PROPOSAL PENELITIAN

” ANALISIS PERHITUNGAN TOTAL BIAYA BAHAN BAKU

DENGAN METODE EOQ (ECONOMICAL ORDER QUANTITY)

di PT PERTAMINA RU III PALEMBANG  ”


PROPOSAL PENELITIAN

 

Diajukan untuk memenuhi syarat menyelesaikan

Pendidikan Sarjana Strata Satu (S1)

Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen

Universitas Bina Darma


 

 Oleh :

HERDIAN ANGGRAINI

09151039


FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN

UNIVERSITAS BINA DARMA

PALEMBANG

2012

PENDAHULUAN

 

1.1        Latar Belakang Pemilihan Judul

Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya terutama pada sumber daya minyak dan gas bumi. Pada masa sekarang ini permintaan akan minyak bumi dan gas bumi sangat besar baik dari dalam negeri maupun di luar negeri sehingga dibutuhan pengolahan minyak dan gas bumi secara tepat dan efisien guna memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam hal ini, salah satu perusahaan minyak yang cukup berperan dalam mengatasi kebutuhan minyak dan gas bumi di indonesia yaitu PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT  III PLAJU-SUNGAI GERONG. Perusahaan ini bergerak di bidang pengolalahan minyak mentah dengan menggunakan berbagai macam teknologi yang digunakan untuk menunjang proses pengolahan minyak tersebut.

( Politeknik Negeri Palembang. 2011. Laporan Magang CNC. (online), (http://pertamina./magang/) ).

Indonesia memiliki harga BBM yang berada dikisaran rata rata. Tidak mahal dan tidak murah alias sedang sedang saja. Ini bisa dilihat dari harga yang dibandrol untuk satu liter BBM seperti premium, pertamax dan juga pertamax plus. Walaupun untuk premium hingga kini masih mendapatkan subsidi dari pemerintah namun harga tersebut masih tergolong sangat wajar. Menurut sebuah penelitian yang dikutip dari Kompas edisi 17 Februari 2012, mengungkapkan bahwa pengguna BBM bersubsidi kurang lebih 50% pengguna mobil, 40% pengguna sepeda motor dan 7 % kendaraan umum. Dari jumlah tersebut bisa dilihat bahwa pengguna kendaraan bermotor di Indonesia cukup banyak.

Premium merupakan bahan bakar kendaraan bermotor. Premium yang dihasilkan refinery unit-III merupakan hasil dari pencampuran bahan bakar beroktan tinggi dari unit RFCCU dengan bahan bakar beroktan rendah dari unit CD. Kapasitas produksi premium refinery unit-III adalah sebesar 22,1 MBCD. Premium adalah bahan bakar minyak jenis distilat berwarna kekuningan yang jernih. Premium di Indonesia dipasarkan oleh Pertamina dengan harga yang relatif murah karena memperoleh subsidi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Pada umumnya, Premium digunakan untuk bahan bakar kendaraan bermotor bermesin bensin, seperti: mobil, sepeda motor, motor tempel, dan lain-lain. Premium 1. Menggunakan tambahan pewarna dye 2. Mempunyai Nilai Oktan 88 3. Menghasilkan NOx dan Cox dalam jumlah banyak. .  (http:// refineri unit III, plaju, sei gerong ).

Persediaan bahan baku akan memberikan fleksibilitas bagi PT Pertamina untuk skedul produksi dan pemasarannya. Bagian produksi tidak dipaksa harus memproduksi dalam jumlah yang besar secara cepat  karena adanya persediaan barang jadi ini. Persediaan barang jadi yang cukup juga dapat menjamin efektifitas kegiatan pemasaran, karena apabila persediaan kurang maka bisa jadi perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk merebut pasar. Dengan persediaan yang cukup perusahaan dapat memenuhi pesanan dengan cepat. Namun demikian persediaan yang besar itu juga membawa konsekuensi berupa biaya yang timbul untuk mempertahankan persediaan itu. ( Sartono. 2008 : 444).

Menurut ( Sartono, 2008:444), terdapat tiga jenis biaya yang berkaitan dengan persediaan yang harus dipertimbangkan dalam menentukan persediaan yang optimal. Ketiga jenis biaya itu adalah biaya pesan (Order Cost), biaya simpan (Carrying Costs) dan biaya kehabisan bahan (Stockout cost). Biaya pesan, adalah semua biaya yang timbul sebagai akibat pemesanan. Biaya itu meliputi biaya sejak dilakukan pemesanan hingga pesanan itu sampai di gudang, biaya tersebut seperti biaya persiapan, penerimaan, pengecekan, penimbangan dan biaya lainnnya hingga persediaaan siap untuk diproses.

Biaya simpan, mencakup semua biaya yang dikeluarkan untuk menyimpan persediaan selama periode tertentu. Biasanya ditunjukkan dengan persentase atas harga beli persediaan itu. Komponen biaya simpan adalah : storage costs yang termasuk sewa gudang, biaya keusangan yakni penurunan nilai persediaan termasuk keusangan karena teknologi, juga penurunan nilai karena perubahan bentuk fisik persediaan itu sendiri, asuransi baik asuransi kebakaran maupun asuransi kehilangan, pajak, biaya dana yang di investasikan pada persediaan. Tetapi, dalam analisis EOQ biaya simpan ini meskipun ada sebagian yang bersifat tetap, namun diasumsikan sebagai  biaya variabel.

Biaya kehabisan bahan, timbul pada saat perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan karena persediaan yang tidak cukup. Biaya kehabisan bahan ini meliputi biaya pesan secara cepat atau khusus dan biaya produksi karena adanya operasi ekstra. Biaya kehabisan bahan ini juga dapat berupa kehilangan keuntungan karena langganan memutuskan untuk pindah kepada perusahaan pesaing. Melihat manfaat dan biaya yang timbul karena perusahaan mempertahankan persediaan, sangat penting bagi manajer keuangan untuk menentukan tingkat persediaan yang optimal.

Menurut Don R. Hansen, Maryanne M. Mowen (2001) dan Herlina (2007), untuk menghitung berapa banyak bahan baku yang harus dipesan, digunakan rumus matematis EOQ. Ada beberapa asumsi pada metode EOQ menurut Herlina (2007) dan Taufik Hidayanto (2007), yaitu:

1. Hanya satu item barang (produk) yang diperhitungkan.

2. Bahan yang dibutuhkan selalu tersedia dipasar setiap saat dibutuhkan.

3. Jumlah kebutuhan bahan tersebut relatif stabil sepanjang tahun.

4. Waktu tunggu (lead time) besifat konstan.

5. Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman dan langsung dapat digunakan.

6. Hanya ada 3 macam biaya, yaitu: harga barang, biaya simpan ,dan biaya pesan.

 

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin membahas permasalahan mengenai persediaan bahan baku BBM khususnya PREMIUM yang dituangkan dalam proposal penelitian dengan judul : ” ANALISIS PERHITUNGAN TOTAL BIAYA BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ (ECONOMICAL ORDER QUANTITY) di PT PERTAMINA RU III PALEMBANG  ”.   

 

1.2        Perumusan Masalah

Perusahaan yang baik akan meningkatkan laba perusahaan dan mampu  menghadapi berbagai masalah. Berdasarkan pengamatan-pengamatan yang penulis lakukan serta data yang diperoleh dari PT PERTAMINA RU III Palembang, maka penulis merumuskan sebagai berikut :

Bagaimana Analisa Perhitungan total biaya bahan baku dengan metode EOQ

 

1.3       Ruang Lingkup Pembahasan

Agar dalam penulisan proposal penelitian ini tidak menyimpang dari masalah yang ada dan mempermudah pembahasan pada penelitian ini, maka penulis membatasi pembahasan pada : Produk Premium dengan yang diproduksi untuk perusahaan.

 

1.4       Tujuan dan Manfaat Penulisan

1.4.1    Tujuan Penulisan

                  Tujuan dari penulisan proposal penelitian ini adalah sebagai berikut :

Untuk Mengetahui dan menganalisa persediaan bahan baku untuk produk ”PREMIUM” dengan metode EOQ (Economical Order Quantity).

1.4.2        Manfaat Penulisan

Manfaat dari penyusunan proposal penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Sebagai sarana untuk mempraktekkan teori-teori yang diperoleh  selama mengikuti perkuliahan dengan kenyataannya di lapangan, khususnya di  PT Pertamina RU III Palembang
  2. Untuk memberikan masukan bagi PT Pertamina RU III Palembang guna membangun perusahaan lebih maju diperbaiki agar sukses dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan manajemen persediaan bahan baku ”PREMIUM” khususnya guna perkembangan perusahaan.

1.5               Metodelogi Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan guna mendukung analisa terhadap permasalahan yang dibahas, maka diperlukan metode-metode tertentu agar terdapat data yang objektif.

Adapun sumber-sumber dari data yang dipergunakan dalam penyusunan Skripsi ini menurut Suharsimi Arikunto terdiri dari:

 

  1. Data Primer ( field Research )

Data mentah atau belum jadi yang kita dapat dari perusahaan dan perlu  pengolahan lebih lanjut. (Suharsimi Arikunto, edisi Revisi VI, 13, 2006 )

  1. Data Kualitatif

Data yang diolah secara umum yang berisikan hanya kata bukan angka atau statistik.

Sedangkan study pengumpulan data yang dilakukan, menurut

J. Supranto (1993:13) adalah :

  1. Riset Lapangan
  • A. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan  melaksanakan tanya jawab langsung kepada pegawai yang mempunyai wewenang untuk memberi data dan informasi yang diperlukan dalam penulisan proposal penelitian ini.
  • B.           Observasi,  yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung atau seksama pada pelaksanaan operasi perusahaan.
  1. Riset Kepustakaan

Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan jalan membaca semua hal yang berhubungan dengan penyusunan proposal penelitian ini, beupa buku referensi, info dari BEI di internet, laporan-laporan dan buku lain yang relevan.

 

 

1.6              Sistematika Penulisan

Dalam penulisan proposal penelitian ini, penulis membuat suatu sistematikanya, sebagai berikut :

BAB I     : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis akan menyajikan latar belakang pemilihan judul, perumusan masalah, ruang lingkup pembahasan, tujuan dan manfaat penulisan, metodelogi pengumpulan data dan sistematika penulisan.

BAB II    : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab tinjauan pustaka ini, penulis akan menyajikan pendapat-pendapat para ahli akuntan. Hal-hal yang akan dikemukakan pada bab ini meliputi pengertian manajemen persediaan, manfaat manajemen persediaan, jenis persediaan, teori EOQ, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran.

BAB III    : METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini penulis akan mengemukakan secara umum mengenai lokasi penelitian, data yang diperlukan, teknik pengumpulan data, metode penelitian, dan metode analisis penelitian.

 

 

 

 

 

TINJAUAN PUSTAKA

2.1       Pengertian Manajemen Persediaan

Para Ahli keuangan dunia maupun lokal memberikan dan menjabarkan pengertian manajemen persediaan. Antara lain ;

  1.  “Persediaan adalah semua barang atau bahan yang diperlukan dalam proses produksi dan distribusi untuk diproses lebih lanjut atau dijual dimana merupakan investasi yang penting pada suatu perusahaan”            (Sundjaja,2003).
  2. Manajemen persediaan yaitu : manajemen persediaan meliputi perencanaan, koordinasi, dan pengendalian kegiatan yang berkaitan dengan aliran persediaan masuk, melalui, dan keluar dari sebuah organisasi. (Horngren, Datar, dan Foster (2006) dalam Riskatania (2009)).
  3. Menurut Zaki Badridwan (2000:149), menerangkan  bahwa :

“Pengertian manajemen persediaan secara umum istilah persediaan barang dipakai untuk menunjukan barang-barang yang dimiliki untuk dijual kembali atau digunakan untuk memproduksi barang-barang yang akan dijual”.

Penulis simpulkan dari beberapa para ahli diatas, bahwa manajemen persediaan adalah manajemen persediaan berkaitan dengan keputusan mengenai berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan (how much to order) dan kapan pemesanan akan dilakukan (when to order). Manajemen persediaan adalah kuantitas dari barang (ra material, work in process dan finished goods) yang memiliki nilai ekonomi dan dimiliki oleh perusahaan untuk dapat memenuhi permintaan dimasa mendatang.

 

2.2       Manfaat Manajemen Persediaan

Pengendalian persediaan merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi perusahaan, pada kebanyakan perusahaan persediaan merupakan bagian besar yang tercantum dalam neraca. Persediaan yang terlalu besar atau terlalu kecil dapat menimbulkan masalah-masalah yang besar. Manajemen persedaiaan yang efektif dapat memberikan sumbangan kepada keuntungan perusahaan.

(http://resum.wordpress.com/2010/12/24/manajemenpersediaan2/#comment-5 ).

Manajemen Persediaan (inventory) hubungannya dengan pihak-pihak yang terkait dengan persediaan :

  1. Dengan kepentingan manajer pembelian, orientasi keputusan pembelian material pada jumlah besar untuk memperoleh discount/potongan dari supplier.
  2. Dengan kepentingan manajer produksi, orientasi keputusan pembelian material pada jumlah besar untuk menjamin kelancaran proses produksi.
    1. Dengan kepentingan manajer keuangan, orientasi keputusan pembelian material pada jumlah besar untuk memperoleh discount/potongan dari supplier.
    2. Dengan kepentingan manajer produksi, orientasi keputusan pembelian material pada jumlah kecil untuk efisiensi penggunaan dana. Peran manajemen persediaan adalah merekonsiliasikan kepentingan-kepentingan ke dalam kebijakan persediaan yang dapat diterima oleh berbagai kepentingan demi untuk mencapai tujuan perusahaan. (http://resum.wordpress.com/2010/12/24/manajemenpersediaan2/#comment-5 ).

2.3           Jenis  Persediaan  

Macam persediaan, tergantung jenis perusahaan ( bahan baku,barang dalam proses, barang jadi, suku cadang dll ). Pada perusahaan manufaktur umumnya mempunyai 3 jenis persediaan yaitu:

  1. Bahan baku/material
  2. Barang dalam proses (barang setengah jadi)
  3. Barang jadi

Bahan baku merupakan barang-barang yang diperoleh untuk digunakan dalam proses produksi. Istilah bahan penolong atau pembantu (factory supplies, atau manufacturing supplies), digunakan untuk menyebut bahan tambahan, yaitu bahan baku yang diperlukan dalam proses produksi tetapi tidak secara langsung dimasukkan kedalam produk. Bahan baku yang secara langsung digunakan dalam produksi barang-barang tertentu sering disebut bahan langsung, bahan penolong disebut bahan tak langsung. (  Pudan.files.wordpress.com/2009/08/ta.doc )

Bahan penolong dapat diiktisarkan secara terpisah, barang-barang tersebut harus dilaporkan sebagai bagian dari persediaan perusahaan karena akhirnya akan dipakai dalam proses produksi. Barang dalam proses (goods in process) yang juga disebut pekerjaan dalam proses (work in process), terdiri dari bahan baku yang sebagian telah diproses dan perlu dikerjakan lebih lanjut sebelum dijual. Persediaan ini meliputi tiga unsur biaya yaitu bahan langsung, upah langsung dan overhead pabrik atau overhead produksi (factory overhead atau manufacturing overhead). Biaya bahan bahan yang secara langsung dikaitkan dengan barang-barang dalam produksi dikelompokkan dalam bahan langsung, biaya pekerja yang secara langsung dapat dikaitkan dengan barang-barang dalam produksi dikelompokkan dalam upah langsung.

Pudan.files.wordpress.com/2009/08/ta.doc )

Overhead pabrik terdiri dari seluruh biaya produksi selain bahan langsung dan upah langsung. Biaya ini meliputi bahan penolong yang digunakan dan biaya tenaga kerja yang tidak dapat secara langsung dikaitkan dengan proses pengerjaan produk tertentu. Pada perusahaan dagang untuk menentukan apakah barang itu sudah dapat dicatat sebagai persediaan, dasar yang digunakan adalah hak pemilik. Barang-barang akan dicatat sebagai persediaan pihak yang memiliki barang-barang tersebut, sehingga perubahan catatan persediaan akan didasarkan pada perpindahan hak pemilik barang. Kesulitan menentukan perpindahan hak atas barang antara lain timbul dalam keadaan barang-barang dalam perjalanan (goods in transit) dan barang-barang yang dipisahkan (segregated goods). (  Pudan.files.wordpress.com/2009/08/ta.doc )

Jenis persediaan dalam suatu perusahaan akan nampak dalam  rekening persediaan yang digunakan pada akhir periode. Jenis persediaan yang ada dalam perusahaan akan tergantung dengan jenis perusahaan. Sebagai contoh perusahaan jasa persediaan yang biasanya timbul seperti : persediaan bahan pembantu atau persediaan habis pakai, yang termasuk di dalamnya adalah kertas, karbon, stampel, tinta, buku kuitansi, materai. Sedangkan untuk perusahaan manufaktur jenis persediaannya meliputi persediaan bahan pembantu, persediaan barang jadi, persediaan barang dalam proses dan persediaan bahan baku. (Sartono. 2008 : 444)

Perusahaan dagang jenis persediaannya mencakup persediaan barang dagangan dan persediaan bahan penolong. Bagi perusahaan manufaktur persediaan ini menjadi begitu penting karena kesalahan dalam investasi persediaan ini akan mengganggu kelancaran operasi perusahaan. Apabila persediaan terlalu kecil maka kegiatan operasi besar kemungkinannya mengalami penundaan, atau perusahaan beroperasi pada kapasitas yang rendah. Sebaliknya apabila persediaan terlalu besar maka akan mengakibatkan perputaran persediaan yang rendah sehingga profitabilitas perusahaan menurun. Kedua keadaan itu bagi manajer keuangan perusahaan merupakan tantangan yang harus dihadapi.

(Sartono. 2008 : 444)

Persediaan bahan baku memberikan fleksibilitas dalam hal pengadaan. Tanpa persediaan yang cukup perusahaan harus selalu menyiapkan dana yang cukup untuk setiap waktu membeli bahan baku yang diperlukan. Sebaliknya persediaan bahan baku suatu saat dapat menjadi lebih tinggi karena bagian pengadaan memanfaatkan potongan pembelian. Begitu juga persediaan barang jadi akan memberikan fleksibilitas bagi perusahaan untuk skedul produksi dan pemasarannya. Bagian produksi tidak dipaksa harus memproduksi dalam jumlah yang besar secara cepat  karena adanya persediaan barang jadi ini. (Sartono. 2008 : 444)

Persediaan barang jadi yang cukup juga dapat menjamin efektifitas kegiatan pemasaran, karena apabila persediaan kurang maka bisa jadi perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk merebut pasar. Dengan persediaan yang cukup perusahaan dapat memenuhi pesanan dengan cepat. Namun demikian persediaan yang besar itu juga membawa konsekuensi berupa biaya yang timbul untuk mempertahankan persediaan itu.  (Sartono. 2008 : 444)

Biaya yang berkaitan dengan persediaan itu mencakup biaya pemesanan dan biaya penyimpanan dan required rate of return atas kelebihan investasi pada persediaan. Selain itu bahaya yang mungkin timbul adalah keusangan atas persediaan. Seperti halnya piutang, maka besarnya persediaan juga dapat ditingkatkan sepanjang ada penghematan bersih dengan tambahan persediaan. Keseimbangan antara penghematan dan biaya yang timbul sangat tergantung atas tambahan biaya simpan dan pengendalian persediaan yang efisien.  (Sartono. 2008 : 444)

 

2.4              Teori EOQ (Economical Order Quantity)

Model ini merupakan salah satu model deterministik statis. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Ford Harris dari Westinghouse pada tahun 1915. Metode ini menjadi inspirasi bagi para pakar persediaan untuk mengembangkan metode-metode pengendalian persediaan lainnya. Metode ini dikembangkan atas fakta adanya biaya variabel dan biaya tetap dari proses produksi atau pemesanan barang (Baroto, 2002). Jumlah pemesanan yang dapat meminimumkan total biaya persediaan disebut Economic Order Quantity (EOQ). Tiap faktor dalam model dasar EOQ dapat berubah sesuai dengan kondisi yang dihadapi perusahaan. Kondisi-kondisi ini dapat mengubah nilai EOQ sebelumnya. Perubahan-perubahan model dasar EOQ dapat saja terjadi karena beberapa akibat:

a) Adanya potongan harga (quantity discount) yang ditawarkan supplier jika membeli dalam jumlah banyak.

b) Adanya kondisi kehabisan persediaan (storage cost).

c) Adanya macam-macam biaya simpan.

( repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30777/…/Chapter%20II.pdf )

 

 

Terdapat tiga jenis biaya yang berkaitan dengan persediaan yang harus dipertimbangkan dalam menentukan persediaan yang optimal. Ketiga jenis biaya itu adalah biaya pesan (Order Cost), biaya simpan (Carrying Costs) dan biaya kehabisan bahan (Stockout cost). Biaya pesan, adalah semua biaya yang timbul sebagai akibat pemesanan. Biaya itu meliputi biaya sejak dilakukan pemesanan hingga pesanan itu sampai di gudang, biaya tersebut seperti biaya persiapan, penerimaan, pengecekan, penimbangan dan biaya lainnnya hingga persediaaan siap untuk diproses.

(Sartono. 2008 : 446)

Biaya simpan, mencakup semua biaya yang dikeluarkan untuk menyimpan persediaan selama periode tertentu. Biasanya ditunjukkan dengan persentase atas harga beli persediaan itu. Komponen biaya simpan adalah : storage costs yang termasuk sewa gudang, biaya keusangan yakni penurunan nilai persediaan termasuk keusangan karena teknologi, juga penurunan nilai karena perubahan bentuk fisik persediaan itu sendiri, asuransi baik asuransi kebakaran maupun asuransi kehilangan, pajak, biaya dana yang di investasikan pada persediaan. Tetapi, dalam analisis EOQ biaya simpan ini meskipun ada sebagian yang bersifat tetap, namun diasumsikan sebagai  biaya variabel. (Sartono. 2008 : 446)

Biaya kehabisan bahan, timbul pada saat perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan karena persediaan yang tidak cukup. Biaya kehabisan bahan ini meliputi biaya pesan secara cepat atau khusus dan biaya produksi karena adanya operasi ekstra. Biaya kehabisan bahan ini juga dapat berupa kehilangan keuntungan karena langganan memutuskan untuk pindah kepada perusahaan pesaing. Melihat manfaat dan biaya yang timbul karena perusahaan mempertahankan persediaan, sangat penting bagi manajer keuangan untuk menentukan tingkat persediaan yang optimal. (Sartono. 2008 : 447)

Terdapat berbagai cara untuk menentukan persediaan yang optimal yang dapat membantu manajer keuangan. Model tersebut mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Kompleksitas model itu sebenarnya tergantung atas asumsi yang mendasari model tersebut. Dalam model klasik, diasumsikan bahwa permintaan akan bahan di masa datang dapat diketahui dengan relatif pasti dan konstan dari waktu ke waktu. Selain itu lead time juga dapat diketahui dengan pasti. (Sartono. 2008 : 447)

Apabila biaya simpan setiap unit adalah C maka total biaya simpan adalah rata-rata unit persediaan dikalikan dengan C atau CQ/2. Bila kebutuhan setiap periode adalah S, maka banyaknya pemesanan adalah S/Q. Sehingga apabila biaya pesan setiap kali pemesanan adalah O maka total biaya pesan dalam satu periode adalah SO/Q. Dengan demikian total biaya persediaan adalah :

Total Biaya, rumusnya

Dengan melihat persamaan di atas maka kita mengetahui bahwa apabila perusahaan melakukan pemesanan dalam jumlah yang kecil setiap kali pesan maka biaya simpan akan kecil tetapi biaya pemesanan menjadi besar. Sebaliknya apabila perusahaan melakukan pesanan dalam jumlah yang besar setiap kali pesan maka biaya simpan akan menjadi besar tetapi biaya pesan menjadi kecil. Dengan demikian terdapat trade off  antara biaya pesan dan biaya simpan. Untuk menentukan jumlah pemesanan yang optimal kita dapat lakukan dengan cara mencari turunan pertama persamaan di atas. (Sartono. 2008 : 448)

 

  1. Harga bahan baku = …………………………                     Rp. …………..
  2. Biaya pemesanan = …………………………                            …………….
  3. Biaya simpan = ………………………………                           …………….
  4. Total Biaya Persediaan = A+B+C                                            Rp. ………….

Perusahaan seringkali mendapat tawaran untuk mendapatkan potongan apabila melakukan pembelian dalam jumlah besar atau yang sering disebut dengan quantity discount. Untuk memutuskan apakah perusahaan sebaiknya memanfaatkan potongan atau tidak maka perlu dihitung apakah besarnya potongan tersebut masih lebih besar daripada biaya yang timbul sebagai akibat adanya potongan itu. Perubahan biaya yang kan terjadi tentunya biaya simpan karena persediaan menjadi lebih besar. Tetapi biaya yang lain yakni biaya simpan akan menjadi lebih kecil karena perusahaan akan melakukan pemesanan sebanyak 5 kali saja. Dengan demikian apabila perusahaan akan memanfaatkan tawaran potongan ini maka membuat kerangka biaya yang harus ditanggung adalah

 

 

 

  1. Harga bahan baku = …………………………                     Rp. ……………
  2. Biaya pemesanan = ……………………….                       Rp……………..
  3. Biaya simpan = ……………………………                       Rp……………..
  4. Total Biaya Persediaan = A+B+C                                     Rp. ……………

Tetapi apabila perusahaan tidak memanfaatkan potongan tersebut dan tetap melakukan pembelian sebesar pembelian yang ekonomis 2.000 unit maka membuat kerangka biaya yang timbul adalah :

 

2.5              Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul skripsi Metode Analisis Hasil Penelitian
1. Moch. Afan Najich, 2010 Analisis economical order quantity (eoq) dalam Persediaan bahan baku untuk meningkatkan

Volume produksi

(studi kasus pada koperasi susu “sinau andandani ekonomi”(sae) kecamatan Pujon kabupaten malang)

EOQ (Economocal Order Quantity) 1.Total biaya persediaan bahan baku perusahaan yang dihitung menurut EOQ lebih sedikit dibandingkan yang dikeluarkan oleh Koperasi Susu SAE Pujon Malang, maka ada penghematan biaya persediaan bahan baku bila Koperasi Susu SAE Pujon Malang menggunakan metode EOQ dalam persediaan bahan bakunya.

2. Tingkat kesejahteraan masyarakat Pujon pada khususnya dan pada

umumnya pendapatan Kabupaten Malang akan naik yang sesuai diharapkan koperasi Susu SAE Pujon Kabupaten Malang.

2. Fuad Alhamidy, 2006 Analisis

Model pengadaan bahan makanan kering Berdasarkan metode eoq pada instalasi gizi

Rumah sakit roemani semarang

EOQ (Economocal Order Quantity) 1. Sistem perencanaan kebutuhan bahan makanan kering yang dilaksanakan sekarang adalah berdasarkan metode konsumsi, yaitu

jumlah pemakaian periode lalu ditambah kurang lebih 10 %.

2. Pengadaan berdasarkan EOQ pada bahan makanan kering yang dilakukan uji coba, dari segi modal kerja didapatkan efisiensi pada

jenis bahan susu Indomilk sebesar 42 % dan coklat Van Houten sebesar 42 %.

3. Eyverson Ruauw, 2011 Pengendalian Persediaan Bahan Baku

(Contoh Pengendalian pada usaha Grenda Bakery Lianli, Manado)

EOQ (Economocal Order Quantity) Terjadi penghematan total biaya persediaan, karena total biaya yang dihitung menurut Grenda Bakery Lianli lebih besar dari total biaya yang dihitung menurut EOQ.

Data diatas adalah penelitian terdahulu dari peneliti 3 orang yang menggunakan metode EOQ(Economocal Order Quantity). Jika dibandingkan dengan penemuan dan penelitian proposal saya dari bab 1 sampai 3 dapat disimpulkan bahwa :

  1. PT Pertamina UP III selalu meningkatkan persediaan guna memenuhi kebutuhan BBM (bahan bakar minyak) pada masyarakat SUMSEL khusunya kota Palembang. semakin banyaknya penggunaan kendaraan bermotor, maka semakin banyak permintaan dan persediaan premium. Menurut sebuah penelitian yang dikutip dari Kompas edisi 17 Februari 2012, mengungkapkan bahwa pengguna BBM bersubsidi kurang lebih 50% pengguna mobil, 40% pengguna sepeda motor dan 7 % kendaraan umum.
  2. PT Pertamina UP III dapat mengatasi persediaan akan premium yang Menurut data yang dikutip dari Kompas.com (2012) penjualan premium terus menunjukkan kenaikan sebesar 16,3 persen.

 

2.6             

Gambar 2.6.1

Kerangka Berfikir

 

 

Kerangka Pemikiran

 

 

Metode Persediaan

Bahan Baku

 

1. Memperhitungkan reorder point (ROP),

2. Memperhitungkan persediaan pengamanan (safety stock) dan 3. Memperhitungkan biaya-biaya yang

timbul akibat adanya persediaan guna meminimumkan biaya kuantitas produk secara efisien

Model

Economic Order

Quantity (EOQ)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

METODE PENELITIAN

3.1       Lokasi Penelitian

Penulis melakukan penelitian pada PT  Pertamina RU III Palembang. Sebuah tempat yang strategis dalam usaha dan tempat ini juga satu-satunya sentral pengolahan BBM di Palembang. Tempat ini juga jantung pengolahan dan pendistribusian di wilayah Sumatera Selatan dan sekitarnya. Dan juga sebagai penopang dan menyediakan kebutuhan akan BBM masyarakat Sumatera Selatan, khusunya Palembang. Ini merupakan prestasi yang berharga disaat akan menghadapi pasar global (globalisasi).        

3.2       Data yang diperlukan

            (1). Data Primer

       Data yang diperoleh sendiri oleh penulis yang didapat dari para responden melaui daftar pertanyaan atau kuisioner (Husein Umar, 2005:42). Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung dari  objek yang diteliti, data ini diperoleh melalui wawancara langsung dengan pihak wewenang pada PT Pertamina RU III Palembang.

(2). Data Sekunder

        Data yang diperoleh dari lembaga yang diteliti, dimana data tersebut telah diolah terlebih dahulu oleh lembaga tersebut (Husein Umar, 2005:43). Data sekunder merupakan data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi, data ini diperoleh melalui buku-buku pedoman, literatur yang disusun para ahli yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi dalam penyusunan laporan ini.

3.3       Teknik Pengumpulan Data

3.3.1 Wawancara

         Yaitu pengumpulan data-data atau keterangan yang diperlukan dengan mengadakan wawancara dengan pihak yang diperlukan yaitu pada PT Pertamina RU III Palembang.

3.3.2 Dokumentasi

Menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar (2001:54) : Dokumentasi adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui dokumen-dokumen yang telah ada dan diolah kembali.

3.3.3 Observasi

Yaitu pengumpulan data atau keterangan yang diperlukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti yang berhubungan dengan penulisan laporan ini.

3.3.4 Tinjauan Kepustakaan

Yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan penyelidikan melalui sumber dokumen dan pencatatan data yang telah  ada pada PT Pertamina RU III Palembang.

 

 

3.4       Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penyusunan proposal penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti suatu objek yang tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

3.5       Metode Analisis

3.5.1    Metode yang penulis gunakan adalah metode kualitatif yaitu metode  analisis kualitatif yang bukan merupakan angka-angka, data yang hanya merupakan keterangan yang tidak dinyatakan dalam bentuk angka.

3.5.2    Persediaan Minimum

Persediaan ini disebut dengan persediaan penyelamat ( safety stock ). Besarnya persediaan pengaman dapat diketahui dengan rumus :

SS = Z_

Dimana :

_ : Standar deviasi

Z : Standar Normal deviasi

 

 

 

 

3.5.3    Besarnya pesanan Standar

Besarnya jumlah pesanan standar didasarkan atas pertimbangan efisiensi, yang disebut dengan jumlah pesanan yang ekonomis

( Economic Order Quantity )

dapat dicari dengan :

 

Dimana :

EOQ : Jumlah pesanan ekonomis

D : Jumlah kebutuhan barang ( unit / tahun )

S : Biaya pemesanan ( rupiah / pesanan )

H : h x c = Biaya penyimpanan ( rupiah / unit / tahun )

             3.5.4   Persediaan Maksimum

Besarnya persediaan maksimum yang sebaiknya dimiliki koperasi adalah jumlah dari pesanan standar ( standar order ) atau EOQ ditambah dengan besarnya persediaan pengaman (safety stock) atau dengan rumus :

MI = EOQ + SS

Dimana :

MI : maksimal Inventory

SS : Safety Stock

 

 

 

3.5.5    Pemesanan Kembali (Reorder Point )

            Titik pemesanan kembali ditetapkan dengan cara menambah penggunaan selama waktu tenggang dengan persediaan pengaman atau dengan rumus:

ROP = ( D x L ) + SS

Dimana :

ROP : Titik pemesanan Ulang

D : Tingkat kebutuhan per unit waktu

SS : persediaan Pengaman ( safety stock )

L : waktu tenggang

3.5.6    TIC ( Total Inventory Cost )

Untuk melihat jumlah biaya persediaan optimal adalah dengan

berpedoman pada perhitungan EOQ yang dalam hal ini digunakan TIC dalam rumus rupiah :

TIC Rp =

Dimana :

D : Jumlah Kebutuhan Barang ( unit / tahun )

S : Biaya Pemesanan ( rupiah / pesanan )

H : Biaya Penyimpanan ( rupiah / unit / tahun )

 

 

 

 

 

This entry was posted in PENELITIAN, PENELITIAN EKONOMI, PROPOSAL and tagged , , . Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *