TEORI INSTING

TEORI INSTING

WILLIAM MCDONALWilliam McDougall

McDougall menegaskan bahwa seluruh tingkah laku selalu bersumber pada insting atau instingtif. Insting lebih dari sekdar disposisi-disposisi untuk bereaksi dalam cara tertentu. Dalam setiap insting terkandung komponen kognitif, afektif dan konatif.Komponen kognitif insting memiliki fungsi sebagai pengarah pada objek-objek yang bisa memuaskan insting.Komponen afektif mengacu pada emosi atau perasaan organisme bahwa suatu insting muncul menuntut suatu pemuasan dan juga perasaan bahwa insting itu telah terpuaskan.Dan komponen konatif mengacu pada dorongan dari insting kearah tujuan atau objek.Dengan aspek dorongan yang terdapat pada komponen konatif maka dapat dilihat bahwa tingkah laku instingtif selalu bertujuan.

Kita bisa mengetahui suatu insting yang terbangkitkan dengan mengamati tujuan ke atah mana tingkah laku diarahkan (analisis teleologis), tetapi kemudian dikritik Freud bahwa kehidupan psikis manusia sebagian besar ditentukan oleh ketidaksadaran.

McDougall juga mengajukan daftar insting sebagai berikut:

-. Memelihara              -.simpati

-. menyerang               -. mempertahankan diri

-. rasa ingin tahu          -. menyerah

-. mencari makan         -. kawin

-. menolak                   -. membangun

-. melarikan diri           -. memohon

-. berkelompok.

Menurut McDougall, insting dapat diubah melalui empat cara. Pertama, suatu insting tidak hanya diakktifkan oleh objek eksternal yang spesifik langsung saja, tetapi diaktifkan juga oleh objek yang tidak langsung serta ide-ide atau bayangan-bayangan dari objek tadi. Dengan demikian objek yang secara langsug akan memicu kemunculan insting, dapat diubah atau diganti dengan objek-objek lain yang tidak langsung. Misalnya makanan dapat mengaktifkan insting yang berkaitan dengan perilaku memuaskan inting lapar, tetapi hal tersebut dapat pula distimulasi dengan iklan-iklan tentang makanan di surat kabar, TV, radio dan media lain. Insting seksual tidak hanya dipicu oleh organ-organ seksual atau objek-objek seksual secara langsung, tetapi juga dipicu oleh gambar-gambar, cerita-cerita dan filem-filem yang berkaitan dengan aktivitas seksual.

Kedua, kemunculan perilaku instingtif dapat dimodifikasi sesuai dengan tahapan perkembangan. Rasa ingin tahu bayi terhadap lingkungannya dilakukan dengan cara merangkak megitari ruangan, selanjutnya pada masa kanak-kanak hal tersebut terekspresikan dalam perilaku membongkar pasang mainannya atau berburu binatang kecil di leingkungan alam sekitarnya. Setelah dewasa insting ini bisa dimodifikasi dalam bentuk perilaku membaca buku-buku ilmu pengetahuan dan melakukan penelitian di lapangan maupundi laboratorium. Dalam contoh di atas, insting keingintahuan masih tetap keberadaannya seperti semula, tetapi ekspresi atau manifestasinya dapat berubah sesuai dengan tingkat perkembangan.

Ketiga, beberapa insting mungkin dapat dipicu secara simultan dan dengan demikian tingkahlaku yang muncul dipicu oleh sejumlah insting yang menyenangkan atau menggairahkan secara bersama-sama. Perilaku seksual pada remaja menurut McDougall, merefleksikan komposisi dari insting keingintahuan, dorongan untuk kawin dan keinginan untuk bercumbu. Kasus bunuh diri dengan menabrakkan pesawat terbang pada menara kembar di Washington D.C; Amerika Serikat pada tanggal 11 September 2001 mungkin merupakan akumulasi dari insting agresif yang ada pada dirinya, kebencian terhadap Amerika yang dianggap memiliki stadar ganda dalam menyelesaikan konflik Plestina dengan Israil dan masalah lain di timur tengah dan Negara-negara Islam, kebencian terhadap Zionis, dorongan kepahlawanan serta keinginan untuk mati syahid. Kasus peledakan  bom di jalan Legian pantai Kuta Denpasar Bali pada tanggal 12 Okktober tahun 2002 mungkin merupakanakumulasi dari dorongan agresif, kebencian terhadap negara Amerika Serikat, niat balas dendam terhadap peristiwa-peristiwa yang dianggap sebagai perilaku penindasan terhadap umat Islam di seluruh dunia, reaksi terhadap fenomena kehidupan malam yang dianggap sebagai gejala dari dekadensi moral yang terjadi di sana, serta dorongan untuk melakukan jihad.

Keempat, perilaku-perilaku instingtif mungkin mengarah secara teroeganisir terhadap sejumlah objek tersebut dan sebab itu organisme tidak responsif terhadap objek-objek lain. Misalnya, orang yang memiliki minat yang tinggi terhadap kegiatan olah raga sepak bola, perhatian dan aktivitasnya banyak tertuju pada kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan olah raga tersebut seperti menonton pertandingan secara langsung, melihat tayangan di televisi, membaca bacaan-bacaan serta mengikuti berita-berita yang berkaitan dengan olah raga sepak bola tadi dan tidak responsif terhadap berita-berita serta kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan dunia  musik atau yang lainnya. Perilaku instingtif yang terarah secara terorganisir pada objek tertentu dengan intensitas respon yang cukup dalam suatu situasi seperti tersebut di atas, mungkin tidak begitu responsif atau intensitasnya berbeda dalam situasi yang lain. Misalnya orang yang menunjukkan motivasi yang tinggi dalam lingkungan kerjanya bisa saja terjadi sebaliknya kalau berada di rumah. Atau seorang karyawan yang teridentifikasi memiliki motivasi rendah dalam suatu unit, menunjukan mutivasi yang tinggi setelah dimutasi ke unit lain. Atau dapat juga sebaliknya yang semula memiliki mutivasi optimal, kemudian menurun setelah dimutasi ke bagian lain.

Suatu koreksi terhadap teori McDougall sebagaimana tersebut di atas adalah sangat antropomorfis. Maksudnya, ia mengatribusikan sifat-sifat manusia pada binatang. Misalnya, kalau melihat seekor anjing yang menjilati luka-luka di tubuh anjing lainnya, dikatakan bahwa anjing tadi memiliki rasa simpati terhadap anjing lainnya. Contoh lain dari pandangan antromorfis ini misalnya seorang yang mengatakan bahwa kucing merasa sangat bersalah setelah membunuh burung murai piaraan saya. Rasa simpati pada anjing dan rasa bersalah pada kucing sebagaimana contoh di atas, masih menimbulkan perdebatan tentang keberadaannya. Karena dalam kenyataannya, rasa simpati dan rasa bersalah adalah sifat manusia yangkeberadaannya sangat banyak dipengaruhi oleh pengalaman yang tentunya tidak terjadi pada binatang. Koreksi ini sebagaimana halnya yang ditujukan kepada William James, McDougall tidak menguraikan secara jelas, yang mana tingkah laku instingtif dan yang mana pula tingkah laku yang didapat melalui proses belajar. Problem tumpang tindihnya antara konsep perilaku instingtif dan perilaku yang dipelajari merupakan konsekuensi dari pemahaman McDougall bahwa semua perilaku itu adalah instingtif


 

This entry was posted in PERILAKU ORGANISASI. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *