JURNAL

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN KEMAMPUAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI DINAS PERTANIAN KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

influence of the Environmental Working and Ability on the Performance ability of the Department of Agriculture officials Ogan Komering Ilir.Guided by: Zainuddin Ismail and Rahmad Effendi

The research objective 1). To know and analyze the influence of the Environmental Working significant effect on the ability of the Department of Agriculture officials Ogan Komering Ilir 2). To know and analyze the effect on the performance of the Work Environment Department of Agriculture officials Ogan Komering Ilir. 3). To know and analyze the influence of affect the ability of the Department of Agriculture employee performance Ogan Komering Ilir. 4). To know and analyze the influence of the Working Environment through the ability of the Department of Agriculture employee performance Ogan Komering Ilir

This research is causal, which is designed to determine the effect of variables between work environment variables eksogeneus (ε1) to variable endogeneus ability (η1) as an intermediate variable and the variable performance endogeneus (η2) as the dependent variable

Research results: 1). Environmental Work significant effect on the ability of the Department of Agriculture officials Ogan Komering Ilir. These results obtained from calculations which show that the P value of 0.000 which is smaller than 0.05. 2). Work environment significantly influence the performance of the Department of Agriculture officials Ogan Komering Ilir. These results obtained from calculations which show that the P value of 0.000 which is smaller than 0.05. 3). Significant effect on the ability of the Department of Agriculture Employee Performance Ogan Komering Ilir. These results obtained from calculations which show that the P value of 0.000 which is smaller than 0.05. 4). Work environment through the ability to significantly influence the performance of the Department of Agriculture officials Ogan Komering Ilir. These results obtained from calculations which show that the P value of 0.000 which is smaller than 0.05

Key words: Environment work, ability, performance

JURNALMM

 

Leave a comment

JURNAL

 ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN RAMBANG DANGKU KABUPATEN MUARA ENIM

Analysis of the implementation of school-based management at State Primary Schools in the district of Muara Enim District Rambang Dangku. Guided by Dedi Rianto Rahadi and M. Izman HerdiansyahThe research objective is to analyze the implementation of school-based management in government primary schools in the district of Muara Enim District Rambang Dangku.The study design was conducted applied research. This study uses a descriptive qualitative research methods.Based on the results of the study is the above discussion suggests that school-based management in government primary schools in the district of Muara District at me Rambang Enim been running satisfactorily that there are some items that have reached a very satisfactory level of understanding and ability to carry out the management of school finances in a transparent and accountable . In addition to the factors that satisfy these factors are still unsatisfactory schoolsare less able to utilize existing resources (people, facilities, funds, thoughts / ideas), utilizing the potential, strengths, opportunities, weaknesses, and challenges that exist as a basis for action in preparing the program and address the existing problems. There was also a product of the document is not good, simple props less support in the implementation of learning.

Key words: school-based management.

JURNALMM

 

Leave a comment

JURNAL

Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan profesionalitas terhadap kinerja guru pada Sekolah dasar kecamatan Ngulak Kabupaten Musi Banyuasin

ABSTRACT

SAROLI, The influence of principal leadership to teacher professionalism and performance in basic school districts Sanga Desa Musi Banyuasin. Guided by Waspodo and dedi Rianto Rahadi

The research objective is 1) To know and analyze the direct effect of principal leadership on school district teacher professionalism Sanga Desa Musi Banyuasin 2) To know and analyze the direct effect of principal leadership on school district teacher performance Sanga Desa Musi Banyuasin 3) To know and analyze the direct influence of teacher professionalism to the performance of primary school teachers district Musi Banyuasin Sanga Desa 4) To know and analyze the indirect influence of principal leadership on performance through the professionalism of teachers of primary school district Musi Banyuasin Sanga Desa.

Results of the study is 1) Leadership of school principals have a significant effect of primary school teachers Profesonalitas Sanga district Musi Banyuasin Village District. Based on calculations in the table above for the first hypothesis P is smaller than α which means that the hypothesis is accepted 2) Principal’s leadership significantly influence the performance of primary school teachers district Musi Banyuasin Sanga Desa. Based on calculations in the table above for the first hypothesis P is smaller than α which means that the hypothesis is accepted 3) Profesonalitas significant effect on the performance of primary school teachers district Musi Banyuasin Sanga Desa. Based on calculations in the table above for the first hypothesis P is smaller than α which means that the hypothesis is accepted 4) Principal leadership through Profesonalitas significant effect on the performance of primary school teachers Teachers Sanga district Musi Banyuasin Village District. Based on calculations in the table above for the first hypothesis P is smaller than α which means that the hypothesis is accepted

Key words: leadership, professionalism and performance

JURNALMM

Leave a comment

JURNAL

 PENGARUH SIKAP DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP MOTIVASI SISWA KELAS 6 SD NEGERI GUGUS 1 KECAMATAN LEMBAK

ABSTRAK

ROJIBAH, Pengaruh sikap dan kompetensi guru terhadap motivasi siswa kelas 6 SD Negeri Gugus 1 Kecamatan Lembak. Dibimbing oleh Zainuddin Ismail dan Wiwin Agustian

Tujuan penelitian adalah 1). Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh langsung sikap terhadap kompetensi guru SD Negeri Gugus 1 Kecamatan Lembak 2). Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh langsung sikap guru terhadap motivasi siswa kelas 6 SD Negeri Gugus 1 Kecamatan Lembak 3). Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh langsung kompetensi terhadap motivasi siswa kelas 6 SD Negeri Gugus 1 Kecamatan Lembak 4). Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tidak langsung sikap melalui kompetensi guru terhadap motivasi siswa kelas 6 SD Negeri Gugus 1 Kecamatan Lembak

Alat analisis yang digunakan adalah analisis jalur.

Hasil penelitian adalah 1). Sikap berpengaruh signifikan terhadap Kompetensi Guru Siswa kelas 6 SD Negeri Gugus 1 Kecamatan Lembak. 2). Sikap berpengaruh signifikan terhadap Motivasi Guru Siswa kelas 6 SD Negeri Gugus 1 Kecamatan Lembak. 3). Kompetensi berpengaruh signifikan terhadap Motivasi Guru Siswa kelas 6 SD Negeri Gugus 1 Kecamatan Lembak. 4). Sikap melalui Kompetensi berpengaruh signifikan terhadap Motivasi Guru Siswa kelas 6 SD Negeri Gugus 1 Kecamatan Lembak.

Kata kunci : sikap, kompetensi, motivasi

JURNALMM7

Leave a comment

ILMU, STRATEGI

Strategi Pengembangan Ilmu Pembelajaran

BELAJAR1

Pikiran ilmuwan pembelajaran sepenuhnya dicurahkan guna mempreskripsikan teori dan/atau model-model untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Perhatian ke arah ini telah berkembang semakin kuat pada dasa-warsa terakhir ini. Begitu banyak teori dan model telah diciptakan untuk memperbaiki metode pembelajaran. Disiplin baru yang lebih spesifik: teknologi pembelajaran, desain   pembelajar-an, dan ilmu pembelajaran, juga telah dimunculkan untuk menampung teori-teori dan model-model yang telah dikembangkan. Akhirnya, pembagian peran dalam bidang pembelajaran juga menjadi lebih khusus: ilmuwan, yang menciptakan dan memvalidasi teori-teori dan konsep-konsep pembelajaran; teknolog, yang mengembangkan prosedur-prosedur pembelajaran; dan teknisi, sebagai pelaksana pembuat produk-produk pembelajaran. 

Sayang sekali, pengembangan konsep-konsep, teori-teori, dan model-model pembelajaran  yang berjalan sejauh ini masih terpisah-pisah satu dengan lainnya. Reigeluth (1983:xi ) mengemukakan:

During the past twenty-five years, a young disciplin has developed to so improve instruction. This disciplin about instruction has produce a growing knowledge base about methods of instruction and their effects for defferent kinds of goals, content, and learners. Because it is a very new disciplin, the knowledge that has been generated so far has tended to be piecemeal, and instructional researchers have tended to develop independent “knowledge bases”. Moreever, different researchers often use different terms to refer to the same phenemenon, and they often use the same term to refer to different phenomena. The result has been somewhat chaotic.

Yang dibutuhkan sekarang adalah “landasan pengetahuan”, Reigeluth dan Merrill (1978) menyebutnya dengan knowledge base yang umum untuk memperbaiki metode pembelajaran yang telah ada sekarang ini. Pengetahuan apa yang dibutuhkan untuk memperbaiki metode pembelajaran? Saat ini, diperlukan pengetahuan tentang jenis-jenis metode yang dapat membuat belajar menjadi lebih mudah, dan lebih menyenangkan bagi siswa; metode yang lebih efektif, efisien, dan memiliki daya tarik tinggi. Metode pembelajaran  yang diacu di sini bisa strategi pengorganisasian pembelajaran, mikro dan makro; strategi penyampaian pembelajaran; dan strategi pengelolaan pembelajaran. Yang ketiganya akan menjadi penentu kualitas pembelajaran  di bawah kondisi yang ada: karakteristik tujuan, karakteristik isi, kendala, dan karakteristik siswa.

Asumsi yang paling dasar, yang harus diletakkan pertama kali, dalam  kajian mengenai landasan pengetahuan untuk memperbaiki metode pembelajaran  adalah bahwa komponen strategi pembelajaran yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda dan konsisten pada hasil pembelajaran. Ini tidak berarti bahwa semua komponen strategi memiliki pengaruh yang berbeda dan konsisten terhadap hasil pembelajaran. Yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi dan mendefinisikan secara jelas komponen strategi mana yang memiliki pengaruh yang konsisten pada hasil pembelajaran, dan mana yang tidak. Komponen strategi yang tidak memiliki pengaruh yang konsisten tidak bermanfaat untuk mempreskripsikan landasan pengetahuan yang diinginkan.

Konsekuensi dari asumsi dasar ini, bahwa komponen strategi pembelajaran  yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda dan konsisten pada hasil belajar, adalah bahwa kondisi pembelajaran  yang berbeda (umpamanya, karakteristik isi bidang studi dan karakteristik siswa) bisa juga memiliki pengaruh yang konsisten pada hasil pembelajaran. Oleh karena itu, landasan pengetahuan yang diperlukan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran  harus mencakup pengembangan komponen-komponen strategi baru, yang memiliki pengaruh  konsisten, dan identifikasi perbedaan pengaruh yang diakibatkannya yang mungkin disebabkan oleh kondisi yang berbeda. Kegiatan-kegiatan ini dapat dipandang sebagai bidang garapan utama ilmu pembelajaran  sebab mencakup pengungkapan hubungan sebab-akibat yang mengaitkan variabel kondisi, metode, dan hasil pembelajaran. Hasil dari kegiatan ini akan berupa teori-teori atau prinsip-prinsip pembelajaran  yang sahih. Akhirnya, dalam konteks adanya kebutuhan mengembangkan landasan pengetahuan, prinsip-prinsip dan teori-teori sahih inilah yang menjadi landasan ilmiah upaya untuk memperbaiki metode pembelajaran, yang merupakan sasaran utama ilmu pembelajaran.

Aspek lain dari adanya kebutuhan akan landasan pengetahuan adalah pengembangan prosedur-prosedur dalam menerapkan teori-teori serta prinsip-prinsip pembelajaran ini untuk memperbaiki pembelajaran. Kegiatan ini merupakan bidang kajian teknologi pembelajaran  sebab mencakup pengembangan cara-cara dalam menerapkan teori dan prinsip pembelajaran  untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran. Reigeluth dan Merrill (1978) mengidentifikasi lima prosedur pokok yang selayaknya menjadi perhatian teknolog pembelajaran:

  1. Prosedur mengajar dan/atau merancang pembelajaran  yang efektif.
  2. Prosedur mendiagnosis kelemahan pembelajaran.
  3. Prosedur menilai program pembelajaran.
  4. Prosedur memperbaiki pembelajaran.
  5. Prosedur mengajar strategi belajar yang efektif untuk siswa.

Prosedur-prosedur sahih yang dikembangkan oleh teknolog pembelajaran ini akan menjadi landasan teknologis dari upaya memperbaiki metode pembelajaran.

Setiap teknologi (umpamanya: kedokteran, rekayasa) selalu dikaitkan dengan suatu ilmu (umpamanya: biologi, fisika), dan setiap ilmu berpijak pada konsep-konsep yang didefinisikan secara jelas dan prinsip-prinsip yang telah divalidasi secara empirik. Demikian pula halnya dengan teknologi pembelajaran  dan ilmu pembelajaran. Namun harus diakui bahwa usaha mendefinisikan konsep-konsep pembelajaran dan usaha memvalidasi prinsip-prinsip pembelajaran baru mencapai tahap awal. Berdasarkan keterkaitan yang begitu erat antara ilmu dan teknologi pembelajaran, maka perlu ada tahapan prosedural yang dapat diikuti dalam mengembangkan landasan ilmiah dan teknologis upaya perbaikan metode pembelajaran.

Empat tahapan yang perlu dilewati dalam pengembangan prinsip-prinsip dan teori-teori pembelajaran: (1) pengembangan hipotesis, (2) klasifikasi variabel, (3) pengembangan prinsip, dan (4) pengembangan teori. Empat tahapan ini hanya diacukan pada kegiatan ilmuwan pembelajaran, sesuai dengan peranannya sebagai pencipta prinsip dan teori pembelajaran. Dengan demikian, hasil kegiatan ini akan memberi landasan ilmiah (teoritik dan konseptual) perbaikan metode pembelajaran. Untuk keperluan pengembangan landasan teknologis, empat tahap itu perlu ditambah dua tahap lagi yang mencakup kegiatan teknolog pembelajaran, yaitu: (5) pengembangan prosedur, dan (6) pengujian prosedur.

Pengembangan prosedur dalam menerapkan teori-teori dan model-model pembelajaran  untuk memecahkan masalah pembelajaran  perlu dilakukan setelah teori dan model divalidasi. Ini berarti ada pengalihan kegiatan dari ilmu ke teknologi, atau dari ilmuwan ke teknolog. Orangnya bisa sama tetapi perannya telah berubah. Prosedur-prosedur pokok yang menjadi perhatian teknolog pembelajaran, seperti telah dikemukakan sebelumnya, dikembangkan menjadi prosedur konkrit, serupa dengan penciptaan “resep memasak”. Prosedur ini berupa langkah yang dapat diikuti oleh seseorang untuk memecahkan masalah.

Pengujian prosedur dilakukan pada tahap berikutnya. Prosedur-prosedur, yang berupa langkah-langkah konkrit, perlu dievaluasi dan direvisi sesuai masukan hasil evaluasi.  Ini dilakukan dengan melakukan uji-coba pada situasi yang sebenarnya dan membandingkan hasilnya dengan hasil program lain, yang mencakup keefektifan, efisiensi, dan daya tarik.

Dengan empat tahap kegiatan keilmuan dan dilanjutnya  dengan   dua  tahap   teknologis,   akan   dapat diciptakan landasan ilmiah dan teknologis yang sahih untuk keperluan memperbaiki metode pembelajaran. Usaha ini akan membawa pengaruh langsung pada perbaikan kualitas pembelajaran, yang semuanya merupakan sasaran pokok dari ilmu pembelajaran

SUMBER : himahpanemu

Leave a comment

TEORI PEMBELAJARAN

  1. TEORI BELAJAR HUMANISTIK

 MENGAJAR

Abraham Maslow dan Carl Rogers termasuk kedalam tokoh kunci humanisme. Tujuan utama dari humanisme dapat dijabarkan sebagai perkembangan dari aktualisasi diri manusia automomous. Dalam humanisme, belajar adalah proses yang berpusat pada pelajar dan dipersonalisasikan, dan peran pendidik adalah sebagai seorang fasilitator.

 

Afeksi dan kebutuhan kognitif adalah kuncinya, dan goalnya adalah untuk membangun manusia yang dapat mengaktualisasikan diri dalam lingkungan yang kooperatif dan suportif. Dijelaskan juga bahwa pada hakekatnya setiap manusia adalah unik, memiliki potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan menentukan perilakunya. Kerana itu dalam kaitannya maka setiap diri manusia adalah bebas dan memiliki kecenderungan untuk tumbuh dan berkembang mencapai aktualisasi diri.

 

2.TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.

 

3.TEORI PEMBELAJARAN SOSIAL

Teori Perilaku (Bandura)

Konsep motivasi belajar berkaitan erat dengan prinsip bahwa perilaku yang memperoleh penguatan(reinforcement) di masa lalu lebih memiliki kemungkinan diulang dibandingkan dengan perilaku yang tidak memperoleh penguatan atau perilaku yang terkena hukuman (punishment). Dalam kenyataannya, daripada membahas konsep motivasi belajar, penganut teori perilaku lebih memfokuskan pada seberapa jauh siswatelah belajar untuk mengerjakan pekerjaan sekolah dalam rangka mendapatkan hasil yang diinginkan (Bandura, 1986 dan Wielkeiwicks, 1995).

 

4. TEORI BELAJAR KOGNITIF

AUSUBEL : TEORI BELAJAR BERMAKNA

Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Sama seperti Bruner dan Gagne, Ausubel beranggapan bahwa aktivitas belajar siswa, terutama mereka yang berada di tingkat pendidikan dasar- akan bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung. Namun untuk siswa pada tingkat pendidikan lebih tinggi, maka kegiatan langsung akan menyita banyak waktu. Untuk mereka, menurut Ausubel, lebih efektif kalau guru menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram, dan ilustrasi.

 

Leave a comment

JURNAL

PERAN STRATEGI SUMBERDAYA MANUSIA

TERHADAP KINERJA PASAR PERUSAHAAN PERBANKAN

DI INDONESIA

ABSTRACT

This research utilized the fit-strategic approach of the organizational-fit theory to

examine the role of strategy and Human Resource Management practices in enhancing

the organizational performance. The objectives is to explain the effect of moderating and

effect of matching of the strategy and HRM practices with organizational strateg on the

market performance of banking industry. The quantitative data is acquired from the

annual report of 23 listed bank in Indoesian Stock Exchange on the period of 1999 – 2006

(Balance panel data). The quantitative analysis result then combined with qualitative

data acquired from the case study approach. The result shows that the HRM strategy has

role to strengthened the influenced of organizational strategy on the market performance

of banking industry. HRM strategy will improve the bank’s market performance. The

HRM strategy will be able to enhance the bank’s market performance if it has lower gap

or matching with organizational strategy. The HRM practices implement as bundles

(internal employement systems) has more significant impact on the market performance

compare to partial HRM practice. This further evidenced that internal fit determine the

external fit or the the working of moderating effect and matching effect from HRM strategy.

The different combination of types of organizational strategy with types of HRM strategy

to be implemented is also could result in the differences in market performance. However,

the ability to optimized the contribution of HRM strategy to the performance is also

influenced by senior management capabilities pressumed as the inheritance of core value

of organization.

Keywords: HRM strategy, Organizational strategy, fit strategy, moderating

fit, matching fit, internal fit, external fit, and market performance

 

Leave a comment

JURNAL

PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KEPEMIMPINAN KEPALA DINAS TERHADAP BUDAYA ORGANISASI DI DINAS PERIKANAN KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

JURNAL

Leave a comment

Waralaba ( franchising)

Pengertian Waralaba ( franchising)

franchise-1

Franchise sendiri berasal dari bahasa latin yakni francorum rex yang artinya “bebas dari ikatan”, yang mengacu pada kebebasan untuk memiliki hak usaha. Pengertian Franchising (Pewaralabaan) adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang atau jasa . Secara sederhana, benang merah waralaba adalah penjualan paket usaha komprehensif dan siap pakai yang mencakup merek dagang, material dan pengolaan manajemen. Oleh karena itu, pihak-pihak yang terlibat dalam franchising. Sedangkan menurut Asosiasi Franchise Indonesia, yang dimaksud dengan Waralaba ialah: Suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu.

(pewaralabaan) terbagi atas 2 segmen yakni :

  • Franchisor atau pemberi waralaba, adalah badan usaha atau perorangan yang memberikan hak kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimilikinya. Franchisor sudah harus siap dengan perlengkapan operasi bisnis dan kinerja manajemen yang baik, menjamin kelangsungan usaha dan distribusi bahan baku untuk jangka panjang, serta menyediakan kelengkapan usaha sampai ke detail yang terkecil. Franchisor juga sudah harus menyediakan perhitungan keuntungan yang didapat, neraca keuangan yang mencakup BEP (Break Event Point) dan ROI (Return On Investment).
  • Franchisee atau penerima waralaba, adalah badan usaha atau perorangan yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas yang dimiliki pemberi waralaba. Franchisee hanya menyediakan tempat usaha dan modal sejumlah tertentu bergantung pada jenis waralaba yang akan dibeli. Namun franchisee juga mempunyai kewajiban non-finansial yang sangat esensial yakni menjaga image produk waralaba. Franchisee mempunyai dua kewajiban finansial yakni membayar franchise fee dan royalti fee. Franchise fee adalah jumlah yang harus dibayar sebagai imbalan atas pemberian hak intelektual pemberi waralaba, yang dibayar untuk satu kali (one time fee) di awal pembelian waralaba. Royalti fee adalah jumlah uang yang dibayarkan secara periodik yang merupakan persentase dari omzet penjualan. Nilai franchisee fee dan royalti fee ini sangat bervariatif, bergantung pada jenis waralaba.

Sejarah Waralaba (franchising)

Waralaba diperkenalkan pertama kali pada tahun 1850-an oleh Isaac Singer, pembuat mesin jahit Singer, ketika ingin meningkatkan distribusi penjualan mesin jahitnya. Walaupun usahanya tersebut gagal, namun dialah yang pertama kali memperkenalkan format bisnis waralaba ini di AS. Kemudian, caranya ini diikuti oleh pewaralaba lain yang lebih sukses, John S Pemberton, pendiri Coca ColaNamun, menurut sumber lain, yang mengikuti Singer kemudian bukanlah Coca Cola, melainkan sebuah industri otomotif AS, General Motors Industry ditahun 1898. Contoh lain di AS ialah sebuah sistem telegraf, yang telah dioperasikan oleh berbagai perusahaan jalan kereta api, tetapi dikendalikan oleh Western Union serta persetujuan eksklusif antar pabrikan mobil dengan dealer. Waralaba saat ini lebih didominasi oleh waralaba rumah makan siap saji. Kecenderungan ini dimulai pada tahun 1919 ketika A&W Root Beer membuka restauran cepat sajinya. Pada tahun 1935, Howard Deering Johnson bekerjasama dengan Reginald Sprague untuk memonopoli usaha restauran modern. Gagasan mereka adalah membiarkan rekanan mereka untuk mandiri menggunakan nama yang sama, makanan, persediaan, logo dan bahkan membangun desain sebagai pertukaran dengan suatu pembayaran. Dalam perkembangannya, sistem bisnis ini mengalami berbagai penyempurnaan terutama di tahun l950-an yang kemudian dikenal menjadi waralaba sebagai format bisnis (business format) atau sering pula disebut sebagai waralaba generasi kedua. Perkembangan sistem waralaba yang demikian pesat terutama di negara asalnya, AS, menyebabkan waralaba digemari sebagai suatu sistem bisnis diberbagai bidang usaha, mencapai 35 persen dari keseluruhan usaha ritel yang ada di AS. Sedangkan di Inggris, berkembangnya waralaba dirintis oleh J. Lyons melalui usahanya Wimpy and Golden Egg, pada tahun 60-an. Bisnis waralaba tidak mengenal diskriminasi. Pemilik waralaba (franchisor) dalam menyeleksi calon mitra usahanya berpedoman pada keuntungan bersama, tidak berdasarkan SARA.

Jenis waralaba

Waralaba dapat dibagi menjadi dua:

  • Waralaba luar negeri/asing adalah waralaba yang berasal dari luar negeri, jenis waraaba ini cenderung lebih disukai karena sistemnya lebih jelas, merek sudah diterima diberbagai dunia, dan dirasakan lebih bergengsi. Contohnya : McDonald’s, Kentucky Fried Chicken, Bread Talk, Starbucks, Pizza Hut, dll.
  • Waralaba dalam negeri adalah waralaba yang berasal dari dalam negeri, jenis wara laba ini juga menjadi salah satu pilihan investasi untuk orang-orang yang ingin cepat menjadi pengusaha tetapi tidak memiliki pengetahuan cukup piranti awal dan kelanjutan usaha ini yang disediakan oleh pemilik waralaba.contoh wara laba local : Primagama, Alfamart, Martha Tilaar, Roti Buana, Edward Forrer, Bogasari Baking Center dan berbagai nama lainnya.

Tipe-tipe franchising (waralaba)

Dalam praktek pelaksanaannya, dapat dijumpai beberapa tipe franchising, yaitu :

  1. trade name franchising

dalam tipe ini franchisee memperoleh hak untuk memproduksi, sebagai contoh, PT. Great River memiliki hak untuk memproduksi pakaian dalam Triumph dengan lisensi dari jerman.

  1. Product distribution franchising

Dalam tipe ini, franchisee memperoleh hak untuk distribusi di wilayah tertentu, misalnya soft drink, cosmetics.

  1. pure franchising/ bisiness format

dalam tipe ini franchisee memperoleh hak sepenuhnya, mulai dari trademark, penjualan, peralatan, metode operasi, strategi pemasaran, bantuan manajemen dan teknik, pengendalian kualitas, dan lain-lain. Contohnya adalah restaurant, fash food, pendidikan, dan konsultan.

Keuntungan dan kerugian franchising

Keuntungan memasuki pasar internasional dengan bisnis franchising, adalah :

  • pengalaman dan factor sukses
  • bantuan keuangan dari franchising
  • brand nama dan reputasi
  • bisnis sudah terbangun
  • terdapat standar mutu
  • biaya produksi rendah
  • kesiapan manajemen
  • bantuan manajeman dan teknik
  • frofit lebih tonggi
  • perlindungan wilayah
  • memperoleh manfaat market research dan product development
  • resiko gagal kecil
  • franchisor memberikan banyak bantuan, kepada franchisee.

Kerugian-kerugian franchising :

  • program latihan franchisor terkadang jauh dari harapan
  • franchisor hanya sedikit memberikan kebebasan

Biaya waralaba Biaya waralaba meliputi:

  • Ongkos awal, dimulai dari Rp. 10 juta hingga Rp. 1 miliar. Biaya ini meliputi pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemilik waralaba untuk membuat tempat usaha sesuai dengan spesifikasi franchisor dan ongkos penggunaan HAKI.
  • Ongkos royalti, dibayarkan pemegang waralaba setiap bulan dari laba operasional. Besarnya ongkos royalti berkisar dari 5-15 persen dari penghasilan kotor. Ongkos royalti yang layak adalah 10 persen. Lebih dari 10 persen biasanya adalah biaya yang dikeluarkan untuk pemasaran yang perlu dipertanggungjawabkan.

Kontrak manajenen

Salah satu bagi perusahaan untuk melakukan expansi atau perluasan usahanya keluar negeri damat dilakukan dengan cara melakukan kontrak manajemen , dimana kontrak manajemen dapat dilakukan jika suatu perusahaan menyewakan keahlian atau pengetahuannya kepada pemerintah atau perusahaan uar negeri dalam bentuk sumberdaya manusia. Orang atau pekerja tersebut datang kepada pemerintah atau perusahaan dan mengelola kepentingan mereka. Metode ini sering dilakukan bila terdapat pemasangan fasilitas baru, baik nasionalisasi yang dilakukan pemerintah terhadap badan usaha yang dahulunya dimiliki oleh asing atau swasta, atau bagi perusahaan yang sedang berada dalam kesulitan.

Kontrak manajemen sering dijimpai juga dalam oparasi trun key, dimana perusahaan memberikan jasa penangan seluruh fasiitas baru, termasuk desain, konstruksi, dan pengoprasiannya. Masalah yang serng dihadapi dalam operasi ini adalah lamanya waktu kontrak, yang mengakibatkan panjangnya jadwal pembayaran dan menimbulkan resiko yang lebih besar dipasar mata uang, dimana dalam waktu yang panjang tersebut keadaan pasar uang tidak selalu satabil dan lebih cenderung fluktuatif, sehingga resiko keuangan akan semakin besar. Persaingan dalam usaha ini yang semakin lama semakin meningkat dengan semakin menigkatnya kapasitas luar negeri dengan adanya fasilitas baru.

Leave a comment

E-BUSINESS & E-COMMERCE

BISNIS-ECOMERCE

Istilah e-business dan e-commerce seringkali terlihat dan digunakan untuk proses yang sama. Namun demikian, meskipun berhubungan, keduanya memiliki arti yang berbeda. Awalan “e” berarti “elektronik”, yang berarti kegiatan atau transaksi yang digunakan tanpa pertukaran atau kontak fisik. Transaksi diadakan secara elektronik atau digital, sesuatu dibuat menjadi mungkin dengan pesatnya perkembangan komunikasi digital.

             E-Commerce adalah proses pembelian, penjualan, atau pengantian produk, pelayanan dan informasi dengan menggunakan jaringan internet. E-commerce berarti transaksi bisnis melalui internet di mana pihak-pihak yang terlibat melakukan penjualan atau pembelian. Transaksi yang dilakukan dalam e-commerce pada dasarnya melibatkan pengalihan (transfer) atau penyerahterimaan (handing over) kepemilikan dan hak atas produk atau jasa. Secara teknis, e-commerce hanya merupakan bagian dari e-business karena, menurut definisi, e-business adalah semua transaksi bisnis online, termasuk penjualan secara langsung kepada konsumen (e-commerce), transaksi dengan produsen dan pemasok, dan interaksi dengan mitra bisnis. Pertukaran informasi via database terpusat juga dilakukan dalam e-commerce. Fungsi-fungsi bisnis hanya terbatas pada sumber daya teknologi.

 

            Jadi, tentu saja, e-commerce merupakan bagian takterpisahkan dari proses e-business, namun dalam kerangka terbatas, e-commerce merupakan kegiatan menjual dan membeli.

                                           

            E-Business adalah adalah kegiatan menjalin relasi dengan konsumen/ klien, bertukar data dalam satu Perusahaan dengan menggunakan internet. Bertukar data dalam perusahaan itu contohnya jika manajer pembelian PT X(kerja di kantor pusat,misal Jakarta) ingin tahu data penjualan barang Y dari kantor cabang di kota Ambon. Nah ia minta dikirimin datanya melalui internet. Dengan cara ini lebih mudah, murah dan cepat. E-business sendiri merupakan perluasan dari e-commerce , di mana tidak hanya pembelian dan pembayaran barang, dan pelayanan, tetapi juga disertai pelayanan konsumen, kolaborasi dengan partner bisnis dengan dukungan elektronik sebagai alat transaksi atau organisasi.

Perbedaan lainnya yang mendasar antara e-commerce dan e-business adalah bahwa tujuan ecommerce memang benar-benar money oriented (berorientasi pada perolehan uang atau melibatkan pertukaran uang dalam transaksi), sedangkan e-business berorientasi pada kepentingan jangka panjang yang sifatnya abstrak seperti kepercayaan konsumen, pelayanan terhadap konsumen, peraturan kerja, relasi antar mitra bisnis, dan penanganan masalah sosial lainnya. Semua aspek dalam bisnis, seperti pemasaran, perancangan produk, manajemen pemasokan, dsb., tercakup.

Leave a comment