Komitmen

Materi Komitmen menurut Beberapa ahli:

Menurut Porter Komitmen karyawan adalah kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam mengidentifikasikan keterlibatan dirinya ke dalam bagian organisasi. Hal ini dapat ditandai dengan tiga hal yaitu :

  • Penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi.
  • Kesiapan dan kesediaan untuk berusaha dengan sungguh-sungguh atas nama organisasi.
  • Keinginan untuk mempertahankan keanggotaan di dalam organisasi (Mowday.1982:27).

 

Menurut Richard M. Teers (Teers.1985:50) Komitmen karyawan adalah :

  • Rasa identifikasi yaitu kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi.
  • Keterlibatan yaitu kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi yang bersangkutan
  • Loyalitas yaitu keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi.

Yang semuanya itu dinyatakan oleh pegawai terhadap organisasinya. Dimana Steers berpendapat bahwa komitmen karyawan merupakan kondisi di mana pegawai sangat tertarik terhadap tujuan, nilai-nilai, dan sasaran organisasinya. Komitmen karyawan lebih dari sekedar keanggotaan formal, karena meliputi sikap menyukai organisasi dan kesediaan untuk mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan organisasi demi pencapaian tujuan. Jadi komitmen karyawan mencakup unsur loyalitas terhadap organisasi, keterlibatan dalam pekerjaan, dan identifikasi terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi. Di samping itu komitmen karyawan mengandung pengertian sebagai suatu hal yang lebih dari sekedar kesetiaan yang pasif melainkan menyiratkan hubungan pegawai dengan perusahaan secara aktif. Karena pegawai yang menunjukkan komitmen tinggi memiliki keinginan untuk memberikan tenaga dan tanggungjawab yang lebih dalam menyokong kesejahteraan dan  keberhasilan organisasinya.

Jenis Komitmen Karyawan

Jenis komitmen menurut Allen dan Meyer (Dunham.1994:370) terbagi atas tiga komponen, yaitu :

  • Komponen afektif berkaitan dengan emosional, identifikasi, dan keterlibatan pegawai di dalam suatu organisasi. Pegawai dengan afektif tinggi masih bergabung dengan organisasi karena keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi.
  • Komponen normatif merupakan perasaan pegawai tentang kewajiban yang harus diberikan kepada organisasi. Komponen normatif berkembang sebagai hasil dari pengalaman sosialisasi, tergantung dari sejauh apa perasaan kewajiban yang dimiliki pegawai. Komponen normatif menimbulkan perasaan kewajiban kepada pegawai untuk memberikan balasan atas apa yang pernah diterimanya dari organisasi.
  • Komponen continuance berarti komponen yang berdasarkan persepsi pegawai tentang kerugian yang akan dihadapinya jika meninggalkan organisasi. Pegawai dengan dasar organisasi tersebut disebabkan karena pegawai tersebut membutuhkan organisasi. Pegawai yang memiliki komitmen organisasi dengan dasar afektif memiliki tingkah laku yang berbeda dengan pegawai dengan dasar continuance. Pegawai yang ingin menjadi anggota akan memiliki keinginan untuk berusaha yang sesuai dengan tujuan organisasi. Sebaliknya pegawai yang terpaksa menjadi anggota organisasi akan menghindari kerugian financial dan kerugian lain, sehingga mungkin hanya melakukan usaha yang tidak maksimal.

Menurut Mowdey, Porter dan Steers, komitmen karyawan dikenal sebagai pendekatan sikap terhadap organisasi. Komitmen karyawan memiliki dua komponen yaitu sikap dan kehendak untuk bertingkah laku. Sikap mencakup identifikasi dengan organisasi yaitu penerimaan tujuan organisasi, di mana penerimaan ini merupakan dasar komitmen karyawan. Identifikasi pegawai tampak melalui sikap menyetujui kebijaksanaan organisasi, kesamaan nilai pribadi dan nilai-nilai organisasi, rasa kebanggaan menjadi bagian dari organisasi. Sikap juga mencakup keterlibatan seseorang sesuai peran dan tanggungjawab pekerjaan di organisasi tersebut. Pegawai yang memiliki komitmen tinggi akan menerima hampir semua tugas dan tanggungjawab pekerjaan yang diberikan padanya. Selain itu sikap juga mencakup kehangatan, afeksi, dan loyalitas terhadap organisasi merupakan evaluasi dari komitmen, serta adanya ikatan emosional dan keterikatan antara organisasi dengan pegawai. Pegawai dengan komitmen tinggi merasakan adanya loyalitas dan rasa memiliki terhadap organisasi.Sedangkan yang termasuk kehendak untuk bertingkah laku adalah kesediaan untuk menampilkan usaha. Hal ini tampak melalui kesediaan bekerja melebihi apa yang diharapkan agar organisasi dapat maju. Pegawai dengan komitmen tinggi, ikut memperhatikan nasib organisasi. Keinginan juga termasuk kehendak untuk tetap berada dalam organisasi. Pada pegawai yang memiliki komitmen tinggi, hanya sedikit alasan untuk keluar dari organisasi dan berkeinginan untuk bergabung dengan organisasi yang telah dipilihnya dalam waktu lama.Jadi seseorang yang memiliki komitmen tinggi akan memiliki identifikasi terhadap organisasi, terlibat sungguh-sungguh dalam pegawai dan ada loyalitas serta afeksi positif terhadap organisasi. Selain itu tampil tingkah laku yang berusaha ke arah tujuan organisasi dan keinginan untuk tetap bergabung dengan organisasi dalam jangka waktu lama

 

Posted in ORGANISASI | Leave a comment

4 CARA ALLAH SWT MEMBERI REZEKI KEPADA MAKHLUK-NYA:

Kita  seringkali merasakan sempitnya jalan mencari rezeki dan lebih banyak hanya menunggu rezeki dibandingkan berikhtiar maksimal? ketahuilah menjemput rezeki Allah SWT adalah kewajiban setiap mahluk.

Diterangkan dalam Al-Qur’an, ada 4 cara Allah SWT memberi rezeki kepada makhluk-Nya:

1.Tingkat rezeki pertama, yaitu yang dijamin oleh Allah

“Tidak suatu binatangpun (termasuk manusia) yg bergerak di atas bumi ini yang tidak dijamin oleh Allah rezekinya.”(QS. Hud: 6). Artinya Allah akan memberikan kesehatan, makan, minum untuk seluruh makhluk hidup di dunia ini. Ini adalah rezeki dasar yang terendah.

2.Tingkat rezeki kedua, yaitu yang didapat sesuai dengan apa yang diusahakan

“Tidaklah manusia mendapat apa-apa kecuali apa yang telah dikerjakannya” (QS. An-Najm: 39).

Allah akan memberikan rezeki sesuai dengan apa yang dikerjakannya. Jika ia bekerja dua jam, dapatlah hasil yang dua jam. Jika kerja lebih lama, lebih rajin, lebih berilmu, lebih sungguh-sungguh, ia akan mendapat lebih banyak. Tidak pandang dia itu muslim atau kafir.

3.Tingkat rezeki ketiga, yaitu rezeki lebih bagi orang-orang yang pandai bersyukur

“… Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)

Inilah rezeki yang disayang Allah. Orang-orang yang pandai bersyukur akan dapat merasakan kasih sayang Allah dan mendapat rezeki yang lebih banyak. Itulah Janji Allah! Orang yang pandai bersyukurlah yg dapat hidup bahagia, sejahtera dan tentram. Usahanya akan sangat sukses, karena Allah tambahkan selalu.

4.Tingkat rezeki keempat, yaitu rezeki istimewa dari arah yang tidak disangka-sangka bagi orang-orang yang bertakwa dan bertawakal pada Allah SWT

“…. Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yg tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS.Ath-Thalaq:2-3)

Peringkat rezeki yang ke empat ini adalah rezeki yang istimewa, tidak semua orang bisa meraihnya. Rezeki ini akan Allah berikan dari arah yang tidak disangka-sangka. Mungkin disaat seseorang berada dalam kondisi sangat sangat membutuhkan. Atau bisa juga datang disaat belum begitu dbutuhkan.Rezeki ini akan diberikan Allah kepada hamba-Nya yang bertakwa. Allah SWT berikan rezeki ini karena kecintaan Allah SWT kepadanya.

Jadi, marilah senantiasa meningkatkan iman dan takwa serta ibadah kita kepada Allah SWT. Insya Allah, berbagai kebaikan akan mengalir sejalan dengan usaha kira untuk terus mendekatkan diri kepada-Nya.Diantaranya ketenangan hidup dan keberkahan rezeki. (Makassar, Tribun-Timur.Com-) (muslimahcorner/ummi-online)

 

Posted in BUDAYA ORGANISASI | Leave a comment

ALLAH SWT TIDAK PERNAH MEMBERI BEBAN DILUAR KEMAMPUAN MANUSIA

ALLAH SWT, TIDAK PERNAH MEMBERI BEBAN DILUAR KEMAMPUAN MANUSIA

ALBAQARAH 286

 

 

 

 

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (QS. Al Baqarah:286)

Kita sering merasa beban yang sedang kita alami adalah sangat berat, bahkan paling berat diantara beban yang dimiliki oleh orang lain. Orang cendrung suka menceritakan beban, kesulitan, atau masalahnya kepada orang sambil meyakinkan orang lain bahwa bebannya yang paling berat. Apa itu membantu? Menceritakan beban kepada orang terdekat atau yang terpercaya mungkin akan meringankan, tetapi kalau ke banyak orang justru malah tidak baik.

Dari pada bercerita ke sana ke mari tentang beban kita, mengapa tidak bercerita dan mengadu kepada Allah SWT. Berdoalah:

Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya.

Allah SWT tidak pernah memberi beban yang melebihi kemampuan kita. Ini menurut Al Quran. Jadi bagaimana pun besarnya beban, kesulitan, dan masalah yang kita hadapi, yakinlah bahwa kita akan mampu melewatinya dan mengatasinya.

Ayat ini memberikan kekuatan kepada kita untuk lebih percaya diri dalam menjalani hidup ini. Kita percaya, bahwa diri kita sudah diberikan kekuatan untuk menghadapi masalah bagaimana pun beratnya menurut ukuran kita. Kita juga yakin, bahwa Allah tidak akan memberikan beban yang melebih kemampuan kita.

Justru, saat kita mendapatkan masalah yang berat, sangat berat, bahkan paling berat dibanding masalah yang dihadapi orang, ini menunjukan bahwa kita memang memiliki kemampuan yang lebih. Seorang anak SD tentu hanya akan diberikan soal ujian untuk SD, sementara seorang mahasiswa akan mehadapi ujian untuk tingkat perguruan tinggi. Harusnya kita malu, jika kita menyerah dengan ujian yang kita hadapi. Jangan-jangan, ujian yang diberikan adalah untuk level SD, sementara orang lain menghadapi ujian level perguruan tinggi dan mereka mampu menghadapinya. (Sumber: http://www.motivasi-islami.com)

 

Posted in BUDAYA ORGANISASI | Leave a comment

JIKA ALLAH SWT BERKEHENDAK

JIKA “ALLAH SWT.”BERKENDAK.

ALLAHTerkadang kita sebagai manusia sering berfikir tidak mungkin bisa terjadi menurut akal kita, dan terkadang kita juga lupa bahwa sesuatu itu bisa saja terjadi jika Allah swt menghendak apapun bisa terjadi.Bila Allah berkehendak serta menghendakinya, adalah mudah bagiNya, dan terjadilah hanya dengan kehendakNya. Kun Fayakuun = Jadilah, maka terjadilah apa yang dikehendaki. Tiada hal yang sulit bagi Allah, tiada hal yang mustahil untuk tidak terjadi jika Allah menghendaki terjadinya sesuatu dan atau tiadanya sesuatu. Dalam kehendakNya menjadikan sesuatu, ada yang melalui proses masa atau kurun waktu, ada yang seketika, dan ada yang melalui proses tahapan hingga wujud akhirnya.

Berikut ini beberapa ayat firman Tuhan Allah dalam hal penciptaan atas kehendakNYA.

  1. [Al Baqarah:117] Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak sesuatu, maka Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah!” Lalu jadilah ia.” (Yakuulu lahuu kun fayakuun)
  2. [An Nahl:40] Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “kun (jadilah)”, maka jadilah ia”.
  3. [Yaasiin:82] Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia”.
  4. [Al An’aam:73] Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui
  5. [Al Mu’min:68] Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya bekata kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah ia”.
  6. [Maryam:35] Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah ia”.
  7. [Ali ‘Imran:47] Maryam berkata: “Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun.” Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): “Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: “Jadilah”, lalu jadilah dia.
  8. [Ali ‘Imran:59] Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi AllAh, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah dia.
Posted in AGAMA | Leave a comment

CIRI-CIRI HIDUP SEDERHANA

Pengertian hidup sederhana kurang lebih adalah gaya hidup tidak berlebihan dan apa adanya namun penuh makna. Hidup sederhana atau simple life merupakan salah satu gaya hidup yang bisa diterapkan untuk mencapai kesuksesan hidup, ketenangan jiwa dan pikiran.Di tengah arus kehidupan dengan ritme yang berlangsung sangat cepat, segalanya yang cepat jadi (instant), dan tingkat konsumsi yang tinggi sekali, maka gaya hidup sederhana merupakan salah satu pilihan untuk bisa menguasai dan mengendalikan keadaan.

Berikut ini refleksi ciri-ciri hidup sederhana versi idehidup.com, :

  1. Apa adanya

Ciri-ciri hidup sederhana itu adalah apa adanya dan tidak mengada-ada. Dalam artian seseorang yang hidup sederhana itu menerima setiap keadaan dan menerima apapun yang dimiliki tanpa menggerutu. Namun mereka tidak menerima begitu saja setiap keadaan, mereka tidak berhenti sampai di situ saja, selanjutnya setelah itu mereka berfikir menyusun strategi dan mengembangkan diri supaya ke depannya akan lebih baik lagi dari sebelumnya. Mereka akan mengevaluasi setiap titik penyebab kegagalan dalam kehidupan mereka. Mereka akan meningkatkan lagi kualitas diri mereka meskipun mereka sudah berhasil sesuai rencana yang telah disusun secara memuaskan, sehingga mereka terus berinovasi tanpa henti.

  1. Bersyukur atas apa yang dimiliki

Hidup sederhana itu mensyukuri atas apa yang dimiliki. Hidup sederhana itu bisa mengendalikan diri untuk tidak tersiksa oleh keinginan memiliki sesuatu yang belum dimiliki. Karena terlalu besarnya keinginan untuk memiliki sesuatu yang tidak dimiliki hanya akan membuat hati dan pikiran terbebani. Dengan bersyukur atas apa yang dimiliki maka seseorang akan lebih mengedepankan rasa terimakasih kepada sang maha kuasa atas segala limpahan karunia yang diberikan. Dengan bersyukur maka hati dan pikiran orang yang hidup sederhana akan lebih tenang sehingga mereka bisa fokus dalam bekerja untuk menghasilkan karya-karya masterpiece. Itulah mengapa bersyukur merupakan bagian dari ciri-ciri hidup sederhana.

  1. Tidak berlebihan

Orang yang menerampkan gaya hidup sederhana bisa menentukan sampai sejauh mana sesuatu harus dilakukan. Mereka tidak berlebihan dalam melakukan sesuatu dan memiliki sesuatu. Meskipun hal ini bukan berarti mereka tidak melihat kualitas. Mereka tetap mengutamakan kualitas daripada kuantitas. Mereka tidak pelit dalam membelanjakan barang-barang berkualitas, namun mereka juga bisa mengatur kecermatan dalam mengatur keuangan sehingga pembelian barang berkualitas tersebut tidak sampai mengganggu kestabilan keuangan pribadi dan keluarganya.

Bila untuk membeli suatu barang perlu menabung maka orang yang hidup sederhana tidak ragu dan segan untuk menabung terlebih dahulu. Dengan menahan untuk sementara waktu tidak memiliki barang yang diinginkan, maka alokasi penggunaan uangnyalebih bisa untuk mengutamakan kebutuhan-kebutuhan pokok serta sesuai dengan rencana anggaran keuangan yang telah ditetapkan. Orang yang hidup sederhana dengan demikian tidak pernah kehabisan uang sehingga sampai kelaparan, karena mereka cermat dalam perencanaan keuangan dan tidak memperturutkan hawa nafsu.

  1. Memiliki barang-barang yang memang sangat diperlukan

Ciri-ciri hidup sederhana adalah tidak berlebihan dengan membeli barang-barang yang tidak terlalu mereka butuhkan dalam kehidupan. Barang-barang yang mereka beli adalah yang memang benar-benar mereka butuhkan. Bagi mereka,arang-barang yang tidak terlalu dibutuhkan itu hanya akan mengganggu mereka (clutter). Memiliki banyak barang berarti mereka juga perlu menyiapkan ruang untuk menyimpan barang-barang tersebut. Sehingga mereka mengeliminasi barang-barang yang tidak terlalu mereka butuhkan dan hanya memiliki barang-barang yang benar-benar mereka butuhkan dalam hidup ini. Orang-orang yang hidup sederhana itu tidak mudah terkena bujuk rayu iklan-iklan di televisi yang merayu-rayu pemirsa untuk memiliki barang-barang tidak terlalu dibutuhkan dalam hidup mereka.

  1. Tidak terbebani keinginan untuk memiliki barang-barang yang berlebihan

Bahkan sebatas ingin memiliki saja sudah berhasil mereka atur sedemikian rupa. Hingga mereka sampai pada kondisi tidak terbebani oleh keinginan-keinginan untuk memiliki barang-barang yang berlebihan dan tidak terlalu diperlukan. Sederhana itu adalah semacam kondisi pikiran seseorang. Kondisi pikiran ini kemudian memberikan corak dan arahan terhadap perilaku sehari-hari orang yang hidup sederhana. Ciri-ciri hidup sederhana adalah mereka mampu mengendalikan lintasan-lintasan kondisi pikiran mereka (state of mind).

  1. Membelanjakan uang secukupnya

Ciri-ciri hidup sederhana adalah tidak menghambur-hamburkan uang untuk belanja secara berlebihan. Orang-orang yang hidup sederhana akan mencatat daftar belanjaan sebelum mereka berangkat ke pasar atau ke supermarket. Dengan memiliki catatan daftar belanja maka orang yang hidup sederhana akan lebih fokus dalam mencari barang-barang belanjaannya. Tidak mencatat daftar belanjaan hanya akan mejadikan seseorang berputar-putar di pasar atau di supermarket dengan penuh kebimbangan. Bahkan terkadang sampai ada yang lupa ada barang yang tidak terbeli dan baru ingat ketika sudah sampai di rumah.

Orang-orang yang hidup sederhana karena mereka memiliki catatan daftar belanja maka mereka tidak terlalu berpengaruh ketika pihak supermarket mengubah-ubah penataan susunan barang-barang display. Trik supermarket dengan mengubah-ubah formasi susunan barang-barang display adalah supaya pembeli kebingungan dalam mencari barang yang mereka cari sehingga pembeli menghabiskan banyak waktu untuk berputar-putar mengelilingi supermarket dan mereka akan lebih banyak melihat barang-barang lain yang dipajang sehingga hal ini akan memperbesar keinginan mereka untuk belanja barang-barang yang sebetulnya tidak mereka rencanakan untuk dibeli. Meskipun juga pergantian-pergantian penataan formasi barang-barang ini juga bertujuan supaya tidak terjadi kebosanan bagi pengunjung supermarket.

  1. Sadar akan pentingnya pengaturan keuangan

Ciri-ciri hidup sederhana adalah sadar dan mejalankan pengaturan keuangan pribadi (self finance). Orang-orang yang hidup sederhana akan cermat dalam mengatur keuangan pribadi. Mereka menyusun anggaran keuangan pribadi dan keluarga. Mereka sadar bahwa dengan pengaturan keuangan secara cermat maka mereka bisa terlepas dari bencana kekacauan keuangan hingga mereka mengalami penderitaan.

  1. Tidak mudah berhutang

Karena orang-orang yang hidup sederhana sudah mengatur keuangan mereka secermat mungkin, maka mereka tidak sampai pada kondisi tidak punya uang sehingga mengharuskan mereka untuk berhutang. Orang yang hidup sederhana akan berfikir berulang kali sebelum mereka melakukan aksi hutang. Mereka sebisa mungkin tidak terjatuh dalam jeratan hutang. Mereka sekuat tenaga menghindarkan diri dari hutang. Yang parah adalah ketika mereka melakukan tindakan hutang untuk membeli kebutuhan-kebutuhan sekunder dan bersifat konsumtif. Bila seperti itu maka akan benar-benar semakin mengacaukan kondisi keuangan mereka. Yang lebih parah lagi adalah ketika mengajukan kredit ke bank dengan tujuan akan membangun usaha produktif namun ternyata justru untuk membeli mobil pribadi, dan akhirnya kesulitan ketika harus mengangsur cicilan pembayaran hutang. Sudah barang tentu orang-orang yang hidup sederhana tidak akan pernah untuk melakukan aksi kegilaan-kegilaan keuangan seperti itu.

  1. Memiliki tabungan

Ciri-ciri hidup sederhana adalah menyisihkan uang untuk ditabung. Menabung ini adalah suatu kegiatan dimana mereka mengumpulkan dana dengan tujuan tertentu. Tujuan-tujuan ini banyak sekali jenisnya, bisa untuk tujuan konsumtif, tujuan produktif, maupun tujuan religius. Tabungan juga bisa berarti orang-orang yang hidup sederhana itu tadi menyiapkan diri terhadap kondisi-kondisi bencana keuangan yang bisa saja menerpa mereka. Kondisi keuangan pribadi seseorang terkadang memang bisa mengalami situasi-situasi krisis. Dengan memiliki tabungan uang, maka seseorang akan memiliki dana cadangan yang bisa dipakai untuk menanggulangi bencana-bencana kuangan yang tidak diinginkan. Dengan memiliki tabungan maka orang yang hidup sederhana akan selalu siap menghadapi segala macam situasi dan kondisi dalam mengarungi samudra kehidupan mereka.

  1. Memiliki infestasi

Selain menabung, ciri-ciri hidup sederhana itu adalah berinfestasi. Beda menabung dengan berinfestasi adalah jika menabung maka nilai uang yang ditabung tersebut bisa berkurang. Berinfestasi adalah bagaimana cara untuk memperbanyak uang sehingga uang tersebut bertambah dan nilai uang juga tidak berkurang. Berinfestasi ini bisa menggerakkan roda perekonomian mikro. Infestasi di sektor riil akan mampu menggeliatkan perekonomian karena untuk membangun usaha-usaha atau bisnis-bisnis yang bisa memperkerjakan orang-orang. Berinfestasi juga berarti memutarkan uang untuk dijalankan di sektor usaha bisnis sehingga didapatkan suatu laba. Laba inilah yang dimaksud di depan tadi sebagai cara untuk memperbanyak uang.

  1. Terus belajar dan mengembangkan diri

Ciri-ciri hidup sederhana selanjutnya adalah bahwa seseorang terus belajar serta mengembangkan dirinya. Orang-orang yang hidup sederhana akan terus meningkatkan kualitas serta kapasistas diri secara terus menerus. Hidup orang-orang tersebut akan dinamis dan dipenuhi dengan penyikapan-penyikapan secara bijak terhadapa perubahan. Mereka sadar bahwa perubahan adalah sesuatu yang pasti. Tidak ada seorang pun yang tidak terlepas dari perubahan. Pilihannya adalah tergilas oleh laju perubahan atau meningkatkan kualitas diri untuk terus secara dinamis menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi. Dengan demikian maka proses belajar dan mengembangkan diri tidak boleh berhenti dan harus terus berlangsung sampai kapanpun. Hidup sederhana itu bukan berarti hanya diam ketika melihat perubahan, tetapi hidup sederhana itu adalah dengan penuh semangat menyambut perubahan secara dinamis dan penuh gairah antusias.

  1. Matang dalam perencanaan

Ciri-ciri hidup sederhana itu adalah tidak grusa-grusu (ngawur) dalam bertindak. Orang yang hidup sederhana itu selalu merencanakan segalanya secara matang dan sebaik mungkin. Rencana yang jelek dan asal-asalan itu hanya akan membuat bingung dalam usaha pencapaian tujuan dan mengarah kepada kegagalan. Apalagi yang tidak direncanakan sama sekali, maka jadinya malah penuh dengan spekulasi dan hasilnya tidak jelas. Apabila rencana telah disusun dengan baik maka bisa dikatakan sudah berhasil sebanyak 50% dari target yang telah ditetapkan. Dengan demikian perencanaan adalah satu hal penting dalam proses keberhasilan pencapaian tujuan.

  1. Giat dalam bekerja melaksanakan rencana

Ciri-ciri hidup sederhana selanjutnya adalah mereka rajian dan giat bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Mereka tidak merasa bingung dan tidak tahu dengan apa yang harus dilakukan. Hal ini karena mereka sudah merencanakan dan memprogram secara detail apa saja yang harus mereka lakukan. Mereka sudah memiliki panduan kerja secara jelas dan gamblang.

  1. Mengevaluasi hasil kerja

Ciri-ciri hidup sederhana adalah mereka mengevaluasi hasil kerja mereka. Evaluasi hasil kerja adalah sebagai sarana untuk mengukur tingkat keberhasilan. Mereka tidak asal kerja begitu saja. Karena dasar kerja mereka adalah program rencana yang telah ditetapkan. Setelah mereka bekerja maka mereka mengevaluasi dan menganalisis hasil setelah menjalankan program kerja. Sehingga mereka tahu bagian mana saja yang perlu dibenahi dan bagian mana yang perlu dioptimalkan lagi. Target mereka adalah kesempurnaan hasil kerja, dan itu hanya didapatkan dengan bekerja sepenuh hati dan dijalankan sebaik mungkin.

  1. Selalu tersenyum dan bergembira dalam segala suasana

Bergembira di segala suasana baik itu suasana yang tidak nyaman maupun suasana nyaman adalah merupakan ciri-ciri hidup sederhana. Kebayakan orang itu hanya bergembira ketika suasana nyaman saja. Tetapi orang yang hidup sederhana itu bisa bergembira baik itu di saat kondisi sulit apalagi di kondisi yang nyaman. Orang yang hidup sederhana itu selalu bisa tersenyum apapun kondisinya. Karena bagi mereka apabila masih bisa tersenyum maka berarti mereka masih bisa mengendalikan situasi. Minimal mereka bisa mengendalikan situasi pada diri mereka sendiri

  1. Bisa mengendalikan diri

Ciri-ciri hidup sederhana adalah mereka mampu menguasai dan mengendalikan diri. Orang-orang yang hidup sederhana itu adalah orang-orang yang sadar. Keputusan yang mereka tetapkan dan perbuatan yang mereka lakukan adalah sudah melalui hasil pemikiran dan pertimbangan-pertimbangan yang matang. Mereka tidak mengambil keputusan dan melakukan tindakan atas dasar emosi sesaat saja.

  1. Bisa berfikir jernih

Ciri-ciri hidup sederhana adalah mereka bisa berfikir jernih di segala kondisi dan suasana. Berfikir jernih itu terkadang sangat mudah dilakukan dalam kondisi yang normal dan stabil namun susah dilakukan dalam kondisi yang kritis. Orang yang hidup sederhana akan bisa berfikir jernih baik itu dalam kondisi lapang maupun dalam kondisi yang sempit. (Sumber : idehidup.com)

 

 

Posted in BUDAYA ORGANISASI | Leave a comment

HIDUP SEDERHANA

HIDUP SEDERHANA TIDAK AKAN SUSAH

Dalam sebuah dalil hadits Nabi saw. riwayat Imam Ahmad menerangkan bahwa : tidak akan susah orang yang hidup dengan sederhana. Dalil tersebut di atas adalah hanya salah satu dalil hadits tentang anjuran Nabi tentang hidup sederhana. Dalam kehidupan sehari-hari hidup sederhana ini identik dengan kehidupan dari golongan orang-orang yang tidak berada atau orang miskin dari golongan menengah ke bawah. Namun pada hakekatnya ajaran tentang hidup sederhana ini bukanlah hidup serba dalam kemiskinan. Prinsip hidup sederhana juga bukanlah hanya semboyan dalam ucapan belaka, namun harus tercermin dalam perilaku kehidupan sehari-hari dalam menjalani hidup.

Hidup sederhana pada Rasulullah dan para sahabatnya, Adalah sahabat Rasul Ibnu Amir yang memberikan kesaksian mengenai hebatnya sifat hidup sederhana Nabi dan sifat tawadhu’ atau rendah hati dari Rasulullah Muhammad saw. Ibnu Amir menyaksikan bahwa meskipun Rasulullah mempunyai kedudukan yang tinggi dan luhur beliau berada di atas unta melempar jumrah dengan tidak bersenjata, tanpa pengawal ataupun pasukan.

Menurut kesaksian Amit juga menyaksikan bahwa Rasul adalah pribadi yang menyukai kesederhanaan. Beliau Rasul hanya menaiki keledai yang berpelanakan kain beludri. Beliau menghadiri undangan dari budak, menjahitkan dan menembel pakaiannya, mengesol sendalnya, juga tidak enggan mengerjakan pekerjaan rumah bersama dengan istri beliau serta menjenguk orang sakit.

Sebuah kisah juga yang menceritakan kesederhanaan Nabi Muhammad saw. Ketika itu, Nabi saw. bertemu dengan lelaki yang mana lelaki itu tubuhnya gemetar karena kewibawaan Rasulullah saw. melihat seorang laki-laki tersebut, Rasulullah saw. berusaha menenangkan laki-laki itu dengan berkata kepadanya : tenanglah aku bukan seorang raja, aku hanyalah anak dari wanita Quraisy yang makan dendeng.

Contoh sifat sederhana Rasulullah juga tampak dalam keseharian beliau ketika dalam bergaul, berkumpul serta berbaur bersama dengan para sahabat. Rasulullah saw. tidak pernah menujukkan sifat sombong dan menonjolkan dirinya. Sampai-sampai ada tamu asing tidak bisa membedakan yang mana Rasulullah dan yang mana para sahabatnya. Hingga tamu asing tersebut terpaksa bertanya dan berkata yang mana Rasulullah?

Tokoh sehebat dan sebesar Nabi Muhammad saw. sampai tidak dikenali orang karena sikap dan perilaku sederhana serta rendah hati atau tawadhu’. Berbeda dengan kebanyak orang sekarang ini, mereka lebih ingin menunjukkan diri bahwa mereka adalah orang berada, ingin diakui di masyarakat, ingin menonjolkan diri dan lain sebagainya.

Kisah cerita tentang kesederhanaan dari sahabat Nabi, Mush’ab bin Umair. Dia adalah seorang pemuda yang kaya raya, berpenampilan dengan gaya busana trendi, dan hidup serba mewah. Akan tetapi setelah Mush’ab bin Umair mengenal dan mengetahui nilai-nilai Islam dan merasuk ke dalam jiwanya, dia berubah menjadi pemuda yang sederhana dan tidak berlebih-lebihan.

Firman Allah swt. dalam Kitabullah Al-Quran yang berbunyi :

وَكُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ وَلَا تُسۡرِفُوٓاْۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُسۡرِفِينَ

Artinya: makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (al-A’raf: 31 ).

Demikian Ajaran Islam yang seharusnya menjadi inspirasi bagi setiap orang untuk hidup dengan sederhana sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi saw. yang sangat menyukai hidup sederhana serta senang terhadap mereka orang miskin.

Hidup yang sederhana tidaklah identik dengan hidup dalam kemiskinan. Hidup sederhana hendaknya dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan kita antara lain dalam hal cara berpakaian, dalam hal tempat tinggal, kendaraan dan lain sebagainya. Islam tidak menganjurkan umatnya dengan bergaya hidup mewah, hidup yang berlebih-lebihan, glamour serta bermegah-megahan.

Gaya hidup yang berlebih-lebihan, gaya hidup serba mewah, boros, gaya hidup konsumtif seringkali membawa kepada pelaku gaya hidup tersebut untuk bertindak dan melakukan hal-hal dengan cara apapun untuk memenuhi hawa nafsu serta ambisi yang membabi buta, dan untuk memuas­kan gengsinya. Sehingga segala macam cara akan ditempuh, dengan cara mencuri, korupsi, menipu, dan lain sebagainya. Hal demikian tentu saja akan menyusahkan dirinya baik di dunia maupun di akhirat. Hidup tidak akan pernah tenang, selalu berambisi pada kemewahan dunia, naudzu billahi min dzalik. Dengan Demikian hidup sederhana tidak akan susah, hidup sederhana tidak identik dengan kemiskinan, namun berhubungan pola dan gaya hidup yang tidak berlebih-lebihan dalam segala hal. (Sumber : islamiwiki.blogspot.com › Meluruskan Akhlak)

 

Posted in BUDAYA ORGANISASI | Leave a comment

HIDUP SEDERHANA

NIKMATNYA HIDUP SEDERHANA

Sudah menjadi tabiat manusia, ia akan lebih konsumtif menghamburkan uang, manakala mulai mengeyam kehidupan yang mapan dan kemudahan ekonomi. Seolah-olah kekayaan kurang berarti banyak bila pemiliknya tidak mempergunakannya untuk keperluan yang lebih besar dan kemewahan. Misalnya dengan banyak memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang kurang penting baginya. Begitulah keadaan seseorang, ia lebih mudah beradaptasi dengan hidup enak ketimbang dengan hidup menderita.

Al Qur`ân telah menegaskan bahwa tipologi manusia, menghamburkan uang dan berfoya-foya saat berada dalam kondisi berada, menghindari gaya kesederhanaan dan keseimbangan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَٰكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ

Dan jikalau Allah melapangkan rizki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Mahamengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Mahamelihat.[asy-Syûra/42:27].

‘Ali bin Tsâbit rahimahullah berkata:

اْلعَقْــــــلُ آفَـتُهُ الْإِعْجَابُ وَالْغَضَــبُ وَالْمَالُ آفَـتُهُ التَّــبْذِيْرُ وَالنَّــهْبُ
التمهيد لابن عبد البر 7 / 250

Kelemahan akal itu bangga diri dan emosi
Dan penyakit harta itu pemborosan dan perampokan.

DUA PRINSIP PEMBELANJAAN DALAM ISLAM[1]
Secara global, Al-Qur`an telah menjelaskan cara pengelolaan ekonomi dengan segala penjabarannya, yang intinya mencakup dua hal. Inilah yang dimaksud dengan “ushûl iqtishâd”, yaitu husnun nazhari fiktisâbil mâl (kecakapan mencari materi) dan husnun nazhar fi sharfihi fi mashârifihi (kecakapan membelanjakan harta pada pos-pos pengeluaran yang tepat). Lihatlah, bagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala membuka jalan bagi perolehan ma’îsyah melalui cara-cara yang tetap menjaga muru`ah dan agama (pekerjaan yang halal).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. [al-Jumu’ah/62:10].

Begitu pula Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan agar manusia bersikap hemat dalam pembelanjaan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَىٰ عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَحْسُورًا
Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenngu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal. [al-Isrâ`/17:29]

Selanjutnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang membelanjakan harta pada perkara-perkara yang terlarang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ لِيَصُدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ فَسَيُنْفِقُونَهَا ثُمَّ تَكُونُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً ثُمَّ يُغْلَبُونَ ۗ وَالَّذِينَ كَفَرُوا إِلَىٰ جَهَنَّمَ يُحْشَرُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam neraka Jahanamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan.[al-Anfal/8:36].

MEMBENTUK MENTAL BERSAHAJA
Agar tercipta mentalitas yang baik berhubungan dengan gaya hidup itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan manusia agar dalam pemenuhan kebutuhannya dilakoni secara bersahaja, tengah-tengah, dan tidak boros dalam pengeluaran. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. [al-A’râf/7:31].

وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan. [al-An’am/6:141).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah menegaskan dalam sabdanya, yang artinya: “Makanlah, bersedekahlah, dan pakailah dalam keadaan tanpa menghamburkan uang dan kesombongan”.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan bahwa hidup bermewah-mewah meskipun dengan barang-barang yang sifatnya mubah, dapat berpotensi menyeret manusia kepada pemborosan. Ini juga dapat menunjukkan manusia tersebut tidak memberikan apresiasi yang semestinya terhadap harta yang merupakan nikmat Allah, sehingga ia masuk dalam perilaku menyia-nyiakan harta.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Jauhilah gaya hidup bermewahan. Sesungguhnya hamba-hamba Allah itu bukan orang-orang yang bermewah-mewahan”. Lihat Shahîhah, 353.

Secara khusus, sifat ini juga menjadi kriteria menonjol pada diri ibâdur-rahmân. Yakni para hamba Allah yang sebenarnya. Allah berfirman tentang mereka:

وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَٰلِكَ قَوَامًا

Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. [al-Furqân/25:67].

Mereka tidak menghambur-hamburkan uang dengan belanja di luar kebutuhannya. Juga bukan orang-orang yang bakhil kepada keluarganya, sehingga kebutuhan bagi keluarganya pun terpenuhi dan tidak kekurangan. Mereka membelanjakan hartanya secara adil. Dan sebaik-baik urusan adalah yang tengah-tengah, tidak berlebihan ataupun tidak kikir.[2]

MENGAPA BERBUAT BOROS DILARANG?
Larangan kepada manusia agar tidak melakukan pemborosan dan penghamburan atas uang dan harta yang dimilikinya, pasti mengandung manfaat. Dan manusia pun sebenarnya sanggup mengetahui hikmah di balik larangan tersebut.

Di antara hikmahnya, ialah untuk menjaga kekayaan itu sendiri. Bahwa pada hari Kiamat kelak, sumber pendapat harta itu dipertanyakan, dan demikain pula dengan pembelanjaannya. Pembelanjaan harta atau uang pada perkara tidak dibutuhkan, sungguh sangat bertentangan dengan salah satu tujuan syariat Islam, yaitu hifzhul-mâl (menjaga harta benda). Dalam hal ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan, apalagi jika harta itu dimanfaatkan untuk perbuatan maksiat.

Sahabat mulia, yakni ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu telah mendefinisikan makna mubadzdzirîn (orang-orang yang melakukan pemborosan). Beliau Radhiyallahu anhu menjelaskan, mubadzdzirîn ialah orang-orang yang membelanjakan (uang) pada perkara-perkara yang tidak dibenarkan.[3] Maka, cukuplah untuk menjadi bahan perenungan, bahwa Allah membenci saraf (pemborosan).[4]

Sisi lain, uang diperlukan setiap orang untuk memenuhi hajat hidupnya. Dengan uang, seseorang dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Begitu pula dengan harta, selain sebagai penopang hidup, juga berfungsi sebagai pemelihara murû`ah (kehormatan, kewibawaan) seseorang di tengah komunitas sosialnya.

Ibnu Hibban rahimahullah mengatakan,

وَمِنْ أَحْسَنِ مَا يَسْتَعِسْنُ بِهِ الْمَرْأُ عَلَى إِقَامَةِ مُرُوْءَتِهِ الْمَالُ الصَّالحُ

(termasuk hal terpenting untuk membantu seseorang menegakkan kehormatan dirinya ialah harta yang baik).

Dengan modal uang di genggaman, seseorang sudah bisa menjaga agama, kehormatan dan kemuliaan dirinya. Ia tidak perlu menghinakan wajahnya dengan perbuatan yang dapat menghinakannya. Semisal mengemis, meminta-minta, atau bahkan tidak menutup kemungkinan mencuri maupun korupsi, dan perbuatan lain yang tidak dibenarkan syariat. Karena semua perbuatan itu sangat jelas dilarang agama. Bahkan, dengan uang di tangan, seseorang tidak perlu gali lubang dengan berhutang. Meskipun berhutang termasuk muamalah yang jâiz (boleh), akan tetapi sedikit atau banyak akan membekaskan tekanan tersendiri.

Hidup berjalan ibarat roda. Kadang berada di atas menangguk berbagai kenikmatan. Namun siapa sangka, tiba-tiba berada di bawah, hidup penuh dengan kesulitan. Sehingga tidak ada pihak lain yang bersalah kecuali dirinya sendiri.

Kenyataan pahit lagi menghinakan ini bisa saja melanda perekonomian rumah tangga seseorang yang mungkin sebelumnya berlimpah harta. Kemudian, lantaran kesalahan dalam mengatur keuangan atau karena income masih pas-pasan, sehingga mengakibatkan dirinya masuk dalam kubangan krisis moneter yang tidak mengetahui waktu berakhirnya.

Oleh karena itu, syariat Islam memberi peringatan bahaya as-saraf (pemborosan) maupun berlebihan dalam pembelanjaan. Dengan memperhatikan bahaya ini, maka seseorang bisa tetap memiliki neraca yang tetap aman, tidak besar pasak daripada tiang.

Imam an-Nawawi rahimahullah menerangkan alasan berkaitan dengan larangan menghambur-hamburkan. Beliau rahimahullah berkata: “Sesungguhnya pemborosan harta akan menyebabkan orang meminta-minta apa yang dimiliki orang lain. Sedangkan pada pemeliharaan harta terkandung kemaslahatan bagi dunianya. Adapun kestabilan maslahat duniawinya akan berpengaruh pada kemaslahatan agamanya. Sebab dengannya, seseorang dapat fokus dalam urusan-urusan akhiratnya”[5].

“Pembengkakan dalam pembelanjaan akan menyebabkan goncangan pada penghasilan diri seseorang yang biasa ia terima. Sehingga dapat berpotensi menimbulkan kelumpuhan ekonomi, atau meminta-minta, bertindak kriminal, melakukan penyimpangan, menelantarkan diri dan orang-orang yang menjadi tanggungannya. Begitu pula jika sebuah negara menempuh kebijakan ini, akan mengakibatkan anggarannya membengkak dan tidak memiliki kekuatan untuk menangani urusan-urusan yang menjadi beban pemerintahan negara tersebut”.[6] Demikian keberadaan negara-negara yang menjalankan roda pemerintahan dengan kemewahan, pada akhirnya akan menapaki jalan keruntuhannya, tidak mampu bertahan menghadapi kondisi yang serba sulit. [7]

Adapun ditinjau dari aspek manfaat, perintah untuk tidak bergaya hidup berfoya-foya, memiliki pengaruh positif yang kembali kepada diri orang tersebut. Dia akan lebih mudah beradaptasi menghadapi setiap perubahan dalam menghadapi kehidupan. Kadang menyenangkan dan kadang harus hidup penuh keprihatinan. Dan seandainya keadaan ekonomi keluarga ditakdirkan mengalami kesulitan, maka setidaknya seseorang itu tidak terlampau kaget dengan perubahan yang terjadi secara tiba-tiba.

Syaikh al-‘Utsaimin rahimahullah berkata: “Orang yang terbiasa hidup dalam kemewahan, akan merasakan sulit menghadapi berbagai keadaan. Sebab, tidak menutup kemungkinan datang kepadanya persoalan-persoalan yang tidak memungkinkan orang tersebut menyelesaikannya dalam kenyamanan”.[8]

Kemudian beliau rahimahullah memaparkan sebuah contoh sederhana. Yakni orang yang tidak pernah berjalan tanpa alas kaki sama sekali. Orang ini selalu menggunakan sandal atau sepatu. Jika suatu saat, ia berhadapan dengan sebuah kondisi yang mengharuskannya berjalan tanpa alas kaki meski hanya 500 meter saja, tentunya ia akan mengalami kesulitan yang berat. Bahkan mungkin saja kakinya menjadi terluka karena harus bergesekan dengan tanah. Akan tetapi, bila ia telah membiasakan diri dengan cara-cara hidup yang agak kurang nyaman, jauh dari fasilitas, ia akan memperoleh kebaikan yang banyak. Selain itu, tubuh yang tidak terbiasa dengan itu, tidak mempunyai ketahanan (imuniatas). Akibatnya mudah sakit, padahal baru berjalan tidak seberapa jauh.[9]

Nilai positif lain dari cara hidup sederhana, dapat mendorong seseorang menjadi pribadi yang pandai bersyukur dan toleran, menghargai nikmat-nikmat Allah sekecil apapun. Karena masih banyak orang yang berada di bawahnya secara ekonomi. Dengan itu, keimanannya akan bertambah.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الْبَذَاَةَ مِنَ الْإيْمَانِ

Sesungguhnya hidup sederhana termasuk cabang dari iman.[10]

Penutup
Al-i’tidâl atau wasath (memilih sikap tengah-tengah) merupakan spirit umum dalam Islam. Dalam konteks gaya hidup, berhemat memiliki keselarasan dengannya. Perilaku tersebut sangat bermanfaat, baik bagi individu maupun pemerintahan. Meksi demikian, bukan berarti seorang muslim harus menghapus menu daging –umpamanya- yang sebenarnya terjangkau olehnya. Atau kemudian hanya membeli dan mengenakan baju-baju tambalan dan berpenampilan kumuh atau kotor. Akan tetapi, seperti diungkap oleh Imam Ibnu Katsiir, janganlah engkau bakhil lagi kikir, sehingga tidak memberi kepada siapapun. Dan jangan berlebihan dalam menggunakan uang, sehingga mengakibatkan pembelanjaannya di luar kemampuannya dan melebihi pendapatan yang diperolehnya.[11] Karena dua hal ini menjadi sumber celaan.

Syaikh as Sa’di berkata, inilah keseimbangan dalam pengaturan uang, berada di antara sudut sifat bakhil dan pemborosan. Dengan begitu, urusan menjadi stabil dan sempurna. Sedangkan di luar ini, hanya berakibat dosa dan malapetaka, menunjukkan kekurangan akal dan kondisinya.[12] Oleh sebab itu, menilik manfaat yang begitu besar, anak-anak pun pantas untuk dilatih menjalani hidup dengan hemat dan bersahaya.

Sumber : Ustadz Muhammad Ashim bin Musthofa

Posted in BUDAYA ORGANISASI | Leave a comment

Bulan Dalam Kalender Islam

Nama-nama bulan hijriyyah.

  1. Muharrom (محرم الحرام)
Ini adalah bulan pertama dalam kelender Islam, 
dan Muharram termasuk dalam bulan-bulan suci. 
Dinamakan Muharram karena orang Arab mengharamkan berperang 
di bulan ini.
  1. Shofar (ﺻﻔﺮ)
Dinamakan dengan Shofar karena perkampungan Arab Shifr (kosong) 
dari penduduk, karena mereka keluar untuk perang. 
Ada yang mengatakan bahwa dinamakan dengan Shofar karena dulunya
bangsa Arab memerangi berbagai kabilah sehingga kabilah yang 
mereka perangi menjadi Shifr (kosong) dari harta benda.
  1. Robi’ul Awwal (ﺭﺑﻴﻊ ﺍﻷﻭﻝ)
Dinamakan demikian karena saat penamaan 
bulan ini bertepatan dengan musim semi.
  1. Robi’uts Tsani/Akhir (ﺭﺑﻴﻊ ﺍﻷﺧﻴﺮ / ﺭﺑﻴﻊ ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ)
Dinamakan demikian karena bangsa Arab saat itu menggembalakan 
hewan ternak mereka pada rerumputan. Dan ada yang mengatakan bahwa 
dinamakan demikian karena bulan ini bertepatan dengan musim semi.
  1. Jumadil Ula (جمادى الأولى)
Sebelum masa Islam dinamakan jumadi khomsah. 
Dinamakan Jumada karena saat penamaan bulan ini jatuh pada musim 
dingin, dimana air jumud (membeku)
  1. Jumadil Akhiroh/Tsaniyah (جمادى الآخرة / ﺟﻤاﺪى ﺍﻟﺜﺎﻧﻲة)
Sebelum masa Islam dinamakan jumadi sittah. 
Dinamakan demikian karena saat penamaan bulan ini jatuh pada 
musim dingin juga
  1. Rojab (ﺭﺟﺐ)
Rajab termasuk dalam bulan-bulan suci. 
Dinamakan bulan Rojab karena bangsa Arab melepaskan tombak 
dari besi tajamnya untuk menahan diri dari peperangan. 
Dikatakan: Rojab adalah menahan diri dari peperangan.
  1. Sya’ban (ﺷﻌﺒاﻦ)
Dinamakan demikian karena bangsa Arab saat itu 
berpencar ke berbagai tempat untuk mencari air.
  1. Romadhon (ﺭﻣﻀاﻦ)
Ini adalah bulan puasa bagi umat Islam. 
Dinamakan demikian karena panas ramdh mencapai puncaknya 
dan saat penamaan jatuh pada musim panas.Dimana periode ini 
disebut panas yang parah.
  1. Syawwal (ﺷﻮﺍﻝ)
Di bulan inilah saat Idul Fitri. 
Dinamakan demikian karena saat itu unta betina kekurangan air susu.
  1. Dzulqo’dah (ﺫﻭ ﺍﻟﻘﻌﺪة)
Bulan ini termasuk dalam bulan-bulan suci. 
Dinamakan demikian karena bangsa Arab duduk dan tidak berangkat 
untuk perang, karena bulan ini termasuk bulan haram yang 
tidak boleh perang.
  1. Dzulhijjah (ﺫﻭ ﺍﻟﺤﺠة)
Di dalamnya terdapat musim haji dan Idul Adha. 
Bulan ini termasuk dalam bulan-bulan suci. Dinamakan demikian 
karena bangsa Arab melaksanakan ibadah haji di bulan ini.
(Sumber : Blog Sunniy Salafy)
Posted in AGAMA | Leave a comment

10 kesalahan Istri dan 10 Kesalahan Suami

  • Kesalahan istri terhadap suami
  • Kesalahan suami terhadap istri

Sebuah rumahtangga sangat dipengaruhi oleh baiknya kepemimpinan seorang suami (sebagai kepala keluarga) dalam membina keluarganya. Lebih-lebih lagi adalah SIKAP & PERILAKUnya dalam bergaul dengan isterinya. Suami isteri sebagai tokoh  UTAMA dalam sesebuah rumahtangga, bila mengalami kerusakan maka bangunan rumahtangga pun akan runtuh. Disebabkan hubungan ini seharusnya sangat  dijaga dengan memperhatikan HAK & KEWAJIBAN masing-masing. Bagi suami isteri harus saling menunaikan kewajibannya setelah itu baru boleh mendapatkan apa yang menjadi haknya.

Jika kita melihat kenyataan dalam masyarakat,  dua sikap suami yang saling bertentangan dalam menyantuni isteri mereka, sikap inilah yang perlu di ambil perhatian, hal ini dapat menimbulkan masalah yang berujung dengan sebuah perceraian.

Pertama, suami yang meremehkan isterinya, yang mensia – siakan hak-haknya & melakukan pelbagai kesalahan berkaitan dengan hak isterinya.

Kedua, suami melepaskan kendalinya terhadap isteri & membebaskannya begitu saja (dalam kata lain, , suami ber ‘LEPAS TANGAN’). Allah berfirman dalam Al-Quran, Surah An Nisa : 34 :

“Kaum lelaki adalah pemimpin bagi kaum wanita, Allah telah melebihkan sebahagian mereka (lelaki atas sebahagian yang lain (wanita) & mereka (lelaki) telah menafkahkan sebahagian dari harta mereka. Sebab itu, maka wanita yg soleh, ialah yang taat Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena  Allah telah memelihara (mereka). Wanita- wanita yg kamu khuatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka & pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka & pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari–cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”

Kesalahan Istri dan Kesalahan Suami

Posted in BUDAYA ORGANISASI | Leave a comment

BALANCED SCORECARD

KONSEP BALANCED SCORECARD.

Konsep balanced scorecard berkembang sejalan dengan perkembangan implementasi konsep tersebut. Kapalan dan Norton, 1996 menyatakan bahwa Balanced scorecard terdiri dari kartu skor (scorecard) dan berimbang (balanced). Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh peronil di masa depan. Melalui kartu skor, skor yang akan diwujudkan personil di masa depan dibandingkan dengan hasil kinerja sesungguhnya. Hasil perbandingan ini digunakan untuk melakukan evaluasi atas kinerja personil yang bersangkutan. Kata berimbang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kinerja personil diukur secara berimbang dari dua aspek: keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern. Oleh sebab itu personil harus mempertimbangkan keseimbangan antara pencapaian kinerja keuangan dan non keuangan, antara kinerja jangka pendek dan jangka panjang, serta antara kinerja yang bersifat intern dan yang bersifat ekstern jika kartu skor personil digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan di masa depan.

Balanced scorecard memperkenalkan empat proses manajemen yang baru, yang terbagi dan terkombinasi antara tujuan strategik jangka panjang dengan peristiwa-peristiwa jangka pendek. Keempat proses tersebut adalah (Kaplan dan Norton, 1996):

  • Menterjemahkan visi, misi dan strategi perusahaan. Untuk menentukan ukuran kinerja, visi organisasi perlu dijabarkan dalam tujuan dan sasaran. Visi adalah gambaran kondisi yang akan diwujudkan oleh perusahaan di masa mendatang. Untuk mewujudkan kondisi yang digambarkan dalam visi, perusahaan perlu merumuskan strategi. Tujuan ini menjadi salah satu landasan bagi perumusan strategi untuk mewujudkannya. Dalam proses perencanaan strategik, tujuan ini kemudian dijabarkan ke dalam sasaran strategik dengan ukuran pencapaiannya.
  1. Komunikasi dan Hubungan..Balanced scorecard memperlihatkan kepada setiap karyawan apa yang dilakukan perusahaan untuk mencapai apa yang menjadi keinginan para pemegang saham dan konsumen karena oleh tujuan tersebut dibutuhkan kinerja karyawan yang baik. Untuk itu, balanced scorecard menunjukkan strategi yang menyeluruh yang terdiri dari tiga kegiatan: 1),Comunicating and educating2).Setting Goals 3)Linking Reward to Performance Measures
  2. Rencana Bisnis.Rencana bisnis memungkinkan organisasi mengintegrasikan antara rencana bisnis dan rencana keuangan mereka. Hampir semua organisasi saat mengimplementasikan berbagai macam program yang mempunyai keunggulannya masing-masing saling bersaing antara satu dengan yang lainnya. Keadaan tersebut membuat manajer mengalami kesulitan untuk mengintegrasikan ide-ide yang muncul dan berbeda di setiap departemen. Akan tetapi dengan menggunakan balanced scorecard sebagai dasar untuk mengalokasikan sumber daya dan mengatur mana yang lebih penting untuk diprioritaskan, akan menggerakkan ke arah tujuan jangka panjang perusahaan secara menyeluruh.
  3. Umpan Balik dan Pembelajaran.Proses keempat ini akan memberikan strategic learning kepada perusahaan. Dengan balanced scorecard sebagai pusat sistem perusahaan, maka perusahaan dapat melaukan monitoring terhadap apa yang telah dihasilkan perusahaan dalam jangka pendek, dari tiga pespektif yang ada yaitu: konsumen, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan untuk dijadikan sebagai umpan balik dalam mengevaluasi strategi. Keempat proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Memperjelas dan Menerjemahkan visi dan strategi

  • Memperjelas visi
  • Menghasilkan Konsensus

Merencanakan dan Me-netapkan sasaran

  • Menetapkan sasaran
  • Memadukan inisiatif strategis
  • Mengalokasikan sumber daya
  • Menetapkan tonggak-tonggak penting

Mengkomunikasikan dan Menghubungkan

  • Mengkominikasikan dan mendidik
  • Menetapkan tujuan
  • Mengkaitkan imba-lan dengan ukuran kinerja

Balanced scorecard

Umpan Balik dan Pembelajaran Strategis

  • Mengartikulasikan isi bersama
  • Memberikan umpan balik strategis
  • Memfasilitasi tinjauan ulan dan pembela- jaran strategis
Posted in EKONOMI | Leave a comment