajari serta diperkuat dengan hasil observasi dan hasil wawancara yang peneliti lakukan baik dengan keredaksian Jurnal Sumatra juga pihak luar yang terus mengikuti pemberitaan Jurnal Sumatra di setiap edisinya.

Leave a Reply