JURNAL EKONOMI

Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Kimia Farma Palembang

 

 

 

Fitria Eka Pratiwi

                                               Universitas Bina Darma Palembang

 

 

ABSTRAK

Fitria Eka Pratiwi, “Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Kerja Karyawan Pada PT. Kimia Farma Palembang”. Rumusan Masalah apakah ada pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Kimia Farma Palembang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gaya kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Kimia Farma Palembang. Objek penelitian ini dilakukan pada PT. Kimia Farma Palembang. Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Persamaan regresi linier berganda Y = 7,011 – 0,021 gaya kepemimpinan + 0,795 motivasi kerja + e, koefisien korelasi sebesar 0,684 menunjukan bahwa antara variabel independen yaitu gaya kepemimpinan dan motivasi kerja mempunyai keeratan yang kuat dengan variabel dependen  yaitu kinerja karyawan. Besaran koefisien determinasi (R2) sebesar 0,467 menunjukan bahwa variabel dependen yaitu kinerja karyawan memiliki determinasi sebesar 46,7% dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu gaya kepemimpinan dan motivasi kerja sedangkan sis any 53,3% dijelaskan oleh variabel lainnya.

 

Kata kunci : Gaya kepemimpinan, Motivasi kerja, Kinerja

 

 


LATAR BELAKANG

Krisis globalisasi yang terjadi telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan semua negara diseluruh penjuru dunia termasuk negara Indonesia. Keadaan perekonomian Indonesia sekarang ini kurang begitu mengembirakan untuk para bisnis di Indonesia. Penurunan kondisi bisnis di Indonesia ini diperkirakan terjadi karena krisis global. Akibat dari itu banyak industri yang mengalami kerugian dalam melakukan kegiatannya, namun untuk menghadapi kerugiannya yang semakin tinggi, perusahaan dituntut untuk dapat memperhatikan semua aspek yang terdapat di dalam perusahaan. Beberapa industri pada saat ini mengalami penurunan, salah satunya adalah industri farmasi dimana industri farmasi merupakan salah satu industri besar yang berpengaruh di Indonesia. Sebagai negara berkembang, Indonesia merupakan pasar obat potensial.

PT. Kimia Farma Palembang belum dapat memahami tentang misi yang dimiliki perusahaan. Dengan kata lain, SDM perusahaan belumlah berfungsi dengan baik. Fakta tersebut ditemukan karena munculnya beberapa fenomena kinerja karyawan dilingkungan PT. Kimia Farma Palembang. Manajer Personalia mengemukakan masih ada pemberian tugas yang kurang berimbang, pemanfaatan waktu kerja yang kurang efektif, misalnya karyawan mengisi waktu jam kerjanya untuk istirahat atau keluar dari meja kerjanya hanya untuk mengobrol dan terlambat masuk ketika jam istirahat sudah berakhir. Ketidakhadiran karyawan memberi pengaruh yang cukup berarti terhadap tingkat kinerja karyawan. Tingkat ketidakhadiran karyawan mencerminkan jam kerja yang tidak efektif dan tidak akan menyebabkan dampak negatif pada pencapaian target perusahaan. Sementara itu karyawan justru dituntut untuk dapat bekerja dan memanfaatkan waktu seefektif dan seefisien mungkin, sehingga kinerja kerja karyawan dapat berfungsi secara optimal.

Gaya kepemimpinan tentu sangat berpengaruh dalam mendapatkan kinerja karyawan yang baik. Karena apabila pemimpin mampu mengarahkan karyawan dengan baik maka kinerja karyawan akan naik juga, pemimpin merupakan tulang punggung dalam suatu perusahaan karena tanpa pemimpin yang akan sulit bagi suatu perusahaan untuk berkembangan dan bersaing. Kepemimpinan diartikan sebagai pelaksanaan otoritas dan pembuatan keputusan, dan dapat juga diatikan sebagai inisiatif untuk bertindak yang menghasilkan suatu pola yang konsisten dalam rangka mencari jalan pemecahan dari suatu persoalan bersama.

Kinerja karyawan yang baik merupakan hal yang penting bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Bila perusahaan ingin berkembang dan siap bersaing maka perusahaan tersebut harus mempunyai sumber daya manusia yang mampu memberikan kinerja yang baik. Kinerja karyawan yang tinggi akan membuat karyawan semakin loyal terhadap perusahaan, semakin termotivasi untuk bekerja akan besar kemungkinan tercapainya produktivitas dan kinerja yang tinggi pula.

PT. Kimia Farma merupakan industri farmasi Indonesia yang mempunyai kegiatan bisnis utama yaitu memproduksi formulasi obat dan produksi bahan baku yang telah berkembang menjadi sebuah perusahaan pelayanan kesehatan utama di Indonesia sehingga kian memainkan peran penting dalam pengembangan  dan pembangunan bangsa dan masyarakat. PT. Kimia Farma Palembang memiliki beragam karakteristik karyawan, dari perbedaan tersebut kadang perusahaan sulit untuk memberikan pemahaman tentang tugas yang diberikan, biasanya karyawan yang lebih lama bekerja akan cepat mengerti ketika diberikan penjelasan mengenai pekerjaan yang ditugaskan dibandingkan dengan karyawan baru.

Pada uraian di atas dan gambaran akan pentingnya kepemimpinan dan motivasi kerja dalam menunjang kinerja karyawan, maka penulis mencoba mengkaji pada PT. Kimia Farma Palembang dengan judul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT. Kimia Farma Palembang.”

 

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan PT. Kimia Farma Palembang.

Manfaat Penelitian

1.Bagi Perusahaan

Untuk mencoba memberikan masukan kepada perusahaan diharapkan perusahaan-perusahaan lebih meningkatkan prestasi kerja guna perbaikan manajemen dimasa yang akan datang.

2. Bagi Kalangan Akademis

Sebagai sumber informasi bagi pengembangan ilmu terutama menyangkut manajemen sumber daya manusia.

3. Bagi Penulis

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengalaman, wawasan serta mengaplikasikan teori dalam ilmu manajemen sumber daya manusia.

Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian yang penulis lakukan lebih terarah, terfokus, dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Oleh karena itu, penulis  memfokuskan kepada pembahasan “Pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Kimia Farma Palembang.”

Landasan Teori

Kepemimpinan

Pengertian Kepemimpinan

            Pemahaman terhadap definisi tetang suatu objek adalah awal yang sangat penting dalam mempelajari, memahami, menganalisis serta menarik kesimpulan terhadap suatu objek. Sebelum seorang lebih jauh mendalami aspek-aspek yang berkaitan dengan permasalahan pokoknya langkah pertama yang harus dilakukan adalah merumuskan terlebih dahulu batasan atau definisi serta ruang lingkup pokok bahasan.

Ada beberapa definisi mengenai kepemimpinan yang dikemukakan beberapa ahli antara lain :

  1. Kepemimpinan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberikan arah kepada individu atau kelompok yang bergabung di dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya (Danim,2004 : 56).
  2. Kepemimpinan adalah suatu bentuk dominasi yang didasari oleh kapabilitas/kemampuan pribadi, yaitu mampu mendorong dan mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan bersama (Kartono,2005 : 87).

Gaya Kepemimpinan

Pengertian Gaya Kepemimpinan

Dalam mensukseskan kepemimpinan dalam perusahaan, pemimpin perlu perlu memikirkan dan memperlihatkan gaya kepemimpinan yang akan diterapkan kepada pegawainya (Mulyadi dan Rivai, 2009 : 105). Gaya kepemimpinan atasan dapat mempengaruhi kesuksesan pegawai dalam berprsetasi, dan akan berujung pada keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya (Suranta, 2002 : 56). Pemimpin perlu memikirkan gaya kepemimpinan yang paling tepat, dimana gaya kepemimpinan yang paling tepat yaitu gaya kepemimpinan yang dapat memaksimumkan kinerja, dan mudah dalam menyesuaikan dengan segala situasi dalam organisasi (Mulyadi dan Rivai, 2009 : 105).

Mulyadi dan Veithzal Rivai (2009 : 107) menerangkan bahwa gaya kepemimpinan merupakan pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin dalam rangka mencapai sasaran organisasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan yaitu pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan pemimpin, dengan menyatukan tujuan organisasi dengan tujuan individu atau pegawai, dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran yang telah menjadi komitmen bersama.

Motivasi Kerja

Pengertian  Motivasi Kerja

Motivasi berasal dari kata Latin “Movere” yang berarti dorongan atau daya bergerak. Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia, khususnya kepada para bawahan atau pengikut. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuannya dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Pada dasarnya perusahaan bukan saja mengharapkan karyawan yang mampu, cakap dan terampil, tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang optimal.

Berikut ini pendapat para ahli mengenai motivasi kerja, antara lain: Menurut Sardiman (2007: 73), menyebutkan motif dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat dikatakan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.

Menurut Simamora (2004:510), motivasi adalah : “Sebuah fungsi dari pengharapan individu bahwa upaya tertentu akan menghasilkan tingkat kinerja yang pada gilirannya akan membuahkan imbalan atau hasil yang dikehendki”.

Kinerja Karyawan

Pengertian Kinerja Karyawan

Berikut ini beberapa definisi kinerja menurut pendapat para ahli sebagai berikut: Mangkunegara (2005 : 67) mendefinisikan kinerja sebagai berikut : ”Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Hariandja (2002 : 195) menyatakan kinerja sebagai berikut : ”Kinerja atau unjuk kerja merupakan hasil kerja yang dihasilkan oleh pegawai atau perilaku yang nyata yang ditampilkan sesuai dengan perannya dalam organisasi”. Sedangkan menurut Hasibuan (2006 : 94) Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melakukan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu”.

Dari beberapa definisi tersebut penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa kinerja merupakan output atau hasil kerja yang dihasilkan baik segi kualitas maupun kuantitas pekerjaannya dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan perannya di dalam organisasi atau perusahaan yang disertai dengan kemampuan, kecakapan, dan keterampilan dalam menyelesaikan pekerjaannya

Hubungan Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja dengan Kinerja Karyawan

Gaya kepemimpinan merupakan suatu cara yang dimiliki oleh seseorang dalam mempengaruhi sekelompok orang atau bawahan untuk bekerja sama dan berdaya upaya dengan penuh semangat dan keyakinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam suatu organisasi tertentu, sangat tergantung pada suatu efektivitas kepemimpinan yang terdapat dalam organisasi yang bersngkutan. Dapat dikatakan bahwa kepemimpinan terdapat dalam suatu organisasi memainkan peranan yang sangat dominan dalam keberhasilan organisasi tersebut dalam menyelenggarakan kegiatannya terutama terlihat dalam kinerja para karyawannya. (Siagian, 2001:34)

Pemimpin yang terdapat pada organisasi harus memiliki kelebihan dibandingkan dengan bawahannya, yaitu pegawai yang terdapat di        perusahaan yang bersangkutan, sehingga dapat menunjukkan kepada bawahannya untuk bergerak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sehingga perlu adanya suatu dorongan agar karyawannya mempunyai minat yang besar terhadap pekerjaannya. Atas dasar inilah selama perhatian pemimpin diarahkan kepada bawahannya maka kinerja karyawannya akan meningkat.

Suatu keahlian, dalam mengarahkan pegawai dan ketertarikan organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga tercapai keinginan para pegawai sekaligus tercapai tujuan organisasi. (Malayu Hasibuan, 2001:143)

Dari definisi yang telah dikemukakan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan guna mencapi suatu tujuan.

Kerangka Pemikiran

Pada dasarnya orang yang berkecimpung dalam manajemen sumber daya manusia bersependapat bahwa kinerja merupakan bagian terpenting dari tujuan organisasi, karena kinerja sangat menentukan tentang keberadaan organisasi. Oleh sebab itu kinerja sebagai variabel terikat (Y), maka perlu dikaji variabel bebas apa saja yang akan membuat variabel terikat tersebut dapat meningkat.

Gambar 2.1

Gaya Kepemimpinan (X)

Paradigma Kerangka Pamikiran

 

 

 

 

 

Hipotesis

            Adapun hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis komperatif (Ho) dan hipotesis (Ha)

  1. Ho : Tidak ada pengaruh antara gaya kepemipinan dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan.
  2. Ha             : Ada pengaruh antara gaya kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan.

Objek Penelitian

Adapun objek penelitian pada PT. Kimia Farma Palembang yang berlokasi di jalan Demang Lebar Daun, kode pos 30137 Palembang.

Metode Pengumpulan Data

            Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Observasi

Yaitu pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung dan penelitian terhadap objek yang diteliti dengan melihat, mendengar langsung dari kenyataan pada perusahaan tersebut yang ada hubunganny dengan bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan PT. Kimia Farma Palembang sehingga di instansi tersebut dapat diobservasi sercara langsung.

b. Kuisioner atau Angket

Melakukan pengumpulan data dengan memberikan sejumlah pertanyaan tertulis kepada para karyawan PT. Kimia Farma Palembang untuk mendapatkan informasi yang diperlukan.

Daftar penelitian ini menggunakan jenis angket tertutup atau angket berstruktur, yaitu angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakter dirinya dengan cara member tanda check list. Kuisioner yang disebarkan terkait dalam penelitian inti terdiri dari 10 pernyataan mengenai gaya kepemimpinan, 10 pernyataan mengenai motivasi kerja dan 10 pernyataan mengenai kinerja karyawan.

c. Riset Kepustakaan

Yaitu mengumpulkan data dengan mempelajari masalah-masalah yang berhubungan dengan objek yang diteliti serta bersumber dari buku-buku pedoman yang disusun oleh para ahli yang berhungan dengan masalah yang diteliti.

Teknik Pengambilan Sampel

            Menurut Sugiyono (2007), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah seluruh karyawan PT. Kimia Farma Palembang berjumlah 38 orang.

Teknik pengambilan adalah sampel jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Dalam pengambilan sampel ini penulis mengambil jumlah populasi sebanyak 38 orang.

Teknik Analisis

Adapun teknik analisis yang digunakan penulis adalah :

  1. 1.    Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis Regresi berganda digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variable dependen (kriterium), bila dua atau lebih variable independent sebagai faktor predictor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya) (Sugiyono, 2007: 250).  Persamaan linier regresi berganda sebagai berikut :

 

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Keterangan :

Y         : Kinerja Karyawan

a          : Konstanta

b1-b2     : Koefisiensi regresi, yang menunjukkan angkatan peningkatan ataupun penurunan (+) atau penurunan (-) variabel Y

X1       : Gaya Kepemimpinan

X2       : Motivasi Kerja

e          : error item

2. Analisis Koefisien Kolerasi (r)

Analisis koefisien kolerasi (r) menurut Sugiyono (2007:182) analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui keeratan pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan yang dihasilkan.

3. Koefisiensi Determinasi Berganda ()

Menurut Usman (2006 : 20) koefisien determinasi berganda mencerminkan seberapa besar variasi terikat Y dapat diterangkan oleh variabel X. Bila nilai koefisien sama dengan 0 (), artinya variabilitas dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali. Sementara bila = 1, artinya variabilitas dari Y secara keseluruhan dapat diterangkan oleh X. Dalam penelitian ini menggunakan program SPSS versi 20.

3.7 Uji F

Uji F digunakan untuk menguji koefisien (slope) regresi secara bersama-sama (Nawawi dan Usman, 2006:16).

Langkah-langkah :

  1. Menentukan hipotesis
  2. Membandingkan probabilitas F-statistik dengan alpha = 5%
  3. Kriteria penerimaan dan penolakan

Ho : b1 = b2…b1 = 0, bearti tidak ada pengaruh yang signifikan dari seluruh variabel independen terhadap variabel dependen

Ha : b1 ≠ b2…b1 ≠ 0, bearti ada pengaruh yang signifikan dari seluruh variabel independen terhadap variabel dependen

Dari F akan diputuskan untuk menerima atau menolak hipotesa yang diajukan

  • Bila F hitung < F tabel atau р-value > 0.05 maka Ho diterima dan Ha ditolak ini berarti semua variabel independen secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen
  • Bila F hitung > F tabel atau р-value < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ini bearti semua variabel independen secara bersama-sama berpengaruh

Ho  gagal ditolak bearti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen, sedangkan penerimaan

mempunyai arti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen

Dalam penelitian ini, hasil uji F dapat dilihat pada output ANOVA dari hasil analisis regresi linier berganda dengan menggunakan bantuan program SPSS 20.

Pembahasan

4.4.1 Karakteristik Responden

            Adapun karakteristik responden berdasarkan pendidikan, pendapatan dan jenis kelamin. Selanjutnya dapat dilihat karakteristik responden di bawah ini :

Tabel 4.1

Karakteristik Jenis Kelamin

Karakteristik

Jumlah

%

–          Laki – Laki

31

81,58

–          Perempuan

7

18,42

Total

38

100

Sumber : Hasil Kuisioner

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa karakteristik responden laki-laki dalam penelitian sebanyak 31 orang 81,58 % dan 7 orang perempuan atau 18,42%.

Tabel 4.2

Karakteristik Usia

Karakteristik

Jumlah

%

–          21-30

6

15,79%

–          31-40

17

44,74%

–          ≥ 40 Thn

15

39,47%

Total

38

100

       Sumber : Hasil Kuisioner

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan usia adalah  6 orang berusia 21-30 Thn atau 15,79%, 17 orang berusia 31-40 Thn atau 44,74% dan 15 orang berusia ≥ 40 Thn atau 39,47 %.

Tabel 4.3

Karakteristik Pendidikan

Karakteristik

Jumlah

%

–          SMA

3

7,89%

–          D3 / Akademik

13

34,21%

–          Sarjana

20

52,63%

–          S2/S3

2

5,27%

Total

38

100

Sumber : Hasil Kuisioner

Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan adalah 3 orang berpendidikan SMA atau 7,89%, 13 orang berpendidikan D3 atau Akademik atau 34,21%, .20 orang berpendidikan Sarjana atau 52,63%,dan 2 orang berpendidikan S2/S3 atau 5,27%.

Tabel 4.4

Karakteristik Masa Kerja

Karakteristik

Jumlah

%

–          0 – 5 Tahun

17

44,74%

–          5 – 10 Tahun

12

31,58%

–          ≥  10 Tahun

9

23,68%

Total

38

100

       Sumber : Hasil Kuisioner

            Berdasarkan Tabel 4.4 menggambarkan karakteristik masa kerja responden yaitu 17 orang atau 47,74% dengan masa kerja sampai dengan 5 tahun, masa kerja 5 – 10 tahun sebanyak 12 orang atau 31,58% dan masa kerja ≥  10 tahun sebanyak 9 orang atau .23,68%.

Deskripsi Variabel Penelitian

1. Gaya Kepemimpinan (X1)

Hasil kuesioner dari variabel gaya kepemimpinan (X1) diketahui adanya nilai rata-rata terbesar 4,32 yaitu pada pernyataan kedelapan Pemimpin Bapakk/Ibu harus selalu memberikan motivasi kepada bawahan, sedangkan nilai rata-rata terendah sebesar 3,58 yaitu pada pernyataan keenam yaitu Pemimpin Bapak/Ibu harus mau memberikan arahan atas apa yang dilakukan karyawan untuk dapat melaksanakan pekerjaan tersebut dengan baik dan pernyataan kesepuluh yang Pemimpin Bapak/Ibu harus mengkaji ulang hasil bawahan.

2. Motivasi Kerja (X2)

Berikut akan dijelaskan mengenai tabulasi hasil kuisioner variabel motivasi kerja  ( X2 ) :

Hasil kuesioner dari variabel motivasi kerja (X2) diketahui adanya nilai rata-rata terbesar 4,26 yaitu pada pernyataan kedelapan Karyawan menaati dan menyikapi setiap prosedur aturan-aturan yang berlaku di  PT. Kimia Farma Palembang, sedangkan nilai rata-rata terendah sebesar 3,79 yaitu pada pernyataan keenam yaitu Jenjang karier para karyawan dirasakan adil dan begitu diperhatikan.

3.Kinerja Karyawan (Y)

Berikut akan dijelaskan mengenai tabulasi hasil kuisioner variabel kinerja karyawan  ( Y ) :

Hasil kuesioner dari variabel kinerja karyawan (Y) diketahui adanya nilai rata-rata terbesar 4,13 yaitu pada pernyataan ketujuh jabatan yang pegang sekarang memerlukan inisiatif yang tinggi, sedangkan nilai rata-rata terendah sebesar 3,16 yaitu pada pernyataan kelima  kreativitas karyawan adalah faktor yang sangat diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan.

Analisis Pengujian

Analisis Regresi Linier Berganda

Berdasarkan hasil regresi yang terdapat pada tabel di tunjukan persamaan regresi pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan adalah sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 +e

Y = 7,011 – 0,021X1+ 0,795X2 + e

Dari persamaan regresi di atas dapat dikatahui bahwa :

  1. Nilai konstanta a = 7,011 berarti bahwa jika gaya kepemimipinan (X1), motivasi kerja (X2), sama dengan nol maka kinerja karyawan akan bernilai 7,011.
  2. Koefisien regresi gaya kepemibmpinan (b1) = -0,021 berarti  jika gaya kepemimpinan mengalami peningkatan sebanyak satu unit skor, maka kinerja karyawan (Y) juga akan mengalami penurunan sebesar 0,021.
  3. Koefisien regresi motivai kerja (b2) = 0,795 berarti  jika motivasi kerja mengalami peningkatan sebanyak satu unit skor, maka kinerja karyawan (Y) akan mengalami penaikan sebesar 0,795.

Koefisien Determinasi

Usman (2006 : 20 ) menyatakan nilai koefisien deteriminasi (R2) dapat menginformasikan baik tidaknya model regresi yang terestimasi. Nilai koefisien determinasi berganda (R2) mencerminkan seberapa besar sumbangan pengaruh variasi dari variabel dependen dapat diterangkan oleh variabel independen

Besaran Koefisien determinasi ( R2 ) = 0,467 menunjukan bahwa variabel dependen yaitu kinerja karyawan memiliki determinasi sebesar 46,7% dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu gaya kepemimpinan dan  motivasi kerja. Sedangkan sisanya sebesar 53,3% dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya yang tidak termasuk dalam penelitian ini tetapi dijelaskan pada penelitian terdahulu seperti kepuasan kerja (M. Fauzan Baihaqi, 2010)  yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

Koefisien Korelasi

Berdasarkan pada perhitungan statistik yang ditunjukkan pada tabel 4.9 maka diperoleh nilai korelasi (R) sebesar 0,684 menunjukan bahwa antara variabel independen yaitu gaya kepemimipinan dan motivasi kerja mempunyai keeratan yang kuat dengan variabel dependen yaitu kinerja karyawan.

 

 

 

 

Tabel 4.10

Tabel Koefisien korelasi atau Nilai r

Koefisien Interval

Tingkat Hubungan

0,00 – 0,19

Sangat Lemah

0,20 – 0,399

Lemah

0,40 – 0,599

Cukup

0,60 – 0,799

Kuat

0,80 – 1,00

Sangat Kuat

Sumber : Sugiyono, 2005 : 175

Uji Parsial (Uji t)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apabila dalam model regresi variabel secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen ( Priyanto, 2010 : 68). Uji – t dapat dilihat dari tabel berikut :

  1. Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan

Berdasarkan hasil pengujian secara parsial pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan dengan menggunakan program SPSS seperti pada tabel 4.11 di peroleh t hitung sebesar -0,130 < t tabel 1,689 dengan taraf signifikasi sebesar 0,897 >  α =0,05  dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh antara gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan.

  1. Pengaruh Motivasi kerja terhadap Kinerja karyawan

Berdasarkan hasil pengujian secara parsial pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan dengan menggunakan program SPSS seperti pada tabel 4.11 di peroleh t hitung sebesar 5,449 > t tabel 1,689 dengan taraf signifikasi sebesar 0,000 < α = 0,05 dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh antara motivasi kerja terhadap kinerja karyawan.

Uji Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji koefisien (slope) regresi secara bersama-sama (Nawawi dan Usman, 2006:16).

 

            Dari tabel diatas menunjukkan bahwa nilai F hitung adalah 15,363 dan F-tabel 2,87 dengan taraf signifikasi 0,000. Nilai signifikan lebih kecil dari 0,05. Uji Simultan 15,363 > 2,87 atau 0,000 < α = 0,05, maka ada pengaruh yang signifikan dari gaya kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan.

Pembahasan

            Hasil uji F dilihat dari regresi yang menunjukkan angka signifikan probabilitas F-hitung sebesar 15,363 > F- tabel 2,87 taraf signifikasi 0,000 < α = 0,05 dengan demikian dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti gaya kepemimpinan dan motivasi kerja secara signifikan berpengaruh secara serentak (simultan) terhadap kinerja karyawan.

Berdasarkan hasil pengujian secara parsial pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan dengan menggunakan program SPSS seperti pada tabel 4.11 di peroleh t hitung sebesar -0,130 < t tabel 1,689 dengan taraf signifikasi sebesar 0,897 > α =0,05  dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh antara gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan.

Berdasarkan hasil pengujian secara parsial pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan dengan menggunakan program SPSS seperti pada tabel 4.11 di peroleh t hitung sebesar 5,449 > t tabel 1,689 dengan taraf signifikasi sebesar 0,000 < α = 0,05 dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh antara motivasi kerja terhadap kinerja karyawan.

Berdasarkan Koefisien determinasi ( R2 ) = 0,467 menunjukan bahwa variabel dependen yaitu kinerja karyawan memiliki determinasi sebesar 46,7% dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu gaya kepemimpinan dan motivasi kerja. Sedangkan sisanya sebesar 53,3% dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya yang tidak termasuk dalam penelitian ini tetapi dijelaskan pada penelitian terdahulu seperti kepuasan kerja (M. Fauzan Baihaqi, 2010) yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab sebelumnya telah diuraikan dengan jelas dan terinci mengenai pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan. Berdasarkan uraian dan pembahasan tersebut, maka bab ini akan memberikan kesimpulan dan saran yang diuraikan dari pembahasan sebelumnya.

Kesimpulan

  1. Berdasarkan hasil dari penelitian nilai koefisien determinasi (R2 ) = 0,467menunjukan bahwa variabel dependen yaitu kinerja karyawan memiliki determinasi sebesar 46,7% dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu gaya kepemimpinan dan motivasi kerja. Sedangkan sisanya sebesar 53,3% dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya yang tidak termasuk dalam penelitian ini tetapi dijelaskan pada penelitian terdahulu seperti kepuasan kerja (M. Fauzan Baihaqi, 2010).
  2. Berdasarkan  hasil pengujian secara parsial pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan dengan menggunakan program SPSS seperti pada tabel 4.11 di peroleh t hitung sebesar -0,130 < t tabel 1,689 dengan taraf signifikasi sebesar 0,897 > α =0,05  dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh antara gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan.
  3. Berdasarkan hasil pengujian secara parsial pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan dengan menggunakan program SPSS seperti pada tabel 4.11 di peroleh t hitung sebesar 5,449 > t tabel 1,689 dengan taraf signifikasi sebesar 0,000 < α = 0,05 dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh antara motivasi kerja terhadap kinerja karyawan.

Saran

            Berikut ini akan diberikan saran kepada perusahaan dan diharapkan dapat bermanfaat bagi kemajuan perusahaan :

  1. Melihat tidak adanya pengaruh yang signifikan dari gaya kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan, ada baiknya  perusahaan lebih selektif dalam menentukan pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan dan pemberi motivasi yang dapat diterima oleh karyawan sehingga akan mempermudah tercapai suatu tujuan bersama yang telah disepakati antara pimpinan dan karyawan.
  2. Pada faktor gaya kepemimpinan masih perlu ditingkatkan dan perusahaan harus lebih selektif dalam menetukan pimpinan,terutama pimpinan yang mempunyai jiwa kepemimpinan yang tinggi, sehingga karyawan akan dapat meningkatkan kinerja.
  3. Pada faktor motivasi kerja masih perlu adanya peningkatan hubungan yang baik antara pimpinan dengan karyawan, serta pimpinan perlu lebih mendorong atau memotivasi karyawan dalam bekerja. Sehingga hal ini akan membuat karyawan termotivasi untuk bekerja lebih baik karena mendapat dukungan dari pimpinan dalam meningkatkan kinerja karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan.

 

 

 

 

 

 

 

 

This entry was posted in EKONOMI, JURNAL EKONOMI, MANAJEMEN SDM and tagged , , . Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *