JURNAL EKONOMI

JURNAL EKONOMI PEMBANGUNAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG  MEMPENGARUHI INFLASI DI INDONESIA

BY:ENDRI

JURNAL INFLASI



         

Leave a comment

WAJAH ISLAM

WAJAH ISLAM

Apakah benar wajah orang Islam itu garang dan dikonotasikan dengan pedang dan darah, seperti yang dituduhkan oleh orang Barat. Di wilayah Islam sendiri masih sering terjadi kegarangan itu. Faraq Fouda tewas ditembak kelompok Jamaah Islamiyah di Kairo, karena dianggap murtad. Karena Dia hanya menganggap tidak ada jaman keemasan yang patut di rindukan pada periode salaf. Yaitu pada abad ke-7 ketika para sahabat Nabi memimpin umat. Periode itu, sebagaimana yang ditulis Samsu Rizal Panggabean dalam kata pengantar Buku Kebenaran Yang Hilang yang diterbitkan oleh Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama, merupakan periode yang biasa saja, tidak banyak yang gemilang dari masa itu. Bahkan, ada banyak jejak yang memalukan.

Usman bin Affan, khalifah ke-3 dibunuh. Para pembunuhnya bukan orang Majusi, bukan pula orang yang murtad, tapi orang Islam sendiri yang bersepakat memberontak. Mereka tidak sekedar membunuh Usman. Menurut sejarawan al-Thabari, jenazahnya terpaksa ”bertahan dua malam karena tidak dapat dikuburkan”. Siapa saja dilarang menyalatinya. Jasad orang tua berumur 83 tahun itu bahkan diludahi dan salah satu persendiannya dipatahkan. Demikian pula Ali, setelah lima tahun memimpin, dibunuh dengan racun oleh Ibnu Muljam. Pembunuhnya ditangkap, tangan dan kakinya dipenggal, matanya dicungkil dan lidahnya dipotong. Mayatnya dibakar (Gunawan Muhamad, Tempo).

Tragedi Karbala yang sangat menyedihkan. Husen bin Ali dalam perjalanan akan membaiat Yasid bin Muawiyah, dicegat oleh Ubaidilah bin Ziyad. Gubernur Basrah dan Kufah. Husen dipaksa perang atau menyerah. Dia memilih perang dan terbunuh. Kepala Husen dibawa kepada Yasid (Ahmad al Usairy, Sejarah Islam). Sampai hati cucu Rasul dipenggal kepalanya. Sungguh tragis.

Tak diketahui dengan pasti mengapa semua kekejian itu terjadi kepada seseorang pada jaman ini. Kekejian itu terjadi sejak Nabi wafat , bahkan sampai sekarang. Memang tidak semua orang Islam melakukan kekejian.

Berbuat Baik

Marilah kembali kepada wajah Islam dalam Al Quran. Mengapa orang Islam melakukan kekerasan dan kekejian, sedang Al Quran tidak mengajarkan demikian.

Dalam Al Quran, orang Islam itu harus melakukan dan berbuat kebaikan kepada (Al Baqarah ayat 83) :

  1. Ibu dan Bapak
  2. Kaum kerabat
  3. Anak-anak yatim
  4. Orang-orang miskin
  5. Manusia dengan ucapan kata-kata yang baik

Orang Islam itu harus berbuat kebajikan (Al Baqarah (2) ayat 177). Berbuat kebajikan itu adalah (1) memberikan hartanya yang dicintainya kepada :

  1. Kerabatnya
  2. Anak-anak yatim
  3. Orang-orang miskin
  4. Musafir
  5. Orang yang meminta-minta
  6. Memerdekakan hamba sahaya dan

(2) menepati janji bila dia berjanji

(3) sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.

Orang Islam yang bertaqwa adalah orang Islam yang melakukan perbuatan-perbuatan penuh kebaikan sebagai berikut (Surat Al Imran (3) ayat 133-135) :

  1. menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
  2. menahan amarahnya
  3. mema’afkan (kesalahan) orang.
  4. mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu.
  5. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya (Surat Al A’raaf (7) ayat 56).
  6. Dan janganlah kamu membunuh dirimu (Surat An Nisaa’ (4) ayat 29).
  7. …dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan (Surat Al An’aam (6) ayat 151).

Berdakwa dan Berdebat

Dalam menyampaikan dakwah juga harus dengan penuh hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik (Surat An Nahl (16) ayat 125). Tidak patut bila dakwah dengan kekerasan, ancaman dan tanpa memberikan contoh atau pelajaran dengan baik. Demikian pula kalau kita berdiskusi, kita diminta untuk berdebat dengan cara yang paling baik. Jangan buru-buru mengatakan ”mengujat agama” atau ”menistakan agama” atau disertai ancaman. Apakah ini perdebatan orang Islam. ? Apakah ini sesuai dengan Surat An Nahl ayat 125 diatas ? Kalau masih tetap berbeda pendapat atau tetap berselisih serahkanlah kepada Allah sebagaimana Surat Asy Syuura (42) ayat 10.

Seharusnya tidak seperti Fouda nasibnya, Dia dibunuh karena dianggap murtad. Apakah Dia menyatakan keluar dari agama Islam ? Kan tidak. Hanya perbedaan pikiran dan pandangan. Kenapa dibunuh ? Apakah yang membunuh tidak membaca al Qur’an bahwa membunuh orang beriman itu dosanya besar sebagaimana Surat An Nisaa’ (4) ayat 93.Balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya. Apakah tidak takut ? Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya (Surat Al Maidah(5) ayat 32).

Apakah mereka tidak takut memmbunuh orang Muslim ? Apakahmereka tidak tahu bahwa membunuh orang Muslim itu balasannya adalah Jahannam, dikutuk Allah dan azab yang besar (Surat An Nisaa’ (4) ayat 93).

Demikian pula berdebat dengan para Ahli Kitab, kita dilarang berdebat dengan Ahli Kitab, kecuali mereka yang zalim (Surat Al An’aam(6) ayat 108).. Dan tidak boleh mengolok atau memaki-maki sesembahan orang lain dalam berdakwah. Mereka akan juga mengolok-olok atau memaki Allah tanpa pengetahuan sedikitpun. (Surat Al An’aam (6) ayat 108).Nah, kalau masih berselisih faham, maka serahkanlah kepada Tuhan (Surat Asy Syuura (42) ayat 10).

Jangan bersikeras lagi kasar mempertahankan pendapatnya sendiri yang benar, mereka akan menjahui kita. Oleh karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu (Surat Ali ‘Imran (3) ayat 159).

Dalam film Fitna misalnya, banyak pidato-pidato atau dakwa yang disampaikan isinya penuh kegarangan, tidak ramah. Bahkan orang lain merasakan ”bergidik”. Tidak diketahui dengan pasti, apakah pidato/dakwah yang disampaikan dalam Film Fitna itu benar atau rekayasa. Dan tidak tahu pasti latar belakang pidato itu disampaikan.

Apapun yang disampaikan dalam pidato itu, memang dapat menimbulkan ketakutan dan ancaman eksistensi.. Misalnya,

”Allah is happy when non-muslim get killed”

”A Jew is hiding behind me. Come and cut off his head. And we shall cut off his head”

“The Jews are Jews. They are the ones who must be butchered and killed”

“Islam is a religion that want to rule the world. It has done so before and eventually will rule it again”.

Tentang Perang dan Terror.

Dalam Surat Al Anfal (8) ayat 60.” menggentarkan musuh Allah” diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh Yusuf Ali ”To strike terror into the enemies of Allah”. Bisa jadi inilah ayat yang digunakan untuk menuduh umat Islam adalah terroris. Bisa jadi pula ayat inilah yang digunakan para Islam ”Ekstreem Kanan” untuk melakukan terror. Padahal itu tidak benar. Oleh Dr. M. Taquid-Din dan Dr. M Khan, diterjemahkan ”To threaten” atau mengancam.

Dalam Al Quran umat Islam diminta untuk siap untuk menghadapi kekuatan apapun. Tetapi tidak melakukan terror atau ancaman. Umat Islam tidak boleh menyerang, ketika musuh tidak menyerang sebagaimana dalam Surat Al Baqarah (2) ayat 194. Umat Islam tidak boleh memerangi orang-orang yang tidak memeranginya. Dan umat Islam tidak boleh melampaui batas., karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (Surat Al Baqarah (2) ayat 190-192). Tidak boleh melampau batas itu artinya barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu (Surat Al Baqarah (2) ayat 194).

Bahkan, apabila seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepada umat Islam, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya (Surat At Taubah (9) ayat 5-6).

Tetapi kalau dalam peperangan, umat Islam boleh membunuh atau memancung batang leher orang kafir. Dan orang kafir boleh dijadikan tawanan dan sesudah itu boleh dibebaskan setelah perang berakhir dan setelah memberikan tebusan (Surat Muhammad ( 47 ) ayat 4 ). Kenapa harus memancung leher, ya memang belum ada senapan.Tatapi kalau sekarang tentunya membunuh seseorang (dalam waktu perang) harus dengan baik, tidak melakukan penganiayaan. Menganiaya itu lebih kejam dari pembunuhan (Surat Al baqarah (2) ayat 217).

Dalam hadits sahih Muslim disebutkan, “Sesungguhnya Allah mewajibkan ihsan atas segala sesuatu. Apabila kamu membunuh, maka lakukanlah dengan baik dan apabila kamu menyembelih, maka sembelihlah dengan baik. Seseorang hendaklah menajamkan pisaunya agar meringankan penderitaan yang disembelihnya “.

Leave a comment

Kenapa Orang Murtad

Kenapa Orang Murtad Harus Dibunuh ?

Hukuman membunuh orang murtad tidak ditemukan dalam Al Quran setelah membolak-balik halaman demi halaman Al Quran. Yang diatur dalam Alquran adalah balasan orang murtad di hari kemudian (akhirat).”Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya” (QS Al Baqarah[2]ayat 217).Bahkan Hukum Pidana (Jinayah) dalam AlQuran Digital 21-pun telah diteliti, namun tidak ditemukan hukum membunuh orang murtad. Ternyata yang mengatur pembunuhan atau pemenggalan orang murtad itu adalah Hadits-Hadits sebagai berikut :

Dari Ibnu Abbas ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Orang yang menyalahi agamanya dengan agama Islam (murtad), maka penggallah lehernya”. (HR At-Thabarani).

HR Buhari Muslim,dari Ibnu Mas’ud ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidak halal darah seorang muslim yang mengucap tidak ada tuhan selain Allah dan bahwa aku Rasulullah, kecuali dengan satu dari tiga sebab.

[1] tsayyib (orang yang sudah pernah menikah) bila berzina,

[2] pembunuhan nyawa manusia, dan

[3] orang yang meninggalkan agamanya dan meninggalkan jamaah.

Walaupun Hadits tersebut sahih, tetapi nampaknya dibutuhkan kajian lebih lanjut apakah hadits ini dipandang perlu dimansukh-kan mengingat tidak selaras dengan kandungan Al Quran. Hadits ini tidak cukup bersesuai dengan prinsip tidak ada paksaan dalam hal agama (al-Dien), yang terdapat dalam surah al-Baqarah [2] ayat 256:

”Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan jalan yang benar dari pada jalan yang sesat…………..” Terjemahan dalam bahasa Inggris-nya adalah “There is no compulsion in religion” (Dr. M. Taqiud-Din & Dr. M. Khan maupun Yusuf Ali ). Tidak ada kata “memasuki” dan “Islam”. Ini artinya apa ? Pernyataan ini merupakan statemen kebebasan yang bersifat universal. Bahwa memasuki agamapun diperkenankan menurut akal dan pikirannya sendiri dan boleh keluar dari agama itu bila tidak sesuai menurut akal dan pikirannya. Dengan demikian ayat ini harus dibaca masuk Islam atas kesadaran sendiri demikian pula keluar dari Islampun boleh dengan kesadaran sendiri.Tidak ada paksaan maupun ancaman terhadap jiwa mereka. Meskipun, sesungguhnya agama di sisi Allah adalah Islam (QS. Ali-Imran [3]ayat19) dan tidak diterima dan merugi bagi mereka yang tidak masuk agama Islam (QS Ali-Imran[3]ayat 85). Mereka, orang-orang kafir masuk Islam haruslah atas kesadaraan sendiri, dan bukan karena ada paksaan dari kita (misalnya dengan ancaman terhadap jiwa mereka jika tidak mau masuk Islam). Apalagi dalam QS Al Kaafiruun[109] ayat 6, jelas dikatakan Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku. “ Tidak perlulah kita mengurusi orang. Urusilah diri kita sendiri, apakah sudah sebenar-benarnya taqwa.

Didalam QS An Nisaa[4] ayat 137 diceritakan bahwa ada orang beriman menjadi kafir, kemudian beriman dan kafir lagi. Allah tidak memberikan perintah untuk membunuh tapi Allah tidak akan memberi ampunan diakhirat sebagaimana juga dijelaskan dalam QS Al Baqarah 217 diatas.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman (pula), kamudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya[362], maka sekali-kali Allah

tidak akan memberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada jalan yang lurus” (QSAn Nisaa’[4] ayat 137)”

Bahkan Allah mengajarkan suatu kebebasan untuk memilih mau beriman boleh mau kafir juga boleh.Sebagaimana difirmankan dalam QS Al Kahfi [18] ayat 29 sebagai berikut :

”Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir.”

Artinya bahwa orang boleh kafir kemudian beriman lalu kafir lagi. Tuhan memberikan kebebasan sebagaimana QS An Nisaa'[4]ayat 137, tetapi diancam oleh Allah tidak akan dapat ampunan diakhirat.

Allah berfirman dalam QS Al Isra’[17] ayat 107. ”Katakanlah, Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah)”. Allah memberikan kebebasan orang beriman atau tidak beriman. Bagi Allah tidak masalah atau bagi Allah sama saja. Oleh karena itu, mengapa mereka harus marah atau ingin membunuh bila ada yang murtad alias ”dari beriman kemudian tidak beriman”, bahkan masih dalam perdebatan atau wacana sudah dikatakan murtad. Bagaimana kalau orang itu masih masih mengucapkan dua kalimat syahadat. Berarti dia masih seorang mukmin. Lha, bagaimana kalau terlanjur dibunuh. Mahasuci Allah, balasannya jahannam.

Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya. (QS An Nisaa’ [4] ayat 93). Kesimpulannya hadits tadi sangat tidak cukup bersesuaian sekali dengan Al Quran. Firman Allah dalam Al Quran selalu mengharuskan umat Islam berbuat baik, berakhlaq mulia dan penuh keramahan dan bukan menunjuk wajah dan perilaku yang penuh keberingasan.Wa llahu ’alam bish shawab.

Diposkan oleh Islam Moderen

Leave a comment

Kesalehan Lisan

Kesalehan Lisan

Tuhan menyampaikan firmannya melalui wujud bahasa. Ini adalah suatu realitas. Kita mengetahui firman Tuhan dari Al Qur’an dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Arab dan ditranslasi ke berbagai bahasa-bahasa di dunia, termasuk bahasa Indonesia. Bahkan Tuhan menciptakan manusia yang berkemampuan berbahasa. Inilah yang membedakan manusia dan hewan serta tumbuh-tumbuhan. Bahasa dalam arti kata-kata ini, kadangkala lebih tajam daripada pedang. Words are sharper than swords. Kata-kata yang tajam, yang sering digunakan adalah kata-kata yang mempunyai makna kekerasan seperti “penggal kepalanya….., bunuh saja…, bakar semua….,cincang…, tendang, tempeleng dan serang. Di media cetak, media internet melalui forumnya atau poster yang diperlihatkan pada saat melakukan unjuk rasa sering menggunakan kata-kata anarkis. Bermula dari hasutan atau bujukan kata-kata, terbakarlah emosi dan amarah, akhirnya korban manusia tidak bersalah berjatuhan. Ini bahayanya lisan. Kita sering dipertontonkan melalui televisi ulah saudara-saudara kita melakukan unjuk rasa dengan wajah yang garang dan ungkapan-ungkapan lisan dengan kata-kata yang tidak baik, tidak beradab dan mengobarkan kengerian dan ego-sektarian. Baku pukul juga diperlihatkan oleh orang-orang terhormat di legislatif, baik di luar negeri maupun di dalam negeri. . Apakah memang kebencian dan kemarahan yang ditumpahkan dalam lisan dan perbuatan itu menafikan tuntunan dan firman Tuhan dengan berlindung karena godaan syaitan..? Saya yaqin tidak ! Tetapi mungkinkah mereka belum memahami firman Allah yang terkandung dalam Al Qur’an atau apakah mereka belum dapat memaknai apa yang tersurat maupun yang tersirat dalam hadits, yang merupakan kumpulan sunnah Rasulullah yang diriwayatkan oleh para cendikia jaman dulu. Boleh jadi tidak melakukan ? Mengapa tidak mengamalkan perintah Allah dan Rasul-nya ? Ataukah mereka bukan orang yang beragama Islam ? Marilah kita kembali kepada apa yang terkandung dalam Al Qur’an dan As Sunnah.

وَقُل لِّعِبَادِي يَقُولُواْ الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلإِنْسَانِ عَدُوًّا مُّبِينًا

Waqul liAAibadee yaqooloo allatee hiya ahsanu inna alshshaytana yanzaghu baynahum inna alshshaytana kana lilinsani AAaduwwan mubeenan

Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia. (QS Al Israa’[17] ayat 53)

Dari Abu Zar رضي الله عنه, katanya: “Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda kepada saya:

“Janganlah engkau menghinakan sesuatupun dari amal kebaikan -yakni sekalipun tampaknya kecil, janganlah tidak dilakukan, meskipun andaikata engkau bertemu saudaramu dengan menunjukkan wajah yang manis,” – atau berseri-seri tanda bersuka cita ketika bertemu itu. (Riwayat Muslim)

Dari Abu Hurairah رضي الله عنه bahwasanya Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda: “Dan mengucapkan perkataan yang baik itu adalah merupakan sedekah.” (Muttafaq ‘alaih).

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ . [رواه البخاري ومسلم]

Dari Abu Hurairah”Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam, barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangga dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya”. HR. Bukhari dan Muslim.

Maha Suci Allah. Islam itu sangat indah. Islam is Beautiful. Bagaimana tidak indah ? Al Quran dan As Sunnah tidak mengerdilkan akal budi, tetapi justru mengedepankan akal budi yang baik dan tinggi (akhlaqul karimah). Berbicara yang baik dan menunjukkan wajah yang manis ketika bertemu. Tersenyum dan berdialog dengan perkataan baik, cantik dan indah,….sungguh indah dan elok orang muslim itu. Kalau tidak lebih baik diam. Silent is Golden. Memuliakan tetangganya dan memuliakan tamunya dengan baik. Bahaya lisan itu sangat banyak. Rasulullah صلی الله عليه وسلم juga bersabda:
“Bukankah manusia terjerumus ke dalam nâr karena tidak dapat mengendalikan lidahnya”(Imam Nawawi). Kesalehan itu tidak hanya syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji. Kesalehan itu mencakup semuanya. Itu yang dinamakan Islam kaffah atau Berserah diri secara total kepada Allah. Wa llahu ‘alam bish shawab.

Diposkan oleh Islam Moderen

Leave a comment

Nabi Adam dan Hawa

Nabi Adam dan Hawa Telanjang ?

 

Tatkala saya masih belum beranjak dewasa, sering mendengar cerita tentang Nabi Adam dan Hawa. Entah dari mana sumbernya. Tuhan menciptakan Nabi Adam di sorga bersama istrinya Siti Hawa. Di dalam sorga terdapat pohon yang bernama “pohon khuldi”. Tuhan berfirman: “Hai Adam, makanlah makanan-makanannya yang banyak dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu makan buah dari pohon khuldi. Karena tergoda iblis, maka dimakanlah buah khuldi itu oleh Siti Hawa dan Nabi Adam. Setelah makan buah itu, maka terbukalah aurat mereka dan mereka telanjang. Karena malu mereka, maka disematkanlah dedaunan untuk menutup auratnya. Ketika Tuhan memanggil mereka. Nabi Adam dan Siti Hawa bersembunyi dibalik semak-semak ditaman.
Setelah saya buka Perjanjian Lama, ternyata sumbernya berasal dari cerita-cerita israiliyat dari Kitab Kejadian 3:6 – 3:10.3:6. Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.

3:7 Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.

3:8 Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman.

3:9. Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: “Di manakah engkau?”

3:10 Ia menjawab: “Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.”
Nah, bagaimana menurut Kitab Al Qur’an, apakah Nabi Adam dan Hawa itu terbuka auratnya alias telanjang setelah mendekati dan memakan buah pohon khuldi. Marilah kita simak ayat-ayat berikut ini.

فَأَكَلَا مِنْهَا فَبَدَتْ لَهُمَا سَوْآتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِن وَرَقِ الْجَنَّةِ وَعَصَى آدَمُ رَبَّهُ فَغَوَى

Faakala minha fabadat lahuma sawatuhuma watafiqa yakhsifani AAalayhima min waraqi aljannati waAAasa adamu rabbahu faghawa.

“Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia.”[QS Thaahaa (20) ayat 121]

فَدَلاَّهُمَا بِغُرُورٍ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْءَاتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِن وَرَقِ الْجَنَّةِ وَنَادَاهُمَا رَبُّهُمَا أَلَمْ أَنْهَكُمَا عَن تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ وَأَقُل لَّكُمَا إِنَّ الشَّيْطَآنَ لَكُمَا عَدُوٌّ مُّبِينٌ

Fadallahuma bighuroorin falamma thaqa alshshajarata badat lahuma sawatuhuma watafiqa yakhsifani AAalayhima min waraqi aljannati wanadahuma rabbuhuma alam anhakuma AAan tilkuma alshshajarati waaqul lakuma inna alshshaytana lakuma AAaduwwun mubeenun

“, maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?” [ QS Al A’raf (7) ayat 22]

Kalau kita simak arti , سَوْءَاتُهُمَا = Sau ‘atuhuma diterjemahkan oleh Departemen Agama dengan aurat-auratnya. Sebenarnya menurut bahasa “ sau ‘atuhuma” berasal dari kata سَوْء artinya aib, malu, arang dimuka, noda, cemar ( Morfologi Al Qur’an dari SalafiDB 4.0 ). Sedang menurut kamus Al Munawwir سَوْءَاتُ yang artinya perbuatan jahat, keji, aurat.
Menurut bahasa, arti yang lebih mengena adalah perbuatan keji yang tampak dan yang terbuka. Bukan aurat yang tampak atau terbuka. Karena sebenarnya kata “aurat” itu mempunyai arti sendiri dalam bahasa Arab yaitu عَوْرَاتِ النِّسَاء mempunyai makna fisik “aurat wanita” sebagaimana yang dijelaskan dalam QS An Nuur (24) ayat 31 dan “tiga aurat bagi kamu” = ثَلَاثُ عَوْرَاتٍ dalam QS QS An Nuur (24) ayat 58.


وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاء بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاء بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُوْلِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاء وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِن زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Waqul lilmuminati yaghdudna min absarihinna wayahfathna furoojahunna wala yubdeena zeenatahunna illa ma thahara minha walyadribna bikhumurihinna AAala juyoobihinna wala yubdeena zeenatahunna illa libuAAoolatihinna aw abaihinna aw abai buAAoolatihinna aw abnaihinna aw abnai buAAoolatihinna aw ikhwanihinna aw banee ikhwanihinna aw banee akhawatihinna aw nisaihinna aw ma malakat aymanuhunna awi alttabiAAeena ghayri olee alirbati mina alrrijali awi alttifli allatheena lam yathharoo AAala AAawrati alnnisai wala yadribna biarjulihinna liyuAAlama ma yukhfeena min zeenatihinna watooboo ila Allahi jameeAAan ayyuha almuminoona laAAallakum tuflihoona.

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”[QS An Nuur (24) ayat 31]


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِيَسْتَأْذِنكُمُ الَّذِينَ مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ وَالَّذِينَ لَمْ يَبْلُغُوا الْحُلُمَ مِنكُمْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ مِن قَبْلِ صَلَاةِ الْفَجْرِ وَحِينَ تَضَعُونَ ثِيَابَكُم مِّنَ الظَّهِيرَةِ وَمِن بَعْدِ صَلَاةِ الْعِشَاء ثَلَاثُ عَوْرَاتٍ لَّكُمْ لَيْسَ عَلَيْكُمْ وَلَا عَلَيْهِمْ جُنَاحٌ بَعْدَهُنَّ طَوَّافُونَ عَلَيْكُم بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآيَاتِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

Ya ayyuha allatheena amanoo liyastathinkumu allatheena malakat aymanukum waallatheena lam yablughoo alhuluma minkum thalatha marratin min qabli salati alfajri waheena tadaAAoona thiyabakum mina alththaheerati wamin baAAdi salati alAAishai thalathu AAawratin lakum laysa AAalaykum wala AAalayhim junahun baAAdahunna tawwafoona AAalaykum baAAdukum AAala baAAdin kathalika yubayyinu Allahu lakumu alayati waAllahu AAaleemun hakeemun.

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya’. (Itulah) tiga ‘aurat bagi kamu . Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu . Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” [QS An Nuur (24) ayat 58]

Setelah tampak perbuatan jahat dan kejinya, menurut ayat diatas kemudian keduanya menutup dengan daun. Pengertian ditutup dengan daun ini menggambarkan bahwa perbuatan jahat yang dilakukan keduanya bukan perbuatan dirinya tetapi alam-lah yang mendorong keduanya melakukan perbuatan itu. Alam-lah yang dikambing hitamkan telah menyebabkan perbuatan tersebut. Sekali lagi arti yang paling pas adalah tampaknya atau terbukanya perbuatan keji atau perbuatan aniaya. Jadi tidak benar kalau Nabi Adam dan Hawa itu terbuka auratnya alias telanjang .Ini sesuai dengan do’a Nabi Adam setelah perbuatan keji atau aniaya tersebut terbuka, maka mohon ampun kepada Tuhan. Do’anya adalah sebagai berikut :

قَالاَ رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Qala rabbana thalamna anfusana wain lam taghfir lana watarhamna lanakoonanna mina alkhasireena.

“Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” [QS l A’raf (7) ayat 23].

Wa llahu ‘alam bish shawab.

Leave a comment

Kehidupan Setelah Mati (Tahapan Setelah Mati)

Kehidupan Setelah Mati (Tahapan Setelah Mati)

Berbagai Sumber

 (Tahapan Perjalanan Manusia Menuju Hari Kebangkitan di Akhirat) Setelah manusia mati akan mengalami tahapan sbb :

1.Alam Barzakh
Para salaf bersepakat tentang kebenaran adzab dan nikmat yang ada di alam kubur (barzakh) . Nikmat tersebut merupakan nikmat yang hakiki, begitu pula adzabnya, bukan sekedar bayangan atau perasaan sebagaimana diklaim oleh kebanyakan ahli bid’ah. Pertanyaan (fitnah) kubur itu berlaku terhadap ruh dan jasad manusia baik orang mukmin maupun kafir. Dalam sebuah hadits shahih disebutkan Rasulullah SAW selalu berlindung kepada Allah SWT dari siksa kubur. Rasulullah SAW menyebutkan sebagian dari pelaku maksiat yang akan mendapatkan adzab kubur, diantaranya mereka yang

a. Suka mengadu domba
b
. Berbuat kebohongan
c. Membaca Al Qur’an tetapi tidak melaksanakan apa yang diperintahkan dan yang dilarang dalam Al’Qur’an
d. Melakukan zina
e. Memakan riba
f. Belum membayar hutang setelah mati (orang yang berhutang akan tertahan tidak masuk surga karena hutangnya)
g.Tidak bersuci setelah buang air kecil, shg masih bernajis

Adapun yang dapat menyelamatkan seseorang dari siksa kubur adalah Shalat wajib, shaum, zakat, dan perbuatan baik berupa kejujuran, menyambung

silaturahim, segala perbuatan yang ma’ruf dan berbuat baik kepada manusia , juga berlindung kepada Allah SWT dari adzab kubur.

Kehidupan Setelah Mati

Leave a comment

Istri Terlalu Berani Sama Suami

Istri Terlalu Berani Sama Suami Akan Dilaknat Allah

isdur

 20 Perilaku Durhaka Istri Terhadap Suami
Ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab perilaku durhaka istri terhadap suami, antara lain :
Kedudukan sosial istri lebih lebih tinggi daripada kedudukan suami,
Istri lebih kaya dari suami,
Istri lebih pandai dari suami,
Watak istri lebih keras dari suami,
Istri berasal dari lingkungan budaya yang menempatkan perempuan lebiih berkuasa daripada suami,
Istri tidak mengerti tuntunan agama yang menempatkan istri dan suami pada ketentuan yang sebenarnya.
Adapun 20 perilaku durhaka istri terhadap suami adalah sebagai berikut :

Istri Terlalu Berani

Leave a comment

WANITA SOLEHAH

CIRI-CIRI WNITA SOLEHAH MENURUT AL-QURAN

 issol

siapakah wanita sholehah yang slalu di damba oleh setiap pria, dan bagaimana ciri-cirinya ??

baiklah akan saya ambilkan dari ayat al-qur’an dan tafsir nya tentang siapa dan bagaimana ciri-ciri wanita sholehah 😉

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

 

فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ

 

“Wanita (istri) shalihah adalah yang taat lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada dikarenakan Allah telah memelihara mereka.” (An-Nisa: 34)

Dalam ayat yang mulia di atas disebutkan di antara sifat wanita shalihah adalah taat kepada Allah dan kepada suaminya dalam perkara yang ma’ruf lagi memelihara dirinya ketika suaminya tidak berada di sampingnya.

“Tugas seorang istri adalah menunaikan ketaatan kepada Rabbnya dan taat kepada suaminya, karena itulah Allah berfirman: “Wanita shalihah adalah yang taat,” yakni taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada.” Yakni taat kepada suami mereka bahkan ketika suaminya tidak ada (sedang bepergian, pen.), dia menjaga suaminya dengan menjaga dirinya dan harta suaminya.” (Taisir Al-Karimir Rahman, hal.177)

CIRI2x wanita solehah

Leave a comment

Membaca Ayat-Ayat Banjir

Membaca Ayat-Ayat Banjir

Membaca Ayat-ayat Banjir
Sukron Abdillah
BANJIR yang menerjang beberapa daerah di Indonesia, termasuk cileuncang di Kota Bandung, semestinya melecut diri kita sejenak untuk merenungi ihwal relasi dengan alam sekitar. Betul, bahwa banjir merupakan fenomena alam yang sering terjadi ketika musim hujan tiba. Namun, tak salah kiranya jika kita terus berupaya meminimalisasi dengan segala daya upaya guna meredamnya, karena kita adalah manusia berpikir. Manusia yang terus mencoba memikirkan ulang tentang bentuk relasi dengan alam sekitar. Dalam ajaran agama Islam, itu merupakan pertanda berfungsinya sisi kemanusiaan sekaligus keilahian dalam diri.

Di dalam Alquran, banjir pernah menelan korban jiwa kaum ‘Ad, negeri Saba’ dan kaumnya Nabi Nuh. Peristiwa ini dapat kita telaah dalam beberapa ayat Alquran di antaranya Surah Hud ayat 32—49, Surah al-A’raf ayat 65—72, dan Surah Saba ayat 15—16. Secara teologis, awal timbulnya banjir tersebut karena pembangkangan umat manusia pada ajaran Tuhan yang coba disampaikan para nabi. Namun, secara ekologis, bencana tersebut bisa diakibatkan ketidakseimbangan dan disorientasi manusia ketika memperlakukan alam sekitar.

Kemudian, kita gusur pada konteks kekinian. Longsornya sebuah benteng di sekitar perumahan elite di Kota Bandung misalnya, tentunya karena para pembangun tidak melihat ke depan (tidak visioner). Nafsu keduniawian mengalahkan kepentingan publik, sehingga daerah rawan longsor menjadi kompleks perumahan elite. Parahnya lagi, longsoran tanah tersebut sekarang menimpa rumah warga sehingga menelan korban jiwa dengan kerugian material yang tak sedikit. Betul juga apa yang terkandung dalam Alquran, “Bukanlah Kami yang menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri, (disebabkan) citra (kondisi) lingkungan mereka tidak mampu menolong di saat banjir, bahkan mereka semakin terpuruk dalam kehancuran”. (Q.S. Hud: 101).

Setiap agama, khususnya Islam, tentu saja mengemban misi suci dalam setiap gerakannya. Semua lini kehidupan mesti mendapat perhatian dari aktivis dakwah Islam agar mendapatkan keberkahan dari-Nya (baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur). Tak terkecuali dengan lingkungan hidup sekitar kita. Jangan kalah dengan warga Barat, yakni mereka menghargai hak asasi binatang karena memahami bahwa antara manusia dan hewan dan alam memiliki hubungan yang saling terkait. Bahkan, di Jerman pernah ada tuntutan kepada orang yang membunuh tiga ekor ikan ketika sedang mengikuti acara reality show.

Hewan, alam, dan manusia merupakan “trias kehidupan” yang mesti melandasi relasi hidup dengan penghargaan. Bukankah, ketika kita sakit demam berdarah, sang dokter akan memberikan resep obat yang terbuat dari bahan-bahan yang dihasilkan alam? Doktrin Islam pun mengajarkan, hidup tak boleh dihiasi dengan laku eksploitatif dan merusak (wa laa tufsidu fi al-ardh). Termasuk ketika kita berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Selokan, seharusnya tak dipenuhi sampah yang menggunung, pembangunan gedung atau perumahan mesti menggunakan analisis dampak lingkungan (amdal), dan kawasan yang rawan bencana mestinya dilindungi oleh pemangku jabatan.

Hukum  sebab akibat ternyata tak dipatri dalam jiwa umat manusia. Ada saluran mampat dengan sampah bejibun, tentunya akan berakibat pada meluapnya aliran pada saluran air itu. Namun, hal ini tak membuat jera umat manusia membuang sampah ke sungai, sehingga yang terjadi adalah terulangnya banjir di sejumlah daerah. Utamanya bagi masyarakat perkotaan seperti Kota Bandung. Banjir lebih banyak diinisiasi oleh perilaku tak terpuji dengan merusak keseimbangan ekosistem sekitar. Oleh karena itulah, eksistensi penyeru (dai) ramah lingkungan di tengah bencana alam yang kerap terjadi di musim hujan ini, merupakan keniscayaan tak nisbi.

Paulo Coelho, dalam novel bertajuk The Alcemist, mengisyaratkan pentingnya menangkap tanda-tanda alam. Untuk dapat bertahan di tengah-tengah gurun padang pasir, sang Alkemis mesti dapat melihat kehidupan di balik burung rajawali yang terbang di langit. Untuk mencari hewan yang dapat dimakan, sang Alkemis harus dapat membaca gejala-gejala alam, yakni burung rajawali yang terbang di langit sedang mengincar mangsanya (ular). Ketika seorang pengembara mampu membaca tanda-tanda alam tersebut, ia bakal mampu survive di tengah ganasnya padang pasir.

Terma ayaatina (ayat-ayat Kami) dalam Alquran tak hanya memiliki arti ayat-ayat tertulis, tetapi lebih luas lagi, yakni meliputi ayat-ayat yang yang menghampar di lingkungan sekitar. Banjir yang disebutkan dalam Alquran, meskipun tak menyebutkan secara spesifik penyebab ekologis terjadinya banjir, itu bukan berarti Islam menghalalkan perusakan lingkungan hidup. Justru ketika tidak disebutkan secara spesifik, mengindikasikan umat manusia dapat melakukan penafsiran yang bersifat ekologis. Dalam pendekatan ini, banjir, termasuk cileuncang di Kota Bandung, tak sekadar dipahami sebagai musibah atau azab dari Tuhan, melainkan juga gejala kesakitan ekologis yang diakibatkan manusia tak mengikuti hukum Tuhan.

Ingat, Dia (Allah) menciptakan bumi beserta kehidupan dalam sebuah keteraturan (ekuilibrium). Oleh karena itu, ketika manusia merusak keteraturan tersebut, efek samping akan berubah menjadi musibah. Dan, sudah dapat dipastikan apabila musibah tersebut berasal dari lampah manusia yang eksploitatif terhadap alam sekitar, tepat rasanya kalau disebut sebagai azab. Namun, bagaimana dengan kebijakan pemerintah yang tak bisa menyediakan pengelolaan lingkungan? Siapakah yang akan menanggung dosanya? Warga korban banjir ataukah sang pemimpin?

Tentunya, banjir yang terjadi adalah dosa bagi orang yang menjabat sebagai pejabat tertentu. Mereka tidak menyediakan ruang untuk membuang sampah. Baiknya kita renungkan ayat qauliyah berikut, “Mereka mendustakan Allah, maka Kami selamatkan nabi Nuh dan pengikutnya dengan naik kapal dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustai ayat-ayat Kami, sesungguhnya mereka adalah komunitas yang buta.” (Q.S. Al-A’raf: 64).

Pada surat yang lain, Tuhan berfirman, “Maka Kami selamatkan Nabi Hud dan pengikutnya dengan kasihku dan kami musnahkan orang-orang yang mendustai tanda-tanda Kami. Mereka bukan termasuk orang-orang yang beriman.” (Q.S. Hud: 58). Termasuk pada golongan manakah kita? Mudah-mudahan termasuk pada golongan umat manusia yang sadar, bahwa membina relasi harmonis dengan alam sekitar merupakan misi suci setiap agama. Wallahua’lam

SUKRON ABDILAH,  alumnus Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam UIN SGD Bandung, bergiat pada Institute for Religion and Future Analysis (Irfani).

Leave a comment

BANJIR

“BANJIR”

banjirMENGAPA BANJIR…..??????

 

Leave a comment