PRODUKTIVITAS

Pendapat Ahli Tentang Produktivitas

  • Menurut Basu Swastha dan Ibnu Sukotjo ( 1995: 281 ) produktivitas adalah sebuah konsep yang menggambarkan hubungan antara hasil ( jumlah barang dan jasa ) dengan sumber ( jumlah tenaga kerja, modal, tanah, energi, dan sebagainya ) yang dipakai untuk menghasilkan hasil tersebut.
  • Sedangkan George J. Washinis ( Rusli Syarif,1991: 1 ) memberi pendapat bahwa “Produktivitas mencakup dua konsep dasar yaitu daya guna dan hasil guna. Daya guna menggambarkan tingkat sumber-sumber manusia, dana, dan alam yang diperlukan untuk mengusahakan hasil tertertu, sedangkan hasil guna menggambarkan akibat dan kualitas dari hasil yang diusahakan”.
  • Menurut profesor Luis Sabourin (Rusli Syarif,1991: 1) adalah “Rumusan tradisional dari produktivitas total tidak lain adalah ratio dari apa yang dihasilkan terhadap saluran apa yang digunakan untuk memperoleh hasil tersebut.”
  • Menurut Mukiyat ( 1998: 481 ) bahwa produktivitas kerja biasanya dinyatakan dengan suatu imbangan dari hasil kerja rata-rata dalam hubungannya dengan jam kerja rata-rata dari yang diberikan dengan proses tersebut. Menurut Komarudin, produktivitas pada hakekatnya meliputi sikap yang senantiasa mempunyai pandangan bahwa metode kerja hari ini harus lebih baik dari metode kerja kemarin dan hasil yang dapat diraih esok harus lebih banyak atau lebih bermutu daripada hasil yang diraih hari ini (Komarudin, 1992:121).
  • Sedangkan menurut Woekirno produktivitas adalah kesadaran untuk menghasilkan sesuatu yang lebih banyak daripada yang telah atau sedang berada dalam usahanya. Pokoknya menambah kegiatan guna menghasilkan lebih dari apa yang telah dicapai (Woekirno Sumardi, 1979:3).
  • Bambang Kusriyanto (1993) juga memberikan pendapatnya bahwa produktivitas merupakan nisbah atau ratio antara hasil kegiatan (output) dan segala pengorbanan (biaya) untuk mewujudkan hasil tersebut (input).
  • Menurut Sondang P Siagian, produktivitas kerja adalah kemampuan memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari sarana dan prasarana yang tersedia dengan

Sedangkan konsep produktivitas menurut piagam OSLA tahun 1984 adalah (J. Ravianto,1986: 18):

a  Produktivitas adalah konsep universal, dimaksudkan untuk menyediakan semakin banyak barang dan jasa untuk semakin banyak orang dengan menggunakan sedikit sumber daya.

b  Produktivitas berdasarkan atas pendekatan multidisiplin yang secara efektif merumuskan tujuan rencana pembangunan dan pelaksanaan cara-cara produktif dengan menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien namun tetap menjaga kualitas.

c  Produktivitas terpadu menggunakan keterampilan modal, teknologi manajemen, informasi, energi, dan sumber daya lainnya untuk mutu kehidupan yang mantap bagi manusia melalui konsep produktivitas secara menyeluruh.

d  Produktivitas berbeda di masing-masing negara dengan kondisi, potensi, dan kekurangan serta harapan yang dimiliki oleh negara yang bersangkutan dalam jangka panjang dan pendek, namun masing-masing negara mempunyai kesamaan dalam pelaksanaan pendidikan dan komunikasi.

e  Produktivitas lebih dari sekedar ilmu teknologi dan teknik manajemen akan tetapi juga mengandung filosofi dan sikap mendasar pada motivasi yang kuat untuk terus menerus berusaha mencapai mutu kehidupan yang baik.

Menurut Handari Nawawi dan Kartini Handari, 1990:97-98). Menjelaskan secara konkrit konsep produktivitas kerja sebagai berikut:

  1. Produktivitas kerja merupakan perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh dengan jumlah kerja yang dikeluarkan. Produktivitas kerja dikatakan tinggi jika hasil yang diperoleh lebih besar dari pada sumber tenaga kerja yang dipergunakan dan sebaliknya.
  2. Produktivitas yang diukur dari daya guna (efisiensi penggunaan personal sebagai tenaga kerja). Produktivitas ini digambarkan dari ketepatan penggunaan metode atau cara kerja dan alat yang tersedia, sehingga volume dan beban kerja dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang tersedia. Hasil yang diperoleh bersifat non material yang tidak dapat dinilai dengan uang, sehingga produktivitas hanya digambarkan melalui efisiensi personal dalam pelaksanaan tugas-tugas pokoknya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja,Menurut Sukarna (1993:41), produktivitas kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

  1. Kemampuan dan ketangkasan karyawan
  2. Managerial skill atau kemampuan pimpinan perusahaan.
  3. Lingkungan kerja yang baik.
  4. Lingkungan masyarakat yang baik.
  5. Upah kerja.
  6. Motivasi pekerja untuk meraih prestasi kerja.
  7. Disiplin kerja karyawan.
  8. Kondisi politik atau keamanan, dan ketertiban negara.
  9. Kesatuan dan persatuan antara kelompok pekerja.
  10. Kebudayaan suatu negara.
  11. Pendidikan dan pengalaman kerja.
  12. Kesehatan dan keselamatan pekerja karyawan.
  13. Fasilitas kerja.
  14. Kebijakan dan sistem administrasi perusahaan.

Pengukuran produktivitas kerja

Pengukuran produktivitas kerja pada dasarnya digunakan untuk mengetahui sejauhmana tingkat efektivitas dan efisiensi kerja karyawan dalam menghasilkan suatu hasil. Dalam usaha untuk dapat mengukur tingkat kemampuan karyawan dalam mencapai sesuatu hasil yang lebih baik dan ketentuan yang berlaku (kesuksesan kerja). Tingkat produktivitas kerja karyawan yang dapat diukur adalah :

  1. Penggunaan waktu,Penggunaan waktu kerja sebagai alat ukur produktivitas kerja karyawan meliputi :

1)  Kecepatan waktu kerja

2)  Penghematan waktu kerja

3)  Kedisiplinan waktu kerja

4)  Tingkat absensi

b.Output yaitu hasil produksi karyawan yang diperoleh sesuai produk yang diinginkan perusahaan.Pengukuran produktivitas digunakan sebagai sarana untuk menganalisa dan mendorong dan efisiensi produksi. Manfaat lain adalah untuk menentukan target dan kegunaan praktisnya sebagai patokan dalam pembayaran upah karyawan. Tujuan pengukuran produktivitas adalah membandingkan hasil hal-hal berikut :

  1. Pertambahan produksi dari waktu ke waktu.
  2. Pertambahan pendapatan dari waktu ke waktu.
  3. Pertambahan kesempatan kerja dari waktu ke waktu.
  4. Jumlah hasil sendiri dengan orang lain.
  5. Komponen prestasi utama sendiri dengan komponen prestasi utama orang lain (Rusli Syarif, 1991:7).

Alat pengukuran produktivitas karyawan perusahaan dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

  • Physical productivity,Physical productivityadalah produktivitas secara kuantitatif seperti ukuran (Size) panjang, berat, banyaknya unit, waktu dan banyaknya tenaga kerja.
  • Value productivity,Value productivity adalah ukuran produktivitas dengan menggunakan nilai uang yang dinyatakan dalam rupiah, yen, won, dollar (J. Ravianto, 1986:21).

 

Posted in MATERI KULIAH EKONOMI | Leave a comment

RAHMATAN LIL’ALAMIN

Islam Adalah Agama Rahmatan Lil ‘Alamin

rahmatan lil alaminIslam adalah agama rahmatan lil ‘alamin artinya Islam merupakan agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi semua seluruh alam semesta, termasuk hewan, tumbuhan dan jin, apalagi sesama manusia. Sesuai dengan firman Allah dalam Surat al-Anbiya ayat 107 yang bunyinya, “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. Islam melarang manusia berlaku semena-mena terhadap makhluk Allah, lihat saja sabda Rasulullah sebagaimana yang terdapat dalam Hadis riwayat al-Imam al-Hakim, “Siapa yang dengan sewenang-wenang membunuh burung, atau hewan lain yang lebih kecil darinya, maka Allah akan meminta pertanggungjawaban kepadanya”. Burung tersebut mempunyai hak untuk disembelih dan dimakan, bukan dibunuh dan dilempar. Sungguh begitu indahnya Islam itu bukan? Dengan hewan saja tidak boleh sewenang-wenang, apalagi dengan manusia. Bayangkan jika manusia memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran islam, maka akan sungguh indah dan damainya dunia ini.

Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia, sekali lagi, terbanyak di dunia. Maka melihat keterangan di atas, seharusnya Indonesia menjadi negara yang indah, damai, dan beradab. Tapi lihat saja kenyataannya, kita tidak bisa menutup mata dan telinga dengan pemberitaan sehari-hari yang mengabarkan tentang kisah-kisah menyedihkan dan tak beradab. Mulai dari anak-anak yang melakukan pencabulan, berjudi, menghisab sabu. Remaja tawuran antar sekolah, kumpul kebo, menjadi pengedar, minum-minuman keras. Orang tua yang mencabuli anaknya sendiri, membunuh anggota keluarga sendiri, membunuh karena masalah sepele, bunuh diri, mutilasi, dan sebagainya. Sampai kepada pejabat kita yang melakukan tindak asusila, dan korupsi besar-besaran. Hampir setiap hari kejadian semacam ini keluar di pemberitaan. Sebenarnya apa yang terjadi? Di mana moral mereka? Bukankah sebagian besar dari mereka adalah muslim? Bukankah orang muslim seharusnya menjadi rahmatan lil ‘alamin?

Jika dikatakan tidak berpendidikan sepertinya tidak juga. Saya yakin kebanyakan dari mereka telah mengenyam pendidikan dasar, bahkan tidak sedikit yang sudah sarjana bahkan lebih. Lantas mengapa moral mereka bisa sebegitu hancurnya? Jawabannya adalah tidak memahami dan menjalankan ajaran islam secara kaffah. Jika mereka tahu bahwa membunuh binatang semena-mena saja dilarang oleh islam, mana mungkin sampai berani membunuh sesama manusia, apalagi sesama muslim. Jika mereka tahu bahwa islam melarang untuk mencuri dan menipu dan mereka menjalankan larangan itu, mana mungkin mereka berani melakukan korupsi. Abdullah bin Umar رضي الله عنه mengatakan bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda, “Orang Islam itu adalah orang yang orang-orang Islam lainnya selamat dari lidah dan tangannya; dan orang yang berhijrah (muhajir) adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.” Sudah sangat jelas bagaimana islam menjelaskan bagaimana ciri orang islam sesungguhnya.

Jika ingin merasakan Indonesia yang damai sejahtera, maka yang harus dibenahi adalah moral bangsanya, bukan sekedar pendidikan belaka. Dan pendidikan moral yang sesungguhnya, yang komplit, dan yang diperintahkan oleh pencipta manusia adalah Islam. Setiap muslim wajib untuk belajar tentang agamanya. Dengan begitu kita akan mampu menjadi khalifah sesungguhnya di bumi sesuai tujuan diciptakannya kita, yaitu menjadi rahmat bagi semesta alam. Sudah semangatkah kita untuk belajar dan mengamalkan islam? Atau kita malah lebih semangat untuk mempelajari dan mengikuti budaya Jepang atau budaya Barat dari Islam? Seberapa banyak buku Islam yang telah kita baca? Mana banyaknya dengan buku-buku selain itu?(Sumber: saidalfaraby.wordpress.com)

 

Posted in AGAMA | Leave a comment

BERBAGI DALAM ISLAM

INDAHNYA BERBAGI

INDAHBERBAGI“Kesejahteraan” tidak saja dimaknai atas sejahteranya pribadi seseorang dalam menjalani hidup ini, akan tetapi kesejahteraan yang sesungguhnya adalah terlihat dalam kesejahteraan sosial. Oleh karena itu, kita diperintahkan untuk peduli terhadap sesama. Karena dalam nilai-nilai kemanusiaan, kebahagiaan yang di dapatkan oleh manusia tidak hanya dari sesuatu yang bersifat materi, tetapi ada yang lebih membahagiakan dari itu, yaitu kepuasan hati. Ada kepuasan tersendiri dalam diri kita saat kita dapat berbagi kepada orang lain dengan memberi dari apapun yang kita miliki. Namun, jangan sampai kepuasan hati itu membawa diri kita terjatuh dalam lembah kesombongan. Pada titik akhirnya kita harus menyadari dengan hati nurani yang terdalam bahwa semua yang kita miliki dan kita berikan itu adalah titipan Allah semata, bukan sebenarnya milik kita. Maka hati kita pun tertunduk kepada Allah dengan segala kerendahan. Kemahamuliaan Allah-lah yang membuat kita mendapatkan balasan yang terbaik di sisi-Nya atas segala amal shalih kita. Di situlah letak indahnya keikhlasan.

Allah SWT mengingatkan kita dalam Al-Qur’an bahwa keshalihan pribadi seseorang dalam kekhusyu’an beribadah kepada Allah belum bisa membuatnya mendapatkan keberuntungan sebelum kita mau peduli terhadap sesama kita. Hal ini bisa kita renungkan dalam firman-Nya, “Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak menganjurkan memberi makanan orang miskin. Maka kecelakaanlah untuk orang-orang yang shalat. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat riya. Dan enggan menolong dengan barang yang berguna.” (QS. Al-Ma’un ayat 1 – 7).

Oleh karena itu, dalam Islam Allah SWT mensyariatkan Zakat, Infak dan Shodaqoh. Dalam banyak ayat Al-Qur’an Allah SWT seringkali menggandengkan antara ibadah sholat dengan kewajiban zakat, terhitung ada 82 ayat. Salah satunya adalah, “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 110). Betapa pentingnya kesejahteraan sosial untuk ditegakkan dengan terlaksananya kewajiban zakat dan tentu dengan pengelolaan yang baik, sampai-sampai Khalifah Abu Bakar Shiddiq ra. memerangi orang yang enggan membayar zakat pada masanya, begitulah seharusnya peran pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya.

Di samping kewajiban zakat, Allah SWT menggugah hamba-Nya untuk melakukan Infak dan Shadaqoh sebagai penopang kesejahteraan dan keseimbangan sosial masyarakat. Dalam salah satu haditsnya Rasulullah saw mengajak kita untuk peduli terhadap sesama. “Barangsiapa meringankan kesusahan seorang mukmin di dunia, Allah akan meringankan kesusahannya pada hari kiamat. Barangsiapa memudahkan urusan seseorang yang dalam keadaan sulit, Allah akan memberinya kemudahan di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutup ‘aib seseorang, Allah pun akan menutupi ‘aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba tersebut menolong saudaranya.” (HR. Muslim).Harta kita yang merupakan titipan Allah, tentu kita tidak menginginkan jika ia menjadi adzab dan pembakar kita di neraka sebagaimana diterangkan dalam surat At-Taubah ayat 34 – 35. Jika kita menyadari bahwa harta kita itu sesungguhnya milik Allah semata, maka semestinya kita pergunakan harta itu sesuai petunjuk Allah SWT. Allah SWT mengingatkan bahwa pada harta kita itu ada hak bagi mereka yang tidak mampu, “Dan pada harta-harta mereka terdapat hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian”. (Adz-Dzariyat : 19).

Namun, mesti kita yakini bahwa apapun yang kita berikan dengan ikhlas pada hakikatnya ia akan kembali kepada diri kita sendiri, sebagaimana Allah janjikan dalam ayat-Nya, “Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan allah), maka itu untuk dirimu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan).” (QS.Al-Baqarah : 272).

Harta yang kita zakatkan, yang kita infakkan atau yang kita shodaqohkan, pada hakikatnya ia bagi diri kita sendiri, manfaatnya akan kembali kepada kita baik berupa kebaikan-kebaikan di dunia maupun pahala surga yang Allah sediakan di Akhirat. Di antara manfaat dan keutamaan Zakat, Infak dan Shodaqoh (ZIS) yang dijelaskan dalam hadits-hadits adalah : menghapuskan kesalahan seorang hamba, orang yang besedekah dengan ikhlas akan mendapatkan perlindungan dan naungan Arsy di hari kiamat, sebagai obat bagi berbagai macam penyakit baik penyakit jasmani maupun rohani, sebagai penolak berbagai macam bencana dan musibah, orang yang berinfaq akan didoakan oleh malaikat setiap hari, orang yang membayar zakat akan Allah berkahi hartanya, Allah akan melipatgandakan pahala orang yang bersedekah, Shadaqah merupakan indikasi kebenaran iman seseorang, Shadaqah merupakan pembersih harta dan mensucikannya dari kotoran, dll.

Dari sederet manfaat dan keutamaan yang dijelaskan oleh Allah dan Rasulnya, barangkali ayat berikut ini dapat mewakilinya :

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang  yang menafkahkan  hartanya di jalan Allah, adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir terdapat seratus biji. Allah melipat gandakan bagi orang yang Ia kehendaki. Dan Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.” (Qs. al-Baqarah: 261).

Ketika kita menyadari dan tergugah dengan manfaat dan keutamaan Zakat, Infak dan Shodaqoh tersebut kemudian kita melakukannya dengan sadar dan ikhlas, maka pada saat itulah kita akan merasakan indahnya berbagi dengan yang lain.(Sumber:Segarkan Iman.nn)

 

Posted in AGAMA | Leave a comment

IKLIM ORGANISASI

IKLIM ORGANISASI

Jacques (1999) menyatakan bahwa iklim organisasi adalah cara berfikir dan melakukan sesuatu yang dianut bersama oleh semua anggota organisasi (Muhammad, 2002).

Ada lima dimensi iklim organisasi yang dapat diukur menurut Jacques (1999), yaitu:

  1. Imbalan merupakan imbalan secara langsung dari organisasi terhadap individu atas pekerjaannya maupun harapan dari individu terhadap pekerjaannya.
  2. Komitmen kelompok adalah keadaan dimana individu bekerja sama dalam menjalankan pekerjaannya, percaya satu sama lain, dan adanya kebanggaan menjadi bagian dari kelompok.
  3. Fleksibel adalah keadaan dimana individu dapat menyelesaikan pekerjaannya tanpa merasa dibatasi peraturan dan organisasi mendukung kreatifitasnya.
  4. Standar merupakan ukuran-ukuran yang digunakan oleh organisasi dalam menentukan kinerja individu.
  5. Kejelasan merupakan kebijakan organisasi yang berkenaan dengan maksud dan tujuan, peran, serta prosedur.

 

Beberapa teori iklim organisasi yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. Teori Steers (1985),Menyajikan hubungan antara sebagian faktor penentu iklim, hasil individu dengan efektifitas organisasi dimana faktor penentu iklim organisasi adalah kebijakan dan praktek manajemen, struktur organisasi, teknologi, dan lingkungan luar.
  2. Teori Miles,Miles dalam Sergiovanni (1983) mengemukakan bahwa terdapat sepuluh indikator untuk megetahui sehat atau kurang sehatnya iklim organisasi, yaitu: tujuan (goal focus), komunikasi (communication adequacy), optimalisasi kekuasaan (optimal power equalization), pemanfaatan sumber daya (resource utilization), kohesifitas (cohesiveness), moril (moral), inovatif (innovativeness), otonomi (autonomy), adaptasi (adaptation), pemecahan masalah (problem solving adequacy).
  3. Teori Likert (1986),Mengembangkan sebuah instrumen yang memuaskan pada kondisi-kondisi perilaku dan gaya-gaya manajemen yang digunakan. Karakteristik yang dicakup oleh skala Likert adalah perilaku pemimpin, motivasi, komunikasi, proses pengaruh interaksi, pengambilan keputusan, penentuan tujuan, dan kontrol.
  4. Teori Litwin & Stringer (1968),Litwin dan Stringer dalam Koontz et al (1984) menggunakan teori tiga kebutuhan (berprestasi, berafiliasi, dan berkuasa) dari McClelland sebagai tipe utama motivasi, ditemukan bahwa ketiga kebutuhan tersebut dipengaruhi oleh iklim organisasi. Juga terdapat sembilan dimensi iklim organisasi, yaitu struktur, tanggung jawab, imbalan, resiko, keramahan, kehangatan hati, dukungan, standar, konflik, dan identifikasi.,
  5. Ekvall (2001),Mengemukakan terdapat 9 variabel yang membentuk dimensi iklim oganisasi yaitu komitmen, kebebasan, dukungan ide, ketegangan, pengambilan resiko, momen ide, berbagi pandangan, memberi perhatian, dan perhatian pada pekerjaan

 

Posted in PERILAKU ORGANISASI | Leave a comment

TEORI INSTING

TEORI INSTING

SIGMUN FREUDSigmund Freud

Insting adalah perwujudan psikologik dari kebutuhan tubuh yang menuntut pemuasan.Misalnya insting lapar berasal dari kebutuhan tubuh yang kekurangan nutrisi dan secara jiwani terwujud dalam bentuk keinginan makan.Hasrat atau motivasi atau dorongan dari insting secara kuantitatif adalah energi psikik dan kumpulan energi dari seluruh insting yang dimiliki individu merupakan energi yang tersedia untuk menggerakan proses kepribadian. Energi insting dapat dijelaskan sebagai berikut :

1)      Sumber insting, adalah kondisi jasmaniah atau kebutuhan. Sepanjang hayat,sumber insting bersifat konstan, tidak berubah kecuali perubahan akibat kematangan. Kematangan akan mengembangkan kebutuhan jasmaniah yang baru, dari sanalah timbul insting baru.

2)      Tujuan insting, berakaitan dengan sumber insting, yakni kembali memperoleh keseimbangan, misalnya dengan mencukupi kekurangan nutrisi. Seperti sumber insting, tujuan insting bersifat konstan. Konsep Freud memandang insting sebagai pemicu tegangan, dan id, ego, dan superego bekerja untuk mereduksi tegangan itu. Tujuan insting bersifat konservatif, artinya mempertahankan keseimbangan organisme dengan menghilangkan stimulasi yang mengganggu. Sumber dan tujuan yang konstan, dapat menimbulkan pengulangan tingkah laku. Dimulai dari timbul rangsangan hingga peredaran tegangan. Jika pengulangan menjadi irasional, tanpa dapat dicegah oleh kesadaran, maka gejala neurotic kompulsirepetisi (repetition compulsion)

3)      Objek insting, adalah segala sesuatu yang menjembatani antara kebutuhan yang timbul dengan pemenuhannya. Berbeda dengan sumber dan tujuan insting yang konstan, objek insting atau cara individu memuaskan kebutuhannya ternyata berubah-ubah sepanjang waktu. Energi insting itu dapat dipindahkan (displacement) dari objek asli ke objek lain yang tersedia untuk mereduksi tegangan. Apabila pemindahan menjadi permanen, maka disebut derivative insting (instinct derivative).

4)      Daya dorong insting, kekuatan atau intensitas keinginan berbeda-beda setiap waktu. Insting lapar dari orang yang seharian tidak makan tentu lebih besar dari insting lapar orang yang makan teratur. Sebagai tenaga pendorong, jumlah kekuatan energi dari seluruh insting bersifat konstan. Penggunaannya yang berubah. Kebutuhan yang sangat penting mendapat satu energi yang lebih besar dibanding kebutuhan lain yang kurang penting.

Freud mengajukan dua kategori umum: insting hidup (life instinct) dan insting mati (death instinct)

Insting Hidup

Insting hidup disebut juga Eros, yaitu dorongan yang menjamin survival dan reproduksi, seperti lapar, haus, dan seks.Energi yang dipakai oleh insting hidup ini disebut libido. Sepanjang usia bayi yang perhatiannya tertuju kepada dirinya sendiri (self centered), libido ditujukan kepada ego yang berarti bayi memperoleh kepuasan dengan mengenal dirinya sendiri, dinamakan Freud : narkisisme primer (Primary narcissism) atau libido narcissism. Semua bayi mengalami gejala narkisisme primer. Bertambahnya usia mengembangkan perhatian ke dunia luar dan kepuasan menuntut objek di luar diri. Libido narkisisme primer berubah menjadi libido objek.

Pada usiapubertas sering pada individu tertentu perhatiannya lebih tertuju kepada tampang diri dan interes dirinya sendiri. Gejala ini kemudian disebut secondary narcissism.Libido yang ditujukan kepada orang lain, itulah cinta (Love). Dorongan seksual pada bayi mulanya tertuju kepada ibu atau orang yang merawatnya.Cinta secara seksual kepada ibu dan anggota keluarga lain akan ditekan ke bawah sadar, diganti dengan cinta non seksual. Tampak, narkisisme dan cinta berhubungan erat.Narcisisme adalah cinta kepada diri sendiri, sehingga cinta yang dibarengi kecenderungan narcisisme menjadi mementingkan diri sendiri.Insting seks sebagai bagian dari insting hidup dapat muncul bersama dengan insting destruktif (insting mati), menjadi gejala Sadism dan Masochism.Sadisme adalah memuaskan dorongan seksual dan dorongan destruktif melalui menyerang orang lain. Sedangkan, masokism adalah memuaskan dorongan seksual dengan menyerang atau menyakiti diri sendiri.

Posted in PERILAKU ORGANISASI | Leave a comment

TEORI INSTING

TEORI INSTING

WILLIAM MCDONALWilliam McDougall

McDougall menegaskan bahwa seluruh tingkah laku selalu bersumber pada insting atau instingtif. Insting lebih dari sekdar disposisi-disposisi untuk bereaksi dalam cara tertentu. Dalam setiap insting terkandung komponen kognitif, afektif dan konatif.Komponen kognitif insting memiliki fungsi sebagai pengarah pada objek-objek yang bisa memuaskan insting.Komponen afektif mengacu pada emosi atau perasaan organisme bahwa suatu insting muncul menuntut suatu pemuasan dan juga perasaan bahwa insting itu telah terpuaskan.Dan komponen konatif mengacu pada dorongan dari insting kearah tujuan atau objek.Dengan aspek dorongan yang terdapat pada komponen konatif maka dapat dilihat bahwa tingkah laku instingtif selalu bertujuan.

Kita bisa mengetahui suatu insting yang terbangkitkan dengan mengamati tujuan ke atah mana tingkah laku diarahkan (analisis teleologis), tetapi kemudian dikritik Freud bahwa kehidupan psikis manusia sebagian besar ditentukan oleh ketidaksadaran.

McDougall juga mengajukan daftar insting sebagai berikut:

-. Memelihara              -.simpati

-. menyerang               -. mempertahankan diri

-. rasa ingin tahu          -. menyerah

-. mencari makan         -. kawin

-. menolak                   -. membangun

-. melarikan diri           -. memohon

-. berkelompok.

Menurut McDougall, insting dapat diubah melalui empat cara. Pertama, suatu insting tidak hanya diakktifkan oleh objek eksternal yang spesifik langsung saja, tetapi diaktifkan juga oleh objek yang tidak langsung serta ide-ide atau bayangan-bayangan dari objek tadi. Dengan demikian objek yang secara langsug akan memicu kemunculan insting, dapat diubah atau diganti dengan objek-objek lain yang tidak langsung. Misalnya makanan dapat mengaktifkan insting yang berkaitan dengan perilaku memuaskan inting lapar, tetapi hal tersebut dapat pula distimulasi dengan iklan-iklan tentang makanan di surat kabar, TV, radio dan media lain. Insting seksual tidak hanya dipicu oleh organ-organ seksual atau objek-objek seksual secara langsung, tetapi juga dipicu oleh gambar-gambar, cerita-cerita dan filem-filem yang berkaitan dengan aktivitas seksual.

Kedua, kemunculan perilaku instingtif dapat dimodifikasi sesuai dengan tahapan perkembangan. Rasa ingin tahu bayi terhadap lingkungannya dilakukan dengan cara merangkak megitari ruangan, selanjutnya pada masa kanak-kanak hal tersebut terekspresikan dalam perilaku membongkar pasang mainannya atau berburu binatang kecil di leingkungan alam sekitarnya. Setelah dewasa insting ini bisa dimodifikasi dalam bentuk perilaku membaca buku-buku ilmu pengetahuan dan melakukan penelitian di lapangan maupundi laboratorium. Dalam contoh di atas, insting keingintahuan masih tetap keberadaannya seperti semula, tetapi ekspresi atau manifestasinya dapat berubah sesuai dengan tingkat perkembangan.

Ketiga, beberapa insting mungkin dapat dipicu secara simultan dan dengan demikian tingkahlaku yang muncul dipicu oleh sejumlah insting yang menyenangkan atau menggairahkan secara bersama-sama. Perilaku seksual pada remaja menurut McDougall, merefleksikan komposisi dari insting keingintahuan, dorongan untuk kawin dan keinginan untuk bercumbu. Kasus bunuh diri dengan menabrakkan pesawat terbang pada menara kembar di Washington D.C; Amerika Serikat pada tanggal 11 September 2001 mungkin merupakan akumulasi dari insting agresif yang ada pada dirinya, kebencian terhadap Amerika yang dianggap memiliki stadar ganda dalam menyelesaikan konflik Plestina dengan Israil dan masalah lain di timur tengah dan Negara-negara Islam, kebencian terhadap Zionis, dorongan kepahlawanan serta keinginan untuk mati syahid. Kasus peledakan  bom di jalan Legian pantai Kuta Denpasar Bali pada tanggal 12 Okktober tahun 2002 mungkin merupakanakumulasi dari dorongan agresif, kebencian terhadap negara Amerika Serikat, niat balas dendam terhadap peristiwa-peristiwa yang dianggap sebagai perilaku penindasan terhadap umat Islam di seluruh dunia, reaksi terhadap fenomena kehidupan malam yang dianggap sebagai gejala dari dekadensi moral yang terjadi di sana, serta dorongan untuk melakukan jihad.

Keempat, perilaku-perilaku instingtif mungkin mengarah secara teroeganisir terhadap sejumlah objek tersebut dan sebab itu organisme tidak responsif terhadap objek-objek lain. Misalnya, orang yang memiliki minat yang tinggi terhadap kegiatan olah raga sepak bola, perhatian dan aktivitasnya banyak tertuju pada kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan olah raga tersebut seperti menonton pertandingan secara langsung, melihat tayangan di televisi, membaca bacaan-bacaan serta mengikuti berita-berita yang berkaitan dengan olah raga sepak bola tadi dan tidak responsif terhadap berita-berita serta kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan dunia  musik atau yang lainnya. Perilaku instingtif yang terarah secara terorganisir pada objek tertentu dengan intensitas respon yang cukup dalam suatu situasi seperti tersebut di atas, mungkin tidak begitu responsif atau intensitasnya berbeda dalam situasi yang lain. Misalnya orang yang menunjukkan motivasi yang tinggi dalam lingkungan kerjanya bisa saja terjadi sebaliknya kalau berada di rumah. Atau seorang karyawan yang teridentifikasi memiliki motivasi rendah dalam suatu unit, menunjukan mutivasi yang tinggi setelah dimutasi ke unit lain. Atau dapat juga sebaliknya yang semula memiliki mutivasi optimal, kemudian menurun setelah dimutasi ke bagian lain.

Suatu koreksi terhadap teori McDougall sebagaimana tersebut di atas adalah sangat antropomorfis. Maksudnya, ia mengatribusikan sifat-sifat manusia pada binatang. Misalnya, kalau melihat seekor anjing yang menjilati luka-luka di tubuh anjing lainnya, dikatakan bahwa anjing tadi memiliki rasa simpati terhadap anjing lainnya. Contoh lain dari pandangan antromorfis ini misalnya seorang yang mengatakan bahwa kucing merasa sangat bersalah setelah membunuh burung murai piaraan saya. Rasa simpati pada anjing dan rasa bersalah pada kucing sebagaimana contoh di atas, masih menimbulkan perdebatan tentang keberadaannya. Karena dalam kenyataannya, rasa simpati dan rasa bersalah adalah sifat manusia yangkeberadaannya sangat banyak dipengaruhi oleh pengalaman yang tentunya tidak terjadi pada binatang. Koreksi ini sebagaimana halnya yang ditujukan kepada William James, McDougall tidak menguraikan secara jelas, yang mana tingkah laku instingtif dan yang mana pula tingkah laku yang didapat melalui proses belajar. Problem tumpang tindihnya antara konsep perilaku instingtif dan perilaku yang dipelajari merupakan konsekuensi dari pemahaman McDougall bahwa semua perilaku itu adalah instingtif


 

Posted in PERILAKU ORGANISASI | Leave a comment

TEORI INSTING

Tokoh Teori Insting Lama

jamessWilliam James

Menurut James, insing-insting mirip dengan refleks, yang menghasilkan tingkah laku-tingkah laku otomatis dalam kondisi-kondisi yang menunjangnya tanpa diketahui ke atah mana atau untuk tujuan apa tingkah laku tersebut muncul. Setiap insting adalah impuls yang bekerja sebagai pengarah organism dalam bertingkah laku.Keberadaan insting dan tujuan tingkah laku yang muncul tidak diketahui.

James kemudian menguraikan variabilitas insting melalui dua prinsip.Pertama, insting bisa dihambat ileh kebiasaan atau proses belajar. Caranya adalah dengan membatasi rentang atau kuantitas dari objek-objek yang berkenaan dengan aktivitas instingtif.Kedua, sejumlah insting bersifat sementara atau tidak tetap, hanya aktif pada waktu tertentu atau pada masa perkembangan tertentu.

Bagi James, insting-insting itu berlaku sebagai landasan di mana tingkah laku bisa dibentuk melalui perkembangan kebiasaan-kebiasaan. Dalam hal ini pula manusia memiliki seluruh insting yang dimiliki hewan ditambaha dengan insting-insting yang khas manusia.Insting-insting yang khas manusia itu dijabarkan sebagai berikut.

-. Bersaing                   -. Rasa ingin tahu

-. Berkelahi                  -. Berhubungan atau bergaul

-. Simpati                     -. Rasa malu

-. Berburu                    -. Mengeluarkan

-. Rasa takut                -. Kebersihan

-. Memiliki                   -. Kerendahan hati

-. Membangun             -. Cemburu

-. Bermain                   -. Cinta

James berpendapat bahwa dengan menjabarkan insting-insting itu dan bagaimana insting-insting tersebut bisa menjadi adaptif selama masa evolusi manusia maka ia akan bisa menerangkan tingkah laku bermotivasi. James percaya bahwa insting sebagai impuls yang mendorong munculnya tingkah-laku, tidak diketahui kemunculannya, akan tetapi manusia dapat mengontrol atau mengendalikannya, terutama dengan pengalaman-pengalaman yang ada. Misalnya insting lapar, insting haus, insting seksual atau insting-insting yang lain, mungkin datang secara tiba-tiba tanpa disengaja. Akan tetapi manusia memiliki kemampuan untuk melakukan, menunda atau tidak sama sekali untuk memenuhi atau memuaskan insitng-insting tersebut. James juga percaya, perilaku instingtif dapat dimodifikasi melalui pengalaman. Sebagai contoh misalnya, insting yang berkaitan dengan kesopanan akan menyebabkan seseorang merah mukanya dan serta merta akan memalingkan muka manakala secara tanpa sengaja melihat orang berjemur di pantai dalam keadaan bugil. Akan tetapi tidaklah demikian bagi orang-orang yang sudah terbiasa melihatnya, yang tentunya akan tenag-tenag saja, bahkan mungkin tidak ambilpeduli meghadapi hal yang demikian itu.

James memandang perilaku instingtif sebagai intermediasi antara refleks-refleks dan proses belajar. Dalam hal ini insting tidak hanya dipandangnya sebagai kondisi yang menunjuk kepada suatu keadaan yang hanya berkaitan dengan kebutuhan fisiologis saja, seperti keadaan lapar, haus, rasa sakit dan sebagainya. Di sini rupanya James cenderung menganggap insting sebagai sinonim dari motivasi. Ini dapat dilihat dari klasifikasi insting yang dikemukakannya sudah begitu kompleks dan menyeluruh seperti dorongan untuk bersaing, keingintahuan, dorongan berkelahi, keinginan untuk bergaul, dorongan untuk bersimpati, rasa malu, rasa takut, dorongan untuk memiliki, dorongan untuk bersopan santun, rasa cemburu, rasa cinta dan dorongan untuk membangun.

Selain konsep tentang insting, James mengajukan konsep tentang ideo motor action atau tindakan ideomotor. Dalam kenyataannya, tingkah laku tidak hanya didorong oleh insting saja, tetapi juga digerakkan oleh ide-ide atau pikiran tertentu yang dikatakan sebagai tindakan ideomotor tadi. Ide-ide tersebut dikemukakan oleh james dalam kaitannya dengan tujuan atau keinginan tertentu yang hendak dicapai dalam suatu aktivitas. Ini dicontohkan oleh Petri (1981; 1996) bahwa: bila kita menulis, kita tidak menyadari kalau hal tersebut menyangkut koordinasi yang rumit dari otot-otot dan sistem persyarafan, agar supaya dapat membuat garis dan lingkaran untuk menggambarkan sebuah kata. Kita menulis begitu lancar dengan pikiran sederhana tentang kata-kata dan meletakkan tangan di atas kertas. Apabila kita ingin berhenti menulis, atau pikiran kita memutuskan untuk berhenti menulis, maka berhentilah aktivitas menulis tadi. Sebaliknya, sekalipun kondisi kita dalam keadaan lelah, kurang bersemangat, sehingga dorongan untuk meneruskan menulis rendah. Tetapi karena pikiran kita menghendaki untuk menyelesaikan tulisan tadi secepat mungkin, maka aktivitas menulis akan terus dilakukan sampai selesai.

Dalam uraian sebelumnya, dikemukakan bahwa manusia dapat mengontrol insting yang biasanya muncul tanpa diketahui. Mungkin gerakan ideomotor inilah yang melakukan fungsi kontrol tersebut. Misalnya, ketika insting lapar secara tiba-tiba muncul, tentunya organisme tidak serta merta atau langsung melakukan aktivitas yang berkaitan dengan pemuasan insting lapar tadi. Organisme yang bersangkutan mungkin masih berpikir terlebih dahulu kapan dimulai aktivitas pemenuhan, di mana akan dilakukan dan objek mana atau makanan macam apa yang akan dimakan sebagai objek pemuasan. Atau mungkin pula organisme yang bersangkutan sama sekali tidak melakukan aktivitas apapun yang berkaitan dengan insting lapar tadi, sekalipun dorongan yang ada begitu besar apabila pikiran tidak menghendaki unntuk melakukan. Di sini James juga memberi catatan bahwa adanya sebuah ide untuk melakukan sesuatu, tidak serta merta berkelanjutan pada munculnya suatu perilaku aktual, terutama apabila dalam waktu yang sama muncul ide-ide yang bertentangan. Misalnya, seseorang yang betul-betul lapar dan makanan sudah tersedia, tetapi memutuskan untuk menunda untuk makan dengan pertimbangan ada orang lain di sekitarnya yang juga lapar; sedangkan makanan yang ada tidak mencukupi untuk dibagi.

Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, James berpandangan bahwa manusia memiliki insting-insting seperti yang dimiliki binatang juga insting-insting yang khas manusia. Sebagai tokoh yang konsepnya banyak dipengaruhi oleh teori evolusi, James menjelaskan bagaimana peranan berbagai macam insting dari yang sederhana sampai pada tingkat evolusi yang peling tinggi yaitu insting yang hanya ada pada manusia dalam proses munculnya tingkah laku. Suatu koreksi yang ditujukan kepadanya, adalah tidak adanya penjabaran secara jelas yang mana gerakan-gerakan refleks, yang mana perilaku instingtif dan yang mana pula perilaku yang didapat melalui proses belajar. Padahal ketiganya jelas berbeda antara yang satu dengan yang lain. Mungkin inilah konsekuensi dari teori James yang menganggap insting sebagai sinonim dari motivasi.

 

Posted in PERILAKU ORGANISASI | Leave a comment

PERILAKU

Bentuk-Bentuk Perilaku

PSIKOLOGIDilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003):

  1. Perilaku tertutup (convert behavior)

Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

  1. Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

Jenis Perilaku

  1. Perilaku Refleksif

Perilaku refleksif adalah perilaku yang terjadi atas reaksi secara spontan terhadap stimulus yang mengenai organisme tersebut. Misalnya kedip mata bila kena sinar; gerak lutut bila kena sentuhan palu; menarik tangan apabila menyentuh api dan lain sebagainya.

Perilaku refleksif terjadi dengan sendirinya, secara otomatis. Stimulus yang diterima organisme tidak sampai ke pusat susunan syaraf atau otak sebagai pusat kesadaran yang mengendalikan perilaku manusia. Dalam perilaku yang refleksif, respons langsung timbul begitu menerima stimulus. Dengan kata lain, begitu stimulus diterima oleh reseptor, begitu langsung respons timbul melalui afektor, tanpa melalui pusat kesadaran atau otak.

Perilaku ini pada dasarnya tidak dapat dikendalikan. Hal ini karena perilaku refleksif merupakan perilaku yang alami, bukan perilaku yang dibentuk oleh pribadi yang bersangkutan.

  1. Perilaku Non-Refleksif

Perilaku non-refleksif adalah perilaku yang dikendalikan atau diatur oleh pusat kesadaran/otak. Dalam kaitan ini, stimulus setelah diterima oleh reseptor langsung diteruskan ke otak sebagai pusat syaraf, pusat kesadaran , dan kemudian terjadi respons melalui afektor.

Proses yang terjadi didalam otak atau pusat kesadaran inilah yang disebut proses psikologis. Perilaku atau aktivitas atas dasar proses psikologis inilah yang disebut aktivitas psikologis atau perilaku psikologis (Branca, 1964).

Pada perilaku manusia, perilaku psikologis inilah yang dominan, merupakan perilaku yang dominan dalam pribadi manusia. Perilaku ini dapat dibentuk, dapat dikendalikan. Karena itu dapat berubah dari waktu ke waktu, sebagai hasil proses belajar.

METODE PEMBENTUKAN PERILAKU

  1. Conditioning (kebiasaan)

Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan, akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut. Cara ini didasarkan atas teori belajar kondisioning oleh Pavlov, Thorndike dan Skinner (Hergenhanh, 1976).

Contohnya anak dibiasakan bangun pagi dan gosok gigi. Ini akan menjadi perilakunya sehari-hari.

  1. Insight (pengertian)

Teori ini berdasarkan atas teori belajar kognitif yang dikemukakan oleh Kohler, yaitu belajar dengan disertai pengertian.

Contohnya bila naik motor harus memakai helm karena helm tersebut untuk keamanan diri.

  1. Model (contoh)

Cara ini didasarkan atas teori belajar sosial (social learning theory) atau observational learning theory yang dikemukakan oleh Bandura (1977).

Contohnya kalau orang berbicara bahwa orang tua adalah panutan bagi anak-anaknya. Hal ini menunjukkan pembentukan perilaku yang menggunakan model.

Proses Pembentukan Perilaku

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

  1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu.
  2. Interest (ketertarikan), yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
  3. Evaluation (evaluasi), menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
  4. Trial (mencoba), dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
  5. Adoption (menerima), dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting) (Notoatmodjo, 2003)

 

Posted in PERILAKU ORGANISASI | Leave a comment

KOMUNIKASI

BENTUK KOMUNIKASI

KOMUNIKASI VERBALBENTUK KOMUNIKASI VERBAL

       Komunikasi verbal adalah komunikasi dalam bentuk percakapan atau tertulis. Setiap orang dalam suatu komunitas berkomunikasi secara verbal dalam menyampaikan pesan atau informasi. Komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata untuk menyatakan ide. Gaya dalam berlomunikasi disesuaikan dengan situasi, dan lawan komunikasi. Penggunaan gaya bicara sangat berpengaruh terhadap minat lawan komunikasi. Mengungkapkan pesan verbal diperlukan keterampilan menggunakan kata-kata sederhana dan dapat dipahami oleh lawan komunikasi.

Berbicara dan mendengarkan merupakan bentuk komunikasi yang paling sering dilakukan. Hal ini menjadikan orang lebih memilih berbicara daripada menulis dalam berkomunikasi. Dengan komunikasi lisan orang dapat langsungmendapat umpan balik, sedangkan pada komunikasi tertulis orang harus menyusun pesan, menulis , mengirim, dan menunggu tanggapan sebagai umpan balik.

Bentuk komunikasi verbal selain berbicara atau komunikasi lisan dapat dilakukan dengan cara lain seperti dibawah ini :

  1. Membuat dan mengirim surat klaim
  2. Membuat dan mengirim surat penawaran harga kepada pihak lain
  3. Membuat dan mengirim surat pemesanan barang kepada pihak lain
  4. Membuat dan mengirim surat konfirmasi kepada pelanggan
  5. Membuat dan mengirim surat kontrak kerja kepada pihak lain
  6. Memberi informasi kepada pelanggan yang meminta informasi tentang produk-produk baru
  7. Berdiskusi dalam suatu tim kerja (team work)
  8. Melakukan wawancara kerja dengan para pelamar kerja di suatu perusahaan
  9. Mengadakan briefing dengan staf karyawan
    • Mengadakan pelatihan manajemen kepada para manajer operasional/lini bawah
  10. Melakukan presentasi proposal pengembangan perusahaan di hadapan tim penguji
  11. Melakukan teleconference dengan pihak lain.
  12. Melalui komunikasi lisan dan tulisan, diharapkan orang dapat memahami apa yang disampaikan oleh pengirim pesan dengan baik.

BENTUK KOMUNIKASI NON VERBAL

        Bentuk komunikasi yang paling mendasar dalam komunikasi bisnis adalah komunikasi nonverbal. Sebelum manusia menggunakan kata-kata , manusia telah menggunakan gerakan-gerakan tubuh, bahasa tubuh (body language) sebagai alat untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Komunikasi non verbal dapat tercermin dari perilaku atau tingkah laku seperti dibawah ini :

  1. Menggerakan gigi untuk menunjukan kemarahan
  2. Mengerutkan dahi untuk menunjukkan seseorang sedang serius/ berfikir
  3. Gambar pria atau wanita yang dipasang di pintu masuk toilet untum menunjukkan kamar sesuai dengan jenis kelaminnya
  4. Berpangku tangan untuk menunjukkan seseorang sedang melam
  5. Tersenyum dan berjabat tangan dengan orang lain untuk mewujudkan rasa senang, simpati dan penghormatan
  6. Membuang muka untuk menunjukkan sikap tidak senang atau antipati terhadap orang lain
  7. Menggelengkan kepala untuk menunjukkan sikap menolak atau keheranan.
  8. Asbak diatas meja yang menunjukkan tamu diperkenankan/ boleh merokok
  9. Mengirimkan bunga sebagai tanda kesuksesan, cinta atau duka cita

Dalam komunikasi nonverbal orang dapat mengambil suatu kesimpulan tentang berbagai macam perasaan serta maksud yang dikandungnya.

Kebaikan dari komunikasi nonverbal adalah kesahihannya. Dari bahasa tubuh atau isyarat yang yang keluar dari seseorang kita dapat menangkap maksud yang paling dalam dari orang tersebut. Jika dibandingkan dengan kata-kata lebih dapat diatur sehingga kita kadang-kadang merasa tertipu dengan kata-kata.

Komunikasi nonverbal memiliki beberapa tujuan penting seperti contoh dibawah ini :

  1. Menyediakan atau memberikan informasi
  2. Mengatur alur suatu percakapan
  3. Mengekspresikan emosi
  4. Memberi sifat, melengkapi, mengembangkan komunikasi verbal
  5. Mengendalikan atau mempengaruhi orang lain
  6. Mempermudah tugas-tugas khusus

 

Posted in KOMUNIKASI | Leave a comment

MANUSIA DAN MESIN

Sistem Mesin-Manusia yang Digunakan pada Sistem Informasi

manusia mesinSistem Manusia-Mesin adalah kombinasi antara satu atau beberapa manusia dengan satu atau beberapa mesin, yang saling berinteraksi, untuk menghasilkan keluaran-keluaran berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh. Pendekatan ergonomi akan ditekankan pada penelitian kemampuan keterbatasan manusia, baik secara fisik maupun mental psikologis dan interaksinya dalam sistem manusia-mesin yang integral. Maka, secara sistematis pendekatan ergonomi kemudian akan memanfaatkan informasi tersebut untuk tujuan rancang bangun, sehingga akan tercipta produk, sistem atau lingkungan kerja yang lebih sesuai dengan manusia. Pada gilirannya rancangan yang ergonomis akan dapat meningkatkan efisiensi, efektifitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan sistem serta lingkungan kerja yang cocok, aman, nyaman dan sehat.
Konsep sistem Manusia-Mesin menyiratkan bahwa sebagian tugas sebaiknya dilaksanakan oleh manusia dan lainnya dilakukan oleh mesin. Jadi sistem Manusia-Mesin adalah sistem dimana kedua komponen harus bekerja sama untuk menyelesaikan pekerjaan. Masing-masing komponen (komponen manusia saja, atau komponen mesin saja) tidak berarti tanpa adanya komponen yang lain sebagai pelengkapnya.
Di dalam sistem kerja yang produktif manusia merupakan komponen yang spesifik, yaitu memiliki kemampuan yang ideal. Sebaik-baik kemampuan manusia untuk beberapa fungsi tidak maksimal tanpa dilengkapi komponen penunjang, seperti mesin. Dengan kata lain, manusia memiliki hampir semua jangkauan operasional dalam suatu system kerja, termasuk kemampuan yang tidak dimiliki oleh mesin, yaitu fungsi merespon kesalahan atau kegagalan. Kelebihan lainnya yang dimiliki manusia sebagai komponen dalam system kerja adalah kemampuan memprediksi, mengenali kejadian yang tak terduga, mengasimilasi informasi menjadi strategi, mengadaptasi, mengobservasi, evaluasi, membuat skala prioritas ketika muncul suatu masalah.
Kelemahan manusia dibandingkan dengan komponen mesin adalah ketidakmampuannya menyimpan dan memproses data kuantitatif dalam jumlah besar dengan cepat, melakukan aktivitas yang sama secara berulang-ulang dalam kurun waktu yang lama, karena manusia memiliki rasa bosan dan tidak konsisten dan karakteristik psikologis, seperti stress, moody, dan sejenisnya.
Sebagai contoh interaksi manusia dengan mesin adalah sistem informasi, karena menyangkut penggunaan komputer yang berinteraksi dengan manusia.
Aplikasi Sistem Mesin-Manusia pada Sistem Informasi
Telah kita ketahui bahwa informasi merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia sebagai mahluk sosial, dan informasi dapat diperoleh dengan berbagai cara mulai dari cara yang konvensional hingga menggunakan peralatan-peralatan yang boleh dikatakan canggih. Untuk mempermudah memperoleh sebuah informasi yang cepat dan tepat (up to date), maka diperlukan pengelolaan sebuah sistem yang dapat memberikan layanan informasi secara terpadu, dan biasanya dinamakan sistem informasi.
Sistem informasi dapat dipergunakan untuk berbagai kepentingan, antara lain, sebagai media promosi perusahaan, propaganda organisasi, ataupun digunakan untuk pelayanan kepada masyarakat, apabila kita berbicara tentang sistem informasi, maka semuanya mengacu pada sebuah sistem berbasis komputer yang dirancang untuk mendukung operasi, manajemen, dan fungsi pengambilan keputusan suatu organisasi
Menurut Robert K Leitch, dan K. Roscoe Davis (“Accounting Information System”, Prentice-Hall, New Jersey, 1983) sistem informasi adalah : “suatu sistem dalam didalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan”.
Dalam sebagian besar persoalan manusia dan mesin membentuk sebuah sistem gabungan dengan hasil yang diperoleh melalui serangkaian dialog dan interaksi antara komputer dan seorang manusia pengolah. Konsep mesin-manusia berarti bahwa perancang sebuah sistem informasi harus memahami kemampuan manusia sebagai pengolah informasi dan perilaku manusia dalam pengambilan keputusan.
Dalam berinteraksi dengan komputer, para pemakai pertama kali akan berhadapan dengan perangkat keras komputer. Untuk sampai pada isi yang ingin disampaikan oleh perangkat lunak, pemakai dihadapkan terlebih dahulu dengan seperangkat alat seperti papan ketik (keyboard), monitor, mouse, joystick, dan lain-lain. Pemakai harus dapat mengoperasikan seperangkat alat tersebut. Selanjutnya, pemakai akan berhadapan dengan macam-macam tampilan menu, macam-macam perintah yang terdiri dari kata atau kata-kata yang harus diketikkannya, misalnya save, copy, delete, atau macam-macam ikon. Peralatan, perintah, ikon dan lain-lain yang disebutkan di atas dikenal dengan nama interface (antarmuka). Interface ini merupakan lapisan pertama yang langsung bertatap muka dengan pemakai.
Tanpa disadari kita (manusia/user) telah berinteraksi atau berdialog dengan sebuah benda (layar monitor), yaitu dalam bentuk menekan tombol berupa tombol angka dan huruf yang ada pada keyboard atau melakukan satu sentuhan kecil pada mouse, kemudian hasil inputan ini akan berubah bentuk menjadi informasi atau data yang seperti diharapkan manusia dengan tertampilnya informasi baru tersebut pada layar monitor atau bahkan mesin pencetak (printer).
Contoh nyata Sistem Mesin-Manusia dalam kehidupan sehari-hari adalah sistem informasi perpustakaan. Sistem informasi perpustakaan dapat didefinisikan sebagai berikut: “ sebuah sistem terintegrasi, sistem manusia mesin, untuk menyediakan informasi yang mendukung operasi, manajemen, dan fungsi pengambilan keputusan dalam sebuah perpustakaan”. Sistem ini memanfaatkan perangkat keras dan perangkat lunak komputer, prosedur manual, model manajeman, dan pengambilan keputusan basis data
Dari definisi diatas terdapat beberapa kata kunci :
Berbasis Sistem Mesin-Manusia
•Sistem manusia mesin: ada interaksi antara manusia sebagai pengelola dan mesin sebagai alat untuk memroses informasi. Ada proses manual yang harus dilakukan manusia dan ada proses yang terotomasi oleh mesin. Oleh karena itu diperlukan suatu prosedur atau manual sistem.
Sistem basis data terintegrasi
•Adanya penggunaan basis data secara bersama-sama (sharing) dalam sebuah data base manajemen system.
•Operasi Informasi yang diolah dan dihasilkan digunakan untuk mendukung operasi perpustakaan.
•Pemanfaatan model manajemen dan pengambilan keputusan
•Untuk dapat mengolah data menjadi informasi yang bermanfaat digunakan model-model manajemen dan pengambilan keputusan.
Pada intinya sistem informasi perpustakaan selalu disandarkan pada prosedur manual yang biasa dilakukan, untuk kemudian diaplikasikan kedalam sebuah sistem yang dirasa bisa lebih efisien.
Berdasarkan contoh di atas, maka Sistem Mesin-Manusia dapat diartikan sebagai suatu sistem dimana kedua komponen harus bekerja sama untuk menyelesaikan pekerjaan. Masing-masing komponen ( komponen manusia saja, atau komponen mesin saja) tidak berarti tanpa adanya komponen yang lain sebagai pelengkapnya. Tugas dalam merancang sistem Mesin-Manusia ialah guna menentukan cara yang paling efektif untuk menyajikan keterangan kepada operator manusia dengan menggunakan peragaan penglihatan, peragaan pendengaran, dan peragaan perabaan (visual, auditory, tectual display).
Sistem Mesin-Manusia secara umum dapat digambarkan prosesnya sebagai berikut :
1. Tenaga kerja menerima masukan dalam bentuk perintah, instruksi, informasi, bahan mentah, dan sebagainya melalui indera penglihatan dan/atau indera pendengaran;
2. Masukan diolah, terjadi proses berpikir, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan;
3. Tenaga kerja melaksanakan perintahnya, melaksanakan tugasnya dengan mengoperasikan dan mengendalikan alat dan mesin dengan menggunakan alat-alat operasi/kendali seperti tombol, kenop, hendel, tongkat, dan alat kendali lain.
4. Mesin melakukan apa yang harus ia lakukan;
5. Lewat peraga penglihatan (visual display) dan atau peraga pendengaran (auditory display) dapat diketahui bagaimana mesin berfungsi. Hasil kerja mesin merupakan keluaran, bagaimana mesin bekerja merupakan masukan bagi operator yang harus memutuskan apakah mesin telah bekerja sesuai dengan yang diharapkan ataukah harus diambil tindakan perbaikan. Dalam hal yang terakhir operator harus melakukan tindakan korektif dengan mengoperasikan alat operasi atau kendali. Mesin bekerja setelah ada koreksi dan melalui peraga operator mengetahui tentang bekerjanya mesin dan seterusnya. ( Sumber :Knowledge, Psikologi )

 

 

 

Posted in BUDAYA ORGANISASI | Leave a comment