SKRIPSI EKONOMI

ABSTRAK

PENGARUH EKUITAS MEREK (BRAND EQUITY) TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN TEH BOTOL MEREK SS PADA MAHASISWA UNIVERSITAS BINADARMA PALEMBANG

Ekuitas merek (Brand Equit)y adalah nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa. Nilai ini bisa dicerminkan dalam cara konsumen berpikir, merasa, dan bertindak terhadap merek, harga, pangsa pasar, dan profitabilitas yang dimilik perusahaan. Ekuitas merek merupakan asset tak berwujud yang penting, yang memiliki nilai psikologis dan keuangan bagi perusahaan. Apabila nilai Ekuitas merek suatu produk atau perusahaan baik dimata konsumen, hal tersebut bisa mengakibatkan konsumen loyal pada produk tersebut. Teh botol Sosro merupakan suatu produk teh dalam botol yang sudah sangat lama dikenal konsumen khususnya kalangan mahasiswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh  Ekuitas merek terhadap loyalitas konsumen teh botol merk SS pada mahasiswa universitas binadarma Palembang. Pengumpulan data yang dilakukan dngan menggunakan data primer dan skunder, dngan teknik pengumpulan data yakni obsrvasi, studi keperpustakaan, intrnet, dan penyebaran kuisioner sebanyak 100 kuisioner. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan penulis dengan menggunakan rumus regresi linier sederhana diperoleh nilai a sebesar 0,583 nilai b sebesar 0,985, dan koefesien korelasi sebesar 0,988 hal ini menunjukan bahwa antara variabel Ekuitas merek  mempunyai keeratan yang sangat kuat dengan variabel loyalitas konsumen, dari  koefesien detreminasi (R2) adalah 97,7 % yang berarti kontribusi ekuitas merek terhadap loyalitas konsumen sangat besar. Dan dari hasil Uji t t hitung 65,070 > t table 1,660 dengan taraf signifikan sebesar 0,000 < α  = 0,05. Berdasarkan dari analisis yang dilakukan dalam penelitian. Kesimpulan yang diambil adalah Ekuitas merek memiliki pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas konsumen Teh botol merek SS Pada mahasiswa Universitas Binadarma Palembang.

 

 

 

 

Kata kunci : Merek – Loyalitas Konsumen


 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1              Latar Belakang

          Perusahaan merupakan suatu lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat. Dalam menyediakan barang dan jasa tersebut perusahaan melakukan berbagai kegiatan seperti : produksi,  pemasaran, pembelanjaan, riset dan pengembangan dengan motip keuntungan

Perusahaan akan memperoleh pelanggan yang banyak apabila dinilai dapat memberi kepuasan bagi pelanggan, terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat diantaranya memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang, membentuk rekomendasi dari mulut kemulut yang menguntungkan perusahaan dan terciptanya loyalitas pelanggan.

Loyalitas pelanggan menurut Menurut Griffin (2005:31), adalah komitmen pelanggan bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau terus memakai produk/jasa yang terpilih secara konsisten. Loyalitas pelanggan sangat menentukan maju tidaknya suatu perusahaan di masa depan. Karena keberlangsungan atau perusahaan akan bertahan apabila memiliki tingkat loyalitas yang tinggi

Persaingan perusahaan menarik konsumen untuk mengkonsumsi produk yang di produksi tidak hanya lagi hanya terbatas pada fungsi awal produk tersebut bagi konsumen, tetapi sudah dikaitkan dengan merek yang dapat memberkan citra khusus bagi konsumen. Kekuatan merek suatu produk yang dimiliki perusahaan merupakan penerapan dari hasil strategi yang baik dalam pembentukan merek. Produk yang berkualitas akan memberikan nilai kepuasan yang tinggi bagi konsumen. Apabila sebuah produk telah memiliki nilai dimata konsumen, maka salah satu yang diingat oleh konsumen adalah merek dari suatu produk tersebut.

Merek adalah salah satu faktor yang sangat  penting bagi suatu produk barang atau jasa, karena merek dapat menjadi keunggulan bersaing bagi perusahaan, merek yang baik adalah merek yang dapat membedakan dirinya dengan merek dari perusahaan yang lain. Hermawan Kartajaya berani mengatakan bahwa merek lebih penting dari produk itu sendiri, ia mengatakan bahwa pada saat membeli produk, orang cenderung membeli mereknya. (Simamora, 2001:150)

Bicara tentang produk teh kemasan botol, ada satu nama yang sudah lama belakangan ini diingat dan melekat kuat dibenak konsumen, yaitu Sosro. Dengan Selogan Apapun makananya minumanya Teh botol Sosro. Bisa dipercaya atau tidak kontribusi terbesar Sosro datang dari penjualan teh  botolnya, Sulit untuk mendapakan statistik yang pasti, namun dengan nyata dilapangan hampir disetiap toko, café, kantin, warung pinggir jalan hampir semuanya menjual teh botol sosro.

Merek teh botol sosro merupakan sebuah merek yang sudah dikenal oleh banyak konsumen dan sudah bertahan puluhan tahun seiringnya waktu, merek merek minuman botol lain bermunculan. Persaingan yang ketat dapat dilihat dari banyaknya the dalam kemasan botol yang beredar di pasaran, diantaranya Frestea, Tebs, S-tea, Teh kita.  Selain merek dalam bentuk minuman teh ada dua merek terbesar  yang juga menjadi pesaing yakni Coca-cola dan Pepsi. fenomena tersebut mengakibatkan pelanggan dihadapkan pada beberapa pilihan produk yang pada akhirnya bias memungkinkan pelanggan beralih pada merek lain, terlebih lagi jika merek tersebut membuat suatu perubahan yang menawarkan karakteristik merek yang lebih unggul dari berbagai sudut atributnya.

PT. Sinar Sosro telah banyak mendapatkan penghargaan  penghargaan, diantaranya adalah : Indonesia Best  Brand Award 2005- Indonesia Golden Brand 2005 untuk” Teh botol Sosro for its Sustained and Continued Achievement Of IBBA For 3 years (2003-2005) In non-carbonated drink category” dari SWA-MARS, Indonesia costumer loyality Award 2006 To PT. Sinar Sosro Category : Non – carbonated,  Brand : SOSRO, Indonesia Best Brand  Award 2007 untuk” Teh botol Sosro for Sustained Succes Abd Continued Achievment of IBBA For 5 Years (2003-2007) dari SWA-MARS, Top Brand Award 2009 untuk”The Botol Sosro For ready To Drink Tea-non bottle (Tetrapack) Dari Majalah Marketing dan Frontier consulting (www.sosro.com)

Hasil survey yang dulakukan oleh berbagai lembaga Riset antara Lain AC Nielsen, MARS dan SWA, sejak tahun 1999 hingga kini menunjukan bahwa tingkat penetrasi untuk the mencapai lebih dari 95%. Itu artinya minuman teh nyaris telah atau pernah dikonsumsi oleh setiap anggota masyarakat . Menyadari hal itu, PT. Sinar Sosro menjangkau konsumen teh botolnya untuk segala umur dengan citra rasa teh wangi melatinya. www.sinarharapan.co.id

PT. Sinar sosro sebagai sala satu perusahaan yang bergerak pada produk minuman teh telah menjadi pemimpin dalam penjualan secara nasional di Indonesia yakni sebesar 77,7% dari produk minuman teh lainya (Suryadi, 2009:46). Untuk lebih memperjelas pernyataan diatas maka dapat dilihat di tabel berikut ini :

Tabel 1.1

Penjualan Nasional Minuman Teh Siap Minum

Perusahaan

Merek Minuman Teh     Jumlah Penjualan
Sinar Sosro

Sosro

77,7

Coca-cola Botting Indonesia

Frestea

5,1

Sinar Sosro

Fruit tea

2,5

Pepsi- Cola Indoberveges

Tekita

1,7

Sumber : Yadi (2011: 19)

Mahasiswa merupakan salah satu pangsa pasar yang sangat besar dalam menkonsumsi minuman teh dan minuman ringan (soft drink). Hal tersebut terjadi karena mahasiswa yang menyukai keperaktisan dalam meminum teh, begitu juga pada mahasiswa  Universitas Binadarma lebih dominan mengkonsumsi teh botol Sosro.

Dibandingkan minuman botol dan minuman kotak lainya, dikarenakan teh botol memiliki citra rasa yang khas.  Hal ini dibuktikan dari hasil pra surve yang penulis lakukan, dimana hasil pra surve menunjukan bahwa mahasiswa  Universitas Binadarma  banyak yang mengkonsumsi teh botol sosro terutama saat sesudah makan, penulis pun melakukan wawancara kepada penjual Teh botol Sosro yang ada dikantin universitas Bina Darma, bahwa jenis minuman yang terlaris yakni teh botol Sosro, dalam satu hari rata-rata terjual 3-4 crup,  dapat disimpulkan bahwa mahasiswa loyal tehadap teh botol Sosro. Dari uraian latar belakang diatas Penulis tertarik membuat  proposal dengan judul :

Pengaruh Ekuitas merek (Brand Equity) Terhadap Loyalitas Konsumen  Teh botol merek SS. Pada mahasiswa Universitas Binadarma Palembang

 

1.2  Perumusan masalah

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan permasalahan yang akan diteliti didalam penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh Ekuitas merek ( brand equit) terhadap loyalitas konsumen Teh botol merek  SS  Pada mahasiswa  Universitas Binadarma Palembang.

1.3  Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Ekuitas merek ( brand equity)  terhadap loyalitas konsumen Teh botol merek SS   Pada Mahasiswa Universitas Binadarma Palembang.

 

1.4  Manfaat Penelitian

   Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah

  1. Bagi penulis, diharapkan penelitian ini menjadi sarana aplikasi untuk menerapkan teori pemasaran khususnya mengenai Merek (brand) dan loyalitas pelanggan dan juga dapat memahami, menerapkan metode penelitian yang sisitematis.
  2. Bagi perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam mengelolah dan mempertahankan merek tetap menjadi pilihan pelanggan, mengingat persaingan antar merek semakin meningkat.
  3. Bagi peneliti lain, Sebagai bahan masukan refrensi, dn perbandingan dalam penelitian merek terutama mengenai  Ekuitas merek  dan loyalitas pelanggan

 

1.5              Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara garis besar dan menjelaskan isi dari skripsi sehingga dapat menggambarkan keterkaitan antara bab yang satu dengan bab yang lain. Berikut akan diuraikan sistematika pembahasan yang terdiri dari lima bagian, yaitu:

BAB I             : PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini penulis memberikan penjelasan mengenai latar belakang pemilihan judul skripsi, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II            : LANDASAN TEORI

Dalam bab ini membahas teori yang bersangkutan dengan pengaruh Ekuitas Merek terhadap loyalitas konsumen.

BAB III          : METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini membahas tentang objek penelitian, metode penelitian, variabel penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.

BAB IV          :  PEMBAHASAN

Bab ini menerangkan  tentang produk produk sosro, perkembangan usaha sosro, bahan baku, perkebunan, parik sosro, proses produksi teh botol sosro dan pembahasan pengaruh Ekuitas mere teh botol sosro terhadap loyalitas konsumen.

BAB V            : SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab terakhir dalam penyusunan skripsi, dimana penulis mengemukakan beberapa kesimpulan yang ditarik dari hasil analisis pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya sesuai dengan kemampuan ilmiah yang dimiliki, penulis akan mengemukakan saran-saran yang diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak yang berkepentingan

 

 

 

BAB II

LANDASAN TEORI

 

  1. 1. 
  2. 2. 

2.1 Pengertian Pemasaran

Pemasaran berhubungan dengan mengindentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat. Pemasaran umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan,memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan perusahaan lain.

Menurut Kotler (2006:6) Pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain. Menurut Rangkuti (2004:48) pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat dari pengaruh berbagai faktor tersebut adalah masing-masing individu maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk yang memiliki nilai komoditas.

Sedangkan pengertian manajemen pemsaran menurut kotler (2006:6) adalah seni dan ilmu untuk memilih pasar sasaran serta mendapatkan, mempertahankan dan menambah jumlah pelanggan melalui penciptaan, penyampaian dan pengkonsumsian nilai pelanggan yang unggul. Dari beberapa definisi pemasaran diatas maka penulis menarik satu kesimpulan bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial yang terjadi diantara dua orang atau lebih                                          yang saling memenuhi kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan barang atau jasa yang bernilai.

     2.2 Konsep Pemasaran

Menurut Kotler (2006:18) ada lima konsep pemasaran yang melandasi cara organisasi melakukan kegiatan pemasaran :

  1. 1.      Konsep Produksi

Konsep produksi adalah salah satu dari konsep tertua dalan bisnis. Konsep produksi menegaskan bahwa konsumen akan lebih menyukai produk yang tersedia secara luas dan murah. Para manajer perusahaan yang berorientasi produksi berkonsentrasi untuk mencapai efisiensi produksi tinggi, biaya yang rendah, dan distribusi secara besar-besaran. Mereka mengasumsikan bahwa konsumen terutama tertarik pada ketersediaan produk dan harga yang rendah. Orientasi itu dimaklumi bila di Negara-negara berkembang,dimana konsumen lebih tertarik untuk mendapatkan produk dari pada fiturnya dan juga kumpulan tenaga kerja murah yang jumlahnya banyak guna mendominasi pasar. Konsep ini memiliki kelemahan yaitu produsen menjadi kurang ramah.

  1. 2.      Konsep Produk

Konsep produk menegaskan bahwa konsumen akan menyukai produk-produk yang menawarkan fitur-fitur paling bermutu, berprestasi, atau inovatif. Para manajer dalam organisasi ini berfokus pada membuat produk yang superior dan meningkatkannya sepanjang waktu. Akan tetapi, para manajer ini kadang-kadang terperangkap dalam urusan cinta dengan produk mereka. Mereka mungkin komit dengan kesesatan perangkap tikus yang lebih baik yang yakin bahwa sebuah perangkap tikus yang baik itu bisa berhasil hanya kalau produk itu berharga, didistribusikan, diiklankan dan dijual secara memadai tetapi para manajer itu tidak menyadari apa yang menjadi kebutuhan pasar.

  1. 3.      Konsep Penjualan

Konsep penjualan menyatakan bahwa konsumen dan bisnis, jika ditinggalkan sendiri, biasanya tidak akan membeli cukup banyak produk-produk organisasi. Oleh karna itu, organisasi harus melakukan usaha penjualan dan promosi yang agresif.  Konsep itu mengasumsikan bahwa para konsumen umumnya menunjukkan kelembaman atau penolakan pembelian sehingga harus dibujuk untuk membeli. Konsep penjualan dipraktikkan paling agresif pada barang-barang yang tidak dicari, barang-barang yang biasanya tidak dipikirkan pembeli untuk dibeli. Kebanyakan perusahaan mempraktikkan konsep penjualan ketika merkan memiliki kapasitas berlebih. Tujuan mereka adalah menjual apa yang mereka buat dan bukannya membuat apa yang diinginkan pasar. Akan tetapi, pemasaran yang berbasis pada penjualan agresif membawa resiko yang tinggi. Ia mengandaikan bahwa pelanggan yang dibujuk untuk membeli sebuah produk akan menyukainya dan jika mereka tidak suka, mereka tidak akan mengembalikkannya atau menjelek-jelekannya atau mengadu ke organisasi konsumen, atau bahkan mungkin membelinya lagi.

  1. 4.      Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran adalah sebuah filosofi bisnis yang menantang tiga orientasi bisnis yang baru saja kita bahas. Konsep ini berkembang sejak tahun 1950-an. Sebagai ganti filosofi buat dan jual, yang berpusat pada produk berpindah pada filosofi pahami dan tanggapi, sebagai ganti berburu, pemasaran adalah berkebun.Tujuannya bukan untuk menemukan pelanggan yang tepat bagi produk, tetapi menemukan produk yang tepat bagi pelanggan. Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus menjadi lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptkan,menyerahkan, dan mengomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih.

  1. 5.      Konsep Pemasaran Masyarakat

Konsep pemasaran masyarakat menegaskan bahwa tugas organisasi adalah menentukan kebutuhan, keinginan, dan minat dari pasar sasaran dan memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien dibanding pesaing dengan tetap memelihara atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan konsumen. Konsep ini menegaskan pentingnya menghindari konflik yang destruktif di dalam masyarakat.

2.3 Pengertian Produk

Menurut Kotler (2006:4) produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan. Produk-produk yang dipasarkan meliputi barang fisik,jasa, pengalaman, acara-acara, orang, tempat, property, organisasi, dan gagasan. Jadi Produk itu bukan hanya berbentuk sesuatu yang berwujud saja seperti makanan, pakaian, dan sebagainya, akan tetapi juga sesuatu yang tidak berwujud seperti pelayanan jasa. Semua diperuntukkan bagi pemuasan kebutuhan dan keinginan dari konsumen, akan tetapi juga bertujuan memuaskan keinginan. Misalnya membeli bentuk sepatu, gaya, dan harga yang menimbulkan/mengangkat prestise.

2.3.1        Tingkatan Produk

Sekarang ini perusahaan tidak hanya bersaing dengan produk yang dihasilkan saja, tetapi lebih kepada aspek tambahan seperti aspek pembungkus, servis, iklan, pemberian credit, pengiriman, dan faktor-faktor lainya yang dapat memenuhi harapan konsumen.

Ada beberapa tingkatan produk, pada tiap tingkatan ada nilai tambahnya, seperti diungkapkan oleh Kotler (2006:4) yaitu :

  1. 1.      Core Benefit

Core Benefit adalah keuntungan yang mendasar dari sesuatu yang dibeli oleh konsumen.Aspek mendasar ini harus dipenuhi secara baik oleh produsen, seperti orang mau menginap dihotel, agar ia dapat tidur dan istirahat secara memuaskan, orang masuk restoran, ingin makan enak dan memuasakaan.

  1. 2.      Basic Product, sekarang core benefit dirubah menjadi basic product. Basic Product yaitu bentuk dasar dari suatu produk yang dapat dirasakan oleh panca indra. Oleh karena itu kamar tidur hotel diberi perlengkapan, tempat tidur, kamar mandi, handuk dsb.
  2. 3.      Expected Product, yaitu beberapa atribut dan kondisi yang biasanya diharapkan pembeli ketika mereka membeli produk ini. Tamu hotel mengaharapkan tempat tidur yang bersih, handuk yang bersih, lampu kaca, dan kadar ketenangan tertentu
  3. 4.      Augmented Product, yaitu produk yang melampui harapan pelanggan. Ada sesuatu nilai tambah yang diluar apa yang dibayangkan oleh konsumen, misalnya dihotel ada wifi yang bisa mengakses internet 24 jam.
  4. 5.      Potential Product, yang meliputi segala kemungkinan peningkatan dan perubahan yang mungkin akan dialami produk atau tawaran tersebut pada masa mendatang.

2.3.2        Dimensi Kualitas Produk

Bagian dari kebijakan produk adalah kualitas produk. Kualitas suatu produk baik berupa barang atau jasa perlu ditentukan melalui dimensi-dimensinya. Dimensi kualitas produk dapat dipaparkan berikut ini. Menurut David Garvin yang dikutip Vincent Gasperz (2008), untuk menentukan dimensi kualitas barang dapat melalui delapan dimensi seperti yang dipaparkan berikut ini :

  1. Kinerja Produk (Performance)

Berkaitan dengan aspek fungsional suatu produk dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam membeli produk tersebut

  1. Ciri-ciri Produk (Features)

Merupakan aspek performansi yang berguna untuk menambah fungsi dasar berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan pengembangannya

  1. Kehandalan (Reliability)

Berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu barang berhasil menjalankan fungsinya setiap kali dalam periode dan kondisi tertentu.

  1. Kesesuaian Produk (Conformance)

Berkaitan dengan tingkat kesesuaian terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. Konfirmasi merefleksikan derajat ketetapan antara karakteristik desain produk dengan karakteristik kualitas standar yang telah ditetapkan.

  1. Daya Tahan Produk (Durabillity)

Merupakan refleksi umur ekonomis berupa ukuran daya tahan atau masa pakai barang.

  1. Pelayanan Purna Jual (Serviceability)

Karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan, kompetensi, kemudahan dan akurasi dalam memberikan layanan untuk perbaikan produk.

  1. Estetika (Aesthetic)

Merupakan karakteristik yang bersifat subyektif mengenai nilai-nilai estetika yang berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi individual.

  1. Kemantapan (Fit and Finish)

Bersifat subyektif, berkenaan dengan perasaan pelanggan mengenai keberadaan produk tersebut sebagai produk yang berkualitas.

2.3.3             Klasifikasi Produk

Kotler (2006:6) mengklasifikasian produk berdasarkan kharakteristik produk yaitu :

  1. Barang yang tidak tahan lama(Nondourable goods) adalah barang-barang yang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan, seperti bir dan sabun. Karena barang-barang ini dikonsumsi dengan cepat dan sering dibeli, strategi yang tepat adalah menyediakannya di berbagai lokasi, hanya mengenakan marjin yang kecil, dan memasang iklan besar-besaran guna memancing orang mencobanya membangun preferensi.
  2. Barang tahan lama (Durable goods) adalah barang berwujud yang biasanya tetap bertahan walaupun sudah digunakan berkali-kali misalnya, lemari es, peralatan mesin, dan pakaian. Produk tahan lama biasanya memerlukan penjualan dan pelayanan yang lebih pribadi, mempunyai marjin yang lebih tinggi, dan memerlukan lebih banyak garansi dari penjual.
  3. Jasa (Services) adalah produk-produk yang tidak berwujud, tidak terpisahkan, dan mudah habis. Akibatnya, produk ini biasanya memerlukan pengendalian  mutu, kredibilitas pemasok, dan kemampuan penyesuaian yang lebih tinggi. Contohnya mencakup pemotongan rambut dan perbaikan barang.

 

2.4         Pengertian Merek

Menurut Kotler (2006:332) Merek adalah suatu nama, simbol, tanda, desain atau gabungan di antaranya untuk dipakai sebagai identitas suatu perorangan, organisasi atau perusahaan pada barang dan jasa yang dimiliki untuk membedakan dengan produk jasa lainnya. Merek yang kuat ditandai dengan dikenalnya suatu merek dalam masyarakat, asosiasi merek yang tinggi pada suatu produk, persepsi positif dari pasar dan kesetiaan konsumen terhadap merek yang tinggi.

Dengan adanya merek yang membuat produk yang satu beda dengan yang lain diharapkan akan memudahkan konsumen dalam menentukan produk yang akan dikonsumsinya berdasarkan berbagai pertimbangan serta menimbulkan kesetiaan terhadap suatu merek (brand loyalty). Kesetiaan konsumen terhadap suatu merek atau brand yaitu dari pengenalan, pilihan dan kepatuhan pada suatu merek.

Merek adalah suatu simbol yang rumit yang dapat menyampaikan hingga enam tingkat pengertian (Kotler,2006:82) yaitu :

  1. Atribut : Merek mengingatkan atribut-atribut tertentu.
  2. Manfaat : Atribut-atribut harus diterjemahkan menjadi manfaat fungsional.
  3. Nilai : merek tersebut juga mengatakan sesuatu tentang nilai produsenya.
  4. Budaya : merek tersebut juga mungkin melambangkan budaya tertentu.
  5. Kepribadian : merek tersebut dapat mencerminkan kepribadian tertentu.
  6. Pemakai : merek tersebut menyiratkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut.

2.4.1 Tujuan Pemberian Merek

Tujuan pemberian merek menurut Kotler (2006:94) adalah :

  1. Pengusaha menjamin konsumen bahwa barang yang dibeli sungguh berasal dari perusahaannya.
  2. Perusahaan menjamin mutu barang.
  3. Pengusaha memberi nama pada merek barangnya supaya mudah diingat dan disebut sehingga konsumen dapat menyebutkan mereknya saja.
  4. Meningkatkan brand equity, yang memungkinkan memperoleh margin lebih tinggi, memberi kemudahan dalam mempertahankan kesetiaan konsumen.
  5. Memberi motivasi pada saluran distribusi, karena barang dengan merek  terkenal akan cepat laku dan mudah disalurkan serta mudah penanganannya.

Simamora (2002:70) menyatakan bahwa merek apa pun selayaknya mengandung sifat–sifat berikut ini:

 

1. Mencerminkan manfaat dan kualitas

2. Singkat dan sederhana

3. Mudah diucapkan, didengar, dibaca, dan diingat

4. Memiliki kesan berbeda dari merek–merek yang sudah ada (distinctive)

5. Mudah diterjemah ke dalam bahasa asing dan tidak mengandung konotasi negatif dalam bahasa asing

6. Dapat didaftarkan dan mendapat perlindungan hukum sebagai hak paten

Kotler menyatakan sebuah brand name harus memberikan sugesti tentang keuntungan produk, sugesti tentang kualitas produk, mudah diucapkan, tampil beda, dan jangan bertentangan dengan pengertian dalam bahasa setempat.

Canon dan Wichert dalam bukunya marketing text and cases(2008) menyatakan cirri-ciri merek yang baik adalah :

  1. Pendek (Short)
  2. Sederhana (simple)
  3. Mudah dieja (easy to spell)
  4. Mudah diingat (easy to remember)
  5. Enak dibaca (pleasing when read)
  6. Tak ada nada sumbang (No disagreeable sound)
  7. Tak ketinggalan zaman (does not go out of date)
  8. Ada hubungan dengan produk
  9. Bila diekspor gampang untuk dibaca orang luar negeri.
  10. Tidak menyinggung perasaan kelompok/orang lain atau tidak negatif
  11. Membayangkan apa produk itu atau member sugesti penggunaan produk tersebut.

 2.5  Pengertian Ekuitas merek ( Brand Equity)

Menurut Kotler (2006:334) Ekuitas merek (Brand Equit)y adalah nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa. Nilai ini bisa dicerminkan dalam cara konsumen berpikir, merasa, dan bertindak terhadap merek, harga, pangsa pasar, dan profitabilitas yang dimilik perusahaan. Ekuitas merek merupakan asset tak berwujud yang penting, yang memiliki nilai psikologis dan keuangan bagi perusahaan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Barwise pada tahun 1993 yang dikutip oleh Rangkuti (2002:8), pada saat itu banyak praktisi periklanan menggunakan istilah Brand Equity dan sejak saat itu sampai sekarang terdapat tiga teori yang banyak dipakai mengenai istilah brand equity, yaitu brand equity yang dikaitkan dengan nilai uang (Financial Value), brand equity yang dikaitkan dengan perluasan merek (Brand Extention), dan brand equity yang diukur dari perspektif konsumen.

Mereka yang memakai teori financial berpendapat bahwa corporate executive tidak akan mengetahui nilai asset intangible dari perusahaan tanpa mengetahui aspek keuangan perusahaan yang bersangkutan. Aspek keuangan penting untuk diketahui pada saat perusahaan melakukan akuisisi atau berusaha untuk melakukan take over. Tanpa mengetahui nilai masing-masing merek, kemungkinan nilainya akan menjadi under value.

Pandangan kedua dari brand equity adalah korelasi antara brand equity dan brand extention. Disini brand equity diukur berdasarkan kemampuan merek tersebut mendukung perluasan merek yang dilakukan. Semakin tinggi nilai brand equity yang dimiliki, upaya perluasan merek akan semakin baik.

Pandangan ketiga berkaitan dengan perspektif konsumen tentang brand equity. Peneliti yang berpihak pada pandangan ketiga ini menurut Rangkuti (2002:9) lebih banyak berhubungan dengan masalah psikologis dan perilaku konsumen. Jadi dengan melihat perilaku pengambilan keputusan pembelian, manajer pemasaran dapat menentukan seberapa jauh persepsi brand equity yang dimiliki pelanggan terhadap suatu merek. Analisis yang digunakan adalah loyalitas merek, dominasi merek dan kesan merek sebagai komponen brand equity.

Menurut Aker (Tjiptono,2005:38) brand equity  adalah serangkaian asset dan kewajiban merek yang terkait dengan sebuah merek, nama, dan simbolnya yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan sebuah produk atau jasa kepada perusahaan dan atau pelanggan perusahaan tersebut. Menurut Simamora (2003), ekuitas merek (brand equity) disebut juga nilai merek, yang menggambarkan keseluruhan kekuatan merek di pasar. Ekuitas merek memberikan suatu keunggulan kompetitif bagi sebuah perusahaan karena orang lebih cenderung membeli produk yang membawa nama merek terkenal dan dihormati.

Dari beberapa definisi brand equity diatas maka penulis menyimpulkan bahwa brand equity adalah nilai tambah yang diberikan pada produk atau jasa yang menciptakan keunggulan kompetitif dan memiliki nilai psikologis serta berkaitan dengan persepsi pelanggan yang terkait dengan merek, nama, dan  simbol suatu produk atau jasa.

  2.5.1 Dimensi Ekuitas Merek

Menurut Aaker  (Durianto, 2001:4) Ada 4 Elemen Brand Equity, yaitu :

  1. Brand Awarness (Kesadaran Merk)

Kesanggupan seorang pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merk merupakan bagian kategori atau produk tertentu.

  1. Brand Association (Asosiasi Merk)

Pencitraan suatu merk terhadap suatu kesan tertentu yang berkaitan dengan kebiasaan gaya hidup,manfaat, atribut,selebritis dll.

  1. Perceived Quality (Persepsi Kualitas)

Persepsi konsumen terhadap keseluruhan kuantitas atau jasa pelayanan yang intinya mencerminkan perasaan konsumen secara menyeluruh terhadap merek.

  1. Brand Loyalty (Loyalitas Merk)

Suatu tingkat keterikatan konsumen terhadap merk Produk atau Jasa.

Aaker (2001) membedakan nilai tingkat sikap pelanggan terhadap merek, mulai dari yang terendah hingga tertinggi :

  1. Pelanggan akan mengganti merek, khususnya karena alasan harga.
  2. Pelanggan merasa puas.
  3. Pelanggan merasa puas dan akan mengalami kerugian dengan mengganti merek.
  4. Pelanggan menghargai merek tersebut dan menganggapnya sebagai teman.
  5. Pelanggan sangat setia dengan merek tersebut.

Ekuitas merek (brand equity) sangat terkait dengan berapa banyak pelanggan berada dalam kelompok 3,4, atau 5. Ekuitas merek juga terkait tingkat pengakuan nama merek, persepsi mutu merek, asosiasi mental dan emosional yang kuat dan set lain seperti paten, merek dagang dan hubungan saluran distribusi.

 

2.6     Loyalitas Konsumen

Secara harfiah loyal berarti setia, atau loyalitas dapat diartikan sebagai suatu kesetiaan. Kesetiaan ini timbul tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari kesadaran sendiri pada masa lalu. Usaha yang dilakukan untuk menciptakan kepuasaan konsumen lebih cenderung mempengaruhi sikap konsumen. Sedangkan konsep loyalitas konsumen lebih menekankan kepada perilaku pembeliannya.

Menurut Hasan (2008:83) Loyalitas pelanggan dedefinisikan sebagai orang yang membeli, khususnya yang membeli secara teratur dan berulang-ulang. Pelanggan merupakan seseorang yang terus-menerus dan berulang kali datang ke suatu tempat yang sama untuk memuaskan keinginannya dengan memiliki suatu produk atau mendapatkan suatu jasa dan membayar produk atau jasa tersebut.

Customer loyalty atau loyalitas konsumen menurut Widjaja (2008:6) adalah kelekatan pelanggan pada suatu merek, toko, pabrikan, pemberi jasa, atau identitas lain berdasarkan sikap yang menguntungkan dan tanggapan yang baik, seperti pembelian ulang. Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada unsur perilaku dan sikap dalam loyalitas pelanggan.

Loyalitas adalah respon perilaku pembelian yang dapat terungkap secara terus menerus oleh pengambil keputusan dengan memperhatikan satu atau lebih merek alternative dari sejumlah merek sejenis dan merupakan fungsi proses psikologis. Perlu ditekankan bahwa hal tersebut berbeda dengan perilaku membeli ulang, loyalitas pelanggan menyertakan aspek perasaan, tidak melibatkan aspek afektif didalamnya Dharmesta (  Dharmayanti, 2006:37-38). Menurut Gremler dan Brown (Hasan, 2008:83) bahwa loyalitas pelanggan adalah pelanggan yang tidak hanya membeli ulang suatu barang dan jasa, tetapi juga mempunyai komitmen dan sikap yang positif terhadap perusahaan jasa, misalnya dengan merekomendasikan orang lain untuk membeli.

Dari beberapa pengertian loyalitas konsumen di atas maka penulis menyimpulkan bahwa loyalitas konsumen merupakan sebuah sikap yang menjadi dasar seorang konsumen melakukan pembelian produk atau jasa dari suatu perusahaan, khususnya yang membeli secara teratur dan berulang-ulang serta memiliki komitmen dan mempunyai pandangan yang positif terhadap perusahaan dari produk dan jasa tersebut.

Menurut Aaker (2000:24) brand equity mampu memberikan nilai tersendiri pada mata pelanggan atau konsumen dari suatu produk karena :

  1. a.    Aset-aset dalam Brand Equity ini dapat membantu pelanggan dalam menafsirkan, memproses dan menyimpan informasi yang terkait dengan produk dan merek tersebut.
  2. b.    Brand Equity dapat mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian atas dasar pengalaman masa lalu dalam penggunaan atau kedekatan, asosiasi dengan berbagai karakteristik merek.
  3. c.    Kesan kualitas dan asosiasi merek dapat menguatkan konsumen dengan pengalaman menggunakannya.

Tjiptono (2001:85) mengemukakan enam indikator yang bisa digunakan untuk mengukur loyalitas konsumen yaitu:

  1. Pembelian Ulang.
  2. Kebiasaan mengkonsumsi merek tersebut.
  3. Selalu menyukai merek tersebut.
  4. Tetap memilih merek tersebut.
  5. Yakin bahwa merek tersebut yang terbaik.
  6. Merekomendasikan merek tersebut pada orang lain.

Terdapat dua pendekatan yang bisa dipakai untuk mempelajari loyalitas merek :

  1. Pendekatan instrunmental conditioning yang memandang bahwa pembelian yang konsisten sepanjang waktu adalah loyalitas merek.

Perilaku pengulangan pembelian diasumsikan merefleksikan penguatan atau stimulus yang kuat. Jadi, pengukuran bahwa seseorang konsumen itu loyal atau tidak dilihat dari ftekuensi dan konsistensi prilaku pembelian terhadap satu merk. Pengukuran loyalitas konsumen dengan pendekatan ini menekankan pada perilaku masa lalu. Dalam loyalitas terdapat perilaku pembelian yang berulang, tetapi loyalitas tidak hanya ditunjukkan oleh perilaku tersebut.

  1. Pendekatan kedua yaitu didasarkan atas teori kognitif.

Menurut pendekatan ini, loyalitas menyatakan komitmen terhadap merek yang mungkin tidak hanya direfleksikan oleh perilaku pembelian yang terus-menerus. Konsumen mungkin sering membeli merek tertentu karena harganya murah, dan ketika harganya naik konsumen beralih ke merek lain.

 

2.7   Penelitian Terdahulu

Mokhamad Syafril (2008) Judul penelitian ini adalah “Analisis Pengaruh Sikap Konsumen Terhadap Loyalitas Merek Gitar Fender Stratocaster (Studi pada Studio Musik dan Workshop Bo Diddley di Malang)”. Penelitian ini termasuk dalam penelitian survei dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Jenis penelitiannya adalah penelitian explanatory research dengan menggunakan regresi linear berganda sebagai alat analisis.  Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara Sikap dan Loyalitas Merek Guitar Fender Stratocaster. Pada Studio Musik dan Workshop Bo Diddlley di Malang.

Penelitian yang dilakukan Dedi (2009) dengan judul “Analisis Pengaruh Brand Equity terhadap Loyalitas Pelanggan pada produk Celana Jeans Wenger di PT. Delami Garment Industries Cabang Medan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh brand equity yang terdiri dari kesadaran merek,assosiasi merek,persepsi kualitas, dan loyalitas merek terhadap loyalitas pelanggan di PT. Delami Garment Industries Cabang Palembang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel persepsi kualitas dan loyalitas merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan di PT. Delami Garment Industries cabang medan.

Penelitian yang dilakukan Franz (2008) dengan judul “Pengaruh Ekuitas Merek (Brand Equity) terhadap Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Sony Ericsson pada Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekuitas merek yang terhadap kepuasan mahsiswa dan bagaimana hubungan kepuasan dengan loyalitas mahasiswa konsumen Sony Ericsson pada Fakultas Sastra USU. Teori yang digunakan adalah Manajemen Pemasaraan yang berkaitan dengan teori ekuitas merek, kepuasan dan loyalitas. Hasil Penelitian Menunjukkan dari uji serempak terdapat pengaruh yang signifikan antara ekuitas merek terhadap kepuasan konsumen dan loyalitas konsumen Sony Ericsson pada mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

 

 

 

2.8    Kerangka Pemikiran

American Marketing Association dalam kotler (2006:332) mendefinisikan merek adalah nama,istilah, tanda, simbol, atau kombinasi semuanya, yang dimaksudkan untuk mengindentifikasikan barang atau jasa penjual atau kelompok penjual dan untuk mendiferensiasikannya dari  produk atau jasa pesaing. Salah satu definisi Brand Equity yang paling banyak dikutif adalah definisi menurut versi David A. Aaker (Tjiptono,2005:38) yang menyatakan bahwa brand equity adalah serangkaian asset dan kewajiban merek yang terkait dengan sebuah merek, nama, dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan sebuah produk atau jasa kepada perusahaan dan atau pelanggan perusahaan tersebut.

Brand Equity memiliki posisi penting dalam tercapainya tujuan perusahaan. Bagi perusahaan yang ingin tetap bertahan dan melangkah lebih maju untuk memenangkan persaingan, sangat perlu mengetahui kondisi brand equity produknya. Brand Equity yang kuat akan mampu mengembangkan keberadaan suatu merek dalam persaingan apapun dalam jangka waktu yang panjang.

Menurut Kotler (2000:172) Timbulnya loyalitas pelanggan terhadap suatu produk dipengaruhi oleh beberapa atribut produk tersebut apakah tampilan, rancangan serta pelayanan, nilai brand equity dari merek tersbut dan keputusan pelanggan di dalam membeli, namun secara psikologis timbul keinginan konsumen untuk tetap setia membeli suatu produk dengan merek tertentu bersumber dari faktor pribadi (dari dalam diri) seperti umur, pekerjaan, situasi ekonomi dan kepribadian. Apabila brand equity memiliki tingkat nilai yang tinggi maka pelanggan pun akan loyal terhadap produk tersebut begitu juga sebaliknya. Dengan demikian hubungan brand equity terhadap loyalitas pelanggan dapat digambarkan dalam paradigma (Kerangka Berfikir) sebagai berikut :

 

 

 

 

Gambar 2.1 Kerangka pikir.

 

2.9         Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Oleh sebab itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk perntanyaan. Sesuai dengan pendapat diatas dan teori-teori yang mendukung, penulis mencoba merumuskan hipotesis dari penelitian ini yaitu “Ekuitas Merek (Brand Equity) mempunyai pengaruh terhadap Loyalitas Konsumen Teh Botol Merek SS. Pada Mahasiswa Universitas Binadarma Palembang


 

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

 

3.1    Ruang Lingkup Penelitian

Agar tidak menyimpang dari permasalahan yang ada, maka penulis akan membatasi masalah yang ada kaitannya dengan pengaruh Ekuitas merek (brand equity) terhadap loyalitas konsumen Teh Botol Merek SS Pada Mahasiswa Universitas Binadarma

 

3.2  Definisi Operasional Variabel Penelitian

Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain. Menurut Sugiyono (2010:58) “Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”. Definisi operasional variabel-variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Variabel Penelitian

Variabel

Definisi

Indikator

Variabel Independ

(X)

Ekuitas merek (brand equity)

Ekuitas merek  adalah nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa. Nilai ini bisa dicerminkan dalam cara konsumen berpikir, merasa, dan bertindak terhadap merek, harga, pangsa pasar, dan profitabilitas yang dimilik perusahaan. Ekuitas merek merupakan asset tak berwujud yang penting, yang memiliki nilai psikologis dan keuangan bagi perusahaan.

Kotler (2006:334)

 

–          Brand Awarness (Kesadaran Merk) 1,2,3

–          Brand Association (Asosiasi Merk) 4,5,6

–          Perceived Quality (PersepsiKualitas)

7,8,9,10

–          Brand Loyalty (Loyalitas Merk)

 

Variabel Dependen

(Y)

Loyalitas Konsumen

Loyalitas pelanggan didefinisikan sebagai orang yang membeli, khususnya yang membeli secara teratur dan berulang-ulang. Pelanggan merupakan seseorang yang terus-menerus dan berulang kali datang ke suatu tempat yang sama untuk memuaskan keinginannya dengan memiliki suatu produk atau mendapatkan suatu jasa dan membayar produk atau jasa tersebut.

Ali Hasan (2008:83)

 

 

–          Pembelian Ulang.

–          Kebiasaan mengkonsumsi merek tersebut.

–          Selalu menyukai merek tersebut.

–          Tetap memilih merek tersebut.

–          Yakin bahwa merek tersebut yang terbaik.

–          Merekomendasikan merek tersebut pada orang lain.

 

 

 

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data digunakan dalam variabel penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :

  1. 1.       Sumber primer

Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2010:402). Adapun Data Primer yang ada dalam pnelitian ini :

a.   Observasi

Observasi dalam suatu penelitian digunakan untuk mengukur proses terjadinya suatu kegiatan secara langsung atau tidak langsung, baik dalam situasi buatan maupun dalam situasi sebenarnya. “Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses psikologi” (Sutrisno Hadi dalam Sugiyono, 2008:203). Observasi ini ditujukan untuk merumuskan pernyataan-pernyataan yang akan dimasukkan ke dalam angket.

  1. b.      Wawancara

Wawancara adalah komunikasi atau pembicaraan dua arah dengan mendatangi secara langsung atupun tidak langsung responden. Teknik wawancara digunakan untuk mengumpulkan data dengan  melakukan pertanyaan langsung kepada para responden dan pihak yang berkompeten dalam penelitian. Sugiyono (2010:194) , yang dijadikan rsponden yakni Mahasiswa yang mnkonsumsi Teh botol Merek Sosro.

 

 

  1. c.       Angket

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada reponden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010:199), survei dengan kuesioner dilakukan dengan meminta responden menunjukkan tingkat persetujuan atau ketidaksetujuan terhadap serangkaian pernyataan didalam kuesioner tentang Teh Botol Merek SS.

Skala yang digunakan dalam pengukuran variabel penelitian ini yaitu menggunakan skala Likert, yang menggunakan interval penilaian untuk setiap jawaban responden ada 1 sampai 5, inteval jawaban responden akan disesuaikan dengan pernyataan yang diajukan. Skala Likert ini berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu, misalnya setuju-tidak setuju, senang-tidak senang dan baik-tidak baik

Tabel 3.2

Skala Pengukuran

Jawaban

Skor

Sangat Setuju (SS)

5

Setuju (S)

4

Netral (N)

3

Tidak Setuju (TS)

2

Sangat Tidak Setuju (STS)

1

        Sumber : Sugiyono (2010:133)

  1. 2.    Sumber Skunder

Sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2010:402). Data sekunder yang digunakan bersumber dari majalah, buku, internet serta penelitian terdahulu.

 

3.4 Populasi dan Teknik pengambilan sampel

3.4.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:115). Dalam penelitian ini, populasi penelitian mengacu pada Mahasiswa Universitas Binadarma Palembang.

Brdasarkan data yang diprolh pnulis dari kampus binadarma jumlah mahasiswa yang aktif sbanyak 5018 oran. Untuk mnarik jumlah sampl yang akan diambil, pnulis menggunakan rumus Slovin. Dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

n  = jumlah sample

N = Jumlah populasi

e  = Presisi (batas kesalahan yang ditolerir)

1  = bilangan konstan

Berdasarkan rumus Slovin tersebut maka jumlah sample yang diperoleh adalah

n       =             5018

1 +  (5018) (0,1) ²

n       =  99,8

n       = 100 orang (pembulatan)

Jadi yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 orang.

3.4.2 Teknik pengambilan sampel

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah pngambilan sample secara sengaja sesuai dengan persyaratan sample yang diperlukan, dalam bahasa sederhana dapat dikatakan secara sengaja mengambil sample tertentu (jika orang, berarti maka orang orang tertentu) sesuai persyaratan (sifat –sifat, karakteristik, cirri, kiriteria) sample. (Sugiono 2010). Adapun criteria tersebut yakni mahasiswa binadarma, mahasiswa yang suka menkonsumsi teh botol Sosro.

 

3.5   Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskristif kualitatif dan dskristif  kuantitatif untuk membantu memberikan gambaran dan pengertian mengenai masalah yang diteliti.

  1. 1.           Statistik deskripstif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2010:206). Menata, menyajikan, dan menganalisis data dapat dilakukan misalnya dengan menentukan nilai rata-rata hitung dan persen / proposisi. Cara lain untuk menggambarkan data adalah dengan membuat tabel, distribusi frekuensi, dan diagram atau grafik

  1. 2.       Statistik Inferensial

             Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk      menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi (Sugiyono, 2010:207). Dalam statistik inferensial dilakukan suatu generalisasi (perampatan atau memperumum) dan hal yang bersifat khusus (kecil) ke hal yang lebih luas (umum). Oleh karena itu, statistik inferensial disebut juga statistik induktif atau statistik penarikan kesimpulan. Pada statistik inferensial biasanya dilakukan pengujian hipotesis dan pendugaan mengenai karakteristik (ciri) dari suatu populasi, seperti mean dan Uji t (Sugiyono, 2010:207).

Adapun analisis dalam metode ini akan dilakukan berupa:

  1. Regresi Sederhana

Y = a + bx

Dengan keterangan sebagai berikut :

x = Ekuitas merek

y = Loyalitas Konsumen

a = bilangan konstanta

b = koefisien regresi

n = jumlah data

  1. Analisis koefisien korelasi (r)

Tujuan dari analisis korelasi adalah untuk mengetahui keeratan hubungan antara pngaruh variabel idependen (x) dan variable dependen (y). Dimana dalam penelitian ini Ekuitas merek (x) dan Loyalitas konsumen (y). Keeratan hubungan tersebut dapat ditentukan dengan melihat kterangan table 3.3 dibawah.

Tabel 3.3

Koefesien Kolerasi

Kofsien interval

Tingkat hubungan

0,00-0,19

Sangat rendah

0,20-0,399

Rendah

0,40-0,599

Cukup

0,60-0,799

Kuat

0,80-1,00

Sangat kuat

  1. Kofesien Detreminasi (R2)

Koefesin Dtreminasi (R2) digunakan untuk melihat sebrapa besar pngaruh atau kontribusi variabel (X) independen terhadap variable depnden (Y). Jika detreminasi (R2) Semakin besar atau mendekati satu berarti semakin kuat pengaruh variabel (X) Terhadap variabel (Y). Dalam penelitian ini menggunakan SPSS 20.0

  1. Uji Signifikan Individual atau Uji Parsial (Uji-T)

Uji-T menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel bebas secara terhadap variabel terikat serta untuk mengetahui apakah penelitian yang dilakukan dapat diterima atau ditolak. Langkah langkahnya :

  1. Menentukan Hipotesis
  2. Membandingkan probabilitas t-statistik dengan alpha = 0,05
  3. Kritria penerimaan dan penolakan.

Ho : b1 = 0, berarti tidak ada pengaruh secara signifikan antara variabel independen terhadap varabel dependen

Ha : b1 ≠ 0, berarti ada pengaruh secara signifikan antara variabel independen  terhadap variabel dependen.

Uji – t dilakukan dengan cara membandingkan antara probilitas t – statistic dengan α  = 0,05 :

  • Bila p  ≥  α = 0,05 maka Ho gagal ditolak dan Ha gagal diterima
    • · Bila p  ≤  α = 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima Ho gagal ditolak    berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen, sedangkan penerimaan Ha mempunyai arti terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap varabel dependen.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bab IV

 

 PEMBAHASAN

 

4.1 Sejarah Umum PT Sinar  Sosro

PT Sinar Sosro pada tahun 1974, PT SINAR SOSRO merupakan perusahaan minuman teh siap minum dalam kemasan botol yang pertama di Indonesia dan di dunia.Dasar atau Filosofi PT. Sinar Sosro adalah Niat Baik yang di jabarkan dalam 3K dan RL yakni : peduli terhadap kualitas, peduli terhadap keamanan, peduli terhadap kesehatan, serta ramah lingkungan. SOSRO merupakan pelopor produk teh siap minum dalam kemasan yang pertama di Indonesia. Nama SOSRO diambil dari nama keluarga pendirinya yakni SOSRODJOJO.

Tahun 1940, Keluarga Sosrodjojo memulai usahanya di sebuah kota kecil bernama Slawi di Jawa Tengah. Pada saat memulai bisnisnya, produk yang dijual adalah teh kering dengan merek Teh Cap Botol dimana daerah penyebarannya masih di seputar wilayah Jawa Tengah.Tahun 1953, Keluarga Sosrodjojo mulai memperluas bisnisnya dengan merambah ke ibukota Jakarta untuk memperkenalkan produk Teh Cap Botol yang sudah sangat terkenal di daerah Jawa Tengah.

Seiring dengan perkembangan bisnis perusahaan, maka sejak Tanggal 27 November 2004, PT SINAR SOSRO dan PT GUNUNG SLAMAT bernaung dibawah perusahaan induk (holding company) yakni PT ANGGADA PUTRA REKSO MULIA (Grup Rekso) yang berkantor Pusat di :  Gedung Graha ReksoJl. Boulevard Artha Gading Kav A1Sentra Bisnis Artha Gading Kelapa Gading – Jakarta Utara, 14240.

Perjalanan memperkenalkan produk Teh Cap Botol ini dimulai dengan melakukan strategi CICIP RASA (product sampling) ke beberapa pasar di kota Jakarta.Awalnya, datang ke pasar-pasar untuk memperkenalkan Teh Cap Botol dengan cara memasak dan menyeduh teh langsung di tempat. Setelah seduhan tersebut siap, teh tersebut dibagikan kepada orang-orang yang ada di pasar. Tetapi cara ini kurang berhasil karena teh yang telah diseduh terlalu panas dan proses penyajiannya terlampau lama sehingga pengunjung di pasar yang ingin mencicipinya tidak sabar menunggu.

Akhirnya muncul ide untuk membawa teh yang telah diseduh di kantor, dikemas kedalam botol yang sudah dibersihkan. Ternyata cara ini cukup menarik minat pengunjung karena selain praktis juga bisa langsung dikonsumsi tanpa perlu menunggu tehnya dimasak seperti cara sebelumnya. Pada tahun 1969 muncul gagasan untuk menjual teh siap minum (ready to drink tea) dalam kemasan botol, dan pada tahun 1974 didirikan PT SINAR SOSRO yang merupakan pabrik teh siap minum dalam kemasan botol pertama di Indonesia dan di dunia.

4.1.2 Visi dan misi Perusahaan

a. Visi PT. Sinar Sosro

PT. Sinar Sosro, sebagai perusahaan yang bergerak di bidang industri minuman memiliki satu visi besar untuk kelangsungan hidup perusahaan yangakan datang, yaitu menjadi perusahaan minuman yang dapat melepaskan dahagakonsumen kapan saja, dimana saja, serta memberikan penilaian positif kepadasemua pihak terkait.

b.  Misi PT. Sinar Sosro

  1. Membangunmerek teh yang alami, berkualitas, dan unggul.
    1. Melahirkan merek danproduk minuman, baik yang berbasis teh maupun non teh, dan menjadikannyapemimpin pasar dalam kategorinya masing masing.
    2. Membangun danmemimpin jaringan distribusi.
      1. Menciptakan dan memelihara komitmen terhadap pertumbuhan jangka panjang, baik volume penjualan maupun penciptaan pelanggan.
      2. Membangun sumber daya manusia dan melahirkan pemimpin yang sesuai dengan nilai-nilai utama perusahaan dan menyumbang devisa padanegara.

 

4.2 Gambaran Umum  Teh botol Sosro

Teh botol sosro merupakan salah satu keluaran produk PT. Sinar Sosro, yakni Teh siap saji yang dikemas dalam botol yang  memiliki rasa dan wangi melati  yang khas. Seiring perkembangan  perusahaan,  kemasan teh botol sosro, mengalami tiga kali perubahan yakni

  1. Botol versi  I :  Dikeluarkan pada tahun 1970 dengan merek THE CAP BOTOL SOFT DRINK SOSRODJOJO.
  2. Botol versi II : Dikeluarkan pada tahun 1972 dengan merek TEH CAP BOTOL (dengan penulisan ”CAP” lebih kecil, sehingga orang lebih membaca TEH BOTOL), selain itu Penulisan Soft Drink dihilangkan, dan tulisan TEH BOTOL diganti dengan warna merah putih yang menggambarkan produk asli Indonesia. Penulisan Sosrodjojo juga disingkat menjadi SOSRO dalam logo bulat merah.
  3. Botol versi III :Pada tahun 1974, terjadi perubahan design botol yang ke-III. Design botolnya tidak seperti botol versi I & II. Dengan bentuk botol yang baru dan perubahan pada penulisan merk TEHBOTOL SOSRO pada kemasannya. Design botol ke-III ini diperkenalkan seiring dengan didirikannya pabrik PT. SINAR SOSRO yang pertama di daerah Cakung, Jakarta.

Adapun tahap perubahan kemasan Teh botol Sosro dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah ini   :

Gambar 4.1

 

Sumber : Sosro.com

  Teh botol sosro terbuat dari beberapa bahan baku yakni teh kering, gula pasir, dan air :

  1. Teh kering

Teh kering yang digunakan untuk produksi TBS adalah Teh SPRR atau lebih dikenal       dengan jasmine tea. Teh SPRR merupakan jenis teh yang dalam proses pengolahannya menjadi teh kering tidak melalui tahap fermentasi dan diberi aroma bunga melati. Superior dalam tingkat kualitas teh menunjukkan bahwa teh tersebut adalah grade pertama, meskipun standar superior sendiri berbeda untuk masing-masing perkebunan. Secara lebih spesifik jenis teh yang digunakan memiliki perbandingan tertentu antara lain jenis peko, jikeng dan tulang. Teh SPRR yang digunakan di PT. Sinar Sosro berasal dari Gunung Slamat Slawi, yang merupakan bagian grup Sosro.Teh SPRR dikemas dengan kemasan dua lapis. Pada bagian luar

memakai karung goni sedangkan pada bagian dalam memakai kantong plastik. Hal tersebut bertujuan untuk melindungi teh kering dari air dan udara lembab. Setiap karung Teh SPRR beratnya adalah 25,5 kg.

b.  Gula Pasir

Gula berfungsi untuk memberikan rasa manis pada produk yang dihasilkan (TBS). Gula pasir yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan proses produksi merupakan gula pasir terbaik yang diimpor dari Thailand karena gula tersebut memiliki keunggulan dibandingkan dengan gula lokal terutama dalam hal warna dan kesadahannya. Untuk kesadahannya, gula impor memiliki kesadahan yang rendah dibanding dengan gula lokal. Hal ini dikarenakan, kesadahan yang tinggi akan membuat warna sirup gula menjadi keruh dan menimbulkan endapan.

  1. Air

Air yang digunakan oleh PT. Sinar Sosro berasal dari air bawah tanah. Kebutuhan akan air di sekitar lingkup perusahaan terlebih dahulu dilakukan pengolahan dalam unit pengolahan air (WT) agar diperoleh air yang standar.

Sedangkan untuk bahan pengemas menggunakan beberapa bahan yakni :  crown cork, botol dan krat

  1. Crown cork

Crown cork terbuat dari logam dan didalamnya dilapisi dengan PVC. Crown cork berfungsi sebagai penutup botol agar produk aman dari pengaruh udara luar dan dapat juga digunakan sebagai identitas suatu produk. Crown cork dikemas dalam kardus dengan jumlah 10000 tiap kardus. Penyimpanannya diletakkan di gudang penyimpanan Crown cork yang luasnya setengah dari gudang penyimpanan gula. Untuk menghindari kontak langsung antara lantai dengan crown cork (mencegah kontaminasi), maka lantainya dilapisi dengan pallet. Setiap pallet terdapat 45 kardus crown cork, dengan 5 tumpukan untuk setiap palletnya. Penumpukan crown cork di dalam gudang disusun berdasarkan sistem FIFO. Masuk dan keluarnya crown cork dari gudang dilakukan menggunakan forklift. Crown cork ini disuplai dari PT. Indonesia Multi Colour Printing (IMCP) dan PT. ATP.

  1. Botol

Botol merupakan bahan pengemas yang langsung kontak dengan produk.Botol yang digunakan terbuat dari bahan kaca yang tahan panas.Volume kemasan dalam botol untuk masing-masing produk berbeda. Volume untuk produk TBS adalah sebesar 220 ml. Sebelum botol digunakan untuk proses produksi, botol disimpan dalam gudang peti botol (PB). Supplier untuk botol TBS yaitu PT. Mulia Industrindo dan PT. Iglass.

  1. Krat terbuat dari plastik berwarna merah. Krat merupakan bahan pengemas yang tidak langsung kontak dengan produk, melainkan hanya berfungsi melindungi botol supaya tidak pecah ketika pengangkutan. Krat digunakan untuk memuat botol-botol baik botol kosong maupun botol isi. Satu krat memuat 24 botol. Selama krat masih dalam keadaan baik, krat tersebut masih terus dipakai.

Dalam pembuatan teh botol Sosro terjadi lima tahap proses pembuatan hal tersebut dapat kita lihat pada gambar 4.2 dibawah ini

Gambar 4.2

Sumber : Yadi

Tahap : 1 Penyeduhan Teh

Teh wangi melati, diseduh didalam tengki ekstraksi dengan air mendidih yng sudah melalui proses filtrasi dan pemanasan. Setelah proses penyeduhan teh selesai maka teh cair pahit (TCP) hasil seduhan tersebut dilewatkan ke filter cosmos dan ditampung di tangki pencampuran (mixing tank).

 

 

Tahap II : Peralutan gula

Gula pasir putih dilarutkan dengan air panas di tngki pelarutan gula, sampai menjadi sirup gula. Sirup gula ini  kemudian di filter dan dpompa kedalam tangki penampungan.

Tahap III : Pencampuran

Dari tangki penampungan, sirup gula dipompa ketangki pencampuran hingga kadar gula untuk teh cair manis (TCM) mencapai standar yang telah ditentukan.

Tahap IV : Pemanasan teh cair manis

Teh  cair manis (TCM) adalah hasil percampuran Teh cair Pahit  (TCP) dengan sirup gula yang  kemudian dipompa ke unit pasteurisasasi(proses pemanasan) Pada proses ini TCM  di panaskan dengan Heat Exchanger(Pemanas tidak langsung) hingga mencapai temperature

900 C.

Tahap V : Pengisian dalam botol

Dari unit pasteurisasiini TCM dipompa ke mesin pengisibotol. Distasiun ini, TCM dengan temperatur  900 C diisi kedalam botol panas yang susah dicuci dan steril, sehingga bebas dari kuman. Dalam keadaan panas botol langsung ditutup, diangkut dan dibiarkan dingin dengan sendiriya. Oleh karena itu teh botol tetap segar dan tahan lama walaupun tanpa bahan pengawet selama kerapatan botol terjamin.

 

4.3 Gambaran Umum Responden

Pada bagian ini, penulis akan menguraikan dan menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian mengenaiEquitas merek terhadap loyalitas konsumen teh botol sosro pada Mahasiswa Universitas Binadarma Palembang, seperti yang telah dijelaskan bahwa teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui penyebaran kuesioner yang diisi oleh responden.

Kuesioner terdiri dari 24 pernyataan, dimana untuk variable X mengenai ekuitas merek sebanyak 12 pernyataan dan selebihnya sebanyak 12  pernyataan untuk variable Y mengenai loyalitas konsumen.

Responden penelitian ini adalah  Mahasiswa Universitas Binadarma yang menkonsumsi teh botol Sosro, responden yang akan diteliti berjumlah 100 orang. Karakteristik responden dibedakan berdasarkan jenis kelamin, fakultas, frekuensi menkonsumsi teh botol per hari.Karakteristik ini diperoleh dari jawaban responden pada kuesioner yang telah diberikan.Karakteristik responden ini oleh peneliti dibuat ke dalam suatu tabel untuk memudahkan membuat penilaian atau kesimpulan.

4.3.1 Karakteristik Responden berdasarkan jenis kelamin

Pengumpulan data melalui kuesioner sesuai dengan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin terhadap 100 orang responden, diperoleh hasil seperti pada gambar

Gambar 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

 

Sumber : Data diolah

 

Berdasarkan gambar 4.3 diketahui bahwa dari 100 orang responden, sebanyak 50% terdiri dari perempuan dan 50 % laki laki, hal tersebut sengaja penulis lakukan agar adanya keseimbangan antara responen laki laki dan perempuan.

4.3.2. Karakteristik responden berdasarkan fakultas

            Pengumpulan data melalui kuesioner sesuai dengan karakteristik responden berdasarkan fakultas terhadap 100 orang responden, diperoleh hasil seperti pada gambar

4.4 dibawah ini :

 

Gambar 4.4

Karakteristik Responden berdasarkan fakultas

 

Sumber : Data diolah

 

Berdasrkan gambar 4.4 diatas dari 100 orang responden, dapat diketahui 35 0rang dari fakultas ekonomi, 5 orang dari fakultas psikologi, 10 orang dari fakultas fkip, 15 orang dari fakultas ilmu komunikasi, 5 orang dari fakultas teknik dan 30 orang dari fakultas ilmu komputer.

4.3.3. Karakteristik responden berdasarkan rata-rata frekuensi  konsumen menkonsumi The Botol Sosro perhari

Pengumpulan data melalui kuesioner sesuai dengan karakteristik responden berdasarkan frekuensi konsumen menkonsumsi teh botol Sosro perhari  terhadap 100 orang responden, diperoleh hasil seperti pada gambar 4.5

Gambar 4.5

Karakteristik Responden Berdasarkan frekuensi menkonsumsi the botol per hari

 

Sumber : Data diolah

Berdasarkan gambar 4.5  diatas dari 100 responden dapat diketahui 13 orang ata rata menkonsumsi  > satu botol teh dan 87 orang rata rata menkonsumsi 1 botol teh Sosro.

 

 4.4 Deskriptif jawaban responden

Pada bagian ini akan dibahas mengenai jawaban responden mengenai ekuitas merek terhadap loyalitas konsumen teh botol Sosro. Dalam penelitian ini, kuesioner terdiri dari 24 pernyataan, dimana untuk variabel X mengenai Ekuitas merek 12 penyataan dan selebihnya sebanyak 12 pernyataan untuk variabel Y mengenai loyalitas pelanggan. Untuk memudahkan penilaian penulis menggunakan skala likert seperti pada table berikut :

Tabel 4.2

Skala Likert

Jawaban

Skor

Sangat Setuju (SS)

5

Setuju (S)

4

Netral (N)

3

Tidak Setuju (TS)

2

Sangat Tidak Setuju (STS)

1

Sumber : Sugiyono (2010:133)

4.4.1 Analisis deskristif mengenai Ekuitas merek pada maha siswa Universitas Binadarma     Palembang

TABULASI HASIL KUISIONER MENGENAI PENGARUH EKUITAS MEREK

Tabel 4.1

Ekuitas merek (X)

No.

Ekuitas merek

SS

(5)

S

(4)

N

(3)

TS

(2)

STS

(1)

Jumlah

Rata – rata

 

1

Merek  Teh botol sosro sudah dikenal dikalangan umum

17

34

31

15

3

347/100

3,47

17%

34%

31%

15%

3%

 

2

 

Teh botol sosro adalah salah satu minuman pendamping makan anda

22

24

29

18

7

336/100

3,36

25%

24%

29%

18%

7%
 

3

 

Teh botol sosro mudah didapat dimana saja

28

40

23

7

2

385/100

3,85

28%

40%

23%

7%

2%

 

4

 

Teh botol sosro merupakan teh yang memiliki citra rasa yang khas

19

29

31

15

6

340/100

3,40

19%

29%

31%

15%

6%
 

5

Teh botol sosro merupakan minuman yang mencerminkan gaya hidup yang eksklusif

17

24

30

21

8

321/100

3,21

17%

24%

30%

21%

8%

6  

Kualitas  yang dimiliki teh botol sosro sesuai dengan harganya

22

24

29

18

7

336/100

3,36

22%

24%

29%

18%

7%

7 Teh botol sosro merupakan the botol yang higienis

23

34

24

16

3

358/100

3,58

23%

34%

24%

16%

3%

8  

Teh botol Sosro memiliki masa Ekpired yang cukup lama sehingga aman untuk dikonsumsi

22

35

24

16

3

 

357/100

3,57

22%

35%

24%

16%

3%

9 Desain teh botol Sosro bagus dan menarik

17

27

30

21

5

330/100

3,30

17%

27%

30%

21%

5%

10 Teh botol sosro cepat dalam menghilangkan dahaga

24

29

27

15

5

 

 

352/100

 

 

3,52

24%

29%

27%

15%

5%

11 Teh botol sosro merupakan teh botol yang biasa saya konsumsi

17

34

31

15

3

 

 

347/100

 

 

3,47

17%

34%

31%

15%

3%

12 Teh botol Sosro merupakan minuman favorit saya

18

29

31

16

6

 

 

337/100

 

 

3,37

18%

29%

31%

16%

6%

Rata – rata keseluruhan

 

3,45

 

 

        Dari tabel 4.2 diketahui bahwa rata-rata keseluruhan dari pernyataan mengenai Ekuitas merek adalah 3.45 Berdasarkan interpretasi, hal ini menunjukan bahwa  mahasiswa binadarma ntral mengenai pryataan variabel Ekuitas merek (X)

Hasil kuesioner dari variable Ekuitas merek  (X) diketahui adanya nilai rata-rata terbesar 3,85  yaitu pada pernyataan ketiga yakni Teh botol Sosro mudah didapat dimana saja , sedangkan nilai rata-rata terendah sebesar 3,21 yaitu pada pernyataan kelima  yakni Teh botol soro merupakan minuman yang mencerminkan gaya hidup yang eksklusif

Dari keterangan diatas yakni dari hasil kuisioner mengenai Ekuitas merek dapat dilihat bahwa hasil terbesar yakni pada pernyataan ketiga yakni teh botol Sosro mudah didapat dimana saja dengan nilai sebesar 3,85 yang menyatakan konsumen setuju dengan hal tersebut. Hal ini menunujukan bahwa teh botol Sosro mudah didapat dimana saja, dalam hal ini Perusahaan Sosro memasarkan produk teh botol Sosro di semua tempat, dikantin – kantin, mini market, rumah makan kecil maupun lestoran, café café, warung warung kecil  dapat kita temui Teh botol Sosro. Sehingga konsumen tidak kesulitan dalam mendapatkan teh botol Sosro.

Hal tersebut meneunjukan bahwa perusahaan telah berhasil menguasai Pangsa Pasar, perusahaan berhasil dalam memasarkan Produknya dan merek Sosro  diterima oleh konsumen. Selain itu dikarenakan Teh Botol Sosro merupakan Merek  yang sudah lama dikenal di Indonesia, Sehingga merek tersebut Sudah melekat dibenak Konsumen.

Dan Jumlah rata rata terkecil adalah 3,21 yakni Teh botol Soro merupakan minuman yang mencerminkan gaya hidup ekslusif, Dapat disimpulkan bahwa Teh botol Sosro bukan merupakan minuman yang ekslusif dibenak konsumen. Karena Teh botol Sosro bisa didapat dimana saja dan dirasakan semua kalangan baik kalangan bawah, atas, menengah sehingga teh botol Sosro bukan digolongkan minuman yang ekskulif.

 

4.4.2  Analisisi deskristif mengenai loyalitas konsumen

 

TABULASI HASIL KUISIONER MENGENAI LOYALITAS KONSUMEN

Tabel 4.2

Loyalitas konsumen (y)

No.

Loyalitas konsumen

SS

(5)

S

(4)

N

(3)

TS

(2)

STS

(1)

Jumlah

Rata – rata

 

1

 

Saya sering melakukan pembelian Teh botol sosro

25

40

23

7

5

373/100

3,73

25%

40%

23%

7%

5%

 

2

 

Saya setia dan sudah terbiasa mengkonsumsi Teh botol sosro

24

29

27

15

5

352/100

3,52

24%

29%

27%

15%

5%

 

3

Saya tidak pernah menukar teh botol Sosro dengan Teh  botol merek lain

 

25

40

23

7

5

347/100

3,47

25%

40%

23%

7%

5%

 

4

Saya tidak pernah bosan dengan rasa dan wangi yang khas dari the botol sosro

 

19

29

31

15

6

340/100

3,40

19%

29%

31%

15%

6%

 

5

 

Saya sangat menyukai Teh botol Sosro

23

   34

24

 

16

3

358/100

3,58

23%

34%

24%

16%

3%

6 Saya merasa terkesan setelah menkonsumsi Teh botol Sosro

22

24

29

18

7

336/100

3,36

22%

24%

29%

18%

7%

 

7

 

Saya  selalu menkonsumsi teh botol Sosro

 

17

27

30

21

5

330/100

3,30

17%

27%

30%

21%

5%

 

8

 

Saya setia pada Teh botol sosro

17

34

31

15

3

347/100

3,47

17%

34%

31%

15%

3%

9 Saya yakin teh botol sosro Teh botol yang terbaik dibandingakan Teh botol lainya

17

27

30

24

2

333/100

3,33

17%

27%

30%

24%

2%

10 Saya merasa senang dan puas menkonsumsi Teh botol sosro

22

24

29

18

7

 

 

336/100

 

 

3,36

22%

24%

29%

18%

7%

11 Saya suka mengajak kerabat untuk menkonsumsi teh botol Sosro

 

22

35

24

16

3

357/100

 

 

3,57

22%

35%

24%

16%

3%

12 Saya suka membicarakan tentang Teh botol Sosro

21

24

29

19

7

333/100

 

 

3,33

21%

24%

29%

19%

7%

Rata rata keseluruhan

 

 

3,44

 

Dari tabel 4.3 diketahui bahwa rata-rata keseluruhan dari pernyataan mengenai Loyalitas Konsumen adalah 3.44 Berdasarkan interpretasi, hal ini menunjukan bahwa  mahasiswa binadarma netral mengenai peryataan variabel Loyalias konsumen (y)

Hasil kuesioner dari variabel Loyalitas konsumen (Y) diketahui adanya nilai rata-rata terbesar 3,73 yaitu pada pernyataan pertama yakni Saya sering melakukan pembelian teh botol sosro, sedangkan nilai rata-rata terendah sebesar 3,30 yaitu pernyataan ketujuh Saya selalu menkonsumsi teh botol Sosro.

Dari hasil tabulasi diatas dapat diketahui bahwa Konsumen Teh botol Sosro di Universitas binadarma Loyal Terhadap Teh botol Sosro. Nilai terbesar yakni pada pernyataan Saya Sering melakukan  pembelian Teh botol Sosro menunjukan bahwa mahasiswa sering melakukan pembelian teh botol Sosro, menunjukan mahasiswa menyukai teh botol Sosro. Teh botol sosro memiliki Ekuitas atau nilai tambah yang membuat konsumen menyukai Teh botol Sosro dibandigkan minuman lainya. Teh botol memiliki rasa dan wangi yang khas, yang membuat konsumen menyukai teh botol Sosro.

Sedangkan nilai rata rata terendah yakni 3,30 yakni pernyataan ketuju saya selalu menkonsumsi teh botol Sosro. Meskipun konsumen atau mahasiswa menyukai teh botol Sosro tetapi mahasiswa tidak selalu menkonsumsi teh botol merek Sosro dapat disimpulkan bahwa konsumen juga menkonsumsi minuman lainya. Hal tersebut bisa dikarenakan mahasiswa bosan bila selalu menkonsumsi teh botol Sosro sehingga konsumen juga memilih alternative  minuman lainya, walaupun mahasiswa lebih sering menkonsumsi teh botol Sosro.

 

 

 

 

4.5  Analisis pengujian

4.5.1  Analisis linier sederhana

 

Ringkasan Hasil Analisis Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t

Sig.

B

Std. Error

Beta

1 (Constant)

,583

,639

 

,912

,364

Ekuitas_merek

,985

,015

,989

65,070

,000

a. Dependent Variable: Loyalitas_konsumen

 

Sumber : Data Primer yang telah diolah  oleh SPSS 20,0

             Hasil analisis regresi tersebut diperoleh model regresi untuk menyatakan persamaan pengaruh Ekuitas merek  (X) Terhadap loyalitas konsumen (Y) Teh botol merek Sosro pada mahasiswa Universitas Binadarma Palembang. Dari hasil regeresi linier, pada table 4.3 dapat ditulis dalam bentuk persamaan sebagai berikut  :

 Y = a + bX

Loyalitas Konsumen (y) = 0,583 + 0,985 Ekuitas merek (x)

           Hasil analisis ini berbentuk dalam persamaan regresi sederhana dan diinterprestasikan sebagai berikut  :

  1. Nilai konstata 0,583 berarti jika Ekuitas merek (X) sama dengan 0 maka loyalitas konsumen (Y) akan bernilai 0,583
  2. X = 0,985 artinya jika Ekuitas merek naik  1unit skor, maka Loyalitas konsumen

( Y) akan mengalami kenaikan 0,985

 

4.5.2 Koefesien kolerasi

Model Summary

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1

,989a

,977

,977

1,23035

a. Predictors: (Constant), Ekuitas_merek

 

Sumber data diolah        

Berdasarkan pada perhitungan statistik yang ditunjukkan pada tabel diatas maka diperoleh nilai korelasi   (R) sebesar 0,989 menunjukan bahwa antara variabel independen yaitu Ekuitas merek  mempunyai keeratan yang sangat kuat dengan variabel dependen yaitu loyalitas konsumen. Hal tersebut dapat dilihata pada tabel dibawah. :

Tabel Koefisien korelasi

Koefisien Interval

 

Tingkat Hubungan

 

0,00 – 0,19

Sangat Lemah

0,20 – 0,399

Lemah

0,40 – 0,599

Cukup

0,60 – 0,799

Kuat

0,80 – 1,00

Sangat Kuat

 

 

 

 

4.5.3  Koefisien Determinasi(R2)

Model Summary

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1

,989a

,977

,977

1,23035

  1. Predictors: (Constant), Ekuitas_merek

 

Berdasarkan koefisien determinasi () = 0,977 menunjukkan bahwa variabel dependen yaitu loyalitas konsumen memiliki determinasi sebesar 97,7 % dapat ditentukan oleh variabel indenpenden yaitu Ekuitas merek. Sedangkan sisanya sebesar 2,3% ditentukan oleh faktor-faktor lain yang tidak ada dalam penelitian ini.

4.5.4   Uji Statistik (Uji t)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apabila dalam model regresi variabel secara statistik berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Uji – t dapat dilihat dari tabel berikut :

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t

Sig.

B

Std. Error

Beta

1 (Constant)

,583

,639

 

,912

,364

Ekuitas_merek

,985

,015

,989

65,070

,000

a Dependen Variabel : Loyalitas Konsumen

Sumber data diolah

Berdasarkan hasil pengujian secara parsial pengaruh Ekuitas merek terhadap loyalitas konsumen dengan menggunakan program SPSS seperti pada table diatas di peroleh t hitung sebesar 65,070 > t tabel 1,660 dengan taraf signifikasi sebesar 0,000 < α =0,05  dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh antara Ekuitas merek terhadap loyalitas  konsumen.

4.6 Pembahasan

                         – Pengaruh kuitas merek terhadap Loyalitas Konsumen teh botol merek Sosro    pada mahasiswa    universitas binadarma Palembang

Berdasarkan    hasil perhitungan yang telah dikemukakan oleh penulis, maka dapat diketahui bahwa Ekuitas merek berpengaruh positif terhadap loyalitas konsumen Teh botol merek Sosro pada mahasiswa universitas binadarma Palembang. Hal ini dapat dilihat dari analisis regresi sederhana X (Ekuitas merek) terhadap Y (Loyalitas konsumen) yang secara sistematis dinyatakan dengan statistik

Sedangkan Berdasarkan hasil analisis korelasi yang ditunjukkan pada tabel 4.4 maka diperoleh nilai korelasi   (R) sebesar 0,988 menunjukan bahwa antara variabel independen yaitu Ekuitas merek  mempunyai keeratan yang sangat kuat dengan variabel dependen yaitu loyalitas konsumen.

Dari hasil analisisi Koefisien Determinasi R2 sebesar 0,977 atau 97,7% artinya bahwa nilai rata – rata  loyalitas konsumen sebesar 97,7% diipengaruhi oleh Ekuitas merek, adapun sisanya sebesar 2,3% (100% – 97,7%) dipengaruhi oleh variabel-variabel lain, yang tidak ada dalam penlitian ini .  Hal tersebut menunjukan bahwa Ekuitas merek memiliki kontribusi yang besar yang menyebabkan konsumen loyal terhadap Teh botol sosro. Dengan nilai tambah yang dimilki oleh teh botol Sosro konsumen loyal pada teh botol sosro. Hal ini bisa membuktikan teori yang telah diungkapkan oleh Kotler bahwa ekuitas merek merupakan asset tak terwujud yang penting, yang memiliki nilai psikologis dan keuangan bagi perusahaan.

Hasil pengujian dari hipotesis menunjukan bahwa pengaruh positif yang signifikan antara Variabel Ekuitas merek terhadap loyalitas konsumen. Karena hasil uji hipotesis t menunjukkan bahwa variabel X (Ekuitas merek)  mempunyai t hitung  sebesar 65,070 lebih besar dari t tabel sebesar 1,660 dengan tingkat probabilitas t-statistik 0,000 < α = 0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima, hal itu membuktikan bahwa Ekuitas merek berpengaruh signifikan secara positif terhadap loyalitas konsumen Teh botol sosro pada mahasiswa Universitas Bina darama Palembang.

 

 

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

 

5.1 Simpulan

            EKuitas merek merupakan suatu nilai tambah yang  diberikan pada produk dan jasa. Nilai ini bisa dicerminkan dalam cara konsumen berpikir, merasa, dan bertindak terhadap merek, harga, pangsa pasar, dan profitabilitas yang dimilik perusahaan. Ekuitas merek merupakan asset tak berwujud yang penting, yang memiliki nilai psikologis dan keuangan bagi perusahaan apabila nilai Ekuitas merek dari suatu produk baik maka konsumen akan loyal kepada produk tersebut.

Berdasakan dari hasil yang didapat, Kesimpulan yang diambil dari penelitian tentang Pengaruh Ekuitas merek terhadap loyalitas konsumen Teh botol merek SS. Pada mahasiswa Universitas binadarma adalah adanya pengaruh yang signifikan antara Ekuitas merek terhadap loyalitas konsumen Teh botol merek sosro di universitas Binadarma Palembang dan Ekuitas merek memberikan Kontribusi besar pada Loyalitas Konsumen

5.2   Saran

  1. Bagi peneliti lanjutan hendaknya mempertimbangkan variabel lain yang berhubungan dengan Teh botol Sosro seperti Lingkungan, Promosi, brand image (citra merek). Dan juga mempertimbangkan tempat penelitian atau objek penelitian tidak hanya di Universitas binadarma tetapi bisa juga di instalasi instalasi lainya sperti di perkantoran. Sehingga penelitian ini dapat dikembangkan dan dapat   menerapkan teori teori yang didapat selama di bangku perkuliahan.
  2. Bagi perusahaan agar selalu berusaha mempertahankan dan juga meningkatkan nilai Ekuitas merek dari teh botol sosro agar konsumen teh botol Sosro tetap loyal/ setia menkonsumsi teh botol sosro. Dan juga harus berani membuat terobosan baru yang bisa membuat konsumen lebih tertarik untuk menkonsumsi teh botol Sosro,seperti memperbaruhi desain kemasan teh botol Sosro yang sudah lama dikenal” karena desain kemasan merupakan bagian Ekuitas mrek yang cukup penting untuk dipertimbangkan. Perusahaan juga perlu menubuhkan image bahwa Teh botol sosro merupakan minuman yang ekslusif karena  Dengan seiringnya perkembangan jaman  persaingan antar merek semakin ketat, hal tersebut bisa mengakibatkan beralihnya konsumen ke merek teh botol lain.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. Ali Bahasa Hendra

Teguh, dkk. Penerbit Prenhallindo. Jakarta. 2002

Mowen, john c. dan Micheal Minor. Perilaku konsumen. Edisi v.Jilid 1.

Penerbit Erlangga. Jakarta. 2002

Sugiyono. Metode Penellitian Bisnis. Cetakan VIII. Penerbit CV. AlFABETA.

Bandung. 2005

Suryani, Tatik. Perilaku konsumen; Implikasi  pada strategi pemasaran. Edisi 1

Cetakan 1. Penerbit Graha ilmu. Yogyakarta 2008

Tjipno, Fandy. Strategi Pemasaran. Penerbit ANDI. Yogyakarta, 2002.

Simamora. Bilson. Panduan Riset Prilaku Konsumen. Cetakan II. Penerbit

Gramedia. Jakarta 2004.

Widyatama Rendra, 2006. Bias gender dalam iklan Televisi, Media Pressindo;

Yogyakarta

——http// Jurnal setiawan. Diakses tanggal 2 november 2011

——http// Jurnal Idris. Diakses tanggal 4 november 20011

——http:// Teori keputusan.pembelian. AIDA. Html.

——http: // books. Google. Co. id

WWW. PT.Uniliver.com

WWW. Google.co.id (Tentang produk Pepsodent)

 

 

 

 

 

This entry was posted in KEPUASAN, MANAJEMEN SDM, PENELITIAN EKONOMI and tagged , , . Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *