Archive for September 6th, 2012

Teori MOTIVASI

Thursday, September 6th, 2012

Apa itu “motivasi”? Ditinjau dari etimologinya, “motivasi” berasal dari kata Latin motivus atau motum yang berarti menggerakkan atau memindahkan. Dari asal-usul kata ini, Lorens Bagus, dalam Kamus Filsafat, mengartikan motivasi atau motif sebagai dorongan sadar dari suatu tindakan untuk merumuskan kebutuhan-kebutuhan tertentu manusia. Motivasi memainkan peranan penting dalam menilai tindakan manusia, karena pada motif-motif itulah terkandung arti subyektif dari tindakan tertentu bagi orang tertentu.
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).

Teori Hierarki (Abraham H.Maslow, 1943)
Teori ERG (Clayton Alderfer, 1972)
Teori Kesehatan – motivator / Dua Faktor (Frederick Herzberg,1966)
Teori Motivasi X dan Y (Douglas McGregor)
Teori Motivasi kebutuhan (McClelland)
Teori Harapan (Victor H.Vroom, 1964)
Teori penetapan tujuan / goal setting theory (Edwin Locke)

Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu :
(1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex;
(2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual;
(3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs);
(4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan
(5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa :
Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang; Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu.
Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.
FOR MORE POWER POINT PLEASE DOWNLOAD :
TEORI MOTIVASI

The theory of Globalization

Thursday, September 6th, 2012

Teori globalisasi juga muncul sebagai akibat dari serangkain perkembangan internal teori sosial, khususnya reaksi terhadap prespektif seperti teori modernisasi. Diantara karakteristik dari teori ini adalah bias Westren-nya disesuaikan dengan perkembangan di barat dan bahwa ide di luar dunia barat tak punya pilihan kecuali menyesuiakan ide dengan ide barat.
Globalisasi data dianalisi secara kultural ekonomi, polemik dan atau institusioanl. Dalam masing-masing kasus, perbedaan kuncinya adalah apakah seseorang melihat homogenitas atau heterogenitas. Pada titik ekstrem, globalisasi kultur dapat dilihat sebagai ekspansi transnasional dari kode dan praktik (homogenitas) atau sebagai proses di mana banyak input kultul; l. local dan global saling berinteraksi untuk menciptakan semacam perpaduan yang menorah ke pencangkokan kultur (heterogenitas). Teoritis yang memfokuskan pada faktor-faktor ekonomi cenderung menekankan arti penting dan efeknya yang bersifat homogenizing terhadap dunia. Mereka umumnya melihat globalisasi sebagai penyebaran ekonomi pasar ke seluruh kawasan dunia yang berbeda-beda.
Perspektif Neo-Marxian Kellner tentang Globalisasi. Kellner menfokuskan pada realitas kapitalisme sekarang dimana teknologi memegang peranan yang semakin penting, kellner mengalihkan perhatiannya kepada globalisasi dari perspektif ini dan yang lebih umum, beralih orientasi neo Marxian yang kritis, kunci untuk memahami globalisasi adalah menyusun teori tentangnya sebagai produk dari revolusi teknologi sekaligus restruktuisai global kapitalisme. Perspektif dialektis juga menjelaskan bahwa ada ciri-ciri progresif dan emansipatoris dari globalisasi dan kita harus mempertimbangkan keduanya. Perbedaan kuncinya dari perspektif dialektis, adalah perbedaan antara globalisasi yang dipaksakan dari atas dan globallisasi yang muncul dari bawah. Yang merupakan hal penting buat Kellner, dan refleksi dari prespektif dialektisnya, adalah pemikirannya tentang internet. Teknologi baru ini dipakai dengan berbagai macam cara untuk mempromosikan globalisasi kapitalis. Akan tetapi intentiv juga dipakai untuk memobilisasi orang-orang yang menentang globalisasi.

for more article please download :
TEORI GLOBALISASI

Teori Sosial dan Komunikasi 2 (Informasionalisme)

Thursday, September 6th, 2012
sosiolog

sosiolog

Salah satu kontribusi untuk teori sosiologi modern adalah sebuah trilogi yang di tulis oleh Manuel Castells mengartikulasikan pandangan yang bertentangan dengan teori post moderen yang dianggap senang merayakan akhir dari sejarah dan sampai tingkat tertentu, akhir nalar dan melemahkan kapasitas kita untuk memahami dan mengerti
Castells memeriksa kemunculan masyarakat, kultur dan ekonomi baru dari sudut pandang revolusi teknologi informasi yang juga muncul adalah masyarakat informasional dimana keduanya didasarkan pada informasionalisme (sebuah mode perkembangan dimana sumber utama produktifitas adalah kapasitas kualitatif untnuk mengoptimalkan kombinasi dan penggunaan faktor-faktor produksi berbasis pengetahuan dan informasi)
Analisis Castells adalah paradigma teknologi informasi dengan 5 karakteristik dasar; 1. teknologi yang raksi berdasarkan informasi, 2. informasi adalah bagian dari aktifitas manusia, teknologi ini mempunyai efek perpasif, 3. semua system yang menggunakan teknologi informasi didefinisikan oleh logika jaringan yang membuatnya bisa mempengaruhi berbagai proses dan organisasi, 4. teknologi baru bersifat fleksibel membuatnya bisa beradaptasi dan berubah secara konstan, 5. teknologi spesifik yang di asosiasikan dan informasi terpandu dengan sistem yang terintegrasi.
Castells mengatakan bahwa bentuk organisasi baru telah muncul sebagai karakteristik dari ekonomi global atau informasional yakni perusahaan jaringan yang didefinisikan sebagai bentuk perusahaan spesifik yang system alatnya terdiri dari interseksi dari sekmen system tujuan otonom. Perusahaan jaringan adalah perwujudan dari kultur ekonomi informasional global dan ia memungkinkan terjadi tansformasi tanda-tanda komoditas melalui proses pengetahuan akibatnya sifat dari pekerjaan di transformasikan, meski sifat sesungguh system tansformasi ini berbeda dari satu bangsa dengan bangsa yang lain. Custtells mengatakan bahwa fungsi dalam proses dominant dalam abad informasi semakin tertata di seputar jaringan yang didefinisikan sebagai perangkat node yang saling terhubung. Menurut Custells, negara semakin tak berdaya di era globalisasi ekonomi ini dan semakin tergantung kepada pasar capital global.
Berdasarkan orientasi kritisnya, khususnya kepada kapitalisme informasional dan ancamannya terhadap diri, identitas, kesejahteraan, dan ekslusinya terhadap sebagian besar belahan dunia, Castells menyimpulkan bahwa ketika kapitalisme dan ancamannya terwujud maka ekonomi kita masyarakat dan kebudayaan kita akan membatasi kreatifitas kolektif, mengambil alih hasil teknologi indormasu, dan membelokkan energi kita kearah penghancuran diri sendiri. Akan tetapi hal itu tak mesti terjadi karena tak ada yang tak dapat diubah oleh tindakan sosial yang sadar dan bertujuan.

for more article please download :
INFORMASIONALISME DAN MASYARAKAT JARINGAN

Teori – Teori Sosial dan Komunikasi 1 (Teori Klasik tentang Moderenitas)

Thursday, September 6th, 2012

Kajian tentang modernitas bukan melulu menjadi dominasi para pemikir kontemporer. Beberapa sosiolog besar sebetulnya juga telah memulai dalam analisa-analisa dan kritik terhadap kehidupan masyarakat modern. Beberapa diantaranya adalah Karl Marx. Menurut Marx, modernitas ditentukan oleh ekonomi kapitalis dan mengakui adanya transisi masyarakat dari yang sebelumnya ke masyarakat kapitalisme namun dalam banyak karyanya dia selalu mengkritik system ekonomi kapitalis dan kecacatannya. Selanjutnya Webber. Persoalan utama kehidupan modern adalah perkembangan rasionalisasi formal. Hal ini membuat manusia terpenjara dalam kerangkeng rasionalitas dan tidak mampu mengungkapkan ciri kemanusian yang paling mendasar.
Dia menghargai perkembangan rasionalitas, tapi juga care terhadap masalah yang dihadapi oleh rasionalitas. Sedangkan Durkheim, menegaskan bahwa modernitas ditentukan oleh solidaritas organik dan pelemahan kesadaran kolektif. Solidaritas organic memang menghasilkan kebebasan yang lebih besar dan produktivitas yang tinggi, namun juga menghadapi masalah misalnya lemahnya moralitas bersama dan degradasi makna diri dalam hidup modern. Terorisi terahir adalah Simmel. Dia memulai kajiannya tentang modernitas dengan meneliti tentang kota dan ekonomi uang. Menurutnya, kota adalah tempat dimana modernitas dipusatkan atau diintensifkan, sedangkan ekonomi uang menyebabkan penyebaran modernitas dan perluasannya.

MODERNITAS JUGGERNAUT
Giddens melukisankan kehidupan modern (berawal di Eropa abad 17) sebagai sebuah Juggernaut (panser raksasa). Modernitas dalam bentuk panser raksasa ini sangat dinamis. Kehidupan modern adalah sebuah “dunia yang tak terkendali” (runaway world) dengan langkah, cakupan, dan kedalaman perubahannya yang jauh lebih besar dibandingkan dengan sistem sebelumnya.
Juggernaut (panser raksasa) adalah istilah yang digunakan oleh Anthony Giddens untuk melukiskan kehidupan modern, khususnya tahap kemajuan modernitas. Terminologi “panser raksasa” digunakan untuk menentang pendapat bahwa kita telah memasuki era post modern, meskipun dia tidak menafikan munculnya tipe post modern dimasa depan. Modernitas dalam bentuk panser raksasa ini menurut Giddens, adalah sebuah dunia yang dinamis dan “dunia yang tak terkendali” (runaway world) dengan cakupan dan kedalaman perubahan yang jauh lebih besar dari system sebelumnya. Gagasan panser raksasa ini mengungkapkan tentang sesuatu yang bergerak melalui rentang waktu dan ruang fisik. Berikut kajian lengkap Giddens tentang modernitas.

FOR DETAIL ARTICLE PLEASE DOWNLOAD :
TEORI MODERNITAS KONTEMPORER TUGAS