JURNAL EKONOMI

PENGARUH KOMUNIKASI TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA PALEMBANG ILIR TIMUR

Eko Satria Asnan

 (08.151.144)

Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen Universitas Bina darma Palembang.

Abstrak: Dalam perusahaan komunikasi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mengadakan hubungan antara manajer dengan karyawan atau atasan dan bawahan. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi vertikal dan komunikasi horisontal. Hal tersebut menentukan lancar tidaknya komunikasi. Penulis melakukan penelitian pada salah satu instansi Direktorat Pajak tepatnya di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Palembang Ilir Timur.

Fokus kajian dalam penelitian ini adalah Pengaruh Komunikasi yang terdiri dari dua variabel yaitu komunikasi vertikal ( ) dan komunikasi horizontal ( )  terhadap kepuasan kerja karyawan (Y). Kepuasan kerja karyawan akan meningkat karena didukung beberapa faktor, diantara yang terpenting adalah komunikasi. Metode atau alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dan uji statistik yaitu uji F dan uji t. Data diperoleh melalui kuesioner yang dinyatakan kepada 82 orang karyawan/pegawai. Dari hasil analisis didapatkan nilai sebesar  7,476 >   3,11 dan teruji pada  = 5% dan membuktikan bahwa variabel bebas berpengaruh secara simultan terhadap terhadap variabel terikat. Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel komunikasi horisontal mempunyai pengaruh paling dominan dengan  paling besar 3,712 >  1,663 dan dengan siginifikansi terkecil 0.000, sedangkan analisis regresi menunjukkan hasil konstanta sebesar 2,476 yang berarti jika variabel bebas dari komunikasi tidak diperhatikan maka kepuasan kerja karyawan akan menurun sebesar konstanta tersebut.

 

Kata kunci : Komunikasi, Kepuasan Kerja


A.  PENDAHULUAN

Komunikasi merupakan salah satu faktor penting terjalinnya aktivitas. Dengan komunikasi aktivitas apapun pasti terjadi baik antar individu, kelompok, maupun organisasi. Begitu pula dalam organisasi formal atau informal komunikasi yang baik sangat mendukung kelancaran aktivitas. Oleh karena itu perlu adanya pengetahuan tentang komunikasi dan hal-hal yang berkaitan dengan komunikasi sehingga kita sebagai generasi calon pimpinan organisasi dapat menjadi pemimpin yang kompeten dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab.

Proses komunikasi yang efektif sangat penting bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan manajemen. Manusia merupakan salah satu elemen penting dari sebuah perusahaan. Dalam sebuah perusahaan, jika karyawan tersebut mengalami ketidakpuasan maka besar kemungkinannya aktivitas perusahaan akan mengalami gangguan, terjadi kemangkiran, pencurian, demonstrasi dan jelas perusahaan akan mengalami kerugian yang cukup besar. Besar-kecilnya gangguan itu lebih baik di tiadakan sehingga tujuan organisasi dapat dicapai dengan sempurna. Perusahaan juga harus secara terus menerus menjamin kepuasan kerja karyawannya. Ada bermacam-macam komponen penting yang mempengaruhi seseorang agar merasa puas pada pekerjaannya. Komponen-komponen itu, antara lain: gaji dan promosi, kondisi kerja, keamanan kerja, pengawasan, komunikasi dan fasilitas kerja. Tiap-tiap faktor tersebut menyebabkan kepuasan kerja yang dirasakan tiap karyawan berbeda-beda. Seseorang mungkin berfikir bahwa gaji adalah komponen paling penting dalam kepuasan kerja, namun hal itu belum ditemukan kebenaranya karena para karyawan lebih memilih bekerja di lingkungan yang mereka senangi (Yip, Goldman dan Martin, 2005).

Kartono berpendapat (2009:151): apabila komunikasi efektif, ia dapat mendorong timbulnya prestasi menjadi lebih baik dan kepuasan kerja meningkat. Seperti yang di katakan oleh Coleman (1982) yang di sadur oleh Arni Muhammad (2009:90) yaitu kepuasan kerja merupakan respon seseorang terhadap komunikasi yang efektif. Jika karyawan dapat memberikan umpan balik atau respon yang sesuai dengan yang dimaksudkan atasan dan memiliki hubungan personal yang baik dengan anggota organisasi lainnya, maka akan mempengaruhi kinerja pekerjaan dalam berbagai cara, misalnya aliran komunikasi ke bawah maupun ke atas dan kepuasan kerja karyawan (Tubbs dan Moss, 2008:170).

Komunikasi yang baik antara atasan dengan bawahan sangat menentukan adanya hubungan yang baik antara keduanya. Komunikasi dapat juga meningkatkan kepuasan kerja karyawan karena karyawan merasa diperhatikan oleh atasannya. Karena itu seorang atasan harus mampu membangun komunikasi dengan bawahannya agar tercipta hubungan yang harmonis. Apabila karyawan merasa senang maka pekerjaan yang dilakukan akan tercermin dari hasil kerjanya (Handoko, 2010:193).

Oleh karena itu seorang atas an hendaknya dapat berkomunikasi dengan karyawannya dengan baik mengingat komunikasi akan menimbulkan kepuasan, yang dalam hal ini juga akan berlaku pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Ilir Timur. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Ilir Timur merupakan instasi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang bertugas untuk melaksanakan pelayanan, pengawasan administratif, dan pemeriksaan sederhana terhadap Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Arah pelaksanaan tugas karyawan pada Kantor Pelayanan Pajak ini adalah mengarah kepada pemberian pelayanan pada wajib pajak, baik internal maupun eksternal.

Menurut analisis hasil wawancara tahun 2012, pada salah satu karyawan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Ilir Timur di temukan bahwa adanya masalah terhadap kepuasan kerja yang disebabkan oleh persoalan komunikasi antar atasan dan bawahan, yang difaktori karena adanya perbedaan budaya, latar belakang pendidikan, senioritis, tidak ada respon atau umpan balik (No Feed Back).

Sebagai sebuah instasi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang memperkerjakan 82 karyawan dan ada perbedaan tugas antara karyawan satu dengan karyawan lain sehingga komunikasi di antara mereka sangat dibutuhkan untuk menciptakan suasana kerja yang seimbang.

 

B.   TUJUAN PENELITIAN

Dalam setiap penelitian ilmiah, tujuan merupakan suatu bagian yang sangat penting. Sebab tujuan dapat berkaitan dengan masalah pokok yang akan dicapai, serta diwujudkan melalui hasil suatu penelitian yang ilmiah sekaligus sistematis tersebut. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, sebagaimana rumusan masalah diatas sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui komunikasi yang berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kepuasan kerja karyawan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Ilir Timur.

2. Untuk mengetahui komunikasi yang berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kepuasan kerja karyawan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Ilir Timur.

3. Untuk mengetahui variabel komunikasi manakah yang paling dominan   pengaruhnya terhadap kepuasan kerja karyawan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Ilir Timur.

 

C.   METODE PENELITIAN

1.    Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Ilir Timur yang terletak di Jl. Kapten Rivai No.4 GKN Palembang 30129.

 


2.    Operasionalisasi Variabel

Tabel 1 Operasionalisasi Variabel

Konsep

Variabel

Indikator

Item

Komunikasi Komunikasi Vertikal (X1) Komunikasi

Keatas

1. Penyampaian laporan pada atasan

2. Penyampaian saran, ide dan

gagasan pada atasan.

3. Permohonan petunjuk

4. Penyampaian keluhan

Komunikasi kebawah

 

1. Pemberian petunjuk, bimbingan dan pengarahan dari atasan

2. Instruksi, perintah dari atasan

3. Pemberian informasi baru

4. Pemberian teguran

5. Pemberian pujian

Komunikasi

Horisontal

(X2)

Komunikasi Antar Teman Sekerja 1. Komunikasi dan interaksi dari teman sekerja

2. Saling membantu dalam pekerjaan

3. Saling membagi informasi

4. Pemecahan masalah bersama

5. Koordinasi tugas

Kepuasan Kepuasan Kerja (Y) Turnover 1. Karyawan yang keluar

2. Karyawan yang bertahan

Absensi

 

1. Karyawan yang rajin masuk

2. Karyawan yang sering tidak masuk

Pengalaman dan Lingkungan kerja 1. Banyak pengalaman selama bekerja di perusahaan ini

2. Sudah merasa senang dengan lingkungan kerja di

perusahaan ini

Tingkat pekerjaan 1.  Karyawan yang kedudukannya tinggi

2.  Karyawan yang kedudukannya rendah

Sumber : Data Olahan


 

3.    Metode Pengumpulan Data

            Dalam usaha pengumpulan data untuk tujuan pembahasan skripsi ini penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

  1. Metode kuesioner, yaitu daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada responden atau objek penelitian dari baris dan kolom untuk diisi dengan jawaban yang ditanyakan.
  2. Observasi (pengamatan), yaitu dengan jalan melihat, mendengar, dan mencatat semua data dan informasi yang berhubungan dengan penelitian.
  3. Wawancara, yaitu metode pendekatan kontak langsung baik terhadap responden atau pihak perusahaan sesuai keperluan penelitian.
  4. Studi Kepustakaan (library reseach), yaitu metode pengumpulan data dengan jalan mempelajari studi kepustakaan dan dokumentasi perusahaan yang berhubungan dengan penelitian.

   a.    Data Primer (Primary Data)

Data primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2007:129). Data primer diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada responden yaitu karyawan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Ilir Timur.

   b.    Data Sekunder (Secondary Data)

Data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen (Sugiyono, 2007:129). Data sekunder yang diambil dalam penelitian ini merupaka laporan historis tentang Kantor Pelayanan Pajak Pratama Ilir Timur berupa keterangan tentang sejarah perusahaan, struktur organisasi, dan pelaksanaan manajemen.

 

4.    Tehnik  Pengambilan Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007:55). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Ilir Timur sejumlah 82 orang.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang digunakan sampling jenuh adalah teknik menentukan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil menurut Sugiyono (2007:61).

Menurut Arikunto (2006:130), apabila subjeknya kurang dari seratus, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

 

5.    Metode Analisis Data

Analisis data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian, terutama apabila penelitian tersebut bermaksud untuk mengambil kesimpulan dari masalah yang diteliti. Untuk menganalisis data diperlukan untuk mengubah atau menganalisis data hasil penelitian sehinnga keputusan yang dihasilkan mudah dipahami (Sugiyono, 2007:21).

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

  1. Analisis Deskriptif Kualitatif

Menurut Sugiyono (2007:13) mengungkapkan adalah serangkaian observasi yang tidak dapat dinyatakan dalam angka – angka dan rumus melainkan dengan kata – kata dan kalimat menurut data pengambilan kesimpulan.

2.  Analisis Deskriptif Kuantitatif

Menurut Sugiyono (2007:14) Analisis kualitatif adalah aktivitas intensive yang memerlukan pengertian yang mendalam, kecerdikan, kreativitas, kepekaan konseptual, dan pekerjaan berat. Analisa kualitatif tidak berproses dalam suatu pertunjukan linier dan lebih sulit dan kompleks dibanding analisis kuantitatif sebab tidak diformulasi dan distandardisasi.

 

6    Teknis Analis Data

    a. Analisis Regresi Linier Berganda

Menurut Priyatno (2010:61) Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel independen dengan variabel dependen. Analisis ini untuk memprediksikan nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atas penurunan dan mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif.

Persamaan linier regresi berganda sebagai berikut :

 

Y = a + b1X1 + b2X2

 


Keterangan :

Y          =  Kepuasaan kerja

a           =  Konstanta

b1-b2    = Koefisiensi regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun  penurunan (+) atau penurunan (-) variabel Y

X1       = Komunikasi Vertikal

X2       = Komunikasi Horisontal

 

    b.    Analisis Koefisien Korelasi

Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui keeratan hubungan antara pengaruh Komunikasi terhadap kepuasan kerja pegawai yang dihasilkan (Sugiyono, 2007:182)


 

Tabel 2 Interpretasi Koefisien Korelasi

Koefisien Interval

Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199

Sangat Lemah

0,20 – 0,399

Lemah

0,40 – 0,599

Cukup

0,60 – 0,799

Kuat

0,80 – 1,000

Sangat Kuat

Sumber : Sugijono, 2007:175

Dalam penelitian ini, hasil dapat dilihat pada output ANOVA dari hasil analisis regresi linier berganda dengan menggunakan bantuan program SPSS 20.

 

    c. Koefisien Determinasi Berganda ( )

            Menurut Usman (2006:20) koefisien determinasi berganda mencerminkan seberapa besar variabel terikat Y dapat diterangkan oleh variabel X. Bila nilai koefisien determinasi sama dengan 0 (  = 0), artinya variabilitas dari Y secara keseluruhan dapat diterangkan oleh X.

 

D.   KAJIAN TEORI

1.    Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dalam perusahaan komunikasi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mengadakan hubungan antara manajer dengan bawahannya. Karena itu komunikasi perlu dilakukan agar maksud dan pesan yang disampaikan dapat diterima sesuai dengan keinginan pengirim berita.

Sedangkan  Kartono (2009:212) “komunikasi adalah arus informasi dan emosi yang terdapat dalam masyarakat, baik yang berlangsung secara vertikal maupun horisontal”.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah:

a. Suatu kegiatan untuk membuat orang lain mengerti apa yang dimaksud dalam komunikasi yang dilakukan.

b. Suatu saran pengalihan informasi dari komunikator kepada komunikan.

c. Suatu sistem agar terbentuk jalinan komunikasi antar individu.

 

2.    Unsur-unsur Komunikasi

Telah dijelaskan di atas bahwa komunikasi adalah kegiatan penyampaian informasi oleh komunikator kepada komunikan. Dengan mempelajari definisi t ersebut, kita dapat menguraikan beberapa unsur komunikasi.

Menurut Mohyi (2003:112-113) dalam komunikasi terdapat beberapa unsur komunikasi yaitu:

1. Komunikator, seseorang atau beberapa orang yang menyampaikan informasi (pesan) kepada komunikan.

2. Komunikan, seseorang atau beberapa orang yang menerima informasi dari komunikator.

3. Informasi, sesuatu yang ingin disampaikan kepada komunikan. Informasi ini terbagi lagi menjadi dua yaitu informasi yang dikirimkan dan informasi yang diterima. Selain dua hal ini, ketika komunikator menyampaikan info kepada komunikan pasti memiliki tujuan informasi yaitu tujuan ketika informasi tersebut disampaikan.

4. Media, sarana yang digunakan untuk menyalurkan informasi dari komunikator kepada komunikan.

5. Umpan balik atau efek, tanggapan (respon) atau reaksi dari komunikan ketika menerima informasi dari komunikator.

 

3.    Fungsi dan Tujuan Komunikasi

Komunikasi mempunyai empat fungsi utama dalam sebuah kelompok atau organisasi, yaitu: fungsi kendali, motivasi, pernyataan emosi, dan informasi. Komunikasi berfungsi untuk mengendalikan perilaku anggotanya hal ini bisa dilihat melalui tata tertib, peraturan dan lain-lainnya. Komunikasi juga memelihara motivasi dengan memberikan penjelasan kepada karyawan /anggota tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukannya, seberapa baik dikerjakan, dan seterusnya. Selain itu komunikasi merupakan jalan untuk menyampaikan, menyatakan emosi perasaan dan pemenuhan kebutuhan sosial, komunikasi juga memberikan informasi (Robbins, 2009:5).

Menurut Pareek (2010:97-99) tidak hanya fungsi saja yang ada dalam komunikasi, tetapi komunikasi juga memiliki tujuan yaitu:

a. Memberikan informasi, mengirimkan informasi dari suatu sumber kepada orang-orang atau kelompok alamat komunikasi.

b. Umpan balik, komunikasi umpan balik membantu usaha mengambil langkah-langkah perbaikan dan penyesuaian yang diperlukan serta memberikan motivasi kepada orang-orang/karyawan untuk mengembangkan rencana-rencana yang menantang dan realistis.

c. Pengaruh, mempengaruhi orang.

d. Memecahkan persoalan.

e.  Pengendalian, komunikasi membantu terlaksananya pengendalian.

f. Pengambilan keputusan, penyelesaian alternatif dan pertukaran pendapat tentang berbagai hal.

g. Mempermudah perubahan, efektivitas suatu perubahan yang diadakan dalam suatu organisasi sebagian besar tergantung pada kejernihan dan spontanitas komunikasi.

h. Pembentukan kelompok, komunikasi membantu pembentukan hubungan.

 

4.    Macam-macam Komunikasi

Menurut Mohyi (2003:113-115) macam-macam komunikasi manajemen dapat dikelompokkan berdasarkan berikut:

 

a. Berdasarkan tempatnya komunikasi dapat dibagi:

1. Komunikasi internal (internal communication), yaitu bila dilihat dari arus komunikasinya terdiri dari:

a) Komunikasi vertikal (vertical communication).

b) Komunikasi horizontal (horizontal communication).

c) Komunikasi diagonal (diagonal communication).

2.       Komunikasi eksternal:

a) Komunikasi dengan masyarakat sekitar.

b) Komunikasi dengan lembaga, instansi atau organisasi lain.

c) Komunikasi dengan pers.

d) Komunikasi dengan pelanggan.

b. Berdasarkan lambang yang digunakan komunikasi dapat dibagi:

1.  Komunikasi verbal (verbal communication), terdiri dari:

a) Komunikasi dengan lisan.

b) Komunikasi dengan tulisan.

2.       Komunikasi non verbal:

a) Komunikasi dengan gerak isyarat (gesture).

b) Komunikasi dengan gambar.

c) Komunikasi dengan warna.

c. Berdasarkan metode (tehnik) dalam komunikasi, dapat dibagi:

1.  Komunikasi langsung (direct communication), terdiri dari:

a) Komunikasi antar personal.

b) Komunikasi dengan kelompok, yang meliputi:

1) Kelompok besar.

2) Kelompok kecil.

2. Komunikasi tidak langsung (indirect communication), terdiri dari:

a) Komunikasi dengan media massa (mass media).

b) Komunikasi dengan media non massa (non mass media).

 

5.    Komunikasi ke bawah

Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan berotoritas tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah. Biasanya kita beranggapan bahwa informasi bergerak dari manajemen kepada para pegawai, namun, dalam organisasi kebanyakan, hubungan ada pada kelompok manajemen (Davis dalam Pace, 2007:184). Kebanyakan komunikasi kebawah digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkenaan dengan tugas-tugas dan pemeliharaan. Pesan tersebut biasanya berhubungan dengan pengarahan, tujuan, disiplin,perintah,pertanyaan, dan kebijaksanaan umum. Menurut Lewis (1987) dalam Arni Muhammad (2009:108), komunikasi ke bawah adalah untuk menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangai ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi, mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi.

 

6.    Komunikasi ke atas

Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari tingkat yang lebih tinggi. Semua anggota dalam organisasi, kecuali mereka yang menduduki posisi puncak, mungkin berkomunikasi ke atas, yakni setiap bawahan dapat mempunyai alasan yang baik atau meminta informasi kepada seseorang yang otoritasnya lebih tinggi daripada dia. Suatu permohonan atau komentar yang diarah kan kepada individu yang otoritasnya lebih besar, lebih tinggi, atau lebih luas merupakan esensi komunikasi ke atas.

Menurut Pace & Faules (2008:190) komunikasi ke atas penting karena beberapa alasan:

  1. Aliran informasi ke atas memberi informasi berharga untuk pembuatan keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi an mengawasi kegiatan orang-orang lainya (Sharma, 2001).
  2. Komunikasi ke atas memberitahukan kepada penyelia kapan bawahan mereka siap menerima informasi dari mereka dan seberapa baik bawahan menerima apa yang dikatakan kepada mereka (Planty & Machaver, 1999).
  3. Komunikasi ke atas memungkinkan –bahkan mendorong– omelan dan keluh kesah muncul ke permukaan sehingga penyelia tahu apa yang mengganggu mereka yang paling dekat dengan operasi-operasi sebenarnya (Conboy, 2000).
  4. Komunikasi ke atas mengizinkan penyelia untuk menentukan apakah bawahan memahami apa yang diharapkan dari aliran informasi ke bawah (Planty & Machaver, 1989).

Purwanto (2010:23) mengatakan bahwa dalam struktur organisasi garis, fungsional, maupun matrik nampak berbagai macam posisi atau kedudukan yang masing-masing sesuai dengan batas tanggungjawab dan wewenangnya. Dalam kaitannya dengan proses penyampaian informasi dari pimpinan kepada bawahan, ataupun dari manajer ke karyawan, pola transformasi informasinya dapat berbentuk sebagai berikut:

1.  Komunikasi Vertikal

a.  Komunikasi Dari Atas Ke Bawah

Secara sederhana, transformasi informasi dari pimpinan ke bawahan umumnya terkait dengan tanggungjawab dan wewenang seseorang dalam suatu organisasi.

b.  Komunikasi Dari Bawah Ke Atas

Alur informasi berasal dari bawah menuju ke atas. Informasi mula-mula berasal dari para karyawan selanjutnya disampaikan ke bagian pabrik, ke manajer produksi, dan akhirnya ke manajer umum.

2.  Komunikasi Horisontal

Komunikasi horisontal sering disebut dengan istilah komunikasi lateral adalah komunikasi yang terjadi antar bagian-bagian yang memiliki posisi sejajar atau sederajat dalam suatu organisasi.

 

7.    Proses dalam Komunikasi

Dalam komunikasi terdapat upaya menyampaikan informasi oleh komunikator kepada komunikan. P enyampaian ini membutuhkan beberapa proses.

Menurut Gibson dkk (2001:105) proses itu terdiri atas lima unsur; (1) komunikator, (2) pesan, (3) perantara, (4) penerima dan (5) balikan.proses tersebut seperti pada gambar berikut:


Gambar Proses Komunikasi

Komunikator

Perantara

Pesan


Penerima

Balikan


 .

Sumber : Gibson, 2001:105

 

Selain itu Davis dan Newstrom (1985:152-153) yang di sadur oleh Purwanto (2010:12) berpendapat bahwa proses penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima ini mengharuskan adanya enam langkah yaitu:

a. Mengembangkan gagasan yang ingin disampaikan pengirim.

b. Menyandikan gagasan menjadi kata-kata, bagan atau simbol lain yang pantas.

c. Menyampaikan dengan cara yang dipilih, seperti melalui memo, telepon atau kunjungan pribadi.

d. Menerima pesan.

e. Mengolah sandi agar pesan yang disampaikan dapat dipahami.

f. Penggunaan pesan yang digunakan oleh penerima.

 

8.    Syarat-syarat Komunikasi Efektif

Menurut Mohyi (2003:116), agar komunikasi yang dilakukan dapat efektif dan efisien, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

1.  Komunikasi harus dilandasi oleh rasa saling percaya/adanya pengertian.

2. Komunikasi yang dilakukan harus memenuhi syarat (jelas, tegas, lengkap, singkat, dan tepat waktu).

3.  Dalam melaksanakan komunikasi perlu memperhatikan situasi dan kondisi.

4. Apabila dianggap perlu maka melaksanakan komunikasi dapat menggunakan persuasi (memasukkan faktor sugesti, sehingga apa yang diinginkan dalam merubah sikap, tingkah laku dan perbuatan dari bawahan mencapai sasaran).

Sementara Robbins (2009:155-156) mengatakan agar komunikasi yang dilakukan dapat efektif hendaknya memperhatikan hal-hal yang dapat memperlambat atau mengacaukan komunikasi sebagai berikut:

1. Penyaringan, mengacu pada manipulasi informasi secara sengaja oleh pengirim berita sehingga informasi itu akan tampak lebih menyenangkan bagi penerima informasi.

2. Persepsi Selektif, penerima informasi dalam proses komunikasi melihat dan mendengar sesuatu dengan selektif berdasarkan kebutuhan, motivasi, latar belakang dan karakteristik kepribadiannya.

3. Gaya Gender, laki-laki dan perempuan menggunakan komunikasi lisan untuk alasan yang berbeda. Sebagai kons ekuensinya, jenis kelamin menjadi hambatan bagi komunikasi yang efektif antara kedua jenis kelamin tersebut.

4.  Emosi, perasaan penerima informasi akan mempengaruhi cara dia menafsirkannya.

5. Bahasa, kata-kata mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang berbeda pula.

6. Petunjuk Non Verbal, petunjuk non verbal hampir selalu diiringi dengan komunikasi lisan. Selama berkesesuaian keduanya akan saling menguatkan dan sebaliknya.

 

9.    Hambatan-hambatan dalam Komunikasi

Komunikasi sering tidak efektif, karena adanya kekuatan-kekuatan dari luar yang menghambat pelaksanaan komunikasi tersebut. Hambatan-hambatan komunikasi yang efektif biasanya disebabkan dari dalam tubuh organisasi itu sendiri dan juga hambatan-hambatan antar pribadi. Hambatan antar pribadi bias berupa status komunikator atau komunikan, pembelaan diri, ketidaktepatan bahasa, kelemahan pendengaran dan pengorganisasian lingkungan atau perspektif selektif. Dalam hal ini Robbins, P. Stephen, (2009:252) menyebutkan hambatan komunikasi:

1.  Hambatan psikologi.

Hambatan psikologi ini terjadi karena beberapa hal, misalnya karena komunikasi yang disampaikan sering keliru dan diralat, turunnya kewibawaan dari atasan dan sebagainya.

2.  Hambatan kurang adanya motivasi.

Kemampuan perusahaan untuk memotivasi orang-orang karena merupakan kunci mau tidaknya orang-orang melaksanakan rencana, instruksi, petunjuk dan saran yang dikomunikasikan.

3. Hambatan kurang adanya partisipsi.

Partisipasi antara yang satu dengan yang lain perlu ditingkatkan baik antara atasan dan bawahan maupun tingkat yang sejajar. Untuk meningkatkan partisipasi maka perlu untuk ikut serta dalam pembuatan rencana-rencana.

4.  Hambatan banyaknya perantara.

Suatu komunikasi dalam penyampaiannya mungkin harus melalui beberapa perantara. Dan mungkin perantara yang harus dilalui dengan penyampaian komunikasi ini cukup baik.

 

10.    Pengertian Kepuasan

Konsep kepuasan kerja dapat ditemukan pada sikap yang merupakan salah satu bagian dari nilai. Nilai merupakan keyakinan dasar bahwa suatu modus prilaku atau keadaan akhir dari eksistensis yang khas lebih disukai secara pribadi atau sosial daripada suatu modus prilaku atau keadaan akhir yang berlawanan. Nilai mengandung suatu unsur pertimbangan dalam arti nilai mengembang gagasan-gagasan seorang individu mengenai apa yang benar baik atau diinginkan (Robbins, 2009:82).

 

10.    Pengertian kepuasan kerja

            Kepuasan kerja merupakan hal penting yang dimiliki oleh setiap orang dalam bekerja dengan tingkat kepuasan yang tinggi pegawai akan bekerja sungguh-sungguh sehingga tujuan organisasi dapat terapai.

Rasa puas bukan merupakan keadaan yang tetap karena dapat dipengaruhi oleh keadaan lain baik didalam maupun diluar lingkungan kerja. Kepuasan kerja mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap produktifitas suatu organisasi baik secara langsung dan tidak langsung. Ketidakpuasan merupakan titik awal dari munculnya masalah-masalah dalam organisasi seperti timbulnya kemangkira n kerja, konflik atasan dan bawahan, ketidakdisplinan dan masalah lain yang menyebabkan tergantungnya proses pencapaiannya tujuan perusahaan.

Menurut Robbins (2009:101) “kepuasan kerja sebagai suatu sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya”.

Menurut Sondang (2008:295) “kepuasan kerja merupakan suatu cara pandang seseorang baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif tentang pekerjaan”.

Kepuasan kerja merupakan aspek penting dalam diri seseorang dalam sebuah organisasi. Dengan demikian kepuasan kerja pada dirinya karyawan akan lebih mengacuh partisipasi dalam setiap kegiatan untuk mencapai tujuan perusahaan.

 

11.    Faktor-faktor mempengaruhi kepuasan kerja

Kepuasan seseorang berbeda-beda karena setiap karyawan memiliki batasan-batasan sendiri sejauh mana ia merasa puas atau tidak. Karena berbeda-beda, dapat digunakan beberapa aspek sabagai alat untuk mengukur kepuasan kerja karyawan.

Menurut Mangkunegara (2007:118) kepuasan kerja dapat menciptakan dari faktor-faktor berikut :

a.  Turnover

Kepuasan kerja yang tinggi dapat dihubungkan dengan turnover karyawan yang rendah. Sedangkan karyawan-karyawan yang kurang puas-puas biasanya tingkat turnover lebih tinggi.

b.  Tingkat ketidakhadiran (absensi) kerja

Karyawan yang tinggi tingkat kepuasan kerjanya akan lebih rendah tingkat kemangkirannya. Seorang karyawan yang puas akan hadir di temapat tugas kecuali ada alasan yang benar-benar kuat yang menyebabkan ia mangkir. Sebaiknya karyawan yang merasa kurang puas atau tidak puas akan menggunakan sebagai alasan untuk tidak kerja.

c.  Umur

Terdapat kecenderungan bahwa semakin lanjut usia karyawan, tingkat kepuasan kerjanya biasanya semakin tinggih, hal tersebut antara lain karena bagi karyawan yang sudah agak lanjut usia makin sulit memulai karir baru ditempat lain, sikap yang dan matang mengenai tujuan, harapan, keinginan dan cita-cita, gaya hidup yang sudah mapan. Sumber penghasilan yang relatif terjamin, adanya ikatan batin dan tali persahabatan antara yang bersangkutan dengan rekan-rekannya dalam organisasi.

d. Tingkat pekerja

Pada umumnya, semakin tinggi kedudukan seorang dalam suatu organisasi maka semakin tinggi pula tingkat kepuasannya, karena penghasilan yang dapat menjamin taraf hidup yang layak. Pekerjaan yang memungkinkan mereka menunjukan kemampuan kerj anya. Status sosial yang relatif tinggi didalam dan luar organisasi perusahaan.

 

e.  Ukuran organisasi perusahaan

Para karyawan lebih menyukai lingkungan fisik yang tidak berbahaya atau yang nyaman. Selain itu, kebanyakan karyawan lebih suka bekerja tidak jauh dari rumah, dalam fasilitas yang bersih dan relatif modern dengan alat dan perlengkapan yang memadai.

f.  Rekan kerja yang suportif

Dari bekerja yang mendapatkan lebih dari sekedar uang atau prestasi-prestasi yang berwujud, bagi sebagian karyawan kerja juga dapat mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu, jika seorang karyawan memiliki rekan kerja yang suportif dan bersahabat dapat meningkatkan kepuasan kerja mereka.

g.  Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan

Pada hakikatnya orang yang memiliki tipe kepribadian kongruen (sama dan sebangun dengan pekerjaan yang kereka pilih) mereka mempunyai bakat dan kemampuan yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka. Dengan demikian akan lebih besar kemungkinan untuk berhasil pada tersebut sehingga ia akan menyenangi pekerjaan yang digelutinya dan pada akhirnya akan mencapainya kepuasan yang tinggi dalam pekerjaan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat dipahami bahwa kepuasan kerja akan tercipta apabila faktor-faktor yang mempengaruhi terpenuhi tetapi apabila faktor-faktor yang mempengaruhi tidak terpenuhi akan terjadi ketidakpuasan kerja karyawan.

 

E.    ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

1.    Analisis Regresi Berganda

Berdasarkan hasil analisis regresi yang di hitung dengan menggunakan program SPSS 20 dapat disusun tabel sebagai berikut:

 

Tabel 3

Hasil Regresi Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t

Sig.

B

Std. Error

Beta

1 (Constant)

4,652

3,277

 

1,420

,160

K.VERTIKAL

,035

,051

,036

,680

,499

K.HORISONTAL

,859

,052

,880

16,656

,000

a. Dependent Variable: KEPUASAN


Persamaan Regresi:

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Y =4,652 + 0,035 Komunikasi Vertikal + 0,859 Komunikasi Horisontal + e

Persamaan regresi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

  • Konstanta (a) sebesar 4,652 artinya jika Komunikasi Vertikal (X1) dan Komunikasi Horisontal (X2) nilainya adalah 0, maka Kepuasan (Y) adalah sebesar 4,652.
  • Koefisien regresi (b1) sebesar 0,035 berarti jika Komunikasi Vertikal (X1) mengalami peningkatan sebanyak satu unit skor, maka Kepuasan (Y) akan mengalami peningkatan 0,035.
  • Koefisien regresi (b2) sebesar 0,859 berarti jika Komunikasi Horisontal (X2) mengalami peningkatan sebanyak satu unit skor, maka Kepuasan (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,859.

 

2.    Koefisien Derteminasi Berganda

 

Tabel 4

Hasil Koefisien Determinasi ( )

Model Summary

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1

,883a

,780

,774

1,322

a. Predictors: (Constant), K.HORISONTAL, K.VERTIKAL

b. Dependen Variable: KEPUASAN

 

            Koefisien Determinasi ( ) ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar prosentase pengaruh variabel bebas terhadap perubahan variabel terikat. Artinya efektifitas pelaksanaan komunikasi dalam penelitian ini mempengaruhi kepuasan kerja karyawan sebesar 78% dan selebihnya 22% kepuasan kerja karyawan dipengaruhi oleh variabel lain selain variabel komunikasi vertikal dan komunikasi horisontal yaitu komunikasi internal dan komunikasi eksternal (Rofi’ah:2005), Prestasi Kerja (Asiyah:2004), dan Motivasi Kerja (Nugroho:2006).

 

3.    Pengujian Hipotesis

       1. Uji F

 

Tabel 5

Hasil Uji Simultan (Uji F)

ANOVAa

Model

Sum of Squares

df

Mean Square

F

Sig.

1 Regression

489,715

2

244,857

140,081

,000b

Residual

138,090

79

1,748

   
Total

627,805

81

     
a. Dependent Variable: KEPUASAN
b. Predictors: (Constant), K.HORISONTAL, K.VERTIKAL

 

            Dari hasil perhitungan dengan menggunakan progra m SPSS versi 20 dapat diketahui bahwa nilai Fhitung sebesar 140,081 dengan signifikan sebesar 0,000. Nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 (0,000 > 0,05) maka H0 ditolak dan diterima H1.

Berdasarkan hasil uji simultan (uji F) diatas dapat dikatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan secara simultan antara komunikasi vertikal dan komunikasi horisontal terhadap kepuasan kerja karyawan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Palembang Ilir Timur. Hal ini komunikasi vertikal saling berhubungan antara bawahan dan atasan, signifikan dalam pekerjaan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Asiyah (2004) yang menyatakan bahwa komunikasi vertikal dan komunikasi horisontal mempunyai pengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan/pegawai.

 

 

       2. Uji T

1.  Variable Komunikasi Vertikal (X1)

Berdasarkan output tabel 3 diatas, diperoleh nilai thitung sebesar 0,680 dengan nilai signifikan yang lebih besar dari alfha (5%)     0,499, dengan demikian H0 diterima. Jadi dapat dikatakan bahwa variabel X1 tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan/pegawai.

Dari hasil uji t terdapat nilai tidak signifikan yang lebih  besar dari  (5%), karyawan sering kali mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas dari perusahaan sebanyak 56,1% sangat setuju karena adanya komunikasi yang kurang efektif antar atasan dan bawahan sehingga menyebabkan karyawan/pegawai sering kali mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas dari perusahaan.

Berdasarkan hasil analisis data terbukti bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara komunikasi vertikal terhadap kepuasan kerja karyawan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Palembang Ilir Timur, dengan kata lain bahwa salah satu faktor pendorong karyawan dalam meningkatkan kepuasan kerjanya adalah dengan komunikasi vertikal.

Hal ini tidak didukung dengan teori yang dikemukakan oleh Robbins (2009:148), komunikasi dapat berjalan secara vertikal maupun lateral atau horisontal. Dimensi vertikal dapat dibagi menjadi dua arah, yaitu kebawah dan keatas. Dikatakan kebawah jika komunikasi yang berlangsung dari tingkatan tertentu dalam suatu kelompok atau organisasi menuju ke tingkatan yang lebih rendah, dan dikatakan ke atas jika komunikasi itu mengalir ke tingkatan yang lebih rendah dalam suatu kelompok atau organisasi.

Ada pun kembali teori yang tidak mendukung yang dikemukakan oleh Tubbs dan Moss (2008:170), jika karyawan dapat memberikan umpan balik atau respon yang sesuai dengan yang dimaksudkan atasan dan memiliki hubungan personal yang baik dengan anggota organisasi lainnya, maka akan mempengaruhi kinerja pekerjaan dalam berbagai cara, misalnya aliran komunikasi ke bawah maupun ke atas dan kepuasan kerja karyawan.

 

2.  Variable Komunikasi Horisontal (X2)

Berdasarkan output tabel 3 diatas, diperoleh nilai thitung sebesar 16,656 dengan nilai signifikan yang lebih kecil dari alfha (5%)     0,000, dengan demikian H0 ditolak. Jadi dapat dikatakan bahwa variabel X2 berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan/pegawai.

Dari hasil uji t terdapat nilai signifikan yang lebih kecil dari  (5%), komunikasi dan interaksi hanya dengan teman sekerja yang mempunyai kedudukan yang sama sebanyak 54,9% sangat setuju karena artinya karyawan/pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Palembang Ilir Timur sangat setuju apabila komunikasi dan interaksi yang terjadi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Palembang Ilir Timur hanya dengan teman sekerja yang mempunyai kedudukan yang sama.

Berdasarkan hasil analisis data terbukti bahwa ada pengaruh yang signifikan antara komunikasi horisontal terhadap kepuasan kerja karyawan/pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Palembang Ilir Timur, dengan kata lain bahwa salah satu faktor pendorong karyawan dalam meningkatkan kepuasan kerjanya adalah dengan komunikasi horisontal.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Robbins (2009:148), komunikasi lateral atau horisontal adalah ketika komunikasi terjadi diantara anggota dari kelompok kerja yang sama, antara anggota kelompok kerja pada tingkatan yang sama, diantara manajer pada tingkat yang sama dan sebagainya.

Adapun teori yang dikemukakan oleh Hariandja (2008:298) yaitu komunikasi ke samping adalah komunikasi yang terjadi diantara pegawai dengan tingkat yang sama dalam organisasi, tetapi mereka mempunyai tugas yang berbeda. Berbagai informasi yang diberikan dapat berupa kegiatan yang dilakukan, permohonan untuk melakukan pekerjaan dengan standar tertentu, nasihat, dan saran.

 

3. Variabel komunikasi horisontal yang paling dominan pengaruhnya terhadap kepuasan kerja karyawan/pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Palembang Ilir Timur.

Nilai thitung untuk variabel komunikasi horisontal sebesar 16,656 dengan taraf signifikan 0.000 dapat dikatakan mempunyai nilai hitung tertinggi dengan taraf signifikan terkecil, sehingga hipotesis kedua yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap kepuasan kerja karyawan teruji dengan taraf nyata  = 5%. Hal ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Robbins (2009:148), dan juga teori dari Javed, Maqsood dan Durrani (2007:234), dengan adanya komunikasi yang efektif diantara sesama karyawan maka akan dapat meningkatkan produktifitas, kinerja perusahaan dan kepuasan kerja karyawan sehingga t ujuan perusahaan akan tercapai.

 

F.    SUMMARY FINDING

 

Tabel 6

Hipotesis

Hasil Pengujian

Kesimpulan

Terdapat pengaruh yang tidak signifikan secara parsial antara komunikasi vertikal terhadap kepuasan kerja karyawan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Palembang Ilir Timur. Hasil dari uji t atau uji parsial menunjukan bahwa pengaruh komunikasi vertikal terhadap kepuasan sebesar 0,680 dengan taraf signifikan 0,499. Dengan tingkat kesalahan 0,05 di dapat  sebesar 1,664. Oleh karena itu  <  atau p-value > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya komunikasi vertikal memiliki pengaruh yang tidak signifikan secara parsial terhadap kepuasan kerja.

 

Tidak Signifikan
Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara komunikasi horisontal terhadap kepuasan kerja karyawan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Palembang Ilir Timur. Hasil dari uji t atau uji parsial menunjukan bahwa pengaruh komunikasi horisontal terhadap kepuasan sebesar 16,656 dengan taraf signifikan 0,000. Dengan tingkat kesalahan 0,05 di dapat  sebesar 1,664. Oleh karena itu  >  atau p-value < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya komunikasi horisontal memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap kepuasan kerja.

 

Signifikan
Terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara komunikasi vertikal dan komunikasi horisontal terhadap kepuasan kerja karyawan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Palembang Ilir Timur. Hasil dari uji F atau uji simultan menunjukan bahwa pengaruh komunikasi vertikal serta komunikasi horisontal terhadap kepuasan sebesar 140,081 dengan taraf signifikan 0,000. Dengan tingkat kesalahan 0,05 di dapat  sebesar 2,72. Oleh karena itu  >  atau p-value < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya komunikasi vertikal serta komunikasi horisontal memiliki pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap kepuasan kerja.

 

Signifikan

 


G.    KESIMPULAN

1.    Berdasarkan hasil penelitian secara simultan atau uji F didapat signifikan berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara komunikasi vertikal dan komunikasi horisontal terhadap kepuasan kerja karyawan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Palembang Ilir Timur. Artinya dalam hal ini komunikasi vertikal dan komunikasi horisontal saling berhubungan dengan sumber daya manusia dan dapat mendorong tingkat kepuasan kerja karyawan, signifikan dalam pekerjaan.

2.    Berdasarkan hasil penelitian secara parsial antara komunikasi vertikal terhadap kepuasan kerja karyawan tidak berpengaruh secara signifikan artinya bawahan masih mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas dari perusahaan, dikarenakan penyampaian keluhan masalah kepada atasan tidak segera disampaikan kembali pada atasan.

3.    Berdasarkan hasil penelitian terdapat pengaruh secara signifikan secara parsial antara komunikasi horisontal terhadap kepuasan kerja karyawan artinya komunikasi horisontal akan berdampak lebih kepada kepuasan kerja karyawan, serta baik bagi kelancaran dalam aktifitas suatu perusahaan.

 

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, Edisi revisi VI, Rineka Cipta, Jakarta.

As’ad, Muhammad, 2008, Psikologi Industri, Liberty, Yogyakarta.

Davis, Keith dan Newstrom, John, 1985, Perilaku Dalam Organisasi, Erlangga, Jakarta.

Gibson, James, 2001, Organisasi, Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta.

Gito Sudarmo, Indriyo , 1997, Perilaku Keorganisasian, BPFE, Yogyakarta.

Handoko, T. Hani, 2010, Manajemen Sumber Daya Manusia, edisi 2, BPFE, Yogyakarta.

Kartono, Kartini, 2009, Psikologi Sosial Untuk Manajemen Perusahaan dan Industri, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Mangkunegara, A. Prabu, 2007, Manajemen Sumber Daya Perusahaan, Remaja Rosda Karya, Bandung.

Mohyi, Ahmad, 2003, Teori dan Perilaku Organisasi, UMM Press, Malang.

Pareek, Udai, 2010, Perilaku Organisasi , Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.

Purwanto, Djoko, 2010, Komunikasi Bisnis, Erlangga, Jakarta.

Robbins, P. Stephen, 2009, Perilaku Organisasi, Edisi Bahasa Indonesia,  Prehallindo, Jakarta.

Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Bisnis, Alfebeta, Jakarta.

 

 

 

 

 

 

This entry was posted in EKONOMI, JURNAL EKONOMI, MANAJEMEN SDM and tagged , . Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *